Prodi Radiologi
Kelompok 36
1
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini atas nama kelompok 36 Prodi Radiologi. Modul Evidence
Based Medicine (EBM) Program Pendidikan Dokter Spesialis semester genap 2022/2023 dengan
sebenarnya menyatakan bahwa tugas kuliah ini kami susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Hasanuddin.
Jika di kemudian hari kami melakukan tindakan Plagiarisme, kami akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Hasanuddin kepada kami.
2
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Latar belakang:
Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau yang dikenal juga sebagai Hyaline membrane
disease (HMD) merupakan suatu penyakit yang sering menyebabkan gawat nafas pada bayi
baru lahir dengan faktor resiko seperti prematuritas khususnya yang lahir pada usia
kehamilan < 34 minggu serta pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes mellitus
yang mengakibatkan menurunnya substansi surfaktan. Foto thorax merupakan salah satu
pemeriksaan radiologis yang menjadi alat penting dalam diagnosis penyakit paru pada bayi
prematur dan neonatus. Disamping itu, ultrasonografi thorax telah muncul dalam beberapa
tahun terakhir sebagai teknik yang sangat menjanjikan dengan sensitifitas dan sensibilitas
yang tinggi mendekati 100% yang mampu mendeteksi kondisi patologis pada paru dan
pleura.
Tujuan:
Membandingkan dan mengetahui gambaran USG thoraks dengan foto thoraks pasien pada
Metode:
Pencarian literatur yang menggunakan pangkalan data Pubmed/MEDLINE. Literatur yang
memenuhi kriteria eligibilitas ditelaah secara kritis untuk menilai level of evidence, validitas,
importance, dan applicability.
Hasil:
Indikator paling penting dari RDS dalam USG thoraks adalah konsolidasi paru-paru, yang
bisa terlihat pada semua pasien RDS, tetapi luas dan cakupannya konsolidasi bervariasi
berdasarkan dengan tingkat RDS. Singkatnya, penelitian ini lebih lanjut menegaskan bahwa
USG paru memiliki arti penting dalam mendiagnosis RDS neonatal. Seperti yang ditunjukkan
oleh Copetti et al. (15), USG thoraks memiliki banyak keuntungan. Pertama, karena non-
3
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
pengion, USG dapat dilakukan di samping tempat tidur. Kedua, USG mudah dioperasikan,
dan dapat diulang beberapa kali-kali sehari tanpa membahayakan operator atau pasien.
Kesimpulan:
USG thoraks memiliki akurasi dan keandalan yang sangat tinggi dalam mendiagnosis
penyakit RDS. Mengingat bahwa, di unit perawatan intensif neonatal lanjutan tertentu
metode ini bisa menggantikan radiografi konvensional thoraks sebagai pendekatan diagnostik
lini pertama pada periode neonatal.
Kata kunci:
Respiratory distress syndrome, Lung Ultrasound, Plain radiography thorax
4
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
SKENARIO KLINIS
• Seorang bayi laki-laki berumur 1 hari, dirujuk dari RSUD Pangkep dengan
Lahir 2000 gr, pamjang badan 40 cm dan lingkar kepala 30 cm. Didapatkan hasil
ringan (+), tangis merintih (+) sesak (+), serta sianosis menetap meskipun pemakaian
PENDAHULUAN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau yang dikenal juga sebagai Hyaline membrane
disease (HMD) merupakan suatu penyakit yang sering menyebabkan gawat nafas pada bayi
baru lahir dengan faktor resiko seperti prematuritas khususnya yang lahir pada usia
kehamilan < 34 minggu serta pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes mellitus
merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir, ± 30 % dari semua kematian
Ultrasonografi thorax telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai teknik yang
sangat menjanjikan dengan sensitifitas dan sensibilitas yang tinggi mendekati 100% yang
mampu mendeteksi kondisi patologis pada paru dan pleura. Bober et al (2006) juga
menyatakan bahwa kurangnya kontraindikasi untuk pemeriksaan USG, sifat USG yang
portabilitas, biaya rendah, kemampuan yang baik dalam menegakan diagnosis klinis neonatus
yang sulit terdeteksi dalam 24 jam setelah kelahiran, sebagai alat pandu pemasangan ventilasi
mekanik pada pasien dengan gangguan pernapasan kronik dan dapat digunakan dalam terapi
5
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
saja terbatas karena kurangnya protokol operasi, standar diagnostik dan pedoman
(Abdelsadeck A Dkk, 2015 ; dr. Uinarni H, 2019; Jeevesh Kapur, MD,2019, Liu J Dkk,
2019).
diharapakan kedepannya dapat dilakukan penegakan diagnosis penyakit paru dan pleura
dengan menggunakan modalitas pencitraan yang non invasif terutama pada pasien-pasien
dalam melakukan pendekatan diagnosis tersebut, diharapakan adanya persepsi yang sama
antara dokter klinisi dan radiologi sebagai penunjang dalam penegakan diagnosis.
PERTANYAAN KLINIS
Rumusan pertanyaan klinis berdasarkan kasus klinis di atas: Apakah pemeriksaan USG
thoraks lebih baik dibandingkan pemeriksaan foto thoraks dalam menegakkan diagnosis
6
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
METODE
Dilakukan penelurusan literatur di Pubmed pada 29 Oktober 2022 dengan menggunakan kata
kunci “Respiratory distress syndrome” AND “USG Thorax” AND “Plain Radiography
Thorax” beserta sinonim dan istilah terkait. (Tabel 1).
TELAAH KRITIS
Satu artikel yang relevan, yaitu Wang, dkk. akan ditelaah oleh penulis berdasarkan kriteria
yang mencakup aspek validity, importance, dan applicability.
Pubmed
5
Kriteria inklusi:
Sesuai dengan pertanyaan
Skrining judul/abstrak klinis
Tersedia dalam bentuk full
text
1
7
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
HASIL
Terdapat 5 artikel dari hasil pencarian. Seleksi pertama dilakukan berdasarkan judul/abstrak,
dengan eliminasi publikasi ganda. Artikel yang tersisa ditinjau ulang berdasarkan kriteria
inklusi. Terdapat 1 artikel tersisa yang sesuai dengan pertanyaan klinis EBCR ini (Bagan 1).
Tabel 1. Hasil penelusuran literatur pada tanggal 29 Oktober 2022
Database Metode Penelusuran Jumlah artikel yang Jumlah artikel
didapatkan (Hits) yang terpilih
(Selected)
Pubmed “Respiratory distress
syndrome” AND “f
Lung Ultrasound” 5 1
AND “Plain
radiography thorax”
Jing ung et al. melakukan penelitian meta-analisis pada Dari Maret 2012 hingga Mei 2013,
50 bayi baru lahir dengan RDS. Pada penelitian ini digunakan Probe beresolusi tinggi dengan
frekuensi lebih dari 7,5 MHz (umumnya11-12 MHz) (GE Voluson i atau E6, USA)
Ultrasonografi thorax dilakukan di samping tempat tidur oleh satu orang ahli radiologi.
Pendekatan transthoracic dilakukan dengan scan longitudinal dari dinding dada anterior dan
posterior. Batas waktu eksekusi ultrasound adalah 5 menit. Rontgen dada anteroposterior
konvensional dilakukan di samping tempat tidur. Pasien bayi RDS segera setelah USG thorax
dan dibaca oleh ahli radiologi independen yang tidak mengetahui hasil USG tersebut.
8
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Level of evidence
Tabel 3. Level of evidence
Systematic Individual Non- Case- Mechanism-
review of cross consecutive control based
cross sectional studies, or studies, or reasoning
sectional studies with studies “Poor or
studies with consistently without non-
consistently applied consistently independent
Peneliti
applied reference applied reference
reference standard reference standar”
standard and standards
and blinding
blinding
Level 1 Level 2 Level 2 Level 2 Level 2
Jing Liu et al V
(2021)
OCEBM Levels of Evidence Working Group*. "The Oxford 2011 Levels of Evidence".
Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. http://www.cebm.net/index.aspx?o=5653 *
OCEBM Table of Evidence Working Group = Jeremy Howick, Iain Chalmers (James Lind
Library), Paul Glasziou, Trish Greenhalgh, Carl Heneghan, Alessandro Liberati, Ivan
Moschetti, Bob Phillips, Hazel Thornton, Olive Goddard and Mary Hodgkinson
DISKUSI
Dari literatur yang kami telaah, studi yang kami gunakan merupakan studi sistematic review
dan meta-analisis. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa ultrasonografi paru memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang sangat tinggi dalam diagnosis RDS neonatal. Menurut
penelitian ini, gambaran utama RDS yang dapat divisualisasikan oleh pencitraan ultrasound
termasuk konsolidasi paru-paru dengan udara bronchogram, kelainan garis pleura, efusi
pleura, denyut paru-paru dan paru-paru putih bilateral atau sindrom alveolar-interstitial.
Indikator paling penting dari RDS dalam USG paru-paru adalah konsolidasi paru-paru, yang
bisa terlihat pada semua pasien RDS, tetapi luas dan cakupannya konsolidasi bervariasi
dengan tingkat RDS. Konsolidasi di kelas II RDS mungkin terbatas pada bagian subpleural
9
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
sebagai fokus dan skala kecil, dan bronchogram udara mungkin tidak terlihat. Sebaliknya,
area konsolidasi tampak meluas secara signifikan pada RDS berat (grade III-IV di
konvensional x-ray), dengan bronchogram udara menjadi lebih jelas. Kelainan garis pleura
adalah salah satu pengamatan ultrasonografi yang paling umum pada pasien RDS, tetapi juga
ada pada penyakit paru-paru lainnya seperti pneumonia, perdarahan, dan transient tachypnea
of the newborn (TTN). Oleh karena itu, kelainan p garis pleura seperti yang divisualisasikan
oleh USG tidak spesifik untuk RDS (23). Menurut literatur, sensitivitas dan spesifisitas
kelainan garis pleura untuk diagnosis RDS masing-masing adalah 100% dan 45% (15, 20).
Hilangnya A-lines ditemukan pada 100% pasien RDS. Ini menunjukkan bahwa hilangnya A-
line juga merupakan indikator sonografi dari RDS neonatus. Namun, seperti kelainan garis
pleura, Hilangnya A-line juga dapat ditemukan pada penyakit paru lainnya. Oleh karena itu,
ini juga bukan perubahan khusus untuk RDS (23). Dalam pengalaman kami, koeksistensi
simultan dari konsolidasi paru, kelainan garis pleura dan paru putih bilateral, atau konsolidasi
paru, kelainan garis pleura dan menghilangnya garis A. RDS terdahulu ditandai dengan
atelektasis, bahkan RDS yang parah hanya muncul sebagai "paru-paru putih" di.radiografi
konvensional. Teknik ini tidak mampu memvisualisasikan efusi pleura, edema paru atau
perubahan patologis lainnya. Oleh karena itu, hasil USG paru di pasien ini benar-benar
mengubah “konsep lama”. Pertama, RDS tidak hanya ada dengan atelektasis, tetapi juga
dengan edema paru atau efusi pleura. Kedua, luas dan sifat lesi pada paru bilateral bisa tidak
konsisten Temuan ini menunjukkan bahwa ultrasound paru-paru dapat memberi kita medis
tambahan dan informasi klinis. Karena edema paru dan efusi pleura juga merupakan fitur
patologis utama TTN, "paru-paru putih" (AIS) atau efusi pleura bukanlah gejala spesifik
RDS, karena juga ditemukan pada TTN dan penyakit paru-paru (16, 20). Menurut literatur,
sensitivitas dan spesifisitas efusi pleura untuk mendiagnosis RDS masing-masing adalah
10
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
KESIMPULAN
Singkatnya, penelitian ini lebih lanjut menegaskan bahwa USG paru memiliki arti penting
dalam mendiagnosis RDS neonatal. Seperti yang ditunjukkan oleh Copetti et al. (15), USG
paru-paru memiliki banyak keuntungan. Pertama, karena non-pengion, USG dapat dilakukan
di samping tempat tidur. Kedua, USG mudah dioperasikan, dan dapat diulang beberapa kali
kali sehari tanpa membahayakan operator atau pasien. Ketiga, ini adalah teknik berbiaya
rendah, yang membutuhkan keterampilan dasar saja. USG paru memiliki akurasi dan
keandalan yang sangat tinggi dalam mendiagnosis penyakit paru. Mengingat semua ini, di
unit perawatan intensif neonatal lanjutan tertentu metode ini bisa menggantikan radiografi
sebagai pendekatan diagnostik lini pertama pada periode neonatal (24). Namun, ada beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan. Jumlah bayi RDS terbatas, dan
dengan menggunakan ultrasound. Berdasarkan hasil penelitian ini, mungkin USG tidak tepat
untuk diagnosis RDS grade I. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menggantikan
rontgen dada dengan sonografi dalam pemindaian lanjutan RDS setelah perawatan.
11
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
DAFTAR PUSTAKA
12
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Lampiran
13
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
14
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
15
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
16
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
17
Tugas Evidence-Based Case Report - Modul Evidence Based Medicine
Program Pendidikan Dokter Spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
18