Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS RANCANG BANGUN ALAT FIKASASI


PADA PEMERIKSAAN BABYGRAM DI RADIOLOGI
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

WAHYU
NPM. P121152

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


POLITEKNIK MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2024
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi

sosial dan Kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna yang komprehensif berupa penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (prefentif) kepada Masyarakat.

Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

Kesehatan dan pusat penelitian medis, di rumah sakit juga banyak

terdapat fasilitas-fasilitas pelayanan salah satunya yaitu fasilitas

radiologi (WHO, 2017).

Radiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang respon

pembuatan gambar (radiografi) dan organ tubuh manusia dengan

menggunakan radiasi sinar-X sebagai sumber pencatat gambar.

Pada pemeriksaan radiologi hasil gambaran akan sangat

membantu dalam mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh

manusia (Finzia & Ichwanisa, 2017).

Pemeriksaan radiologi terdiri radiologi conventional dan

radiologi imaging (Kesuma, 2015). Pada pemeriksaan radiologi

conventional dilakukan dengan sederhana menggunakan energi

sinar-X dengan berbagai posisi. Pemeriksaan radiologi

conventional tanpa menggunakan media kontras yaitu

pemeriksaan babygram (Goleman, dkk 2019).


Babygram adalah pemeriksaan radiologi pada bayi yang

akan menghasilkan gambaran radiograf dari thorax sampai dengan

shymphisis pubis (Erika, 2017). Sinar-X diagnostic dilakukan untuk

memperoleh suatu citra objek tubuh serta mendiagnosis penyakit

pada bayi baru lahir seperti sepsis neonatal yang mana pasiennya

mengalami kelainan pada system pernafasan dan memerlukan

alat bantu pernafasan untuk mengelola jalan napas (Jardine,

2011).

Neonatal adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan

usia 28 hari. Neonatal dini adalah bayi berusia 0-7 hari, sedangkan

neonatal lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (marni dan kukuh,

2018). Sepsis neonatal (infeksi) lebih sering terjadi pada bayi yang

lahir premature. Sepsis neonatal disebabkan oleh intrapartum

saluran genital ibu. Sepsis neonatal kemungkinan terjadi pada bayi

setelah berumur 7 hari atau lebih yang disebut sepsis. Hal seperti

ini memperburuk keadaan bayi dan sering menjadi meningitis.

Sepsis neonatal sering terjadi pada bayi yang lahir dengan berat

badan rendah atau bayi yang lahir kurang bulan yang dapat

menyebabkan kematian pada bayi (Pusponegoro, 2016).

Menurut Long, dkk, 2016, proyeksi yang di gunakan untuk

pemeriksaan babygram yaitu antero posterior (AP) dan lateral,

menurut Smith 2016, proyeksi yang di gunakan untuk pemeriksaan

babygram yaitu antero posterior (AP) dan lateral juga. Menurut


salah satu jurnal yang penulis dapatkan jurnal ini menjelaskan

penambahan proyeksi lateral pada neonatus dapat menunjukkan

gambaran udara akan terlihat naik dan menumpuk di samping

dada bagian lateral (Hendry Knipe, 2019).

Alat fiksasi adalah alat yang di gunakan untuk membantu

pemeriksaan radiografi (Bontranger,2014) berbagai macam alat

bantu pemeriksaan diradiologi yaitu, tam-em board and plexyglass

hold-down paddle, pigg-o stat, perban sandbags, wight angle block

(Bontranger,2014) Kegunaan alat bantu ini memiliki sifat yang

spesifik, alat bantu ini hanya dapat di gunakan untuk pemeriksaan

yang tertentu sebagai contoh yaitu tam-em bord and plexyglass

hold-down paddle merupakan alat bantu untuk pemeriksaan thorax

dan abdomen pada anak (Jardine, 2011).

Pada saat peneliti melakukan PKL (Praktek Kerja

Lapangan) di instalasi radiologi RS Inche abdoel moeis Samarinda,

pada pemeriksaan thorax dan abdomen pada bayi selalu

didampingi orang tua dikarenakan beberapa factor salah satunya

takut apabila anak terjatu yang berakibat fatal dan takut anak

bergerak yang dapat mengganggu hasil gambaran. Kemudian

peneliti mendapatkan informasi dari kepala ruangan radiologi

bahwasanya alat fiksasi pada pemeriksaan thorax dan abdomen

pada bayi belum ada di rumah sakit tersebut. Berdasarkan uraian

di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul rancang

bangun alat fiksasi pemeriksaan thorax dan abdomen pada bayi


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis

mendapatkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana rancang bangun alat bantu fiksasi pemeriksaan

radiografi thorax dan abdomen pada bayi.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: Untuk

merancang alat bantu fiksasi pemeriksaan radiografi thorax dan abdomen

pada bayi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperdalam

pengetahuan peneliti mengenai bagian radiologi, khususnya

dalam pembuatan alat bantu fiksasi pada pemeriksaan thorax

dan abdomen pada bayi.

2. Bagi institusi

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran

bagi institusi Pendidikan dan calon radiografer dalam menambah

ilmu pengetahuan.
3. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit sebagai masukan

dan pertimbangan dalam pembuatan alat bantu fiksasi pada

pemeriksaan thorax dan abdomen pada bayi.

4. Manfaat Masyarakat

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi referensi serta

masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan radiologi

khususnya dalam pembuatan alat fiksasi pada pemeriksaan thorax

dan abdomen pada bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alat Fiksasi pada Pemeriksaan babygram

Fiksasi atau imobilisasi (alat bantu pemeriksaan) merupakan cara yang

di gunakan untuk mengurangi pergerakan obyek, menambah kenyamanan

pasien dan mempermudah pekerjaan radiografer, dan untuk mendapatkan hasil

yang optimal atau dapat membantu dalam penegakkan diagnosis.

Konsep kenyamanan menurut Kolcaba (2003: 14)\ Radiografer

melakukan pemeriksaan radiologi yang harus memperhatikan kenyamanan

pasien. Kenyamanan yang diharapkan oleh pasien, dapat merasakan lebih baik

dan lebih tenang. Kenyamanan bukan merupakan suatu kondisi perasaan

seseorang merasakan nyaman berdasarkan persepsi dari masing masing

individu.

Nyaman merupakan suatu keaadaan terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang bersifat indifidual akibat beberapa faktor kondisi lingkungan.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, nyaman memiliki arti segar, sehat,

sedap,sejuk dan enak, sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman,

kesegaran dan kesejukan.

Kenyamanan sebenarnya sangat sulit untuk diartikan karena bersifat

indifidu dan tergantung kepada kondisi perasaan orang yang mengalami situasi

tersebut.

Waktu pelayanan menurut kolcaba (2003 : 15) Waktu atau masa adalah

seluruh rangkaian saat Ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau

berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu dapat merupakan interval antara dua

buah keadaan atau kejadian, yang dapat merupakan suatu lama


berlangsungnya kejadian.

Kelayakan pelayanan menurut kolcaba (2003 : 15) Kelayakan

penyanan adalah usaha kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang

dapat di peroleh dalam melaksaanakan suatu kegiatan usaha.

Kelayanan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

Keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasna usaha dari

pelayanan.

Pengertian layak adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang

akan dilaksanakan dapat memeberikan manfaat dalam arti finansial maupun

sosial. Dengan adanya kelayakan diharapkan resiko kegagalan pelayanan tidak

terjadi.

Kelayakan telah diterima luas oleh para pengguna dan dianggap

sebagai standar yang normalnya harus diikuti oleh semua pelayanan.

Perubahan yang harus dibuat mendapatkan consensus terlebih dahulu.

Sehingga kelayakan merupakan kriteria penentuaan apakah layal untuk

dibuatkan atau tidak.

1. Perlindungan orang-orang yang menemani pasien menurut kolcaba (2003

: 15)

a. Berdiri di belakang panel control saat pasien diposisikan

b. Jika pasien perlu dipegangi, pastikan apron berlapis timbal telah dipakai

oleh orang yang membantu.

c. Sedapat mungkin jangan izinkan orang lain berada dalam kamar

pemeriksaan

d. Jika orang lain harus berada dalam kamar pemeriksaan, pastikan mereka

berada dibelakang panel control saat pasien diposisikan.

e. Jika tersedia, selalu gunakan film badge (pengukur dosis radiasi yang
diterima) periksakan film badge secara teratur.

2. Anatomi

a. Anatomi Thoraks
Rangka dada atau thoraks adalah bagian dari system

kerangka yang berfungsi sebagai kerangka kerja pelingdung atau

bagian-bagian dari dada yang terlibat dengan pernapasan dan sirkulasi

darah. Viscera thoracic adalah istilah yang digunakan untuk bagian-

bagian ini di dada, terdiri dari paru-paru dan sisa organ thoraks yang

ada dalam mediastinum. Di luar thoraks terdiri dari sternum (tulang

dada), yang memiliki tiga divisi. Bagian superior tulang bertulang terdiri

atas 2 clavicula (tulang selangka) yang menghubungkan tulang dada.

b. tulang belikat (tulang belikat), 12 pasang tulang rusuk yang melingkari

dada, dan 12 vertebra thorax posterior (Lampignano dan Kendrick, 2018).

c. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam

rongga dada. Mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa

pembuluh darah besar memisahkan paru tersebut. Setiap paru

mempunyai apex (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan

bronkial, bronkus, saraf dan pembuluh limfa memasuki tiap paru pada

bagian hilus dan membentuk alveolus paru kanan lebih besar yang dibagi

menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Sedangkan paru kiri hanya dibagi

menjadi dua lobus (Price dan Wilson, 2015).

d. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan

segmen bronkus-nya. Paru kanan dibagi menjadi sepuluh segmen dan

paru kiri dibagi menjadi sembilan. Proses patologis seperti atelektasis dan

pneumonia sering kali hanya terbatas pada satu lobus dan satu segmen

saja. Suatu lapisan tipis kontinu yang mengandung kolagen dan jaringan

elastis, sering disebut sebagai pleura (Price dan Wilson, 2015).


Pleura melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru
(pleura viseralis). Di antara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak
selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan thorax dan paru, yang dapat
dianalogikan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat jika ada air.
Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi
keduanya sulit dipisahkan. Tekanan udara dalam rongga pleura lebih rendah
daripada tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadi kolaps paru. Apabila
terserang oleh penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan, udara atau cairan
dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps
(Price dan Wilson, 2015).

Pada dasarnya anatomi paru-paru bayi dan orang dewasa sama, namun ada
beberapa perbedaan (Schochet Peter N, Lie, 2019), diantaranya yaitu :
a) Tulang rusuk pada bayi lebih berorientasi horizontal dari

pada orang dewasa.

b) Otot interkostalis yang berada dia antara tulang rusuk

tidak sepenuhnya berkembang sampai anak mencapai

usia sekolah. Akan sulit bernapas karna tulang rusuk sulit

terangkat terutama ketika berbaring terlentang.

c) Diameter internal saluran udara pada anak lebih kecil,

setiap peradangan atau obstruksi dapat menyebabkan

tekanan yang lebih parah.


d) Secara umum, saluran udara anak lebih kecil, kurang

kaku, dan lebih rentan terhadap obstruksi.

e. Fisiologi system pernapasan

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi

oleh membrane mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung

lalu udara disaring, kemudian dihangatkan, dan dilembabkan.

Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi

yang terdiri dari epitel thorax bertingkat, bersilia, dan bersel

goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang

disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu

kasar disaring olehrambut-rambut yang ada didalam lubang

hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat didalam

lapisan mucus. Gerakan siliamen mendorong lapisan mucus ke

posterior didalam rongga hidung, dan ke superior di dalam

sistem

pernapasan bagian bawah menuju faring. Dari sini partikel

halus akan tertelan atau dibatukkan keluar (Pearce C Evelyn

2019).

Lapisan mucus memberikan air untuk kelembaban, dan

banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan

menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah

disesuaikan sehingga udara yang mencapai faring hampir

bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan

kelembabannya mencapai 100 persen. Saluran pernapasan

atau tractus respiratorius adalah bagian tubuh manusia yang

berfungsi sebagai lintasan dan tempat pertukaran gas yang

diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran pernapasan terdiri


dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.

a) Hidung

Sewaktu udara melewati hidung, udara disaring oleh

rambut- rambut halus yang terdapat di vestibulum.

Karena kontak dengan permukaan lendir yang di

dalamnya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan

air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembab.

Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara

paranasal yang masuk ke dalam rongga-ronga hidung

dan juga menghubungkan lubang-lubang nasokrimal

yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian

bawah rongga nasalis, ke dalam hidung (Pearce C

Evelyn, 2019).

b) Faring

Faring merupakan saluran otot selaput yang

kedudukannya tegak lurus antara basis cranii dan

vertebrae servikalis empat. Daerah faring dibagi tiga

daerah yaitu, nasofaring, orofaring, laringofaring

(Syaifuddin, 2016).

c) Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

pembentukan suara yang terletak di depan bagian faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu


dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang

disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan

yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

manutupi laring. Terdiri dari dua lempeng atau lamina

yang tersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat

lekuk berupa V. Tulang rawan krikoid terletak di bawah

tiroid, bentuknya seperti cincin yang terletak di belakang

(ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk

lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua

rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang

rawan dan membantu menutup laring sewaktu kita

menelan, laring dilapisi oleh selaput lendir yang sama

dengan yang ada di trakea, kecuali pita suara dan bagian

epiglotis yang dilapisi jaringan epitelium berlapis (Pearce

C Evelyn, 2019).

d) Trakea (Batang Tenggorokan)

Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang

berotot polos dan jaringan pengikat. Pada tenggorokan

ini terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai

penolak benda asing selain gas (Pearce C Evelyn, 2019).

Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian

vertebra thorakalis kelima dan ditempati ini bercabang

dua bronkus. Trakea tersusun dari enam belas sampai

dua puluh lingkaran tangan lengkap berupa cincin tulang

rawan yang diikat bersama oleh jaring fibrosa dan yang

melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain


itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi

oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan

sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas ke arah

laring, maka dengan gerakan debu dan butir-butir halus

lainnya yang terus masuk bersama dengan pernapasan,

dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya

mempertahankan agar trakea tetap terbuka, di sebelah

belakangnya tidak tersambung, yaitu di tempat trakea

menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari

tulang belakang (Pearce C Evelyn, 2019).

e) Bronkus

Bronkus merupakan cabang dari batang tenggorokan.

Gelembung paru-paru, berdinding sangat elastis, banyak

kapiler darah serta merupakan tempat terjadinya

pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Kedua bronkus

yang terbentuk dari

belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra

thorakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu

berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-

paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar

daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang

disebut bronkus lobus atas, cabang kedua timbul setelah

cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus

lobus bawah. Bronkus lobus tengah keluar dari bronkus


lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri

pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang

yang berjalan ke lobus atas dan bawah (Pearce C Evelyn,

2019).

f) Bronkiolus

Bronkiolus memiliki percabangan menjadi bronkiolus

terminalis, dimana tidak mempunyai kelenjar lendir dan

silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional

antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran

gas. Sampai pada titik ini, jalan udara konduksi

mengandung sekitar 150 ml udara dalam percabangan

trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas

ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkiolus

respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran

oksigen dan karbon dioksida terjadi di dalam alveoli

(Pearce C Evelyn, 2019).

g) Alveolus

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang

tersusun dalam kluster anatara 15 sampai 20 alveoli.

Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka

bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi

area 70 meter persegi (seukuran lapangan tenis).

Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I


adalah sel epitel yang membentuk dinding alaveolar. Sel-

sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolic,

mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak

kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang

merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang

memakan benda asing (lender, bakteri) dan bekerja

sebagai mekanisme pertahanan yang penting

(Syaifuddin, 2016).

f. Anatomi abdomen

Abdomen merupakan rongga terbesar dalam tubuh.

Bentuknya lonjong dan meluas mulai dari diafragma sampai

pelvis, dibawah rongga abdomen terdiri dari dua bagian yaitu

abdomen yang sebenarnya merupakan rongga abdomen bagian

atas yang lebih besar, dan pelvis yang merupakan rongga

sebelah bawah dan lebih kecil. Batas batas

abdomen diatas diafragma, dibawah panggul besar, di depan

dan di kedua sisi otot-otot abdominal tulang-tulang iliaka dan

iga-iga sebelah bawah. Dibagian belakang ada tulang

punggung, otot polos, dan kuadratus lumborum (Pearce C

Evelyn, 2019).
Sistem organ pada abdomen ada 2 yaitu sistem urinari

dan sistem pencernaan. Sistem urinari yaitu dimulai dari ginjal-

ureter- kandung kemih dan uretra, sedangkan sistem

pencernaan dimulai dari esofagus-lambung-usus halus-usus

besar dan berakhir anus. Selain itu di dalam rongga abdomen

terdapat organ penting seperti hepar, aorta abdomen, kandung

empedu, pankreas serta organ lain yang berada di dalam

rongga abdomen (Lampignano dan Kendrick, 2018).

Otot perut anak biasanya lebih tipis serta lebih lemah

dibandingkan dengan orang dewasa. Jika anak berbaring, perut

kelihatan datar, dan bila berdiri akan terjadi lordosis sehingga

perut kelihatan membuncit. Keadaan ini dianggap normal

sampai pubertas. Anak dibawah usia 6 tahun, gerakan

abdomen akan lebih dominan daripada gerakan thorax,

sehingga bila di atas usia 6 tahun masih tampak gerakan

abdomen yang dominan perlu dicurigai adanya kelainan paru.

Organ-organ perut relatif besar, tepi hati yang lunak dapat

teraba di bawah arkus kosta kanan. Limpa biasanya tidak

teraba (Price dan Wilson, 2015).


B. Teknik pemeriksaan babygram

1) Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Kaset : Ukuran 18 cm x 24 cm

b) Posisi pasien : Memposisikan pasien supine diatas

kaset di dalam incubator.

c) Posisi objek : Abdomen diposisikan dipertegahan meja

supaya Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien tegak

lurus terhadap kaset. Pastikan tidak ada rotasi pada

daerah thorax dan abdomen. Kedua lengan pasien

dijauhkan dari tubuh, kaki diluruskan kebawah dibantu

dengan perawat maupun orangtua dari pasien dengan

memakai apron. Immobilisasikan dengan menggunakan

sandbag yang lembut dan fleksible dan compression

band. Atur luas kolimasi sesuai dengan objek yang

akan diperiksa.

d) Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset

e) Central Point : Processus Xypoideus


f) Eksposi : Dilakukan dengancara melihat

pergerakan pasien dilakukan ketika pasien diam dan

tahan nafas. Jika pasien menangis, tunggu sebentar

dan lakukan eksposi pada saat pasien berhenti

menangis.

g) Kriteria Radiograf : Tidak terjadi rotasi pada bayi,

penggunaan kolimasi yang sesuai yaitu mulai dari

bagian thorax hingga ke daerah abdomen, tampak

anatomi pada daerah thorax dan abdomen dari mulai

apex paru hingga batas bawah symphisis pubis, tidak

serta abdomen.
tampak pengaburan gambar dari paru, diafragma,
C. Kerangka Konseptual

Perencanaan Alat

Fiksasi

Efektivitas Rancang Bangun

Babygram Alat fiksasi Pemeriksaan

Babygram Di Radiologi RSUD

Bahan Labuang Baji Makassar

Penggunaan Alat
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penyusunan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “rancang

bangun alat fiksasi pada pemeriksaan babygram pada bayi di instlasi

radiologi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar”, maka penulis

menggunakan metode deskriptif eksperimen, dengan jenis penelitian

kuantitatif. Membuat alat fiksasi pemeriksaan babygram pada bayi

dan menggambarkan hasil kuesioner dengan penggunaan atau

pengaplikasian alat.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di instalasi Radiologi pada Rumah Sakit Labuang

Baji Makassar, yang menjadi Rumah Sakit unggulan Provinsi yang

inovatif dan kompetitif, bertempat dijalan Ratulangi.

2. Waktu
Waktu yang digunakan pada penelitian “rancang bangun alat fiksasi pada

pemeriksaan babygram pada bayi di instalasi radiologi Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar”, dimulai bulan april sampai dengan bulan mei

2024.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian serta pengujiannya yang dilakukan, populasi yang

diambil adalah yang melakukan pemeriksaan foto babygram pada

bayi di instalasi radiologi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

2. Sampel

Sampel diambil dari semua pasien yang telah melakukan


pemeriksaan babygram pada bayi di instalasi radiologi Rumah

Sakit Labuang Baji

Makassar selama bulan april sampai dengan bulan mei 2024 dengan

mengambil 2 pasien BALITA (Bayi umur 0-1 tahun) sebagai sampel

dari penelitian ini.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pada teknik pengumpulan sampel yang digunakan yaitu:


1. Studi Kepustakaan

Dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang

mempunyai kaitan dengan penelitian ini, baik itu buku-buku yang

tersedia di perpustakaan, maupun dari referensi-referensi yang

lainnya.

2. Observasi
Observasi suatu cara pengumpulan sampel dengan pengamatan

langsung serta dari pencatatan sistematis terhadap obyek yang

diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat pengaplikasian

alat fiksasi pemeriksaan foto babygram pada bayi di instalasi

radiologi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

3. Kusioner kenyamanan dan kesesuaian alat fiksasi

Kusioner dilakuakan terhadap radiografer dan keluarga pasien yang

berada diruang radiologi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

mengenai kenyamanan pasien, waktu pemeriksaan, kelayakan

penggunaan alat fiksasi, serta hasil radiograf dari penggunaan fiksasi

pada pemeriksaan babygram bayi di instalasi radiologi di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

4. Wawancara kenyamanan dan kesesuaian alat fiksasi

Wawancara langsung dilakukan terhadap radiografer, pasien dan

dokter spesialis yang berada di instalasi radiologi Rumah Sakit


Labuang Baji Makassar mengenai kenyamanan pasien, waktu

pemeriksaan, kelayakan penggunaan alat fiksasi, serta hasil

radiograf dari penggunaan alat fiksasi pada pemeriksaan babygram

pada bayi.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas
Rancang bangun alat fiksasi pada pemeriksaan babygram di instalasi

radiologi RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Pemeriksaan babygram pada bayi di instalasi radiologi RSUD Labuang


Baji Makassar.

F. Alat Dan Bahan Penelitian

Alat dan Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Alat

a. Penggaris 1 Buah

b. Gergaji ukir

c. Bor tangan listrik

d. Sekrup

e. Spidol

2. Bahan

a. 1 Lembar fibergelas

b. Balok

c. Lem fiberglass

d. Sponn atau gabus

e. Kain dan perekat


Pengertian alat dan bahan yang di gunakan:

1. Alat

a. Penggaris adalah sebuah pengukur dan alat bantu gambar

untuk menggambar garis lurus

Gambar 3.1: penggaris


b. Gergaji adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk

memotong atau menggeregaji kayu, kaca akrelik, fiberglass dan

besi dalam bentuk apa saja mulai dari bentuk kurva yang

melengkung hingga yang lurus.

Gambar 3.2: gergaji ukir

c. Bor adalah alat bantu yang digunakan untuk melobangi kayu guna

memasang paku sekrup.

Gambar 3.3: bor tangan listrik


d. Sekrup adalah sebuah benda yang terbuat dari besi yang

berbentuk bulat kecil dan memiliki beberapa bagian yang

berbentuk berbeda yakni bagian atas berbentuk pipih bagian

tengah berulir dan bagian bawah berbentuk runcing.

Gambar: 3.4 sekrup

e. Spidol adalah salah satu alat tulis yang berfungsi untuk menulis,

menggaris maupun menggambar.

Gambar: 3.5 spidol


2. Bahan

a. Fiberglass adalah serat (fiberglass) atau sering diterjemahkan

menjadi serat gelas adalah kaca cair yang di tarik menjadi serat

gelas adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis

tengah sekitar 0,005 mm-0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi

benang atau di tenun menjadi kain, yang kemudian diresapi

dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi

untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia

digunakan sebagai agen pengut untuk banyak produk plastic

material komposit yang di hasilkan dikenal sebagai plastik

diperkuat glass-fiber (GRE), disebut “fiberglass” dalam

penggunaan umum nya.

Gambar 3.6: fiberglass (kaca serat)


b. Kayu balok adalah penopang atau alat penyangga alat fiksasi

yang akan di buat. Yang berfungsi sebagai penyangga fiber glass

Gambar 3.7: kayu balok

c. Lem fox adalah lem putih yang bisa digunakan untuk penempelan

kayu, kertas, koraltex, texture dan bisa juga untuk plamur tembok.

Gambar 3.8: lem fox


d. Spon atau gabus adalah sejenis bahan lunak yang ringan dan

terapung dalam air yang biasanya dipakai sebagai alat fiksasi

kepala dalam pemeriksaan radiologi

Gambar 3.9: spon atau gabus

e. Kain dan perekat adalah benang yang di rajut sehingga terbentuk

sebuah lembaran dan perekat yaitu sebagai bahan yang mampu

menyambungkan atau menyatukan kedua pemukaan benda yang

terpisah sehingga mempunyai kekuatan yang memadai saat

dikenai beban tertentu.

Gambar 4.0: kain dan perekat


G. Definisi Operasional

3. Efektifitas penggunaan alat fiksasi pemeriksaan babygram pada bayi

adalah suatu daya guna dalam membantu agar pasien merasa

nyaman, yang dapat pula menunjang jalannya pemeriksaan,

sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil gambaran

optimal untuk menegakkan diagnosa, terhadap pemeriksaan

babygram pada bayi.

4. Kenyamanan adalah suatu keadaan dimana pasien dapat

merasakan lebih baik dan lebih tenang, sehingga tidak adanya rasa

sakit yang dialami khususnya pada bayi, pasien dengan efektivitas

penggunaan alat fiksasi pemeriksaan babygram pada bayi.

5. Waktu adalah berlangsungnya suatu rangkaian proses dalam

memposisikan pasien, dengan adanya efektivitas penggunaan alat

fiksasi pemeriksaan babygram pada bayi akan lebih dapat membantu

dan mempersingkat, saat berlangsungnya proses memposisikan

pasien.

6. Kelayakan adalah terpenuhinya tujuan dengan memuaskan serta

menjamin keunggulan efektivitas penggunaan alat fiksasi

pemeriksaan babygram pada bayi terutama dari segi kelayakan

bahan, memberikan kenyamanan pasien waktu pemeriksaan yang

efektif, serta menunjang hasil radiograf.

7. Hasil radiografi adalah hasil gambaran objek yang difoto dengan

efektivitas pegunaan alat fiksasi pemeriksaan babygram pada bayi

yang dapat memenuhi hasil kriteria gambar yang baik.


H. Prosedur Penelitian

Pada prosedur yang digunakan pada penelitian, yaitu dapat


berupa

seperti:

8. Panduan Observasi

Pada panduan observasi, dengan dilakukan pengamatan secara

langsung dapat berupa penggunaan alat dan bahan yaitu, alat fiksasi

untuk pemeriksaan babygram pada bayi, kaset untuk pemeriksaan

ukuran 24 x 30 cm, film ukuran 24 x 30 cm, pesawat Rotgen sinar-X

jenis konvensional, meteran, penggaris, kertas, pulpen, kamera,

serta note.

9. Panduan kuisioner

Daftar pertanyaan meliputi kenyamanaan pasien, waktu

pemeriksaan, kelayakan alat fiksasi, dan hasil radiograf yang

dihasilkan.

10. Panduan Wawancara

Daftar pertanyaan secara langsung, masalah tentang kenyamanan

pasien, waktu pemeriksaan, kelayak alat fiksasi, dan hasil radiograf

yang dihasilkan.

11. Dokumentasi

Dokumentasi menggunakan kamera untuk melakukan foto dalam hal

memberikan hasil observasi.


I. Alur Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Perancangan Alat

Pemeriksaan Radiografi

Babygram Bayi

Aplikasi Alat

Hasil

J. Analisis Data

Hasil observasi berdasarkan data lapangan di instalasi


radiologi RSUD Labuang Baji Makassar kemudian menarik
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager,2014. Text book of Radiographic Position and Realated Anatomy,

Fighth Mosby Inc St Lois,Amerika

Goleman Daniel. Boyatzis,Richard,Mckee,A.2019 pediatric jurnal of

Chemical information and modeling, in journal of chemical

Information and modelling (vol.53)

Kolcaba,Katcharine,2003.Confort Teory And Practice .New York:

Springer Publishing Company

Pospunegoro.TS,(2016).Pusponegoro. Titut S. In Sari Pediatric (vol.2)

Jardine, L (2011) Direct diagnosis in radiology: pediatric imaging. In Jornal of

Pediatrics and Child Health (Vol.47)

Long,B,W,Rollins,J,H dan Smith,BJ, (2016) Merrill’s atlas of radiographic

Positioning & procedures vol.3 Thirtthent. St louis,Mo:

Elsevier/Mosb|y.

Kesuma, S. 2015 the Ability Diagnostic Reading for Change,Yogyakarta

Lamignano,I.P dan Kendric, I.E 2018. Bontrager’s Textbook of Radiografiphic

Positioning and Realated Anatomy,Nine Editi,Elsevier,Nine Editi United

States of America:MosbY Inc

Price,Sylvia A: Wilson, L, M (2015) Price dan Wilso. 6 ed,jakarta buku

Kedokteran EGC.

Schochet Peter N, Lie,H,S,(2019)” Anatomy of A Child’s Lung”

Pearce, E. C(2019) Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis,Cetakan 40.

Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

World Hearth Organization(WHO 2017 hospital www.who.int

Anda mungkin juga menyukai