Kelainan struktural janin ditemukan hingga 3% dari semua kehamilan, dan penapisan
berbasis ultrasonografi telah menjadi bagian integral dari pelayanan pra-natal rutin
selama berpuluh-puluh tahun. Deteksi kelainan janin pra-natal memungkinkan
manajemen perinatal yang optimal, memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
pemeriksaan pencitraan, dan genetik tambahan, serta meneyediakan informasi mengenai
prognosis dan pilihan manajemen. Sekitar setengah dari semua kelainan struktur yang
besar dapat dideteksi dalam trimester pertama, termasuk acrania/anencephaly, defek
dinding abdomen, holoprosencephalym dan hygormata kistik. Namun, beberapa
kelainan tidak terlihat hingga di akhir kehamilan, karena adanya perkembangan organ
yang sedang berlangsung. Karena hal tersebut, anatomi trimester kedua
direkomendasikan oleh komunitas-komunitas profesional sebagai investigasi standar
untuk deteksi kelainan struktural. Laju deteksi kelainan struktural yang dilaporkan
bervariasi berdasarkan sistem organ yang diperiksa, dan juga bergantung pada faktor-
faktor seperti pengaturan alat, dan pengalaman sonografer. Kemajuan teknologi selama
dua dekade terus menyokong peran ultrasonografi sebagai modalitas pencitraan utama
pada kehamilan, dan keamanan ultrasonografi bagi janin yang sedang berkembang telah
diketahui dengan baik.1 Dengan adanya peningkatan kapabilitas dan pengalaman,
pemeriksaan sistem saraf pusat serta sistem kardiovaskular yang mendetik sangat
dimungkinan, dengan pemeriksaan seperti neurosonogram janin dan ekokardiogram
janin sekarang dilakukan secara luas di pusat pelayanan tersier. Magnetic resonance
imaging (MRI) juga telah diketahui perannya dalam pemeriksaan kelainan otak janin;
dengan potensi indikasi MRI untuk janin lainnya termasuk pengukuran volume paru
(dalam kasus hernia diafragmatika kongenital), dan perencanaan pra-operasi sebelum
perbaikan spina bifida janin. Ketika kelainan struktural mayor terdeteksi sebelum
kelahiran, pemeriksaan genetik dengan susunan mikro kromosom direkomendasikan
dibandingkan kariotipe rutin, karena resolusi genomiknya yang lebih tinggi.1,2
1. Pendahuluan
Kelainan struktur janin menyulitkan 2-3% dari semua kehamilan. Penapisan kelainan
struktur janin dengan ultrasonografi merupakan bagian integral dari pelayanan pra-natal
rutin di negara-negara yang memiliki sumber daya yang baik. Deteksi kelainan struktur
pra-natal memberikan kesempatan kepada orang tua untuk memperoleh informasi
mengenai kondisinya sejak awal, termasuk sifat alamiahnya, etiologi, prognosis dan
ketersediaan terapi pra- dan pasca-kelahiran. Survei anatomi mid-trimester- biasanya
dilakukan antara usia kehamilan 18-22 minggu- telah menjadi standar pelayanan deteksi
kelainan struktur janin selama beberapa dekade. Angka deteksi kelainan janin pra-natal
yang dilaporkan sanga bervariasi (15-85%) dan bergantung pada banya faktor: usia
gestasi ketika pemeriksaan dilakukan; ekpertise fasilitas ultrasonografi dan sonografer;
indeks massa tubuh (IMT) ibu; dan sistem organ tertentu yang sedang diperiksa. Laju
deteksi yang tinggi dikaitkan dengan praktik ultrasonografi obstetrik yang berdedikasi
serta fasilitas kesehatan tersier. Angka deteksi juga meningkat pada populasi berisiko
tinggi ketika risiko apriori terhadap temuan kelainan lebih tinggi pada wanita dengan
faktor risiko yang diketahui untuk kelainan. 2 Studi RADIUS, suatu percobaan acak pada
lebih dari 15.000 wanita, melaporkan angka deteksi kelainan janin relatif sebesar 2,7
(95% interval kepercayaan: 1,3-5,7) di latar tersier dibandingkan dengan non-tersier.
Ketika suatu kelainan dicurigai pada pemeriksaan rutin, direkomendasikan bahwa
wanita dirujuk ke penyedia layanan ultrasonografi tersier atau spesialis kedokteran janin
untuk konfirmasi kelainan, dan manajemen lebih lanjut. Untuk beberapa kelainan,
penilaian tambahan dengan ultrasonografi serial, ekokardiografi janin, MRI, atau
pemeriksaan genetik janin juga bisa direkomendasikan.3
Pengenalan pemeriksaan pra-natal non-invasif (NIPT) dengan DNA janin bebas sel ke
dalam praktik klinis selama lima tahun terakhir telah mengambil sebagian besar dari
peran ultrasonografi translusensi nuchal di usia 11-13 minggu dalam hal deteksi trisomi
21. Walaupun diharapkan ada kemajuan lebih lanjut di dalam bidang genetik pra-natal,
akan tetap ada peran signifikan dari penapisan ultrasonografi terhadap kelainan struktru
janin disemua trimester. Dengan kemajuan yang terus berlangsung di dalam kapabilitas
teknis ultrasonografi, bersamaan dengan peningkatan ekspertise operator, saat ini
kelainan dapat didiagnosis dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dan di usia
kehamilan yang lebih awal dari sebelumnya.4
Gambar 2. Angka deteksi kelainan struktur janin dari minggu gestasi ke-11 hingga 14.
Gambar 4. MRI janin: (a) ventrikulomegali bilateral berat; (b) dan (c) hernia diafragma
kongenital
5. Peran MRI dalam penilaian kelainan struktur fetus.
Keunggulan USG untuk deteksi kelainan fetus tetap tidak perlu dipertanyakan, tetapi
MRI saat ini dikenal sebagai modalitas tambahan yang penting pada keadaan tertentu.
MRI biasanya dianggap sebagai pemeriksaan lini-kedua untuk anomali fetus yang tidak
ternilai secara lengkap melalui USG, atau dalam setting kelainan yang terisolasi untuk
mengeksklusi kondisi yang terkait. MRI jarang digunakan sebagai alat skrining utama,
tetapi MRI mungkin memiliki peran dalam kasus tertentu yang berisiko terhadap
kelainan spesifik, seperti skrining untuk brain tubers atau nodul subependymal yang
berhubungan dengan tuberous sclerosis. MRI menggunakan lapangan elektromagnetik
ketimbang radiasi, dan oleh karena itu aman digunakan dalam kehamilan, tanpa efek
berbahaya pada fetus. Sejak diperkenalkan ke kedokteran fetus di sekitar tahun 1990,
kemajuan yang ada telah menyebabkan perluasan penggunaan MRI, dan perkembangan
teknik ultrafast telah mengurangi artefak akibat gerakan fetus, sehingga meniadakan
kebutuhan sedasi maternal (atau fetus). 9
5.1 Aspek teknis dari MRI fetus.
Teknik dan indikasi spesifik untuk MRI fetus telah dilaporkan dari workshop pencitraan
fetus yang diadakan oleh National Institute of Child Health and Human Development,
dalam pedoman praktis yang baru dipublikasikan oleh ISUOG, dan organisasi lainnya
seperti the American College of Radiology. Penggunaan kontras gadolinium tidak
direkomendasikan pada kehamilan karena diketahui bisa melewati plasenta. MRI paling
baik dilakukan di akhir trimester kedua dan di trimester ketiga, terutama dalam setting
kelainan otak fetus yang kemungkinan akan berevolusi dengan usia gestasi yang
semakin meningkat. Hanya sedikit manfaat tambahan yang diduga bisa terjadi pada
gestasi awal, seperti sebelum 18-22 minggu, ketika ukuran fetus yang kecil dan aktivitas
fetus bisa memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas gambar MRI. Teknik
pengambilan single-shot dan teknik rapid acquisition lainnya telah digunakan untuk
melawan pergerakan janin. Sekuens T2-weighted fast (turbo) spin-echo merupakan
yang palin gbaik digunakan untuk pencitraan otak fetus, dan memberikan gambaran
yang paling detil terhadap anatomi fetus. Gambar T1-weighted memberikan detil yang
lebih sedikit tetapi bisa berguna untuk menentukan jaringan tertentu atau karakteristik
cairan, seperti lemak, perdarahan, kalsifikasi, dan mekonium. Sekuens single-shot
resolusi-tinggi echoplanar digunakan untuk struktur tulang, kalsifikasi dan perdarahan,
dan sekuens tambahan lainnya, seperti diffusion-weighted imaging (DWI) atau fluid
attenuated inversion recovery (FLAIR), bisa berguna dalam setting tertentu (seperti
iskemia). 4
8. Kesimpulan
Skrining berbasis ultrasonografi untuk kelainan struktural fetus merupakan bagian yang
integral dari perawatan ibu rutin, yang memberikan kesempatan prenatal untuk
pemeriksaan genetik tambahan, pencitraan spesialistik, informasi prognostik dan diskusi
opsi tatalaksana. MRI saat ini telah bagus untuk penilaian kelainan SSP dan saat ini
telah diperiksa untuk berbagai indikasi lainnya, seperti pengukuran volume paru, dan
perencanaan preoperatif untuk operasi fetus. Peran dari ultrasonografi 11-13 minggu
semakin berevolusi dalam konteks kemajuan yang cepat dalam skrining berbasis DNA
cell-free. Lebih dari 50% kelainan struktural mayor bisa terdeteksi pada trimester
pertama, tetapi skrining untuk anatomi fetus pada trimester kedua akan tetap menjadi
landasan untuk deteksi kelainan struktural di masa yang mendatang.
[4] Rayburn WF, Jolley JA, Simpson LL. Advances in ultrasound imaging for
congenital malformations during early gestation. Birth Defects Res A Clin Mol Teratol
2015;103:260e8.
[6] Rao R, Platt LD. Ultrasound screening: status of markers and efficacy of screening
for structural abnormalities. Semin Perinatol 2016;40:67e78.
[7] Pinto NM, Keenan HT, Minich LL, Puchalski MD, Heywood M, Botto LD.
Barriers to prenatal detection of congenital heart disease: a population-based study.
Ultrasound Obstet Gynecol 2012;40:418e25.
[8] Rossi AC, Prefumo F. Accuracy of ultrasonography at 11e14 weeks of gestation for
detection of fetal structural anomalies: a systematic review. Obstet Gynecol
2013;122:1160e7.
[9] Karim JN, Roberts NW, Salomon LJ, Papageorghiou AT. Systematic review of first
trimester ultrasound screening in detecting fetal structural anomalies and factors
affecting screening performance. Ultrasound Obstet Gynecol 2016.
https://doi.org/10.1002/uog.17246 [Epub ahead of print].
[10] Kenkhuis MJA, Bakker M, Bardi F, et al. Yield of a 12e13 week scan for the early
diagnosis of fetal congenital anomalies in the cell-free DNA era. Ultra- sound Obstet
Gynecol 2017 Apr 11. https://doi.org/10.1002/uog.17487 [Epub ahead of print].