Anda di halaman 1dari 6

Sinopsis Fisik Diagnostik Obstetri Ginekologi dan Pelvimetri Klinik

Kurnia Datu Kanoena Lethe - 112017260


RSPAD GATOT SOEBROTO
FK UKRIDA

Pemeriksaan obstetri meliputi banyak prosedur yang masing-masing berkaitan dengan


tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pemeriksaan dasar obstetric pada umumnya di
perlukan pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi. Pada pemeriksaan
fisik kita menilai keadaan pasien, kesadaran pasien serta tanda-tanda vital yang meliputi tekanan
darah, nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, dan skala nyeri. Pada pemeriksaan luar dilakukan
inspeksi, kita menilai dinding abdomen apakah membuncit atau datar, tampak jaringan parut akibat
bekas operasi atau tidak. Palpasi dilakukan untuk memperkirakan adanya kehamilan,
memperkirakan usia kehamilan, mempresentasikan posisi dan taksiran berat badan janin,
mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan serta mencari penyulit kehamilan atau
persalinan. Sedangkan auskultasi dilakukan untuk menilai denyut jantung janin dan mendengar
bising usus ibu. Pada pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi untuk menilai genitalia eksterna dan
pada palpasi dilakukan vaginal toucher sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa kehamilan
muda. Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan sesuai
dnegan yang diharapkan. Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya
prolapse bagian kecil janin atau tali pusat. Pada saat inpartu, ibu Nampak ingin meneran dan
digunakan untuk memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II.
Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentukan apakah bayi
dapat dilahirkan pervaginam. Prognosis untuk suksensya persalinan pervaginam tentu tidak dapat
dipastikan berdasarkan pelvimetri rontgenologis saja, karena kapasitas panggul merupakan salah
satu faktor yang menentukan hasil akhir.
Dikenal dua macam pelvimetri yaitu pelvimetri klinis dan radiologis. Pelvimetri klinis
mempunyai arti penting untuk menilai secara kasar pintu atas panggul, panggul tengah dan
memberika gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri rontgenologis
akan diberikan gambaran yang jelas tentang bentuk panggul, ketepatan tambahan dalam
pengukuran pelvis, serta dapat dilakukan pengukuran diameter penting yang sulit diperoleh secara
tepat dengan cara pengukuran manual yaitu diameter tranversa pintu atas dan tengah panggul.
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya
dalam obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet)
dan pintu bawah panggul (outlet).
Sinopsis Ultrasonografi dalam Obstetri
Kurnia Datu Kanoena Lethe - 112017260
RSPAD GATOT SOEBROTO
FK UKRIDA

Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan gelombang


ultrasonic untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari
gelombang ultrasonic yang dipantulkan oleh organ.
Morfologi dan fungsi organ janin dapat dipelajari secara kasat mata dengan menggunakan
USG 2-dimensi jenis real-time. Fungsi hemodinamik uterus-plasenta-janin dapat dipelajari dengan
lebih mudah dan akurat dengan teknik pemeriksaan Doppler. Dalam decade terakhir ini telah
dikembangkan teknik pemeriksaan USG 3-dimensi, baik jenis 3-D static maupun 3-D real-time.
Melalui USG 3-D morfologi, perilaku dan sirkulasi janin-plasenta dapat dipelajari dengan lebih
mudah dan jelas berdasarkan aspek 3 dimensi.
Di Indonesia pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin pada setiap ibu hamil. Hal ini
disebabkan oleh biaya pemeriksaan USG yang masih cukup mahal dan tidak terjangkau oleh
sebagian besar ibu hamil yang memerlukannya. Sebagian besar ibu hamil tidak dilindungi oleh
program asuransi kesehatan.
Teknik pemeriksaan USG obstetric dapat dikerjakan melalui cara transabdominal (USG-
TA) atau transvaginal (USG-TV). Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian.
Kandung kemih yang penuh akan mengganggu kenyamanan oasien dan pemeriksa. Kandung
kemih yang terlampau penuh akan mendesak genitalia interna ke posterior, sehingga letaknya du
luar daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontraksi, sehingga kantung gestasi di
dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaaan ini akan
mempersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput dari
pemeriksaan. Sedangkan pada pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam keadaan kandung
kemih kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser dan berada di dalam
area penetrasi transduser.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan USG maka perlu dibuat suatu pedoman yang
mengatur penggunaan USG dibidang obstetric. Pedoman tersebut memuat indikasi pemeriksaan
USG dalam kehamilan. Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I, misalnya (1)
penentuan adanya kehamilan intauterin; (2) penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin;
(3) penentuan usia kehamilan; (4) penentuan kehamilan kembar; (5) perdarahan pervaginam; (6)
teduga kehamilan ektopik; (7) terdapat nyeri pelvik; (8) terduga kehamilan mola; (9) terduga
adanya tumor pelvik atau kelainan uterus; (10) membantu tindakan invasive, seperti pengambilan
sampel jaringan vili koriales (chorionic villus sampling), pengangkatan IUD.
Sedangkan indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III, misalnya (1)
penentuan usia kehamilan; (2) evaluasi pertumbuhan janin; (3) terduga kematian janin; (4) terduga
kehamilan kembar; (5) terduga kelainan volume cairan amnion; (6) evaluasi kesejahteraan janin;
(7) ketuban pecah dini atau persalinan preterm; (8) penentuan presentasi janin; (9) membantu
tindakan versi luar; (10) terduga inkompetensia serviks; (11) terduga plasenta previa; (12) terduga
solusio plasenta; (13) terduga kehamila mola; (14) terdapat nyeri pelvik atau nyeri abdomen; (15)
terduga kehamilan ektopik; (16) kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu ≥35 tahun, atau
hasil tes biokimiawi abnormal); (17) evaluasi kelainan kongenital; (18) riwayat kelainan
kongenital pada kehamilan sebelumnya; (19) terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus;
dan (20) membantu tindakan invasive, seperti amniosintesis, kordosintesis, atau amnioinfusi.
Pemeriksaan USG diagnostik cara scanning bersifat aman dan noninvasif. Sejauh ini tidak
ada kontraindikasi untuk pemeriksaan USG pada kehamilan.

Daftar pustaka
1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Ed 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2016; h. 247
Sinopsis Catatan Medik Berorientasi Masalah
Kurnia Datu Kanoena Lethe - 112017260
RSPAD GATOT SOEBROTO
FK UKRIDA

Rekam medis merupakan berkas penting bagi setiap sarana pelayanan kesehatan yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan bukti tertulis atas
segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung
atau dirawat saranan pelayanan kesehatan seperti balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan praktik dokter.
Pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien. Selain itu rekam medis juga digunakan
sebagai sumber data yang kemudian menjadi informasi yang berguna bagi manajemen dalam
menentukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan.
Rekam medis berorientasi masalah adalah pendekatan terhadap semua masalah pasien, dan
mengobati sesuai permasalahannya yang timbull dan kaitannya dengan masalah lain. Sistem ini
dianggap paling ilmiah untuk pendidikan dan penelitian Karen amempunyai sistem yang mirip
dengan metoda penelitian ilmiah eksperimental. Rekam medis berorientasi pada masalah sangat
cocok dilakukan dalam pelayanan praktek kedokteran. Elemen dasar dari rekam medis berorientasi
pada masalah adalah data dasar (data base), daftar masalah (problem list), rencana pengelolaan
(management plans), dan catatan kemajuan (progress notes).
Data dasar pasien harus sudah selesai dilengkapi pada kunjungan pertama kali. Data dasar
berisi informasi umm misalnya data demografi dan informasi khusus tentang masalah pasien. Pada
anamnesis dilengkapi selengkap-lengkapnya sehingga dari keluhan utama pasien dapat menuntun
kemasalah yang timbul selanjutnya. Daftar masalah merupakan ringkasan masalah penting yang
pernah dialami/diderita pasien, dapat berupa masalah aktif/masalah inaktif. Setelah dokter
membuat daftar masalah dari seorang pasien langkah selanjutnya adalah mencoba mencari
pemecahann dari masalah yang ditemukan. Pada rencana pengelolaan masalahdituliskan semua
rencana diagnostik, rencana terapi, rencana tindakan, rencana evaluasi, rencana rujukan dan
rencana pendidikan yang akan dilakukan untuk setiap masalah aktif yang ada pada pasien. Catatan
kemajuan pasien merupakan follow-up untuk semua masalah. Catatan kemajuan ini
menggambarkan aktivitas pelayanan pada pasien oleh tenaga medis, paramedic dan lainnya. Pada
bagian ini dicatat semua kemajuan yang diperoleh sebagai hasil dari tindakan yang diberikan
sehingga memungkinkan dokter untuk mengikuti perkembangan masalah melalui rekam medis.

Daftar pustaka
1. Balgis, Yudhani RD, Suryawati B, Fatichati, Andarini I, Putri AA. Buku manual
keterampilan klinik topik keterampilan rekam medis. Sukarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. 2018; h. 16-9

Anda mungkin juga menyukai