Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

OBSERVASI HASIL USG DAN PERSIAPAN OPERASI SECTIO CAESAREA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu :

Yuliani Budiarti, Ns. M.Kep.,Sp.Mat

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Sufi Inayati 1814201310018

Vanya Amalia Assabil 1814201310019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN BILINGUAL

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2019-2020
OBSERVASI HASIL USG

A. Pengertian
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000
kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layer monitor.Pada awalnya penemuan
alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun
setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai
diterapkan dalam bidang kedokteran.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal
sampai saat ini. Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa
membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan
diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan
direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI. Dari
sumber lain menyatakan bahwa, Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik
diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ
internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna
untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh
pasien.Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13
megahertz.
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi pencitraan medis, yang paling
banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini. Kurangnya penelitian berkaitan
dengan teknologi USG di Indonesia menjadikan ketergantungan pembelian perangkat
USG secara import. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu antarmuka dan
pengkayaan fungsi perangkat lunak untuk visualisasi dan analisis citra USG. Eksperimen
awal dilakukan dengan mengolah hasil data dari sinyal A-mode dan kemudian
divisualisasi menjadi B-mode. Selanjutnya dikembangkan suatu antarmuka visual dan
analisa proses pencitraan, serta penambahan fungsi citra lainnya. Visualisasi citra USG
belum secara real time. Visualisasi citra dalam bentuk citra B-mode dan Video. Citra
bisa dikarakterisasi dengan menggu-naan filter IIR dan FIR ataupun tanpa filter. Aplikasi
mendukung penggunaan lowpass filter dan highpass filter dan perubahan kondisi nilai
cut-off secara dinamis. Pengubahan filter order menentukan hasil citra yang divisualkan.
Pada nilai filter
older tertentu dengan karakteristik filter yang berbeda akan menghasikan citra yang
bervariasi. Hasil visual citra scan dapat disimpan dalam format gambar .jpg dan dicetak.
Aplikasi bisa menvisualkan konstruksi proses sinyal data grafik. Dalam hal ini pengguna
dapat memilih line data pada frame layer untuk dianalisa. Pengembangan antarmuka
memberikan kemudahan dalam penggunaan aplikasi, serta bisa memahami proses
visualisasi dengan lebih baik. Komponen-komponen antarmuka yang jelas menjadikan
solusi analisa visualisasi, dan pemahaman terhadap algoritma USG lebih jauh.1

B. Indikasi Pemeriksaan USG


National Institute of Health (NIH) menentukan indikasi untuk pemeriksaan USG sebagai
berikut: (Purba, 2014)
1. Menentukan usia gestasi secara tepat pada kasus yang akan menjalani seksio sesarea
berencana, induksi persalinan atau pengakhiran kehamilan secara selektif
2. Evaluasi pertumbuhan janin pada [asien yang telah diketahui menderita insufisiensi
uteroplasenter, misalnya preeklamsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik,
diabetes mellitus berat atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi
pertumbuhan janin terhambat atau makrosomia
3. Perdarahan pervaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui
4. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit
ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir
5. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang
berbeda, frekuensi atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, atau ada
riwayat pemakaian obat-obatan pemicu ovulasi
6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsy villi koriales
7. Perbedaan makna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal haid
pertama haid terakhir
8. Teraba massa pada daerah pelvik
9. Kecurigaan adanya mola hidatidosa
10. Evaluasi tindakan pengikatani servik uteri (cervical cerclage)

1
Suryani Puspa Dewi, Rukmono Siswishanto, and Djaswadi Dasuki, ‘Pengaruh Pelatihan Ultrasonografi
Terhadap Tingkat Pengetahuan Residen Obstetri Dan Ginekologi Mengenai Keamanan Penggunaan
Ultrasonografi Obstetri’, Jurnal Kesehatan Reproduksi, 6.1 (2019), 23 <https://doi.org/10.22146/jkr.41409>.
11. Suspek kehamilan ektopik
12. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta previa
13. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetuskopi, transfusi intra uterin, tindakan
“shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan chronic villi sampling (CVS)
14. Kecurigaan adanya kehamilan mudigah/janin
15. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus
16. Lokalisasi alata kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
17. Pemantauan perkembangan folikel
18. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan di atas kehamilan 28 minggu
19. Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua
gemeli, plasenta manual, dll
20. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion
21. Kecurigaan terjadinya solusio plasenta
22. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong
23. Menentukan taksiran berat janin atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah
preterm atau persalinan preterm
24. Kadar serum alfa feto protein abnormal
25. Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan
26. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya
27. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda
28. Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (diatas 35 tahun) yang hamil (Endjun,
2007)

C. Observasi USG
Salah satu manfaat USG adalah prediksi usia kehamilan dengan USG adalah yang paling
akurat jika dilakukan sebelum usia kehamilan 24 minggu. Usia kehamilan tidak akurat
setelah umur kehamilan >28 minggu (Gondo & Suwardewa, 2012) Purba, 2014
Pada kehamilan trimester I, USG bisa digunakan untuk: (Hidayah, 2015)
1. Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi
Ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untuk mengukur usia kehamilan. Ukuran ini
bias diketahui lewat pemantauan dengan USG. Tanggal persalinan pun dapat
diperkirakan dengan mudah. Perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan USG
memiliki banyak pilihan disesuaikan dengan kebutuhan. Usia 7 minggu/antara 5-7
minggu, parameternya adalah ukuran atau volume kantong kehamilan. Usia 7-11
minggu parameternya adalah pengukuran CRL (Crown-Rump Length), yaitu panjang
atau jarak dari puncak kepala (crown) hingga ujung pantat (rump). Sesudah usia 11
minggu keadaan dari pengukuran tersebut akan terpengaruh dari keadaan patologis.
Usia 12-26 minggu, diameter biparietal (BPD) merupakan parimeter paling akurat.
Sesudah itu, akurasinya dapat menurun akibat kelainan patologis dan variasi biologis
yang memengaruhi pertumbuhan janin. BPD merupakan perkiraan usia kehamilan
yang bias diandalkan kecuali kalau bentuk kepalanya abnormal atau terdapat
kelainan. Femur length atau pengukuran tulang panjang janin bias digunakan jika
pengukuran kepala tidak bias diandalkan karena ada kelainan dan usia kehamilan
sudah 28 minggu ke depan. Biasanya tulang panjang janin mudah terlihat pada
kehamilan 13 minggu atau lebih. Sedangkan tulang panjang yang mudah dikenali dan
diukur adalah femur.
2. Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan
3. Menentukan jenis kelamin janin
Jenis kelamin janin sudah dapat ditentukan dengan menggunakan USG ketika
kehamilan berusia 14 minggu. Mengenali jenis kelamin janin laki-laki lebih mudah
daripada jenis kelamin perempuan. Pada minggu ini, selayang pandang dapat
dibedakan antara janin laki-laki dan janin perempuan. Skrotum dan penis merupakan
tanda bahwa jenis kelamin janin laki-laki. Sedangkan labia mayora dan minora
merupakan tanda bahwa jenis kelaminnya perempuan.
4. Meyakinkan adanya kehamilan
Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat dilihat lewat USG dengan
adanya bukti pertama lokasi kantong kehamilan yang dapat dikenali dalam uterus
setelah lima minggu terjadi amenore. Di usia 8 minggu, detak jantung dapat
diketahui.
5. Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda
Jika terjadi perdarahan vagina awal, USG dapat menilai kesehatan dari tetus. Jika
detak jantung janin, jelas berarti prospek yang baik untuk melanjutkan kehamilan.
6. Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD
7. Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar Rahim
8. Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin
9. Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar
Kehamilan kembar dapat dikenali pada kehamilan lima minggu dan dapat diketahui
secara pasti pada kehamilan delapan minggu. Namun tidak semua kantong kehamilan
akan tetap mengandung janin yang viable (mampu hidup). Setelah kehamilan
mencapai usia sekitar 14 minggu, baru dapat ditentukan lebih dari satu janin yang
viable dan masing-masing janin tersebut tumbuh normal. Dan akan terlihat jelas pada
kehamilan 17 minggu.
10. Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista,
mioma

Pada kehamilan trimester II & III, USG bisa digunakan untuk:

1. Menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat disebabkan
oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan
2. Menentukan kondisi plasenta
Pada kehamilan 16 minggu, plasenta akan menempati separuh dari permukaan
internal uterus. Pada kehamilan 36-40 minggu, plasenta menempati ¼ hingga 1/3 dari
daerah permukaan internal uterus. Posisi plasenta harus diuraikan terhadap dinding
guterus dan ostium servisis. Jika plasenta menutupi seluruh ostium servisis maka
disebut plasenta previa sentralis. Jika tepi plasenta menutupi ostium servisis disebut
plasenta prebia marginalis (tetapi ostium servisis masih tertutup seluruhnya oleh
plasenta). Jika tepi plasenta yang bawah berada di dekat ostium servisis maka disebut
plasenta letak rendah. Plasenta previa dapat dikenali selama bulan-bulan pertama
kehamilan yang hanya bisa dievaluasi ketika kandung kemih penuh.
3. Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran premature. Jadi, lebih
kea rah pertumbuhan janinnya normal atau tidak
4. Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak napas, banyaknya
cairan amnion, dsb.
5. Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlihat lilit tali pusar sebelum
persalinan
6. Melihat adanya tumor di panggul atau tidak
7. Menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb)

Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka sang ibu
dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah
pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang
sudah berat dapat mengakibatkan kematian.
USG
1. Pengertian
2. Siapa saja yang harus USG
3. Kapan waktu yang tepat untuk USG
4. Observasi USG
Sectio Caesarea
1. Pengertian
2. Indikasi yang harus SC
3. Perawatan luka setelah SC
SEKSIO SESAREA (SECTIO CAESAREA)

2.1 Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Sofian, 2012).
Seksio sesarea merupakan salah satu upaya pembedahan untuk melahirkan janin dengan
melakukan insisi pada dinding adbdomen (perut) dan dinding uterus (rahim). Tindakan
seksio sesarea seringkali dilakukan atas indikasi ditemukannya faktor penyulit pada saat
proses persalinan, baik yang berasa dari kekuatan his ibu (faktor power), berasal dari
bayi (faktor passanger), maupun berasal dari penyulit jalan lahir (faktor passage)
(Subekti, 2018).

2.2 Indikasi Seksio Sesarea (SC)


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti pada tahun 2018 mendukung hasil
penelitian yang pernah dilakukan Sinaga (2009) yang menyatakan bahwa dari seluruh
subyek penelitian, proporsi ibu yang mengalami seksio sesarea atas indikasi medis
mempunyai persentase yang lebih besar yakni 93%. Sedangkan atas indikasi non medis
mencapai 2,5%. Menurut Salfariani (2012), pemilihan persalinan seksio sesarea oleh ibu
tanpa indikasi media diantaranya dipengaruhi oleh faktor sosial. Persalinan seksio
sesarea atas indikasi non medis, biasanya hanya diinginkan oleh ibu atau keluarga
dengan status ekonomi menengah ke atas. Hal ini mungkin dikarenakan rasa takut
merasakan kesakitan ketika proses persalinan pervaginam. Menurut Sukarya (2017) dan
Ayunda (2016), beberapa ibu hamil memilih seksio sesarea tanpa indikasi dikarenakan
faktor persepsi, psikologi, keyakinan dan keinginan, serta ekonomi.
2.2.1 Indikasi Medis Seksio Sesarea (SC)
a) Plasenta previa
Hal-hal yang berkaitan dengan plasenta previa dijelaskan secara ringkas di bawah ini:
- Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian dan atau seluruh
jalan lahir sehingga memungkinkan plasenta lahir lebih dahulu dari janin.
- Keadaan tersebut menyebabkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi yang
seharusnya diperoleh dari plasenta.
- Jika tidak dilakukan operasi sesar, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat
implantasi plasenta sehingga serviks dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek.
- Ada empat jenis plasenta previa yakni: plasenta previa totalis, parsialis,
marginalis, dan letak rendah.
b) Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah CV =
8cm. Panggul dengan CV (conjungata vera) < 8cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan dengan seksio sesarea.
Conjungata vera antara 8 dan 10 cm boleh dilakukan partus percobaan; baru setelah
gagal, dilakukan seksio sesarea sekunder.
c) Disproporsi sefalopelvik/Cephalopelvic Disproporsional (CPD): yaitu
ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul.
d) Ruptura uteri mengancam
e) Partus lama (prolonged labor).
f) Partus tak maju (obstracted labor).
g) Distosia serviks.
h) Pre-eklampsi dan hipertensi.
i) Malpresentasi janin:
o Letak lintang
Greenhill dan Eastman sependapat bahwa
 Jika panggul terlalu sempit, seksio sesarea adalah cara terbaik dalam semua
kasus letak lintang dengan janin hidup dan ukuran normal;
 Semua primigravida dengan janin letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea, walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit;
 Multipara dengan janin letak lintang dapat lebih dulu dicoba ditolong dengan
cara-cara lain.
o Letak bokong
Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong pada kasus
 Panggul sempit,
 Primigravida,
 Janin besar dan berharga
o Presentasi dahu dan muka (letak defleksi) jika reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil.
o Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil.
o Gemeli; menurut Eastman, seksio sesarea dianjurkan
 Jika janin pertama letak lintang atau presentasi bahu,
 Jika terjadi interlok (locking of the twins),
 Pada kasus distosia karena tumor,
 Pada gawat janin, dan sebagainya.

2.2.2 Indikasi Non-Medis Seksio Sesarea (SC)


a) Indikasi sosial timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah
atau kesulitan dalam persalinan normal.
b) Tindakan seksio sesarea yang dilakukan dengan harapan anak bisa dilahirkan pada
tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik
c) Adanya ketakutan ibu-ibu akan kerusakan jalan lahir (vagina) sebagai akibat dari
persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih bersalin dengan cara seksio sesarea.
Padahal penelitian membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar karena
penyembuhan luka di daerah vagina hampir sempurna.
Persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh ibu bersalin karena tidak mau
mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena kekhawatiran

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2014. Perawatan Luka Seksio Caesarea (SC) Dan Luka Kebidanan Terkini
(Dengan Penekanan ‘Moist Wound Healing’). Bogor: IN MEDIA.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial,
Ed. 3, Jilid 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai