Anda di halaman 1dari 32

Perawatan Luka

Oleh : Dewi Kartika Wulandari


Pengertian Luka
Luka adalah Terputusnya kontinuitas
jaringan karena cedera atau
pembedahan.

Menurut Koiner dan Taylan luka adalah


terganggunya (disruption) integritas
normal dari kulit dan jaringan di bawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau
disengaja, tertutup atau terbuka, bersih
atau terkontaminasi, superficial atau
dalam.
Luka bisa diklasifikasikan:
Berdasarkan Struktur meliputi :
Superfisial, yang melibatkan lapisan
epidermis
Partial thickness, yang melibatkan
lapisan epidermis dan dermis; dan
Full thickness yang melibatkan
epidermis, dermis, lapisan lemak,
fascia, dan bahkan sampai ke
tulang.
Berdasarkan Sifat :
Abrasi (pengikisan), kontusio (robek),
insisi, laserasi (luka terbuka yang
tepinya tidak rata)
Berdasarkan Proses Penyembuhan:
Dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Penyembuhan Primer (healing by
primary intention) Tepi luka bisa
menyatu kembali, permukaan bersih,
tidak ada jaringan yang hilang. Biasanya
terjadi setelah suatu insisi atau dengan
bantuan jahitan.
2. Penyembuhan sekunder (healing
by secondary intention) Sebagian
jaringan hilang, proses penyembuhan
berlangsung mulai dari pembentukan
jaringan granulasi di dasar luka dan
sekitarnya. Tanpa ada bantuan dari
luar (Mengandalkan Antibodi)
3. Delayed primary healing (tertiary
healing) Penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai
infeksi, diperlukan penutupan luka
secara manual.
Berdasarkan lama
penyembuhan
Bisa dibedakan menjadi akut dan
kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan terjadi dalam 2-3
minggu. Sedangkan luka kronis
adalah segala jenis luka yang
tidak ada tanda-tanda sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6
minggu.
Luka insisi bisa dikategorikan
luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung
sesuai dengan proses
penyembuhan normal, tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika
penyembuhan terlambat
(delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda
infeksi.
PROSES PENYEMBUHAN
LUKA
Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga
fase, yaitu:
1. Fase inflamasi:
Pembuluh darah terputus,menyebabkan
perdarahan, dan tubuh berusaha untuk
menghentikannya
Sejak terjadi nya luka Hari ke-0 sampai 5.
 Respons segera setelah terjadi injuri berupa
pembekuan darah untuk mencegah kehilangan
darah.
 Karakteristik:kalor (panas), dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), tumor (pembengkakan) dan
fungsiolaesa (kehilangan fungsi).
2. Fase proliferasi atau epitelisasi
Hari ke-3 sampai 14
Disebut juga fase granulasi karena
adanya pembentukan jaringan
granulasi; luka tampak merah
segar, mengkilat.
Epitelisasi terjadi pada 24 jam
pertama ditandai dengan penebalan
lapisan epidermis pada tepian luka.
Epitelisasi terjadi pada 48 jam
pertama pada luka insisi.
3.Fase maturasi atau remodelling
Berlangsung dari beberapa
minggu sampai 2 tahun.
Terbentuk kolagen baru yang
mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan
(tensile strength).
Terbentuk jaringan parut (scar
tissue) 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya.
Faktor Yang Mempengaruhi
Luka
Status Imunologi
Kadar Gula darah
Rehidrasi dan pencucian luka
Nutrisi
Kadar Albumin
Suplai Oksigen
Nyeri
Pengkajian Luka
1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass
index), kadar albumin
2. Status vaskuler: Hb
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau
obat-obatan imunosupresan yang lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau
kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
 Warna dasar luka Dasar pengkajian
berdasarkan warna: slough (yellow),
necrotic tissue (black), infected tissue
(green), granulating tissue (red),
epithelialising (pink)
 Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
 Eksudat dan bau
 Tanda-tanda Infeksi
 Keadaan kulit sekitar luka; warna dan
kelembapan
 Hasil pemeriksaan laboratorium yang
mendukung
Hydrokoloid
Mengandung partikel hydroaktif yag terikat
pada polimer hydrofobik. Kelebihan akan
cairan pada luka akan diserap dan balutan
akan berubah menjadi balutan yang
berfungsi menjaga kelembaban luka,
mempunyai kemampuan menyerap cairan
minimal, cocok untuk luka pada fase
epitelisasi (warna dasar luka pink), dapat
juga digunakan untuk mencegah terjadinya
maserasi
Alginate
Balutan luka yang berbahan dasar dari
rumput laut, mempunyai kemampuan
menyerap cairan luka minimal-sedang, juga
mempunyai kemampuan menghentikan
pendarahan minimal, cocok untuk luka pada
fase granulasi
Hydrogel

CMC polymer yang sudah dimodifikasi,


dengan campuran utama air (banyaknya
bervariasi pada masing-masing produk
Menciptakan suasana lembab (rehidrasi)
Untuk luka bakar derajat 1 atau 2,
memberi efek dingin
Bentuk: tube, spray, impregmented
Contoh: Intrasite, Curafil, Cutimed gel,
douderm GEL
Balutan ini berbahan dasar gliserin, mempunyai
kemampuan untuk melunakkan jaringan luka
yang telah mati, cocok untuk luka dengan
warna dasar hitam/kuning
Foam
Balutan ini adalah berbahan dasar polyurethane foam
mempunyai kemampuan yg sangat besar dalam
menyerap cairan luka, cocok untuk luka yang memiliki
eksudat yang banyak
Silver Dressing
 Silvermengandung bakterisidal
 Proses antimicrobial terjadi saat ada reaksi /
kontak
 Bentuk dan modifikasi silver seperti SSD,
acticoat, aquacel Ag, silver nitrat dll.
Silver Dressing
Balutan yang mengandung silver, mampu
menghancurkan koloni kuman dgn baik. Cocok untuk
luka yang terinfeksi. Contoh: Acticoat
Pemilihan balutan
DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEI
(wound bed, exudates
amount, infection sign):

◦ W: Warna dasar luka


◦ E: Jumlah eksudat
◦ I: Ada atau tidaknya infeksi bau dsn
inflamasi.
W.MANAJEMEN WARNA DASAR
LUKA

JENIS TOPIKAL PINK MERAH KUNING HITAM

Hydro active Gel

Hydrocolloid

Calcium Alginate

Hydrocellulose

Metcovazin

Collagen
MANAJEMEN EKSUDATE
JENIS TOPIKAL SANGAT BANYAK SEDANG SEDIKIT TIDAK ADA
BANYAK

Transparent Film

Hydrocolloid

Kalsium Alginate

Hydrocellulose

Polyurethane
Foam
MANAJEMEN INFEKSI & BAU
GRAM GRAM ( KUMAN
JENIS TOPIKAL JAMUR
(+) -) ANAEROB

Silver Dressing

Hydrofobic
gauze

Metcovazin

Metronidazole
powder
Menurut berat ringannya lesi, kelainan ulkus
diabetikum dibagi menjadi enam derajat
menurut Wagner, yaitu :
 Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit
masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”.
 Derajat I : Ulkus superficial terbatas pada
kulit.
 Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon
dan tulang.
 Derajat III : Abses dalam, dengan atau
tanpa osteomielitis.
 Derajat IV : Gangren jari kaki
atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
 Derajat V : Gangren seluruh kaki
atau sebagian tungkai.

Anda mungkin juga menyukai