Pada keadaan normal, sinovium terdiri dari sel sinovial seperti fibroblas
yang berasal dari jaringan mesenkimal (FLS; fibroblast-like synoviocytes).
Pada RA, terjadi semi-otonomi regulasi FLS dengan perluasan lapisan
membran, tingginya ekspresi sitokin dan kemokin terkait, molekul adhesi,
matriks metalloproteinase (MMP), dan tissue inhibitors of
metalloproteinases (TIMP). Keadaan ini menyebabkan destruksi kartilago
di area tersebut, memperpanjang inflamasi sinovial dan menimbulkan
kondisi yang kondusif dalam pertahanan sel T, sel B, dan sistem imun
adaptif.[3,4]
Perubahan lingkungan mikrosinovial diikuti dengan reorganisasi
arsitektural sinovial yang mendalam dan aktivasi fibroblas lokal
menyebabkan penumpukan jaringan inflamasi sinovial pada rheumatoid
arthritis. Terjadi hiperplasia sinovium yang terasa sebagai pembengkakan
di sekitar sendi yang kemudian menyebar dari daerah sendi ke
permukaan tulang rawan. Penyebaran ini menyebabkan kerusakan pada
sinovium dan tulang rawan serta menghalangi masuknya gizi ke dalam
sendi sehingga tulang rawan menjadi menipis dan nekrosis.[1,2,4]
Interaksi berkesinambungan antara sel dendritik, sel B, dan sel T
utamanya terjadi di kelenjar getah bening dan menimbulkan respon
autoimum terhadap protein yang mengandung sitrulin. Umpan balik
positif yang dimediasi oleh interaksi antara leukosit, fibroblas sinovial,
kondrosit, osteoklas, dan produk destruksi serta ketidakseimbangan
antara sitokin pro- dan anti-inflamasi menimbulkan kronisitas dalam
perjalanan penyakit rheumatoid arthritis.[4]
Perkembangan perjalanan rheumatoid arthritis terbagi dalam lima fase,
yaitu:
Fase I: interaksi antara faktor genetika dan lingkungan
Fase II: produksi autoantibodi, seperti RF dan anti-CCP
Fase III: gejala arthralgia dan kekakuan sendi tanpa disertai bukti
klinis arthritis
Fase IV: artritis pada satu atau dua sendi, yang dapat bersifat
intermiten dan disebut sebagai palindromic rheumatism
Fase V: timbulnya tampilan klasik RA [4]
Peningkatan reaktan fase akut sebagai akibat dari proses inflamasi
merupakan faktor risiko independen kardiovaskular melalui peningkatan
aktivasi endothelial dan menjadikan plak ateromatosa tidak stabil. Sitokin
juga menyebabkan resistensi insulin pada otot dan jaringan adiposa pada
sindrom ‘metabolik inflamatori’.
Perubahan Sistemik Rheumatoid Arthritis