Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan kesehatan ibu hamil diatur dalam UU Kesehatan No. 39 Tahun 2009,
khususnya dalam Pasal 126 Bab VII. Upaya kesehatan ibu hamil bertujuan untuk
menjaga kesehatan ibu selama kehamilan, sehingga ia dapat melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu. Dalam merawat
kesehatan ibu hamil, dilakukan berbagai tindakan yang mencakup promosi
kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Pemerintah berkomitmen
untuk memastikan ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas medis, peralatan, dan
obat-obatan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu secara
aman, berkualitas, dan terjangkau.1 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Pasal 2, tujuan dari pelayanan kesehatan selama
kehamilan adalah untuk memastikan kesehatan ibu dan memungkinkan mereka
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas. Hal ini juga bertujuan untuk
mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi yang baru lahir, serta untuk
menjamin pemenuhan kualitas hidup dan hak-hak reproduksi, serta menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir.17

Pelayanan Antenatal Care (ANC) adalah upaya pelayanan kesehatan yang


disediakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya, dengan
menjalankan pedoman pelayanan yang telah ditetapkan dalam standar pelayanan
kebidanan. Salah satu permasalahan yang muncul adalah bahwa target kunjungan
kehamilan, yaitu K1 sebesar 98,9% dan K4 sebesar 91%, belum mencapai tingkat
pencapaian yang diharapkan. Program Antenatal Care menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal yang dapat dipantau melalui kunjungan pertama ibu hamil
(K1) dan juga akses yang tersedia bagi ibu hamil sesuai dengan standar pelayanan,
dengan minimal harus ada 6 kunjungan (K6) selama kehamilan. Dari enam
kunjungan tersebut, dua di antaranya harus terjadi pada trimester pertama, termasuk
satu pemeriksaan dokter untuk tujuan skrining kesehatan ibu secara menyeluruh,
termasuk pemeriksaan ultrasonografi terbatas. Selanjutnya, satu kunjungan akan
dilakukan pada trimester kedua, dan tiga kunjungan pada trimester ketiga, dengan
salah satunya melibatkan pemeriksaan dokter pada trimester ketiga untuk tujuan
skrining persalinan, juga termasuk pemeriksaan ultrasonografi terbatas.3

Merawat kesehatan ibu hamil merupakan hal yang sangat penting untuk
mencegah gangguan kesehatan selama kehamilan.1 Pada tahun 2020, jumlah
kematian ibu yang tercatat di Kementerian Kesehatan mencapai 4.627 kasus,
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 yang mencatat 4.221
kematian. Untuk mengurangi angka kematian ibu tersebut, berbagai upaya telah
dilakukan, salah satunya adalah pemberian pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Pelayanan kesehatan ibu hamil ini melibatkan pemeriksaan prenatal (Antenatal
Care/ANC) yang disesuaikan dengan trimester kehamilan. Saat menjalani
pemeriksaan ANC oleh dokter, biasanya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Disarankan untuk menjalani pemeriksaan USG pada usia kehamilan kurang
dari 24 minggu guna memperkirakan usia kehamilan, mendeteksi adanya kelainan
kongenital, potensi keberadaan janin kembar, dan mengurangi risiko induksi
persalinan pada kehamilan yang berlangsung melebihi waktu yang diharapkan.4
USG adalah teknologi yang memungkinkan visualisasi struktur dalam tubuh
seseorang. Jika USG mengidentifikasi adanya komplikasi, langkah penanganan
yang lebih cepat dan terencana dapat dilakukan.1

Ultrasonografi merupakan alat diagnostik yang menggunakan gelombang


ultrasonik yang dipancarkan oleh transduser. Ultrasonografi (USG) adalah prosedur
diagnostik yang digunakan untuk visualisasi struktur jaringan tubuh atau untuk
menganalisis gelombang Doppler.5 Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mengarahkan alat USG ke permukaan kulit atau rongga tubuh untuk menghasilkan
citra ultrasound di dalam jaringan.6 USG mengoperasikan gelombang suara
ultrasonik dengan frekuensi lebih dari 20 kHz. Prinsip dasar teknik ini bergantung
pada konsep refleksi bunyi, di mana suara digunakan untuk mentransfer energi dari
satu titik ke titik lainnya. Ketika gelombang suara dipancarkan ke organ dalam
tubuh, organ-organ besar akan memantulkan suara dengan tingkat refleksi yang
bervariasi, menghasilkan citra atau gambar organ-organ tersebut. Karena
frekuensinya yang tinggi, USG digunakan sebagai alat diagnostik yang dapat
menampilkan organ-organ dalam tubuh manusia, baik yang diam maupun yang
sedang bergerak.5

Pemeriksaan dengan ultrasonografi dianggap lebih aman daripada penggunaan


sinar-X (radiologi) karena gelombang ultrasonik yang digunakan tidak
menyebabkan kerusakan pada materi yang dilaluinya, sementara sinar-X memiliki
potensi untuk mengionisasi sel-sel hidup. Ultrasonik merupakan salah satu bentuk
gelombang mekanik, sehingga pemeriksaan dengan ultrasonografi disebut sebagai
pengujian yang tidak merusak (non destructive testing). Proses USG
memungkinkan pengukuran kedalaman suatu objek di bawah permukaan kulit
melalui waktu yang diperlukan untuk gelombang ultrasonik dipancarkan dan
dipantulkan kembali. Metode pencitraan diagnostik dengan menggunakan USG
dianggap aman bahkan untuk ibu hamil karena ultrasound menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak terdengar oleh manusia.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian USG

Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik yang menggunakan


gelombang suara ultrasonik yang dipancarkan oleh transduser. USG adalah
sebuah prosedur diagnostik yang digunakan untuk melihat struktur jaringan
tubuh atau menganalisis gelombang Doppler.5 Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengarahkan perangkat USG ke kulit atau rongga tubuh untuk
menciptakan citra ultrasound di dalam jaringan.6
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu prosedur diagnostik yang
paling umum digunakan dalam bidang obstetri. Selain kelebihan-kelebihan
seperti kenyamanan, ketidaknyerian selama penggunaan, dan hasil yang
dapat diperoleh secara instan, metode ini juga secara luas dianggap sebagai
metode yang aman untuk digunakan.7
WHO merekomendasikan pemeriksaan ultrasonografi (USG) minimal
satu kali bagi setiap ibu hamil sebelum mencapai usia kehamilan 24 minggu.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang usia kehamilan,
mendeteksi kelainan bawaan atau kongenital pada janin, menegaskan
apakah kehamilan tunggal atau kembar, mengurangi risiko persalinan yang
terlambat, serta meningkatkan pengalaman kehamilan bagi ibu.8
Secara umum, kebanyakan ibu hamil yang menjalani pemeriksaan USG
pada trimester pertama dan kedua merasa hasil pemeriksaan USG adalah
suatu hal yang positif, bahkan ada permintaan yang tinggi untuk melihat
hasil USG.9
2.2 Tujuan Pemeriksaan USG pada Kehamilan

Pemeriksaan ultrasonografi dalam konteks obstetri bertujuan utama


untuk akurat dalam menentukan usia kehamilan, memantau perkembangan
janin, serta mendeteksi potensi kelainan pada janin selama masa kehamilan.
Oleh karena itu, dalam setiap pemeriksaan USG obstetri, tak peduli apa
indikasinya, penting untuk secara cermat mengevaluasi biometri janin dan
secara sistematis memeriksa struktur anatomi janin.19

2.3 Prinsip Kerja USG

Alat USG bekerja dengan prinsip mirip cara kelelawar dalam


mendeteksi objek, di mana ia menghasilkan gelombang suara frekuensi
tinggi dan menerima pantulan gelombang suara tersebut. Pantulan ini
kemudian diubah menjadi gambar yang dapat dikenali. Komponen utama
dalam alat USG adalah transduser, yang mencakup sumber arus listrik,
pelapis akustik, kristal piezoelektrik, dan lapisan plastik di permukaannya.
Semua komponen dalam transduser sangat rentan terhadap benturan,
fluktuasi arus listrik, dan zat kimia yang dapat merusaknya, seperti alkohol.
Kerusakan pada transduser dapat mengakibatkan kesalahan dalam
interpretasi gambar yang dihasilkan dan membuatnya sulit dipahami secara
benar.11
Kristal piezoelektrik dalam transduser akan mengalami perubahan
ukuran saat mengalirkan arus listrik, dan akan kembali ke ukuran semula
ketika aliran listrik berhenti. Perubahan bentuk kristal piezoelektrik karena
perubahan aliran listrik ini memicu pembentukan gelombang suara. Ketika
arus listrik mengalir ke dalam transduser, gelombang suara dipancarkan
(proses transmisi), dan ketika arus listrik berhenti, transduser akan
menerima pantulan gelombang suara (proses penerimaan).11
Kualitas gambar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh amplitudo
sinyal yang dipantulkan oleh objek. Kekuatan amplitudo sinyal ini
ditentukan oleh seberapa besar sinyal yang dipantulkan oleh objek dan
sejauh mana objek tersebut berada. Tampilan dapat berbentuk A-mode
(mode amplitudo), B-mode (mode kecerahan), termasuk real-time dan 2D,
serta M-mode (mode gerakan).11

2.4 Jenis-jenis USG pada Kehamilan

a. USG 2D

USG 2D menghasilkan gambar dua dimensi yang kurang detail


karena hanya memperlihatkan satu sisi, sehingga seringkali sulit untuk
dipahami oleh pasien. Meskipun demikian, USG 2D berguna untuk
visualisasi organ internal, mengamati pergerakan janin, mengukur
panjang dan berat janin, dan memiliki tingkat keberhasilan dalam
mendeteksi kelainan sekitar 80-90%.10

b. USG 3D

Teknologi USG 3D menghasilkan gambar tiga dimensi yang sangat


terperinci, sehingga mempermudah pemahaman oleh pasien.
Pemeriksaan USG 3D bermanfaat untuk secara cermat mengamati
anatomi tubuh janin dan lebih jelas dalam mendeteksi potensi kelainan
pada janin. Hasil gambar dari USG 3D dapat disimpan dalam format
JPG di CD dan diakses melalui komputer. Walaupun demikian, biaya
USG ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan USG 2D..10

c. USG 4D

USG 4D, juga dikenal sebagai SD live atau real time, merupakan
teknologi tercanggih dalam pemeriksaan ultrasonografi. Ini mampu
menghasilkan gambar tiga dimensi yang sangat rinci, akurat, dan tampak
nyata, hampir seperti menonton sebuah film. Pasien dapat dengan jelas
melihat bentuk anggota tubuh, pergerakan janin, dan bahkan ekspresi
wajah janin. USG 4D mampu mendeteksi kelainan pada janin dengan
lebih jelas, termasuk kelainan plasenta atau kehamilan ektopik. Hasil
gambar dari USG 4D dapat disimpan dalam format JPG dan video, dan
dapat dilihat melalui komputer. Namun, biaya pemeriksaan USG ini
paling tinggi dibandingkan dengan USG 2D dan 3D.10

d. USG Doppler

Doppler adalah alat USG yang memberikan informasi mengenai


kecepatan, arah, dan pola aliran sirkulasi dalam tubuh dengan
menggunakan perubahan frekuensi gelombang ultrasonik yang
disebabkan oleh efek Doppler. Ketika aliran darah menjauh dari
transduser, frekuensi gelombang yang diterima oleh transduser menjadi
lebih rendah, sedangkan ketika aliran darah mendekati transduser,
frekuensi gelombang tersebut menjadi lebih tinggi..10

2.5 Persiapan Pemeriksaan USG

a. Persiapan Pasien12

• Sebelum menjalani tindakan medis, pasien harus diberikan


penjelasan yang sangat jelas dan diberi pilihan (informed consent
and choice).
• Pasien yang dapat melihat proses pemeriksaan USG dan gambaran
sonografisnya pada layar monitor akan lebih mudah menerima
nasihat dokter. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pasien
yang telah menerima penjelasan yang rinci ini dalam hal berhenti
merokok dan menghindari alkohol.13 Sebelum menyelesaikan
pemeriksaan USG, perlu ditanyakan apakah pasien telah
memahami semua informasi. Jika masih ada yang belum jelas,
dokter harus menjelaskannya kembali hingga pasien benar-benar
memahami. Komunikasi klinis adalah tanggung jawab penting bagi
setiap dokter.
• Pasien memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang jujur
dan lengkap. Data yang tidak benar dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan USG Obstetri Ginekologi dan pengelolaan
selanjutnya.
• Hasil pemeriksaan USG Obstetri Ginekologi akan diberikan
kepada pasien dan disarankan untuk menjaganya dengan baik.
Dokumen pemeriksaan ini merupakan informasi medis yang harus
dijaga kerahasiaannya.

b. Persiapan Peralatan

• Semua peralatan USG harus diperlakukan dengan baik dan


menjalani kalibrasi tahunan secara rutin.
• Formulir pelaporan USG Obstetri Ginekologi standar sesuai dengan
pedoman dari POGI. Laporan terdiri dari tiga salinan, di mana
salinan pertama diserahkan kepada pasien, salinan kedua untuk
petugas pemeriksa, dan salinan ketiga untuk penyimpanan dalam
rekam medis.
• Ruang pemeriksaan harus memenuhi standar keamanan,
kenyamanan, dan kebersihan. Ruang tersebut harus cukup luas untuk
menampung brankar/tempat tidur pasien atau kursi roda. Disediakan
pendingin udara untuk memastikan peralatan USG berfungsi dengan
baik. Pencahayaan dalam ruangan harus cukup, tidak terlalu terang,
atau terlalu redup. Pencahayaan berlebihan dapat mempengaruhi
tampilan di layar monitor karena pantulan cahaya berlebihan, yang
dapat menyebabkan silau dan kelelahan mata bagi petugas. Peralatan
USG tidak boleh ditempatkan di dekat jendela, peralatan bergetar,
sumber gelombang elektromagnetik, atau sumber air mengalir.
• Dilengkapi dengan UPS (uninterrupted power supply) dan stabilizer
arus listrik.
• Disediakan tempat yang bersih untuk menyimpan pakaian dalam
wanita.
• Tersedia printer hitam-putih dan/atau berwarna.
• Tempat sampah terpisah untuk bahan non-infeksi dan infeksi.
• Kamar kecil yang aman, bersih, dan nyaman bagi wanita untuk
buang air kecil.
• Jika memungkinkan, dapat menyediakan peralatan pendukung
seperti TV monitor untuk pasien dan peralatan komputer.

c. Persiapan Pemeriksa

• Petugas pemeriksa harus memiliki keahlian yang memadai dalam


melakukan pemeriksaan dasar USG Obstetri Ginekologi.
• Petugas pemeriksa harus memahami bahwa pemeriksaan USG
adalah alat bantu, dan keterampilan klinis tetap menjadi hal yang
sangat penting yang harus diterapkan sebelum melakukan
pemeriksaan USG.
• Petugas pemeriksa harus selalu memeriksa indikasi pemeriksaan
USG dan mengonfirmasi identitas pasien.
• Pemeriksaan USG harus mengikuti sepuluh langkah manajemen
medis yang terstruktur, termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis kerja, penatalaksanaan, penentuan indikasi, kontra-
indikasi, syarat-syarat pemeriksaan USG, teknik pemeriksaan USG
yang benar, dan pengetahuan tentang komplikasi serta cara
mengatasinya.
• Pemeriksaan USG harus dilakukan sesuai dengan panduan dan
pedoman pembelajaran yang disediakan oleh POGI.
• Petugas pemeriksa harus mampu mengelola waktu dan mengatur
prioritas pemeriksaan pasien berdasarkan jenis kasus dan tingkat
kegawatan medis yang ada.
• Diperlukan keterlibatan dalam Program Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (P2KB) yang berkaitan dengan USG Obstetri
Ginekologi secara berkala.
• Pembuatan laporan hasil pemeriksaan USG harus mematuhi standar
yang ditetapkan oleh POGI, terutama pada program skrining USG
trimester 1, 2, 3, dan pemeriksaan USG ginekologi.
• Petugas pemeriksa harus membuat buku log dan portofolio terkait
dengan pemeriksaan USG.
• Jika memungkinkan, melakukan penelitian dan publikasi ilmiah
yang relevan dengan USG Obstetri Ginekologi secara berkala,
terutama bagi staf pengajar.

2.6 Prosedur dan Teknik Pemeriksaan USG

a. USG Transabdominal (USG-TA)

Prosedur dasar pemeriksaan USG Transabdominal (USG-TA)


melibatkan langkah-langkah berikut:10

• Sebelum melakukan pemeriksaan USG, dokter akan melakukan


wawancara medis awal. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan
informasi dasar tentang pasien, seperti usia, riwayat kelahiran,
tanggal hari pertama menstruasi terakhir (HPHT), dan masalah
yang berkaitan dengan kehamilan.
• Kemudian, pasien akan diminta untuk berbaring telentang di atas
meja pemeriksaan. Untuk menjaga privasi, pasien akan ditutupi
dengan selimut bersih. Selama pemeriksaan, area perut yang akan
diperiksa akan terbuka, dengan batas bawah mencapai daerah atas
rambut kemaluan, batas atas mencapai sternum (tulang dada), dan
batas lateral mencakup tepi perut.
• Untuk melindungi pakaian pasien dari gel yang akan digunakan
selama pemeriksaan, selembar tisu besar akan ditempatkan di atas
perut pasien. Selanjutnya, akan diaplikasikan gel dengan jumlah
yang cukup pada kulit perut pasien untuk memudahkan
pergerakan probe USG.Penjelasan singkat mengenai pemeriksaan
USG akan diberikan kepada pasien untuk memberikan
kenyamanan dan kerjasama selama pemeriksaan, kemudian
pemeriksaan dilakukan dengan metode yang terstruktur.
• Secara umum, ada empat jenis gerakan transduser yang
digunakan dalam pemeriksaan USG transabdominal, yaitu
meluncur (sliding), memutar (rotating), mengubah sudut
(angling), dan menekan (dipping).
• Tahap awal melibatkan gerakan transduser secara longitudinal,
naik dan turun, serta gerakan horizontal ke kanan dan kiri.
Selanjutnya, transduser digerakkan dari bawah ke atas, dimulai
dari garis tengah perut, kemudian bergeser ke sisi kanan, lalu
turun, dan selanjutnya digerakkan ke arah sisi kiri perut sebelum
kembali ke atas.
• Langkah berikutnya adalah menggerakkan transduser secara
horizontal secara sistematis, mulai dari sisi kanan ke kiri, dan
terakhir dari bawah kiri ke sisi kanan.
• Penting untuk menghindari penekanan yang berlebihan pada
transduser karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada
pasien (seperti keinginan buang air kecil atau nyeri), dan tekanan
berlebih juga bisa mengakibatkan distorsi organ yang diperiksa
sehingga mengganggu pengukuran yang akurat.
• Pada layar monitor, posisi transduser terhadap tubuh ibu atau
organ kandungan ditampilkan dalam bentuk tanda tubuh (body-
mark).
Gambar 1. Transduser transabdominal pada posisi transversal dan longitudinal

Gambar 2. Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan USG


Gambar 3. Arah gerakan transduser pada pemeriksaan USG transabdominal

Gambar 4. Pemeriksaan USG transabdominal


Gambar 5. Pencitraan USG transabdominal (bidang sagital) pada janin dengan
posisi oksiput anterior

Gambar 6. Pencitraan USG transabdominal (bidang sagital) pada janin dengan


posisi oksiput posterior

Gambar 7. Posisi Uterus


Gambar 8. Uterus normal pada metode transabdominal

b. USG Transvaginal (USG-TV)

Ada juga metode lain yang digunakan dalam pemeriksaan USG


yang dikenal sebagai USG Transvaginal (USG TV). Untuk
melaksanakan USG transvaginal, penyesuaian peralatan USG dan
keterampilan operator diperlukan. Ini menjadi sangat penting
terutama saat melakukan pemeriksaan organ genitalia internal dan
pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama, karena ada
keterbatasan ruang untuk menggerakkan transduser. Pada tahap ini,
pemahaman yang mendalam tentang aspek teknis dalam
menggunakan transduser, teknik pemeriksaan, dan faktor-faktor
keamanan yang terlibat sangat diperlukan. USG transvaginal mampu
memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat tentang organ atau
jaringan di dalam rongga panggul dibandingkan dengan pemeriksaan
USG konvensional dan USG transabdominal.10
Pemeriksaan USG transvaginal hanya bisa dilakukan pada wanita
yang sudah menikah atau memiliki pengalaman seksual sebelumnya,
kecuali dalam situasi darurat atau keadaan tertentu. Dalam kasus
semacam itu, pasien harus memberikan izin tertulis (informed
consent), dan pemeriksaan harus dilakukan di depan saksi yang
merupakan tenaga medis.10
Teknik dasar pemeriksaan USG Transvaginal (USG-TV) adalah:10
• Pada USG transvaginal, ujung transduser harus diberi gel
sebelum dibungkus dengan kondom. Gel tersebut berfungsi
sebagai pelumas dan menghilangkan ruang udara antara ujung
transduser dan serviks uteri sebelum dimasukkan ke dalam
vagina.
• Transduser harus dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan
hingga mencapai daerah forniks.
• Proses penggunaan transduser dalam vagina melibatkan gerakan
yang terdiri dari gerakan maju-mundur, gerakan memutar, dan
gerakan sudut ke sisi kiri-kanan atau atas-bawah.

Gambar 9. Transduser transvaginal


Gambar 10. Pemeriksaan dengan transduser vagina

Gambar 11. Uterus normal pada pemeriksaan USG transvaginal

2.7 Waktu dan Frekuensi USG pada Kehamilan

a. Trimester Pertama

Pemindaian serial rutin hanya untuk memastikan kehamilan dini yang


sedang berlangsung tanpa adanya masalah klinis, gejala patologis atau
indikasi spesifik, tidak dianjurkan. Dianjurkan untuk menawarkan
pemindaian pertama ketika usia kehamilan diperkirakan antara 11 dan
13+6 minggu kehamilan.14

b. Trimester Kedua
Pemindaian ultrasonografi pada trimester kedua direkomendasikan
untuk dilakukan antara usia kehamilan 18-22 minggu. Penyimpanan klip
video gerak dianjurkan untuk penilaian jantung janin.14

c. Trimester Ketiga

Pemeriksaan USG pasa trimester ketiga dapat dilakukan pada minggu


ke 30-32 minggu.10 Alasan dilakukan diantaranya:30
• Pemeriksaan penunjang terhadap solusio plasenta atau praevia
• Pasien berisiko tinggi, misalnya. paparan virus Zika, dan mereka
yang memerlukan pemindaian pertumbuhan serial untuk pembatasan
pertumbuhan atau makrosomia
• Evaluasi lanjutan terhadap anomali yang terdeteksi pada pemindaian
Trimester ke-2.
• Massa uterus atau adneksa lainnya
• Kehamilan ganda
• Sesuai indikasi klinis berdasarkan arahan dari Petugas Medis
Spesialis atau Panitera
• Pasien datang untuk pertama kalinya selama kehamilan

2.8 Pemeriksaan USG pada Trimester

a. USG Dasar Trimester Pertama

USG trimester pertama sering dilakukan untuk menilai lokasi


kehamilan sehingga tumpang tindih antara pemeriksaan USG obstetri
dan ginekologi. Pemeriksaan ultrasonografi yang akurat pada trimester
pertama penting dilakukan mengingat kemampuannya untuk
memastikan kehamilan intrauterin, menilai viabilitas dan jumlah
embrio, serta menentukan tanggal kehamilan secara akurat, yang
semuanya penting untuk jalannya kehamilan.15
Pemeriksaan ultrasonografi pada trimester pertama biasanya
menggunakan transduser transvaginal (dengan frekuensi 5-7,5 MHz),
meskipun pemeriksaan dengan transduser transabdominal juga bisa
dilakukan. Fokus utama dari skrining pada trimester pertama ini
adalah:10
• Konfirmasi kehamilan yang terjadi di dalam rahim.
• Mengukur dan memverifikasi usia kehamilan.
• Mendeteksi apakah kehamilan ganda terjadi dan menentukan
korionisitas (jenis hubungan plasenta).

Pemeriksaan biometri pada trimester pertama mencakup evaluasi


elemen berikut:10
• Pengukuran dimensi kantong kehamilan.
Kantung kehamilan sering memiliki bentuk ovoid, dan ada
dua metode yang digunakan untuk mengukurnya. Metode
pertama melibatkan pengukuran panjang kantung dalam tiga
dimensi: longitudinal, transversal, dan anterior-posterior, yang
kemudian diambil rata-rata dan dibagi tiga. Metode kedua adalah
dengan menghitung volume kantung kehamilan, di mana volume
ini dihitung dengan mengalikan panjang kantung dalam tiga
dimensi (anterior-posterior, longitudinal, dan transversal) dan
kemudian dikalikan dengan konstanta 0,5223 mm^3.
Pertumbuhan kantung kehamilan biasanya terjadi dengan
kecepatan sekitar 1 mm per hari.10
Kantung kehamilan bisa terlihat melalui pemeriksaan
ultrasonografi transvaginal sekitar 4 minggu setelah kehamilan
dimulai, dan melalui pemeriksaan ultrasonografi transabdominal
sekitar 5-6 minggu setelah awal kehamilan. Hasil pengukuran ini
kemudian dibandingkan dengan tabel yang tersedia, dengan
mengukur dari tepi dalam kantung kehamilan ke tepi sebaliknya.
Kesalahan dalam pengukuran kantung kehamilan untuk
menentukan usia kehamilan biasanya berkisar antara 1 hingga 2
minggu.16

• Pengukuran panjang kepala hingga bokong (dikenal sebagai


crown-rump length = CRL)
Panjang Crown-Rump Length (CRL) diukur dalam posisi
netral (mendatar) karena pada posisi ini, panjang bayi mendekati
ukuran sebenarnya, dengan tubuh bayi yang lebih lurus.
Pengukuran CRL dilakukan secara teliti dari kepala hingga
bokong bayi, dengan perhatian khusus agar tidak mengukur
bagian ekstremitas bagian bawah atau yolk sac. Pengukuran
panjang CRL memiliki pentingnya karena lebih dari 50% wanita
hamil mungkin tidak memiliki keyakinan yang kuat mengenai
tanggal Hari Pertama Haid Terakhir (HTA) mereka.16

Gambar 12. CRL janin pada 8-9 minggu

• Pengukuran dimensi kantung telur (yolk sac)


Sekitar usia kehamilan 5,5 minggu, kantung kuning telur yang
sedang berkembang mulai terlihat. Awalnya muncul sebagai dua
garis paralel ekogenik di pinggiran kantung kehamilan, kantung
kuning telur akhirnya memperoleh penampilan bulat yang khas
pada akhir minggu ke 5,5.32
b. USG Dasar Trimester Kedua
Pemeriksaan skrining pada trimester kedua kehamilan dilakukan
dengan maksud sebagai berikut:10
• Memverifikasi apakah kehamilan adalah tunggal atau ganda

Gambar 13. Kehamilan ganda

• Mengevaluasi volume cairan ketuban

• Melakukan evaluasi terhadap struktur dan lokasi plasenta


Gambar 14. Plasenta

c. USG Dasar Trimester Ketiga


Pemeriksaan skrining pada trimester ketiga mencakup semua aspek
yang diperiksa pada trimester kedua, ditambah dengan penentuan posisi
janin untuk merencanakan metode persalinan. Tujuan utama dari
pemeriksaan pada trimester ketiga ini adalah:10,18
• Mengukur pertumbuhan janin
Pertumbuhan janin terhambat dapat didefinisikan secara singkat
sebagai saat lingkar abdomen berada di bawah persentil 5 dari
kurva normal sesuai dengan usia kehamilan. Sebaliknya,
makrosomia terjadi ketika lingkar abdomen melebihi persentil
95 dari kurva normal yang sesuai dengan usia kehamilan.

• Menentukan posisi janin


Skrining ini sangat penting untuk dilakukan

• Mengevaluasi struktur dan lokasi plasenta


Pada trimester ketiga, posisi plasenta yang rendah atau plasenta
previa/marginalis dapat diidentifikasi. Jika diperlukan,
pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan transduser
transvaginal. Ketebalan plasenta juga dapat menjadi indikator
masalah dalam kehamilan. Plasenta yang memiliki ketebalan
yang melebihi 5 cm dapat mengindikasikan kemungkinan
adanya fetal hydrops, sementara plasenta yang tipis atau kecil
dapat mengarah pada insufisiensi plasenta.

• Mengevaluasi volume cairan ketuban


Pemeriksaan tali pusat mencakup hal berikut:
- Tali pusat yang normal terdiri dari dua arteri dan satu vena
- Penilaian ukuran, posisi, dan karakteristik ekogenitas massa
tali pusat yang tidak normal
- Evaluasi terhadap kemungkinan adanya segmen tali pusat
di daerah leher (yang dapat menandakan adanya lilitan tali
pusat) atau kemungkinan simpul, terutama pada kasus
kehamilan ganda

Direkomendasikan pendekatan bertahap pada pemeriksaan USG obstetri


dasar pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, yang menerapkan metode
pemeriksaan USG terstruktur dan terstandar yang mudah dipelajari dan
diarahkan pada identifikasi temuan utama, yang berdampak langsung pada
kesejahteraan ibu dan janin. Pendekatan bertahap ini mencakup enam
langkah, yang kami yakini harus menjadi bagian dari pemeriksaan USG
dasar pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Keenam langkah ini
dirancang untuk menilai presentasi dan letak janin, adanya aktivitas jantung
janin, jumlah janin di dalam rahim, kecukupan cairan ketuban, lokalisasi
plasenta dan penanggalan kehamilan/perkiraan berat badan janin.28

2.9 Keamanan USG selama Kehamilan

Jika dilakukan dengan benar dan dengan prinsip paparan ultrasound


yang paling rendah yang aman untuk janin (as low as reasonable
achievable), program pemeriksaan skrining ini memastikan keselamatan
janin. Tidak diperbolehkan melakukan pemeriksaan ultrasonografi tanpa
tujuan yang jelas, seperti menghindari pemeriksaan ultrasonografi yang
rutin setiap kali pasien datang untuk pemeriksaan. Pemeriksaan
ultrasonografi di luar program skrining tersebut di atas hanya boleh
dilakukan jika ada indikasi medis, termasuk:10
a. Perdarahan
b. Nyeri pelvis
c. Kecurigaan mola hidatidosa
d. Kecurigaan massa pelvis atau kelainan uterus
e. Ketuban pecah dini

Uji coba cluster-randomized baru-baru ini di Pakistan, Kenya, Zambia,


Republik Demokratik Kongo dan Guatemala mengamati efek penggunaan
USG antenatal di pusat kesehatan pedesaan. Setelah distratifikasi
berdasarkan negara, masing-masing kelompok intervensi dan perbandingan
didefinisikan sebagai wilayah cakupan sebuah pusat kesehatan yang
mencatat sekitar 500 kelahiran setiap tahunnya. Wanita hamil dalam
kelompok intervensi umumnya ditawarkan dua kali pemeriksaan USG
antenatal, pemeriksaan pertama antara minggu ke 18 dan 22 dan
pemeriksaan kedua antara minggu ke 32 dan 36, dan ibu hamil yang
teridentifikasi mengalami komplikasi dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi.20
Pada kunjungan pertama, usia kehamilan ditentukan dan jumlah serta
posisi janin, panjang serviks, potensi kelainan cairan ketuban, dan potensi
kelainan bawaan diperiksa. Pada kunjungan kedua, lokasi dan pertumbuhan
plasenta diamati selain semua pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan
pertama. Paket intervensi juga mencakup pelatihan petugas kesehatan untuk
USG antenatal, pelatihan darurat obstetri dan perawatan neonatal di fasilitas
rujukan tingkat yang lebih tinggi dan acara sensitisasi masyarakat di mana
masyarakat diberi informasi tentang kemampuan diagnostik USG serta
layanan USG antenatal yang ditawarkan di fasilitas intervensi.20
Dengan perkembangan teknologi baru dan peningkatan penggunaan
ultrasonografi pada janin awal, penting untuk mempertimbangkan masalah
keamanan dengan singkat. Ultrasonografi melibatkan gelombang dengan
tekanan positif dan negatif, yang memiliki dua efek potensial pada jaringan
yang dilalui oleh sinar tersebut, yaitu efek termal dan efek nontermal (atau
mekanis). Efek termal terjadi sebagai akibat dari transformasi energi akustik
menjadi panas, sedangkan efek nontermal terkait dengan tekanan positif dan
negatif bolak-balik. Dua indeks yang muncul di layar ultrasonografi adalah
TI, yang mengindikasikan risiko peningkatan suhu, dan MI, yang
menunjukkan risiko kavitasi jika terdapat gelembung gas dalam jalur sinar
ultrasonografi, meskipun hal ini tidak terjadi pada gambar janin manusia.21
Perlu dicatat bahwa trimester pertama kehamilan adalah periode di mana
janin paling rentan terhadap dampak eksternal, oleh karena itu sangat
penting untuk mematuhi pedoman tertentu, terutama ketika menggunakan
Doppler. Peningkatan suhu kurang dari 1,5°C kemungkinan besar tidak akan
menimbulkan risiko efek biologis pada embrio atau janin, sementara
peningkatan suhu lebih dari 4°C selama 5 menit dapat membawa risiko bagi
embrio atau janin. Doppler, khususnya pulsed/spectral, memiliki potensi
untuk mencapai peningkatan suhu yang signifikan. TI yang terlihat di layar
dapat digunakan oleh ahli sonografi dan dokter sebagai panduan untuk
menilai potensi peningkatan suhu.21
BAB III
KESIMPULAN

Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik yang menggunakan


gelombang suara ultrasonik yang dipancarkan oleh transduser. Ultrasonografi
(USG) merupakan salah satu prosedur diagnostik yang paling umum digunakan
dalam bidang obstetri. Tujuan utama dari pemeriksaan USG obstetrik adalah untuk
mengidentifikasi usia kehamilan dengan akurasi, memantau pertumbuhan janin,
dan mendeteksi secara dini potensi kelainan pada janin selama masa kehamilan.
Alat USG bekerja dengan prinsip mirip cara kelelawar dalam mendeteksi objek, di
mana ia menghasilkan gelombang suara frekuensi tinggi dan menerima pantulan
gelombang suara tersebut. Terdapat beberapa jenis USG yaitu USG 2D, 3D, 4D dan
Doppler. Sebelum melakukan pemeriksaan diperlukan persiapan pasien, persiapan
peralatan, dan persiapan pemeriksa. USG untuk ekhamilan terbagi menjadi USG
transabdominal dan USG transvaginal. Penting dilakukan pemeriksaan USG baik
mulai dari trimester pertama, kedua dan ketiga. Pemeriksaan USG aman dilakukan
saat kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Inda Nurdahniar, “Analisis peraturan menteri kesehatan nomor 24 tahun


2020 tentang pelayanan radiologi klinik terhadap pelayanan kesehatan usg
bagi ibu hamil,” lJurnal Ilmu Hukum, 2022; 21(1), hal. 11–24.
2. Lady Tioro Coilal, Legina Anggraeni dan Irwanti Gustina, “Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manfaat Ultrasonografi (Usg)
Dalam Pemeriksaan Kehamilan,” Binawan Student Journal, 2020; 2(2), hal.
242–245. doi: 10.54771/bsj.v2i2.125.
3. Muayah dan Ani, “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil
Tidak melakukan Kunjungan 6x Sesuai Standar Di Praktik Mandiri Bidan
Sm Ciledug,” Ilmiah Kesehatan Bpi, 2021; 5(2), hal. 72–82. Tersedia pada:
https://stikes-bhaktipertiwi.e-journal.id/Kesehatan/article/view/70/55.
4. Brahmana, I. B. “Pengabdian Edukasi Ibu Hamil Dan Pemeriksaan Usg
Gratis,” SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan,
2022; 6(1), hal. 189. doi: 10.31764/jpmb.v6i1.7929.
5. Mappaware, N. A. et al. “Ultrasonografi Obstetri Dalam Prespektif Medis,
Kaidah Bioetika Dan Islam,” Wal’afiat Hospital Journal, 2020; 1(1), hal. 1–
14. doi: 10.33096/whj.v1i1.2.
6. Safitri, O., Utari, N. dan Muli, evanya yola, “Hubungan Tingkat Frekuensi
Ibu USG Terhadap Keputusan Teknik Persalinan,” Wellness and Healthy
Magazine, 2019; 1(2), hal. 187–192. Tersedia pada:
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh.
7. Dewi, S. P., Siswishanto, R. dan Dasuki, D. “Pengaruh Pelatihan
Ultrasonografi terhadap Tingkat Pengetahuan Residen Obstetri dan
Ginekologi mengenai Keamanan Penggunaan Ultrasonografi Obstetri,”
Jurnal Kesehatan Reproduksi, 2019; 6(1), hal. 23. doi: 10.22146/jkr.41409.
8. Beru, I. et al. “Pemeriksaan Ultra Sono Grafi Dalam Kehamilan Ultra
Sonographic Examination of Pregnancy,” Journal of Character Education
Society), 2022; 5(3), hal. 571–579. Tersedia pada:
http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCEShttps://doi.org/10.31764/jces.v3
i1.8751https://doi.org/10.31764/jces.v3i1.
9. Moncrieff, G., Finlayson, K., Cordey, S., McCrimmon, R., Harris, C.,
Barreix, M., Tunçalp, Ö., & Downe, S. First and second trimester ultrasound
in pregnancy: A systematic review and metasynthesis of the views and
experiences of pregnant women, partners, and health workers. PLoS ONE,
2021; 16(12 December). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0261096
10. Barrimi, M. et al.“Buku Referensi Usg,” Encephale, 2020; 53(1), hal. 59–
65. Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012.03.001.
11. Obstetri, U. S. G. et al. (2020) “Buku Pegangan Peserta.”
12. Endjun, J. J.Panduan praktis keterampilan USG obstetri ginekologi dasar
untuk dokter. 2018.
13. Cooper N, Frain J. ABC of clinical communication. Wiley Blackwell, 2018.
14. Cookes, H. W. “Examination in court,” Notes and Queries, 2018; s7-II(30),
hal. 68. doi: 10.1093/nq/s7-II.30.68-b.
15. Kurjak, A. dan D’addario, V.“Ultrasound in the first trimester,” CRC
Handbook of Ultrasound in Obstetrics and Gynecology, 2019; 1, hal. 55–
88. doi: 10.4324/9781315150888-3.
16. The American Institute of Ultrasound in Medicine. Practice parameter for
the performance of standard diagnostic obstetric ultrasound examinations;
2018.
17. Murugan, V. A. et al. “Role of ultrasound in the evaluation of first-trimester
pregnancies in the acute setting,” Ultrasonography, 2020; 39(2), hal. 178–
189. doi: 10.14366/usg.19043.
18. Abuhamad, A., Minton, K. K., Benson, C. B., Chudleigh, T., Crites, L.,
Doubilet, P. M., Benacerraf, B. R. Obstetric and gynecologic ultrasound
curriculum and competency assessment in residency training programs:
consensus report. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 2018;
218(1), 29–67.
19. Foundation for The Global Library of women’s medicine. “Stepwise
Standardized Approach to the Basic Obstetric Ultrasound Examination in
the Second and Third Trimester,” The Global Library of Women’s Medicine,
2020; hal. 186–211. Tersedia pada:
https://www.glowm.com/pdf/Ultrasound_in_obstetrics_and_gynecology-
chapter10.pdf.
20. Kim, E. T. et al. “Obstetric ultrasound use in low and middle income
countries: A narrative review,” Reproductive Health, 2018; 15(1), hal. 1–26.
doi: 10.1186/s12978-018-0571-y.
21. Abramowicz, J. S. “Obstetric ultrasound: Where are we and where are we
going?,” Ultrasonography, 2021; 40(1), hal. 57–74. doi:
10.14366/usg.20088.

Anda mungkin juga menyukai