OLEH :
R024191010
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : R024191010
Adalah benar telah menyelesaikan telaah kasus dengan judul “Manajemen Fisioterapi
Gangguan Aktivitas Fungsional Wajah Berupa Eating Akibat Kelemahan Otot Wajah
Sinistra e.c. Bell’s Palsy Sejak 3 Bulan Yang Lalu” pada bagian Poli Fisioterapi
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Aktivitas Fungsional Wajah Berupa Eating Akibat Kelemahan Otot Wajah Sinistra
e.c. Bell’s Palsy Sejak 3 Bulan Yang Lalu” dapat selesai sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai tugas evaluasi diri
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari
bantuan, dorongan, semangat, saran, dan pendapat berbagai pihak, oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
jajarannya yang telah mengijinkan pelaksanaan praktik lapangan ini dalam rangka
2. Ibu Hamizah S.Ft, Physio., M.Biomed selaku kepala ruangan bagian Fisioterapi
iii
iv
4. Hanna, Hardianti, Ainun, Kak Niar, dan Afi selaku teman kelompok yang telah
tugas.
5. Semua pihak yang telah ikut membantu dan atau terlibat dalam penyelesaian
Akhirnya, semoga laporan kasus ini bermanfaat baik pada diri sendiri maupun
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................... v
1.1............................................................................Latar Belakang
..................................................................................................1
..................................................................................................3
2.1...........................................................................Kerangka Teori
................................................................................................16
................................................................................................17
2.3.......................................................................................Etiologi
................................................................................................18
2.4...............................................................................Epidemiologi
................................................................................................19
2.5............................................................................Patomekanisme
................................................................................................21
v
vi
2.6.......................................................................Manisfetasi Klinik
................................................................................................25
................................................................................................30
2.8................................................................................... Prognosis
................................................................................................32
2.9................................................................................ Komplikasi
................................................................................................32
................................................................................................37
................................................................................................48
3.2 CHARTS................................................................................... 49
Halaman
vii
viii
Halaman
36
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat,
yang mana salah satu bagian yang diinervasi oleh sistem saraf tepi yaitu
adalah wajah. Wajah merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat
menentukan karakter atau ciri khas seseorang. Isi hati orang dapat terlihat dari
ekspresi wajah, ekspresi wajah atau mimik adalah hasil salah satu bentuk
dalam menyampaikan sosial dalam kehidupan manusia, tetapi jika otot wajah
Bell’s palsy adalah tidak berfungsinya nervus facialis saat saraf berjalan
didalam canalis facialis, kelainan ini biasanya unilateral, letak yang tidak
facialis lower motor neuron. Bell’s palsy adalah kelumpuhan wajah idiopatik
akut dari saraf cranial ketujuh yang mempengaruhi satu sisi wajah, kadang-
kadang terjadi ketika wajah terpapar oleh angina (Syahril and Hasibuan,
terbanyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Penderita diabetes mempunyai resiko
2
10-19 tahun lebih rentan terkena dari pada laki-laki dengan perbandingan
umur yang sama. Pada perempuan hamil lebih rentan terkenal Bells’palsy
Pada kondisi Bell’s Palsy dapat berdampak pada kegiatan sosial dan
terjadi penderita mengulang kalimat dan berusaha membuat orang lain paham
dengan pembicaraannya. Selain itu, saat penderita makan bersama orang lain
rasa percaya dirinya akan menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh tidak
penanganan khusus. Apabila tidak ditangani dengan benar, maka akan timbul
seiring berjalannya waktu. Kondisi yang tidak kunjung membaik pada kasus
saraf yang menyimpang. Proses terjadinya synkinesis adalah dua sampai tiga
3
bulan setelah saraf fasialis beregenerasi. Contoh gerakan tak sadar yang
Metode terapi untuk penderita Bell’s Palsy ada beberapa macam antara lain
tetapi juga untuk alat ukur pasien ketika latihan di rumah. Pasien dapat
Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga
lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Tulang
aspek yaitu aspek anterior, posterior, superior, dan inferior serta lateral.
Terkait dengan perjalanan N. Facialis maka cranium ditinjau dari arah lateral
Jika dilihat dari struktur otot, otot pada wajah sangatlah tipis dan
rata.Tidak semua otot wajah melekat pada tulang, kebanyakan saling terikat
4
Nervus facialis adalah salah satu dari 12 pasang saraf cranial. Nervus
(ekspresi heran)
mata)
bersiul)
secara kuat
motorik yang mempersarafi semua otot ekspresi wajah pada salah satu
menerima sensasi rasa dari 2/3 depan lidah, dan komponen otonom
saraf, yaitu akar motorik (lebih besar dan lebih medial) dan intermedius
(lebih kecil dan lebih lateral). Akar motorik berasal dari nukleus fasialis
dan aferen somatik dari kanalis auditori eksterna dan pinna (Japardi,
2004)
(rata- rata diameter 0,68 mm), maka setiap terjadi pembengkakan saraf,
Saraf korda timpani merupakan cabang yang paling besar dari saraf
2012).
pada bagian superior dari kelenjar parotid, dan mempersarafi dot- otot
telinga tengah.
memiliki serat saraf taste bud dari 2/3 anterior lidah dan dasar
mulut.
dan lakrimasi serta digunakan untuk sensasi rasa dari anterior lidah,
dasar mulut dan palatum (Snell, 2012). Saraf cranial ke VII atau
2012).
nyeri (mungkin juga rasa suhu dan rasa raba)somato motorik juga
(Purwatiningsih, 2012).
10
gerakan dan mimik pada wajah. N. Facialis memiliki 4 buah inti yaitu :
serebral. Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N
facialis). Nervus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum
bawah korteks motorik primer, otot wajah muka sisi kontralateral akan
bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang
lumpuh tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat
maka sudut mulut yang sehat saja yang dapat terangkat (Purwatiningsih,
2012).
12
cabang tepi nervus facialis. Lesi di pons yang terletak disekitar ini nervus
abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducens dan
2012).
dan muncul dari tulang pada wajah dan masuk pada kulit wajah.
oleh kelopak mata, cuping hidung dan bibir. Fungsi otototot mimik
wajah. Semua otot ini mendapat suplai darah dari arteri fasialis (Snell,
bawah. Serat lain muncul dari bagian dalam kulit dan menyilang pada
otot dilatator mulut ini muncul dari tulang dan fascia di sekitar mulut
6) Muskulus risorius ;
Mujaddidah, 2017).
c
Sumber: Snell, 2012
16
BAB II
Iskemik
Herediter Imunologi Infeksi Virus
Vaskular
Inflamasi Iskemia
Problem:
1. Kelemahan Otot wajah
Treatment 2. Kecemasan
3. Gangguan fungsional
diwajah
Proses Manajemen Fisioterapi
Mengoptimalkan fungsional
pada wajah
2.2 Definisi Bell’s Palsy
bersifat akut, dan penyebabnya belum diketahui secara pasti (idiopatik). Bell’s
palsy ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1812 oleh Sir Charles Bell,
fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis
lainnya. Bell’s palsy merupakan penyakit pada nervus fasialis yang paling
Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah secara
akut (acute onset) pada sisi sebelah wajah akibat proses non-supuratif, non
sedikit proksimal dari foramen stylomatoideus, yang mulainya akut dan dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan (Sidharta dalam Amanati et al., 2017; (de
2.3 Etiologi
a. Idiopatik
Sampai sekarang yang disebut Bell’s palsy, belum diketahui secara pasti
b. Kongenital
b. Didapat
dari HSV (khususnya tipe 1). Etiologi Bell’s palsy terbanyak diduga
adalah infeksi virus. Mekanisme pasti yang terjadi akibat infeksi ini
c. Teori herediter
d. Teori imunologi
imunisasi.
2.4. Epidemiologi
Bell’s Palsy merupakan kelumpuhan akut perifer pada sisi wajah unilateral
dan tercatat sebagai kasus yang paling sering dijumpai. Kejadiannya adalah
berkisar antara 20-30 kasus dari 100.000 orang. Di Berlin, grafik tertinggi
20
menunjukkan saat musim dingin di bulan Desember dan terendah saat musim
gangguan Bell’s Palsy (Erdur & Albers, 2018). Dari seluruh gangguan
(Mujadiddah, 2017).
wajah unilateral di dunia. Bell’s palsy menempati porsi sebesar 60-70% dari
seluruh kasus kelumpuhan perifer wajah unilateral (Murthy & Saxena, 2011)..
(85%) sembuh sempurna dalam 1-2 bulan dan rekurensi terjadi pada 8%
kasus. (Lowis & Gaharu 2012). Banyak perbedaan pendapat muncul dalam
terjadi pada beberapa pasien. Beberapa hal ini memberikan beban bagi pasien
Di Indonesia, insiden Bell’s palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang
Bell’s palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada
usia 21 – 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak
didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada
Di Inggris dan Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 penderita per 100,000
penduduk per tahun. Di Belanda 1 penderita per 5000 orang dewasa dan 1
21
penderita per 20,000 anak per tahun. Penderita diabetes mempunyai resiko
29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. Bell’s palsy mengenai laki-laki dan
wanita dengan perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang
berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena daripada laki-laki pada kelompok
umur yang sama. Pada kehamilan trisemester ketiga dan 2 minggu pasca
tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat. Penyakit ini dapat terjadi pada
semua umur, dan setiap saat tidak didapatkan perbedaan insidensi antara iklim
riwayat terkena udara dingin, baik kendaraan dengan jendela terbuka, tidur di
lantai, atau bergadang sebelum menderita bell’s palsy (Bahrudin. Moch, 2011
Prevalensi tahunan untuk Bell's palsy adalah 20-30 kasus per 100.000,
sehingga mempengaruhi sekitar satu dari 60-70 orang di masa hidup mereka.
Sekitar 70% pasien memiliki pemulihan penuh dalam waktu tiga bulan, tetapi
Selain Bell's palsy, penyebab lain kelumpuhan wajah yang lebih sering
2.4 Patomekanisme
facialis melalui bagian os temporalis disebut sebagai facial canal. Suatu teori
menduga edema dan ischemia berasal dari kompresi saraf facialis di dalam
22
kanal tulang tersebut. Kompresi ini telah nampak dalam MRI dengan fokus
saraf facialis (Seok dalam Adam, 2019). Bagian pertama dari canalis facialis
segmen ini hanya mempunyai diameter 0,66 mm. Yang bertempat dan diduga
paling sering terjadi kompresi saraf facialis pada Bell’s palsy. Karena
neural pada tempat ini (NINDS, 2014). Lokasi kerusakan saraf facialis diduga
efek sama, namun tanpa gangguan lakrimasi. Jika lesi berada pada foramen
2019).
bagian awal dari kanalis fasialis, segmen labirin merupakan bagian yang
tersempit yang dilewati saraf fasialis. Foramen meatal pada segmen ini hanya
memiliki diameter sebesar 0,66 mm (Lowis & Gaharu, 2012). Otot-otot wajah
bawah dan sudut mulut pada sisi wajah yang terkena. Ini terjadi pada lesi
lower motor neuron (LMN). Lesi upper motor neuron (UMN) akan
menunjukkan bagian atas wajah tetap normal karena saraf yang menginnervasi
bagian ini menerima serat kortikobulbar dari kedua korteks serebral (Snell,
cairan endoneural sekeliling saraf ketujuh pada 11 sampel dari 14 kasus Bell’s
Murakami, dkk menginokulasi HSV dalam telinga dan lidah tikus yang
adanya temuan ini, istilah paralisis fasialis herpes simpleks atau herpetika
demielinisasi, edema, dan gangguan vaskular saraf (Lowis & Gaharu, 2012).
Para ahli menyebutkan bahwa pada bell’s palsy terjadi proses inflamasi
demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis
jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada
sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang
kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada
pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik
gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis
supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras
yang dikenal awam sebagai “masuk angin” atau dalam bahasa inggris “cold”.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, ac, atau mengemudi dengan kaca
jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya bell’s
palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, sehingga terjepit di dalam
nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus
gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan
timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa
bahwa penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe
1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus
herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada
25
radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat
palsy sinistra akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya
lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan
pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas.
Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucukan dan platisma tidak
bisa digerakkan. Karena lagophtalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan
ditemukan.
sebagai berikut:
berikut:
a. Asimetris luas.
dengan saraf intak secara fungsional. Grade ini seharusnya dicatat pada
Saat menutup kelopak mata, kedua mata melakukan rotasi ke atas (Bell’s
phenomenon). Selain itu, mata dapat terasa berair karena aliran air mata ke
antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur keluar dari
sudut mulut (Lowis & Gaharu, 2012). Lesi di kanalis fasialis (di atas
pengecapan menghilang pada dua per tiga anterior lidah pada sisi yang sama
(Lowis & Gaharu, 2012). Lesi yang terjadi di saraf yang menuju ke muskulus
(Lowis & Gaharu, 2012). Pasien dengan bell’s palsy juga dapat mengalami
mata dan mulut yang kering, kehilangan atau gangguan rasa (taste),
hiperakusis dan penurunan (sagging) kelopak mata atau sudut mulut (Baugh et
28
taking) dan pemeriksaan fisik yang cermat pada pasien yang dicurigai terkena
penyakit ini.
2) Diagnosa Bell’s palsy dilakukan ketika tidak ada etiologi medis lain
6) Bell’s palsy bisa muncul pada pria dewasa, wanita dewasa dan anak-
anak tetapi lebih umum pada orang dengan usia 15-45 tahun dan
Literatur lain juga menyatakan bahwa onset Bell’s palsy adalah akut,
selama 48 jam dan hampir semua berjalan dalam waktu lima hari.
Berdasarkan letak lesi, manifestasi klinis bell’s palsy dapat berbeda. Nyeri
mencong ke sisi yang sehat. Saat menutup kelopak mata, kedua mata
dan lipatan kulit juga terpengaruh, garis dahi menghilang, lipatan palpebra
melebar, dan lid margin mata tidak tertutup. Kantong mata bawah dan
punctum jatuh, disertai air mata yang berair karena aliran air mata ke sakus
yang mengumpul di antara gigi, pipi dan saliva yang menetes dari sudut
mulut. Penderita juga mengeluh ada rasa tebal atau mati rasa dan
semua gejala dapat timbul ditambah kehilangan rasa di lidah 2/3 anterior
di sisi yang sama dengan lesi. Jika lesi mempengaruhi saraf di otot
b. Facial diplegia
(Heefordt syndrome).
b. Sarcoidosis
c. Tumor
memburuk.
e. Melkersson-Rosenthal Syndrome
dan dewasa.
f. Hemifacial Spasm
hilangnya lemak dari kulit dan jaringan subkutan di satu atau kedua sisi
2.7 Prognosis
pasien dengan Bell’s palsy sembuhtotal dalam 6 bulan, bahkan pada 50-60%
fasialis persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat, serta 8% kasus dapat
dengan penyengatan kontras yang jelas (Lowis & Gaharu, 2012). Faktor yang
awal dan/atau perbaikan fungsi pengecapan dalam minggu pertama (Lowis &
karena konyungtiva bulbi tidak dapat penuh di tutupi kelopak mata yang
Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot sehingga pika nasolabialis
Otot-otot wajah tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri,
d. Spasme Spontan
terkendali. Yang sering di sebut dengan tic fassialis. Akan tetapi tidak
1. Assesment
a.Anamnesis
jawab antara terapis dengan pasien atau keluarga pasien, baik itu meliputi:
nama, umur, jenis kelamin, serta pekerjaan dan hal hal yang berkaitan
1) Keluhan utama
deritanya.
2. Pemeriksaan fisioterapi
a.Pemeriksaan fisik.
35
1) Inspeksi
2) Palpasi
Pemeriksaan dengan cara meraba dan menekan pada bagian tubuh pasien
(Kusumaningrum, 2014).
b. Pemeriksaan Khusus
tersebut dinilai simetris atau tidaknya antara sisi sakit dengan sisi
yang sehat.
sama sekali.
normal.
c. Tes khusus
Tidak ada yang spesifik untuk bell’s palsy, tetapi tes berikut dapat
2) CT-Scan, MRI
1) Sinar Infrared
pada saat disinari akan diabsorbsi oleh kulit, maka akan muncul panas
daerah tersebut cukup terpenuhi, selain itu efek pemberian Infra Red
Infra red dengan generator luminous dihasilkan oleh satu atau lebih
dari filament yang terbuat dari bahan tungsten atau carbon yang
udara atau diisi dengan gas tertentu dengan tekanan rendah. Lampu
watt atau 1.500 watt. Panjang gelombang yang arak penyinaran untuk
untuk pemasangan jenis non luminous antara 45-60 cm. Namun jarak
dengan
et al., 2017).
2) Stimulasi Listrik
pada otot yang titik rangsangnya terletak pada kulit (motor point) dan
2017).
leher dan difiksasi dengan tekanan berat badan dari pasien. Sedangkan
untuk active electrode berupa disk electrode kecil dilapisi pad yang
2014).
kulit dan untuk meningkatkan kerja otot baik yang letaknya diluar
berupa fasilitasi kontraksi otot, melatih kerja otot, dan melatih kerja
b. Massage
Massage merupakan stimulasi pada jaringan lunak untuk
mengurangi rasa kaku atau rasa tebal pada wajah yang terkena lesi, juga
Massage diaplikasikan selama 10 menit pada kedua sisi wajah dan leher.
(efflurage) menggunakan tiga jari tengah gerakan dari pusat ke arah luar
wajah. Jempol bergerak di bagian dalam pipi yang terkena dari wajah
dengan tiga jari untuk menarik ke arah mulut (finger kneeding) 2 menit.
diberikan dari dagu ke atas kepelipisdan dari tengah dahi turun ke bawah
melingkar, diberikan keseluruh otot wajah yang terkena lesi dengan arah
daerah wajah terutama pada sisi lesi tapotement ini dilakukan di ujung
dan tapotement untuk wajah sisi yang lesi (kiri) dan stroking, efflurrage
dan finger kneeding pada wajah sisi yang sehat (kanan) (Abidin et al.,
2017).
44
arah sisi yang sehat, keadaan ini dapat menyebabkan rasa kaku pada wajah
sisi yang sakit. Sehingga dengan pemberian massage pada kasus Bell’s
al., 2017).
rasa kaku pada wajah (Amanati et al., 2017). Pemberian massage ini
2014).
kearah sisi yang sehat, keadaan ini dapat menyebabkan rasa kaku pada
wajah sisi yang sakit. Sehingga dengan pemberian massage pada kasus
berfokus pada menggerakkan anggota tubuh yang tidak rusak. Hal ini
45
bertahap kekuatan otot wajah akan meningkat dan sifat fisiologis otot akan
sudut mulut ke samping kanan atau kiri, bersiul dan mencucu, menutup
(Istiqomah, 2014).
ringan melalui otot dengan gerakan gentle. Hal yang paling penting
area atas ( dahi dan mata), area tengah (hidung), dan area bawah
kriteria inklusi umur 20-40 tahun dan berada pada onset 1-3 minggu.
sensasi pada wajah dan alergi pada kinesio taping maka akan
gerakan.
Bell’s Palsy
Komunikasi
Terapeutik
Mengatasi
Kecemasan
50
Metabolisme
Stimulasi Stimulasi Metabolisme Biofeedback
Kontraksi otot pola dasar
gerakan
Kekuatan Otot
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Nama : Tn.L
Usia : 50 Tahun
Alamat : BTP
Pekerjaan : Karyawan IT
Agama : Islam
Vital Sign
1. Chief of Complaint
2. History Taking
mengalami kecapean saat itu dan tidak ada waktu untuk istirahat. Pasien
51
52
pasien merasa seperti berkedut di area wajah sebelah kiri dan pasien
sakit, pasien diperiksa oleh dokter syaraf, dokter rehabilitasi medik dan
AC setiap hari. Saat ini pasien merasakan kesulitan buka tutup mata,
sering merembes dan keluar di ujung sisi mulut serta terkadang air mata
3. Assymetry
a. Inspeksi Statis
e. Inspeksi dinamis
f. Palpasi
1) Suhu : Normal
4. Restrictive
komunikasi)
sembuh
6. Spesific test
Hasil : Normal
Dextra Sinistra
m. frontalis 5 3
m. corrugator supercili 5 3
m. procerus 5 3
m. zygomaticum mayor 5 3
m. orbicularis oculi 5 3
m. orbicularis oris 5 3
m. buccinator 5 3
55
m. risorius 5 3
m. mentalis 5 3
Hasil:
Tersenyum 30% x 30 9
Bersiul 30% x 30 9
Jumlah 34
2. Sekunder :
a. Kecemasan
56
a. Mengatasi kecemasan.
I : pasien fokus
1. Kecemasan Komunikasi Terapeutik
T : interpersonal approach
T : selama proses FT
F : 1x sehari
T : 10 menit
3. Muscle F : 1x sehari
T : 10 menit
I : 30% pressure
T : massage (efflurage,
57
stroking, stretching
technique)
T : 5 menit
F: 1x sehari
I : 8 hit/3x rep
Manual Therapy
T: PNF Wajah
T : 1x menit
F : 1x sehari
I : 8 hitungan/ 3xrep
pipi dll.)
T : 5 menit
F : 1x sehari
I : Pasien Fokus
Exercise Therapy
T : Mirror exercise
T : 3 menit
Sebelum Setelah
intervensi intervensi
1 Kelemahan Nancy Sinistra: 3 Sinistra: 3 Terdapat
otot wajah Berryman peningkatan
Scale kekuatan otot
3.9 Modifikasi
wajah.
3.10 Kemitraan
kompetensi dokter (gejala medis klinik) yang harus dilayani pertama kali
Pada pasien ini, dapat dirujuk ke dokter ahli jika terdapat indikasi medis
DAFTAR PUSTAKA
61
Massage Dan Mirror Exercise Pada Bell's Palsy. Jurnal Fisioterapi Dan
Infra Red Dan Elektrical Stimulation Serta Massage Terhadap Kasus Bell’s
Guideline. CMAJ : Canadian Med. Ass. J, Vol. 186(12), Pp. 917– 922.
Lowis, H., Gaharu, MN. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis Dan Tata Laksana
Surabaya
Sciences
Effectiveness Of Electro-Stimulation As A T
Mukti, Abdul. 2018. Pengaruh Terapi Masase Dan Stretching Terhadap Pemulihan
Sagung seto.
Netter, Frank H., 2014. Atlas of Human Anatomy. 5 Edition. Philadelpi: Saunders
Elsevier.
http://sportsmedicine.about.com/od/strengthtraining/qt/bridgeexercise.ht
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:
EGC Kedokteran
64
Turetsky, Leon; Smith, Brandon, DPT, MPH. February 26, 2019. Piriformis
syndrome-treatment/
Sanglah
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
65
66
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada √
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada √
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit √
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil √
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
68
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering √
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
Total 16