Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN

TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :
keperawatan kritis

DISUSUN OLEH :

Suciyati Nur Khofifah


(4002200100)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2020/2021
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN
TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

Suciyati Nur Khofifah


Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan
Stikes Dharma Husada Bandung

ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu,
akibat yang ditimbulkannya dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi adalah
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat hingga ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi merupakan
penyakit tidak menular hal ini terus meningkat dari tahun ke tahun Banyak faktor yang dapat
meningkatkan risiko hipertensi antara lain Faktor gaya hidup seperti pola makan yang buruk dan
perilaku menetap juga dapat berhubungan dengan pengendalian hipertensi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dan pola makan terhadap kejadian
hipertensi.

Metode: Metode pada penelitian ini adalah literature review artikel yang mencari hubungan gaya
hidup dan pola makan sebagai variabel bebas terhadap hipertensi sebagai variabel terikat. Artikel
didapatkan dari penelusuran artikel publikasi pada EBSCO dan penelusuran secara manual
menggunakan Google Search dengan kata kunci yang dipilih. Pencarian hanya dibatasi pada
jurnal yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan berbahasa Inggris. Jurnal yang dipilih
adalah hasil penelitian yang berupa RCT dan Case Control, pada tahun 2011 sampai dengan
tahun 2021.

Hasil :
Didapatkan 16 artikel yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara gaya hidup dan pola makan terhadap kejadian hipertensi.
A. PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan,
penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis
menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi. Tetapi saat
diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri)
(RISKESDAS, 2013).

Hipertensi merupakan penyebab kematian yang menempati urutan ke-3 di


Indonesia dengan angka kematian 27,1% (Kemenkes RI, 2014). Dimana jumlah penderita
hipertensi naik dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008 (WHO,
2013). Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat global dimana hipertensi
berkontribusi terhadap penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kematian prematur dan
cacat (WHO, 2013). Penyakit jantung dan stroke adalah pembunuh terbesar di dunia.
Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian global dalam 15 tahun terakhir
(WHO, 2017). Berdasarkan data WHO dalam Non Communicable Disease Country
Profiles (2011) dalam Stefhany (2012), prevalensi hipertensi didunia pada usia >25 tahun
mencapai 40%. Menurut Data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada
semua umur. Selain itu hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%) dan umur
45-55 tahun (11,9%) (WHO, 2011).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu genetika, usia,
jenis kelamin, pola makan/asupan natrium, riwayat keluarga, aktifitas fisik/olahraga, stres
dan konsumsi alkohol. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam,
sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk
terjadi hipertensi secara konsisten (Anggara, D.H.F., & Prayitno, 2013).
Laki-laki ataupun perempuan sama-sama memiliki kemungkinan beresiko
hipertensi. Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan
perempuan saat usia 65 tahun perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi
(Prasetyaningrum, 2014). Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi (AS, 2010). Pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi pada
penelitian Roumali (2014) diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih
banyak dengan pola makan tidak baik, hal ini menunjukkan bahwa responden pada
kelompok kasus banyak yang makan daging, makan yang berlemak, makanan gorengan,
makanan yang mengandung garam = 3 kali seminggu sebesar 70% (Romauli, 2014).

Gaya hidup sehat merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kejadian
hipertensi yaitu dengan cara tidak merokok, aktivitas fisik yang cukup dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Karena hal itu penulis tertarik untuk melakukan
literature review mengenai “Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Terhadap Kejadian
Hipertensi” dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada
pembaca mengenai gaya hidup dan pola makan yang dapat mencegah untuk terjadinya
hipertensi.

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Gaya hidup dan pola makan terhadap
kejadian hipertensi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Hubungan Pola makan dengan hipertensi
2. Mengetahui Hubungan pola makan orang dewasa dengan kejadian
hipertensi
3. Mengetahui Aktivitas fisik waktu senggang dan kegiatan kompetisi
olahraga dengan kejadian tekanan darah tinggi/Hipertensi pada anak-
anak dan remaja
4. Mengetahui hubungan perilaku perawatan diri pada orang dewasa
dengan hipertensi.
5. Mengetahui Hubungan antara konsumsi minuman manis terhadap
kejadian hipertensi.

B. Metode

Metode yang dipilih ialah dengan Systematic review, dengan melakukan penelusuran
artikel publikasi EBSCO dan Sciensdirect serta penelusuran secara manual menggunakan
Google Search dengan kata kunci yang dipilih. Responden yang dipilih adalah pasien yang
menagalami hipertensi baik laki-laki atau perempuan dan dengan batas umur tidak ditentukan
Pencarian hanya dibatasi pada jurnal yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan
berbahasa Inggris. Jurnal yang dipilih adalah hasil penelitian yang berupa RCT dan Case
Control, pada tahun 2011sampai dengan tahun 2021..

C. Hasil
Untuk mendapatkan jurnal yang sesuai, Penulis melakukan pencarian dengan
menggunakan kata kunci Hypertension, dietary hypertension, lifestyle hypertension ,
dietary patterns hypertension. Dari hasil penelusuran jurnal yang dilaksanakan
menggunakan kata kunci tersebut didapatkan 16 jurnal untuk selanjutnya dianalisis secara
deskriptif.

Penelitian pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, I., Rama, N.K.K.,
dan Hardianto, H dilakukan pada penelitian cross sectional study dan menggunakan
simple random sampling dengan besar sampel 74 orang, 41 orang menderita hipertensi
dan 33 orang tidak menderita hipertensi. Judul penelitian nya yaitu “Hubungan Gaya
Hidup dan Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata
Kabupaten Takalar” hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
kebiasaan merokok, mengkonsumsi garam dapur dan konsumsi makanan berlemak
dengan kejadian hipertensi, sedangkan aktivitas fisik tidak ada hubungan yang signifikan
(Wijaya et al., 2020).
Penelitian kedua Penelitian yang dilakukan oleh Timperio, Anna. Worsley,
Anthony. Naughton, S. pada tahun 2018 dengan judul “Hubungan Antara Pola Makan
Orang Dewasa dengan kejadian hipertensi” Penelitian ini merupakan analisis sekunder,
data yang diambil dari perwakilan nasional, cross-sectional. Sampel analitik pada
penelitian ini yaitu 65% peserta dewasa. yang menyelesaikan kedua recall diet ( n =
6053; Gambar.  1 ). Peserta memenuhi syarat untuk analisis ini jika mereka tidak hamil
pengasuh, menyusui, atau melakukan kerja shift di masa lalu 4 minggu ( n = 5366) dan
dikeluarkan jika mereka melaporkan tidak asupan energi selama ingatan diet ( n = 8 tidak
termasuk) atau tidak melaporkan waktu dimulainya EO atau jenis EO ( n = 116 tidak
termasuk). Dari sisa 5242 peserta, 578 (11%) memiliki data yang hilang untuk BP dan
ada 182 (3,9%) data yang hilang untuk BMI dan kovariat: BMI ( n = 149), aktivitas fisik
( n = 28), dan waktu duduk ( n = 5). Sampel analitik akhir adalah 2.099 pria dan 2383
wanita.

karakteristik laki-laki dan perempuan para peserta dengan status hipertensi.Dari


peserta, 24% pria dan 20% Wanita diklasifikasikan menderita hipertensi. Di antara kedua
jenis kelamin, ada ada perbedaan yang signifikan dengan status hipertensi untuk usia,
tingkat pendidikan, memenuhi pedoman aktivitas fisik, BMI, dan status laporan diri dari
hipertensi sebelumnya atau saat ini penyakit ( P < 0,05). Perbedaan juga ditemukan untuk
total asupan energi harian, skor DGI, dan frekuensi semua EO dan makanan ringan antara
pria non-hipertensi dan hipertensi ( P < 0,05).Untuk kategori frekuensi snack, lebih tinggi
dan proporsi yang lebih rendah dari pria hipertensi dilaporkan memiliki lebih sedikit dari
dua camilan dan lebih dari tiga camilan per hari, masing-masing dibandingkan dengan
non-hipertensi ( P <0,05). Tidak ada tanda- perbedaan tidak dapat ditemukan di antara
wanita untuk diet atau variabel pola makan menurut status hipertensi. Frekuensi spesifik
jenis kelamin dari semua makanan, dan makanan ringan (terus menerus) secara statistik
signifikan tidak ada hubungan positif yang ditemukan antara frekuensi makan di antara
wanita yang menghilang setelah penyesuaian untuk kovariat dalam model 2. Di antara
laki-laki, asosiasi ditemukan antara frekuensi makanan ringan dan berat setelah
penyesuaian untuk kovariat dan BMI.
Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa kualitas diet mungkin menjadi
faktor penting dalam hubungan antara Pola makan dengan hipertensi dan didukung oleh
penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan efek menguntungkan dari pola diet sehat
untuk pencegahan hipertensi.  Dalam sebelumnya frekuensi snack adalah terkait dengan
skor kualitas diet yang baik untuk asupan buah-buahan dan produk susu, dua kelompok
makanan yang direkomendasikan sebagai bagian dari Diet Pendekatan untuk
Menghentikan Hipertensi (DASH). Namun, dalam penelitian yang sama, frekuensi
ngemil juga terkait dengan skor yang lebih buruk untuk asupan discretionary makanan
dan gula tambahan di kalangan pria.

Penelitian ketiga Penelitian yang dilakukan oleh Gaya,AR. Silva,P . Martins, C.


Ribeiro, JC and Mota,J. dengan judul “Asosiasi Aktivitas fisik waktu senggang dan
kegiatan kompetisi olahraga dengan kejadian tekanan darah tinggi/Hipertensi pada anak-
anak dan remaja”. dilakukan pada penelitian cross sectional study yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan Aktivitas fisik waktu senggang dan kegiatan kompetisi olahraga
dengan kejadian tekanan darah tinggi/Hipertensi pada anak-anak dan remaja dari kedua
jenis kelamin Sampel penelitian ini terdiri dari 503 laki-laki dan 572 perempuan berusia
8-17 tahun dari dua tahun sekolah yang berbeda. Sekolah menyetujui studi protokol dan
semua orang tua menandatangani formulir persetujuan.Siswa-siswi tersebut tampak sehat
dan bebas dari pengobatan.

1. Penilaian pertama yang akan diukur adalah Antropometri dan tubuh


pengukuran komposisi Indeks massa tubuh (BMI). Tinggi badan diukur
dengan subjek berdiri tegak melawan Holtain Stadiometer. Berat diukur ke
0,10 kg terdekat, ringan berpakaian dan setelah sarapan, menggunakan
timbangan elektronik skala (skala balok digital portabel Seca 708). BMI
dihitung dari rasio berat badan (kg) / tinggi badan (m 2 ). Untuk tujuan- pose
penelitian ini, peserta diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan / obesitas
atau berat badan normal menurut yang diterima secara internasional titik batas
BMI (Cole et al. 2012)
2. Penilaian kedua:aktivitas fisik waktu luang dan partisipasi dalam
kompetisi olahraga Kegiatan Domain PA dinilai menggunakan pertanyaan
yang dilaporkan sendiri di administrasikan selama kelas pendidikan jasmani
oleh peneliti dengan pengalaman dan pengetahuan tentang metode tersebut.
Kuesioner terdiri dari dua item yang menilai keduanya, aktifitas fisik waktu
luang dan aktifita olahraga kegiatan kompetisi. Penjelasan pada setiap
pertanyaan yang dilaporkan sendiri kuesioner serta perbedaan penting antara
kegiatan kompetisi dan aktifitas fisik waktu luang diberikan sebelum anak-
anak dan remaja mulai mengisi kuesioner mereka. Prosedur yang sama
sebelumnya telah digunakan pada konteks budaya yang sama. Aktivitas fisik
waktu senggang dinilai dengan pertanyaan:apakah Anda mengikuti PA non-
organisasi di luar sekolah (non- kompetisi olahraga terorganisir kegiatan non-
dipandu? tujuan studi ini, partisipasi ditugaskan dalam dua kelompok: peserta
yang melaporkan jawaban A dan B diklasifikasikan sebagai tidak aktif dalam
olahraga , dan mereka yang melaporkan jawaban C dan D diklasifikasikan
sebagai aktif dalam olahraga.
3. Penilaian ketiga:Tekanan darah Tekanan darah diukur dengan oscilometric
otomatis sphygmomanometer menggunakan teknik dard. Tekanan darah
diukur pada lengan kanan, dengan subjek dalam keadaan puasa. Subyek
sedang duduk posisi (tanpa menyilangkan kaki), dengan tangan kanan di
jantung tingkat. Tiga manset tekanan standar dengan ukuran yang benar (9 ×
18, 12 ×23, 14 × 28 cm) digunakan sesuai dengan pedoman yang diterbitkan
untuk penilaian BP pada anak-anak (Duarte et al . 2000). Yang pertama dan
pengukuran tekanan darah kedua dilakukan setelah 5 dan 10 menit
beristirahat. Pengukuran kedua dianggap sesuai dengan Duarte dan rekan
(2000). Jika kedua pengukuran ini berbeda fered 2 mm Hg atau lebih, protokol
diulang (dua baru pengukuran yang tidak bisa berbeda 2 mm Hg). Untuk
tujuan penelitian ini, peserta yang termasuk pada kuartil terakhir diastolic dan
sistolik tinggi diklasifikasikan sebagai hipertensi sedangkan yang lainnya
diklasifikasikan sebagai kelompok tekanan darah normal.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktifitas
fisik dengan hipertensi. Pada anak-anak dan remaja yang diklasifikasikan sebagai
kelebihan berat badan/obesitas, cenderung diklasifikasikan sebagai tekanan darah
tinggi/Hipertensi dibandingkan dengan masing-masing teman sebaya yang sehat dan
berat badan normal. Kemudian pada anak-anak dan remaja yang tidak terlibat dalam
Aktifitas fisik waktu luang, olahraga dan kegiatan kompetisi juga lebih mungkin untuk
diklasifikasikan memiliki tekanan darah tinggi.

Penelitian keempat Penelitian yang dilakukan oleh Findlow, W,J. B, Rachel.


Seymour. R, Larissa. Hube, B. dengan judul “hubungan perilaku perawatan diri pada
orang dewasa dengan hipertensi”. Dilakukan pada penelitian cross-sectional yang
dilakukan dengan tujuan, untuk menilai hubungan perilaku perawatan diri pada orang
dewasa dengan hipertensi. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Studi Peserta yang memenuhi
syarat yaitu 21 tahun, dilaporkan sendiri telah didiagnosis dengan tekanan darah tinggi
selama minimal 6 bulan, dan pra- obat hipertensi tertulis. Seorang individu tidak terdaftar
sampai pasangannya, baik orang tua atau anak yang memenuhi kriteria kelayakan yang
sama, terdaftar. Selama pra-penyaringan untuk pendaftaran, peneliti mengkonfirmasi
peserta diagnosis hipertensi dengan melakukan pengobatan inventaris dan kemudian
memverifikasi bahwa mereka diberi resep atau lebih obat antihipertensi. Untuk tujuan ini
analisis, individu kehilangan data pada variabel bunga dikeluarkan (n = 2); jadi 188
individu tersisa untuk analisis.

Hasil Deskriptif statistic keseluruhan sampel (n+188) oleh tingkat efikasi diri.
Peserta berkisar antara usia 22 hingga 88 tahun, dengan usia rata-rata 53 tahun. Lebih
dari setengahnya berusia 50 tahun atau lebih dan hampir 70% dari sampel adalah
perempuan. Sedikit lebih dari sepertiga dari sampel sudah menikah. Lebih dari tiga
perempat menilai kesehatan mereka sebagai baik untuk sangat baik. Delapan puluh
persen dari sampel adalah kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa
tubuh. Kira- sekitar 11% peserta tidak memiliki asuransi kesehatan. Kepatuhan terhadap
perawatan diri hipertensi berkisar dari 22% untuk kepatuhan diet rendah garam hingga
75% untuk tidak merokok, dengan kepatuhan minum obat sebesar 58%. Peneliti
menemukan bahwa mayoritas peserta dengan hipertensi memiliki efikasi diri yang baik
untuk mengelola penyakit kronis mereka. Individu dengan perawatan diri yang baik
secara statistik yang signifikan meningkatkan kemungkinan mematuhi pengobatan,
menggunakan diet rendah garam, terlibat dalam aktivitas fisik, tidak merokok, dan
memanfaatkan strategi manajemen berat badan umum. Konsisten dengan penelitian lain,
perawatan diri sangat penting untuk hipertensi. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara perilaku perawatan diri dengan hipertensi,

Penelitian kelima Penelitian dengan judul “Hubungan antara konsumsi minuman


manis dan insiden hipertensi pada orang dewasa ” Populasi penelitian diperoleh
mengumpulkan data dari orang yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Jumlah
dari 10030 orang direkrut untuk pemeriksaan awal dilakukan pada tahun 2012–2013 dan
para peserta telah ditindaklanjuti dua tahunan. Kami memperoleh per- anak-tahun
dihitung dari tanggal administrasi kuesioner awal hingga tanggal diagnosis hipertensi,
tanggal kontak terakhir, atau akhir tindak lanjut, mana yang lebih dulu. Rata-rata periode
tindak lanjut adalah 8 tahun. Pada setiap pemeriksaan, demografi dan kehidupan-
karakteristik gaya, profil metabolik, riwayat medis, dan data kejadian penyakit
dikumpulkan. Untuk studi ini, total 8842 subjek yang menyelesaikan genotipe DNA dan
kontrol kualitas di antara total peserta diselidiki. Peserta dengan riwayat hipertensi,
diabetes. Dengan demikian, 5775 peserta disertakan dalam analisis akhir. Peserta studi
memberikan informasi persetujuan, dan penelitian ini disetujui oleh komite etik dari
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. dalam analisis akhir. Peserta studi
memberikan informasi persetujuan, dan penelitian ini disetujui oleh komite etik dari
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Informasi tentang faktor sosio-demografis seperti jenis kelamin, usia, tingkat


pendidikan, status pendapatan, dan aktivitas fisik subjek penelitian diperoleh dari angket
admin. Tingkat pendidikan adalah diklasifikasikan ke dalam kuartil yang mencerminkan
pendidikan tertinggi tingkat yang dicapai peserta: SD, SMP, sekolah menengah, sekolah
menengah atas, atau universitas. Rumah tangga bulanan pendapatan ekonomi,
dikategorikan menjadi empat kelompok: terendah , menengah ke bawah, menengah ke
atas, dan tertinggi. Semua peserta menghadiri komunitas klinik untuk penilaian
antropometrik dan klinis di setiap kunjungan tindak lanjut. Tenaga kesehatan seperti
perawat dan teknisi medis yang terlatih dengan standar protocol mengukur tinggi dan
berat badan peserta . Selain itu, kami menghitung indeks massa tubuh (BMI) sebagai
berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg /
m 2 ). Perilaku kesehatan peserta termasuk penggunaan alkohol, merokok, dan aktivitas
fisik. Untuk memperoleh informasi- tentang penggunaan alkohol, subjek diminta untuk
melaporkan perilaku minum terperinci dalam 30 hari terakhir, termasuk jenis, frekuensi,
dan volume minuman beralkohol dikonsumsi. Dengan menggunakan informasi ini, total
konsumsi alkohol dihitung (g / d) dengan mengalikan dan dijumlahkan dari enam jenis
minuman keras. Akumulasi konsumsi rokok didefinisikan sebagai jumlah bungkus rokok
yang dihisap per tahun. Aktivitas fisik tingkat ditentukan menggunakan setara
metabolisme tugas. dengan menghitung waktu latihan per minggu dan menetapkan bobot
berdasarkan intensitas latihan , yang dijelaskan lebih rinci . Skor dari peserta
diklasifikasikan ke dalam berikut: rendah (<20), sedang (20-40) dan tinggi
(>40/jam/minggu).

Konsumsi minuman manis dan penilaian diet : Informasi diet yang terdiri dari
103 item makanan termasuk konsumsi minuman manis adalah diperoleh dengan
menggunakan pertanyaan frekuensi makanan semi-kuantitatif- naire (FFQ) yang telah
divalidasi sebelumnya. kuesioner frekuensi konsumsi makanan adalah dikategorikan
menjadi sembilan, sebagai berikut: tidak pernah atau jarang sekali bulan . 2-3 kali
seminggu, 1-2 kali seminggu, 3-4 kali seminggu. eminggu, 5–6 kali seminggu, sekali
sehari, dua kali sehari, atau lebih dari tiga kali sehari. Ukuran porsi setiap item makanan
dikategorikan menjadi kecil, sedang, atau besar. Makanan tertimbang frekuensi dihitung
dengan mempertimbangkan frekuensi juga sebagai respons ukuran porsi. Kami
menghitung total asupan minuman manis, frekuensi dengan menjumlahkan setiap item
minuman, termasuk soft minuman (coke atau sprite) dan minuman manis lainnya (manis-
minuman nasi dan teh jeruk manis). Untuk analisisnya, peserta diklasifikasikan ke dalam
kuartil berdasarkan minuman manis yang mereka konsumsi. Asupan total energi dan
nutrisi harian seperti natrium dan kalium yang berasal dari semi-kuantitatif FQ

Analisis statistic dilakukan menggunakan IBM SPSS Statistik Variabel kontinu


dan kategoris disajikan sebagai rata-rata ± kesalahan standar , jumlah hitungan, dan
persentase. Berarti perbedaan dalam karakter umum dan informasi nutrisi menurut
konsumsi SSB dievaluasi menggunakan analisis varians satu arah (ANOVA) dan Chi
square tes untuk variabel kontinu dan kategoris, masing-masing secara aktif. Model linier
umum digunakan untuk menyelidiki tren linier dalam variabel kontinu setelah
disesuaikan untuk jenis kelamin dan usia.Hubungan antara asupan minuman manis dan
risiko peningkatan hipertensi diperkirakan di bawah model regresi Cox termasuk
peristiwa insiden yang terjadi selama tindak lanjut. Model regresi proporsional dibangun
setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan asupan energi total. tambahan- Secara
nasional, dua model multivariabel dengan penyesuaian tambahan untuk kovariat potensial
digunakan untuk menentukan hipertensi untuk insiden hipertensi. Model multivariabel
pertama termasuk faktor pembaur potensial seperti pendidikan, status pendapatan,
aktivitas fisik, penggunaan alkohol, dan merokok. statusnya. Dalam model multivariabel
kedua, kami menambahkan orang disesuaikan untuk frekuensi asupan faktor makanan
termasuk biji-bijian, susu, ikan, asupan natrium harian dan kalium. Pengubah efek
potensial termasuk demo- ukuran grafis dan gaya hidup diuji menggunakan multi- istilah
interaksi plicative dalam model regresi. NS adanya obesitas yang diukur dengan BMI
ditemukan pengubah efek untuk asosiasi konsumsi minuman manis dengan kejadian
hipertensi. Analisis stratifikasi dilakukan untuk menguji hubungan antara minuman manis
dan risiko hipertensi menuru. t tingkat BMI subjek (normal: BMI <25 kg/ m 2 ; obesitas:
IMT 25 kg/m 2 ). Tes untuk tren adalah con- dilakukan dengan menetapkan nilai median
untuk setiap kategori dari Asupan minuman manis dan memodelkan nilai ini sebagai
variabel kontinu mampu. Risiko yang dapat diatribusikan populasi dihitung sebagai:
p (HR 1)/(1 + p (HR 1)), di mana p adalah prevalensi paparan dalam
populasi. Nilai P juga dihitung, Hubungan antara konsumsi minuman manis pada
kejadian hipertensi Selama rata-rata tindak lanjut 8 tahun, kami mengidentifikasi 1175
kasus insiden hipertensi, sesuai dengan 20,3% studi populasi. Total konsumsi SSB secara
signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian hipertensi. Pada peserta
tertinggi kelompok konsumsi memiliki risiko yang lebih besar secara signifikan (20%)
hipertensi dibandingkan kelompok terendah setelah disesuaikan untuk pembaur
potensial.ikan, biji-bikian, produk susu, asuan natrium. dan kalium (HR 1,21; 95% CI
1,02-1,45). Pen suster risiko yang dapat diatribusikan dari kuartil tertinggi dari SSB con-
konsumsi untuk insiden hipertensi meningkat sebesar 5,2% secara total populasi.

D. PEMBAHASAN
Hipertensi terkadang membuat penderita berbahaya karena hipertensi disebut juga
sillent killer yang artinya tidak menimbulkan keluhan dan tidak disadari oleh penderita
sehingga mudah untuk terjadinya komplikasi penyakit lainnya. Hipertensi dapat
menyerang siapa saja baik dari kelompok umur, sosial, dan ekonomi (Poniyah, 2018).
Salah satu penyebab hipertensi yaitu gaya hidup dan pola makan masyarakat, karena
seiring berjalan nya waktu pengaruh globalisasi di semua bidang banyak sekali
perubahan dimulai dari gaya hidup, pola makan bahkan aktivitas fisik yang berpengaruh
terhadap meningkatnya penyakit tidak menular salah satunya yaitu hipertensi (Roza,
2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular dan bersifat kronis,
akan tetapi hipertensi bisa dicegah dengan pengaturan diet yang sesuai yaitu dengan cara
mempertahankan berat badan ideal, menjaga pola makan (tidak mengkonsumsi lemak
dan garam berlebihan) dan gaya hidup seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol, aktivitas fisik (olahraga) dengan rutin, mengatasi stress, dan memeriksakan
tekanan darah rutin. Yang dimaksud dengan diet pada hipertensi yaitu mengatur pola
makan dengan mengurangi kadar natrium, mengurangi konsumsi lemak dan
memperbanyak konsumsi buah – buah, sayuran, biji – bijian dan makanan dengan
kandungan kalsium, magnesium dan kalium yang tinggi. Dalam mengatur berat badan
dapat dilakukan dengan cara melakukan gaya hidup dan pola makan yang baik seperti
aktivitas fisik yang rutin dan membatasi asupan kalori. Disarankan agar pasien
meminimalisir penggunaan bumbu penyedap makanan setiap kali memasak dan makanan
yang sering dihangatkan. Bumbu penyedap masakan memiliki kandungan bahan kimia
yang tidak baik untuk kesehatan sedangkan makanan yang dihangatkan terlalu sering
dapat meningkatkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah
sehingga dapat menyebabkan plak yang akan membuat pembuluh darah tersumbat dan
peredaran darah tidak lancar (Sunarti et al., 2015).

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi, karena rokok mengandung zat nikotin dan karbon monoksida yang
ketika dihisap zat tersebut masuk ke aliran darah dan dapat merusak pembuluh darah
yang dapat menyebabkan aterosklerosis sehingga pembuluh darah menjadi menyempit
dan menyebabkan tekanan dalam arteri meningkat. Zat lainnya yang terdapat dalam
rokok yaitu karbon monoksida. Karbon monoksida yang ada di rokok jika terhisap maka
akan mengalir ke darah dan menggantikan ikatan oksigen, sehingga jantung bekerja
menjadi lebih keras lagi karena kebutuhan oksigen yang kurang. Hal ini mengakibatkan
tingginya tekanan darah dalam tubuh (Furqani, et al., 2020).

Kebiasaan diet yang buruk, obesitas, dan tekanan darah sistolik tinggi adalah tiga
faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap terjadi hipertensi, Karena faktor risiko ini
adalah sangat terkait, maka dapat dikatakan bahwa diet adalah pendorong utama
peningkatan penanganan hipertensi. Penerapan pola makan kaya nabati tetapi rendah,
makanan telah diidentifikasi sebagai strategi penting untuk pencegahan penyakit
kardiovaskular dan hipertensi. Bukti epidemiologis menyarankan bahwa melewatkan
sarapan dan kebiasaan makan yang tidak teratur berhubungan dengan kesehatan
kardiometabolik yang lebih buruk pada orang dewasa, termasuk insiden hipertensi. 

Dari beberapa penelitian yang sudah dipaparkan diatas, bahwa Selain pola makan
sehat dan gaya hidup yang baik, aktivitas fisik juga merupakan salah satu cara
penatalaksanaan dalam penyakit hipertensi. Aktifitas fisik dapat berpengaruh pada
tekanan darah. Semakin besar aktivitas fisik yang dilakukan, maka tekanan darah juga
meningkat. Penderita hipetensi atau tekanan darah tinggi perlu rutin berolahraga untuk
mengendalikan tekanan darahnya. Jenis olahraga yang disarankan adalah berjalan kaki,
bersepeda, yoga, senam, dsb. Angkat beban tidak disarankan karena memicu tekanan
yang tidak diperlukan bagi jantung dan pembuluh darah. Olahraga yang baik meliputi
jenis olahraga, cara melakukan olahraga dan waktu melakukan olahraga. Jenis olahraga
yang paling baik yaitu menyesuaikan kondisi pasien. Penyesuaian ini dilakukan agar
menghindari cidera yang mungkin bisa terjadi pada pasien. (Rachael, 2014)

E. Kesimpulan

Terdapat hubungan antara gaya hidup dan pola makan terhadap kejadian hipertensi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang bersifat kronis dan tidak
dapat disembuhkan, akan tetapi hipertensi dapat dicegah dengan cara memperbaiki gaya
hidup dan pola makan yang baik seperti mengkonsumsi makanan dengan kandungan
garam dan lemak yang rendah, tidak merokok dan aktivitas fisik yang sesuai dengan
kondisi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai