Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIARE CAIR

AKUT DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Medikal Bedah

Disusun oleh:
Anju Xavirius Saing xxxx
Candra Hatta xxxx
Jasmine Zahra Asshafariah xxxx

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIARE CAIR


AKUT DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Medikal Bedah

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) ( )

2
DIARE CAIR AKUT

A. Pengertian
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi
feses menjadi cair dan perut terasa mules ingin buang air besar (Suriyadi,
2010). Suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes RI, 2011).
Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan
(usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari feses menjadi lembek atau cair (Widoyono, 2013).

B. Faktor Predisposisi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
a) Infeksi bakteri patogen : salmonella, shigella, eschercia colli, vibris
colerae
b) Infeksi bakteri non patogen : staphilococus albus, streptococus,
proteus klebaella, pseudomonas.
c) Infeksi virus enterovirus (polio, cock sack, ECHO) adenovirus,
arbovirus.
d) Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, strongloides.
e) Infeksi jamur : cahaida (monilla)
b. Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan
Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis
2. Faktor Makanan
Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

3. Faktor Psikologis

3
Misal : rasa takut, cemas dan stres.

C. Klasifikasi
Klasifikasi diare dibedakan menjadi dua yaitu (Kemenkes RI, 2010):
a. Diare Akut : diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare Kronis (peresisten): diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Adanya peningkatan frekuensi BAB dan keenceran tinja merupakan
akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus
sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik dan peningatan
motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena
waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat
mengalami dehidrasi.
Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Hidayat, 2012) :
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari BB
Gambaran klinis : dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum
jatuh dalam keadaan preshock.
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10% dari BB. Gambaran klinis : turgor jelek, serak,
penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan lebih dari 10% dari BB
Gambaran klinis : turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock/ shock nadi
cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Berdasarkan berat jenis plasma
Plasma punya berat jenis 1,025 pada dehidrasi berat jenis plasma meningkat.
Penentuan berat jenis dilakukan dengan tembaga sulfat (CuSO4) :
1. Dehidrasi berat bila berat jenis plasma 1,032 – 1,040
2. Dehidrasi sedang bila berat jenis plasma 1,028 – 1,032
3. Dehidrasi ringan bila berat jenis plasma 1,025 – 1,028

4
D. Pathway

Infeksi (virus, bakteri, Makanan (basi, Psikologis Malabsorbsi


parasit) beracun) (takut, cemas)

toxilli Saraf

Gangguan Infeksi saluran Mengiritasi Hiperistaltik


asam basa cerna usus

Muntah Peradangan Kerusakan sel-sel vili Waktu kontak makanan


mukosa usus dan mukosa usus dan usus berkurang
..
Nafsu makan Makrofag keluarkan Lendir dan darah Zat makanan dan laktosa
turun zat pirogen tidak terabsorpsi
endogen Sekresi usus
Kelaparan meningkat
Hipertermi Kebutuhan nutrisi
Tekanan osmotik kurang

Asidosis meningkat

metabolik Air dan elektrolit pindah ke


dalam rongga usus

Zat makanan cairan Sering BAB


Diare
dan elektrolit keluar cair

Enzim pencernaan
merusak kulit

Kekurangan volume Resiko kerusakan


cairan dan elektrolit integritas kulit

E. Tanda dan Gejala

5
1. Diare (BAB lembek, cair)
a) Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam
perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi
menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan dan
Iodium ke rongga usus.
b) Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder ait dan elektrolit.
Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau
sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.
c) Perubahan mobiliti
Hiperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam
usus.
2. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan
maka tubuh juga akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga
suhu tubuh meningkat.
3. Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan
peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau
tegangan atau kram abdomen.
4. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus
berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga
peristaltik meningkat.
5. Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung
unsur-unsur penting untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga
kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
6. Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri
sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.
7. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering

6
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
8. Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik
mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
9. Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita
sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis
dalam tubuh.
10. Denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah
11. Urine pekat, Na meningkat
12. Kesadaran menurun
Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang
mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi
lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan
kepekaan dan tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha
ineretensi air dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na
meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak
kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus
terganggu.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan menurut jenis, cara pemberian cairan dan jumlah
pemberiannya :
a. Belum ada tanda dehidrasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg BB peroral
selanjutnya 125 ml/kg BB/hari

c. Dehidrasi berat

7
Untuk umur 1 bulan – 2 tahun BB 3-10 hari
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam 10 tetes/kg BB/ml
atau set infus berkurang 1 ml = 15 tetes/kg BB/ml
2. Pengobatan diet
Untuk anak di bawah atau di atas 1 tahun dengan BB < 75 kg jenis
makanannya :
a. Susu rendah laktosa dengan asam lemak tak jenuh
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi) bila anak
tidak kuat minum susu.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
feses dengan atau tanpa mentah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa.
Obat anti sekresi
Aselosal : dosis 25 mg/ hr dengan dosis minimum 30 mg
Clor piomazin : dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
Obat spasmolitik
Ex : propverin, ekstrak beradona
4. Antibiotik
Pada umumnya antibiotik tidak diberikan bila ada penyebab jelas :
d. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral makan,
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
e. Untuk diare sedang, obat-obatan non spesifik, 10 peramid untuk
menurunkan motilitas di sumber infeksius.
f. Diresepkan anti mikroba jika telah teridentifikasi preparat infeksius.
g. Terapi intravena untuk hidrasi cepat terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.

G. Pengkajian Keperawatan

8
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Subyektif :
a) Persepsi pasien/ keluarga yang kurang sehat mengenai kebersihan
lingkungan
b) Adanya kebiasaan minum ait tidak direbus
c) Riwayat penggunaan sumber air yang tidak sehat
d) Kurangnya kebiasaan mencuci tangan ketika hendak makan
maupun mengolah makanan
e) Badan lemah dan lemes
b. Obyektif
a) Pakaian
b) Kulit dan kuku
c) Bau badan
d) Adanya ungkapan tentang kebiasaan berobat yang kurang tepat
(kedalam menentukan dosis obat sendiri, penggunaan obat dari
warung terlalu lama)
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Subyektif
a) Keluhan mual dan muntah
b) Merasa haus
c) Anareksia
b. Obyektif
a) Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, kadang lidah pecah-pecah
b) BB turun dibanding sebelum sakit
c) Selaput lendir pucat
d) Pada bayi dan anak ubun-ubun dan kelopak mata tampak cekung,
rewel, gelisah
e) Keseimbangan negatif antara masukan dan keluaran
f) Peningkatan serum natrium
g) Penurunan turgor kulit
h) Kadang demam

9
3 Pola Eliminasi
a. Subyektif
a) Keluhan BAB encer lebih 3x sehari
b) Kencing sedikit, warna agak kekuningan pekat
b Obyektif
a) BAB lembek/ cair (perhatikan jumlah, frekuensi dan konsistensi)
b) Peristaltik usus meningkat
c) Anus kadang lecet jika frekuensi BAB meningkat
d) Urine pekat
4 Pola Aktivitas dan Latihan
a. Subyektif : badan terasa lemah/ lemes
b. Obyektif
a) Takikardi (tergantung pada tingkat kehilangan cairan/ dehidrasi)
b) Ada hipotensi
c) Penurunan uji otot
d) Treman
5 Pola Tidur dan Istirahat
a. Subyektif
a) Sering terbangun untuk BAB
b) Sulit tidur karena terganggu nyeri
b. Obyektif : wajah tampak sayui
6 Pola Persepsi dan Kognitif
a. Subyektif
a) Keluhan nyeri perut
b) Keluhan nyeri pada anus
b. Obyektif
a) Kalau tidak konsentrasi, mudah terganggu, tak bisa diam
b) Adanya penurunan kualitas kesadaran (tergantung kepada derajat
dehidrasi)
c) Perut terasa tegang (tidak tentu)

10
d) Kurang pemahaman pasien tentang diare, cara mencegah dan
mengatasi

H. Pengkajian lain
1. Lengkapi riwayat kesehatan mengidentifikasikan awitan dan pola diare dan
adanya hal berikut : tanda y.b.d pengobatan terakhir, masukan diit harian,
riwayat medis y.b.d perjalanan keluar negeri.
2. Amati dan lakukan pengkajian fisik lengkap dengan memberi perhatian
khusus pada karakteristik bising usus, inspeksi feses dan tekanan darah
3. Inspeksi membran mukosa dan kulit untuk menentukan status hidrasi inspeksi
kulit perianal terhadap inspeksi dan iritasi perhatian masukan dan keluaran

I. Diagnosa Keperawatan
1. Diare b/d inflamasi bakteri /malabsorbsi /proses infeksi.
2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.
3. Hipertermi b/d proses penyakit.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan.
5. Resiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering.

J. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Diare b/d Bowel elimination Management Diare
inflamasi Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pemeriksaan feses kultur dan
bakteri keperawatan selama 3x24 jam sensitivititas jika diare berlanjut
malabsorbsi diharapkan diare teratasi  Evaluasi efek samping pengobatan
/proses infeksi dengan kriteria hasil: pada gastrontestinal
- Pola defekasi, lembek  Anjurkan pasien/ keluarga mencatat
setiap hari atau 3 hari warna, volume dan konsistensi feses
sekali

11
- Menunjukkan daerah  Identifikasi faktor penyebab diare
rektal bebas iritasi (Pengobatan, bakteri atau pengaruh
- Menunjukkan frekuensi makanan)
diare berkurang  Monitor tanda dan gejala diare
- Mampu menjelaskan  Timbang BB
penyebab diare dan  Monitor daerah perineal dari iritasi
tindakan yang dilakukan dan ulserasi
- Menunjukkan turgor kulit  Timbang BB
dan BB dalam batas  Monitor peningkatan peristaltik usus
normal.  Kelola pemberian intake nutrisi dan
cairan
 Berikan medikasi sesuai program

Elektrolit management
 Monitor nilai elektrolit
 Monitor kehilangan cairan dan
elektrolit
 Monitor manifestasi neurologi karena
ketidakseimbangan elektrolit
 Monitor rasa mual, muntah dan diare
 Monitor tanda dan gejala hiponatremi,
hiperkalemia
 Kelola pemberian suplemen elektrolit

Perawatan perineal :
 Lakukan hygiene perineal
 Jaga perineal tetap kering
 Bersihkan perineum secara rutin

2 Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Fluid management

12
cairan b/d keperawatan selama 3x24 jam  Timbang popok/pembalut jika
kehilangan diharapkan tidak terjadi diperlukan
cairan aktif defisit volume cairan dengan  Pertahankan catatan intake dan
kriteria hasil: output yang akurat
Fluid balance  Monitor status hidrasi ( kelembaban
- Mempertahankan urine membran mukosa, nadi adekuat,
output sesuai dengan usia tekanan darah ortostatik ), jika
dan BB, BJ urine normal, diperlukan
HT normal  Monitor vital sign
Hydration  Monitor masukan makanan / cairan
- Tekanan darah, nadi, suhu dan hitung intake kalori harian
tubuh dalam batas normal  Kolaborasikan pemberian cairan
- Tidak ada tanda tanda intravena IV
dehidrasi, Elastisitas
 Monitor status nutrisi
turgor kulit baik,
 Dorong masukan oral
membran mukosa lembab,
 Berikan penggantian nesogatrik
tidak ada rasa haus yang
sesuai output
berlebihan
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk
intake dan ourput cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat HB dan hematokrit

13
 Monitor tanda vital
 Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihanvolume
cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal

3 Hipertermia Thermoregulation Fever treatment


b/d proses Setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering mungkin
penyakit keperawatan selama 3x24 jam  Monitor IWL
diharapkan tidak terjadi  Monitor warna dan suhu kulit
hipertermi dengan kriteria hasil:  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Suhu tubuh dalam rentang  Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal (36,5 – 37,5 C) 0
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Nadi dan RR dalam  Monitor intake dan output
rentang normal (HR: 80 –
 Berikan anti piretik
150 x/menit, RR: 30 – 60
 Berikan pengobatan untuk mengatasi
X/menit).
penyebab demam
- Tidak ada perubahan
 Selimuti pasien
warna kulit dan tidak ada
 Lakukan tapid sponge
pusing, merasa nyaman
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil

14
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan

15
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.

4 Ketidakseimba Nutritional Status : food and Nutrition Management


ngan nutrisi Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari Setelah dilakukan tindakan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam menentukan jumlah kalori dan nutrisi
tubuh b/d diharapkan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
penurunan terpenuhi dengan kriteria  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake hasil: intake Fe
makanan - Adanya peningkatan berat  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
badan sesuai dengan protein dan vitamin C
tujuan  Berikan substansi gula
- Beratbadan ideal sesuai  Yakinkan diet yang dimakan
dengan tinggi badan mengandung tinggi serat untuk
- Mampumengidentifikasi mencegah konstipasi

16
kebutuhan nutrisi  Berikan makanan yang terpilih (
- Tidk ada tanda tanda sudah dikonsultasikan dengan ahli
malnutrisi gizi)
- Menunjukkan peningkatan  Ajarkan pasien bagaimana membuat
fungsi pengecapan dari catatan makanan harian.
menelan  Monitor jumlah nutrisi dan
- Tidak terjadi penurunan kandungan kalori
berat badan yang berarti  Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah

17
 Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva,
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.

5 Resiko Tissue Integrity : Skin and Pressure Management


kerusakan Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk menggunakan
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan pakaian yang longgar
b/d keperawatan selama 3x24 jam  Hindari kerutan padaa tempat tidur
ekskresi/BAB diharapkan integritas kulit  Jaga kebersihan kulit agar tetap
sering. baik dengan kriteria hasil: bersih dan kering
- Integritas kulit yang baik  Mobilisasi pasien (ubah posisi
bisa dipertahankan pasien) setiap dua jam sekali
(sensasi, elastisitas,  Monitor kulit akan adanya
temperatur, hidrasi, kemerahan
pigmentasi)  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
- Tidak ada luka/lesi pada pada derah yang tertekan
kulit  Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Perfusi jaringan baik pasien
- Menunjukkan pemahaman  Monitor status nutrisi pasien
dalam proses perbaikan  Memandikan pasien dengan sabun

18
kulit dan mencegah dan air hangat
terjadinya sedera berulang
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

19
DAFTAR PUSTAKA

Docterman dan Bullechek. 2009. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition


4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Hidayat, A. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2009. Nursing Out Comes (NOC), United
States OfAmerica: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi,


Jakarata: EGC.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Fourth.

Nursing Intervension Classification (NIC) Ed. Fourth.

Suriyadi & Rita Y. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Widoyono. (2013). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pembreantasannya. Jakarta: Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai