KEPERAWATAN ANAK
Disusun oleh :
AGRENI YOSAPINA
BENU
NIM : SN 171005
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
1
Disusun oleh :
AGRENI YOSAPINA BENU
NIM : SN 171005
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
A. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
2
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI,
2012).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu
keadaan dimana :
a. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal,
ditandai seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk
(Susan, 2009).
b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 2012).
c. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang
dikeluarkan (Pitono, 2015).
d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2014).
e. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2016).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan
diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.
B. ETIOLOGI DIARE
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,
yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah
permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
3
1). Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
2). Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
3). Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
1). Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi
laktosa
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan
cemas.
C. MANIFESTASI KLINIK
4
b. Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun, mata cekung, membrane
mukosa kering)
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, disertai lendir
atau darah
d. Kram abdominal
e. Suhu tubuh meningkat
f. Mual, muntah
g. Lemah, pucat
h. Anus dan daerah sekitar merah karena sering diare
i. Perubahan vital sign
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin
(Juffrie.M, 2010)
D. KOMPLIKASI
5
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
(Setiadi, 2007
Pathway
DIARE
Nyeri
akut
K.
Frekwensi BAB Integritas kulit Perilaku tidak Distensi abdomen
meningkat perianal higienis
L. Mual muntah
Kehilangan cairan Gangguan Sanitasi kurang
M.elektrolit
dan integritas kulit Nafsu makan
berlebih Kurang menurun
N. pengetahuan
Kekurangan volume BB menurun
O.
cairan Ketidakseimbangan
P. nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelemahan
Defisit perawatan
diri
Q. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pemberian antibiotic : Pemberian antibotik secara empiris jarang
diindikasikan pada gastroenteritis infeksi, karena 40% kasus diare infeksi
sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik
di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
6
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian
antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman
Antibiotik empiris untuk Diare infeksi Bakteri :
Organisme Pilihan pertama Pilihan kedua
Campylobacter, Ciprofloksasin 500mg Salmonella/Shigella
Shigella atau oral 2x sehari, 3 – 5 Ceftriaxon 1gr IM/IV sehari
Salmonella spp hari TMP-SMX DS oral 2x sehari,3 hari
Campilobakterspp
Azithromycin, 500 mg oral 2x
sehari
Eritromisin 500 mg oral 2x sehari,
5hr
7
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan
3) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap
bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit
4) Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10
cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul
atau tablet
5) Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria
atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di
saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang
adekuat
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Muttaqin Arief, 2010) penatalaksanaan diare yaitu:
1) Pemberian cairan : caiaran rehidran oral ; formula lengkap mengandung
NaCl, KcL, dan glukosa ; formula sederhana, misalnya larutan gula
garam, larutan air tajin garam ; cairan parental
Jadwal pemberian cairan :
→ Belum ada dehidrasi :
Oral : minum 1 gelas tiap kali setiap BAB
Parenteral : dibagi rata dalam 24jam
8
→Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% BB) :
1 jam pertama 25-50 ml/kg per oral atau introgastrik selanjutnya
125ml/kgBB/hari.
→Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-8%) :
1 jam pertama 50-100ml/kgBB/hari, selanjutnya 125ml/kgBB/hari.
→Dehidrasi berat :
250ml.kgBB/hari.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan gastroenteritis antara
lain :
a. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, dll)
b. Keluhan utama : frekwensi BAB meningkat >3x, konsistensi cair
c. Riwayat penyakit sekarang : keluhan yang dirasakan sekarang, usaha yang
dilakukan untuk mengatasi keluhan;
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana kebiasaan yang dilakukan bila
anaknya sakit, tempat mencari pertolongan ketika anak/anggota keluarga
sakit, persepsi keluarga tentang penyakit yang dialami
3) Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB/BAK, frekuensi, warna BAB/BAK, konsistensi
BAB, jumlah, apakah menggunakan obat pencahar atau tidak
9
Bagaimana aktivitas anak apakah tampak menurun aktifitas dan
latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak lebih suka digendong
dan bedrest
8) Pola peran-hubungan
Bagaimana hubungan anak yang sakit dengan anggota keluarga selama
sakit, apakah orang tua selalu mendampingi anak selama dirawat
9) Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil pola ini masih sulit terkaji kecuali pada anak yang sudah
pubertas yaitu sudah menstruasi
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kulit : turgor kulit kembali < 2 detik (tanpa dehidrasi), turgor kulit
kembali dalam waktu 2 detik (dehidrasi ringan-sedang), turgor kulit
kembali >2detik (dehidrasi berat)
3) Kepala
4) Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
5) Abdomen memungkinkan mengalami distensi, kram, hiperperistaltik
h. Pemeriksaan Penunjang
10
1) Pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi
dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis
patogennya (Zein, 2004)
2) Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit
dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar
3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik
6) Proktosigmoidoskopi : untuk mendiagnosis adanya inflamasi mukosa
atau keganasan
7) Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif : tinja dikumpulkan (biasanya
72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak
8) Pemeriksaan volume tinja 24 jam : volume lebih dari 500ml/hari jarang
ditemukan pada sindrom usus iritabel
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan tubuh
b. Resiko kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/ sering BAB
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan intake makanan
d. Nyeri akut b.d agen injury biologi (proses penyakit)
e. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan&KH (NOC) Intervensi (NIC)
o
1. Defisit volume Setelah dilakukan -Pertahankan intake dan output
cairan b.d askep selama … -Monitor status hidrasi
12
-Skala nyeri mempengaruhi nyeri
berkurang -Kurangi factor prepitasi nyeri
-Pasien tampak rileks -Beri terapi non farmakologi dan
-Tanda-tanda vital farmakologi
normal -Ajarkan tehnik non farmakologi
-Berikan analgetik
-dorong istirahat
-Monitor KU dan TTV
5. Defisit self care b.d Setelah dilakukan -Pantau kemampuan ADL klien
kelemahan askep selama … -Pantau kebutuhan klien
x24jam, deficit self -Sediakan barang-barang yang
care teratasi dengan dibutuhkan klien
KH : -Sediakan bantuan hingga klien dapat
-Klien mampu ADL melakukan ADL
secara mandiri -Dorong klien untuk melakukan ADL
-Klien mampu sesuai kemampuan
memenuhi kebutuhan -Menentukan aktivitas perawatan diri
ADLsnya ayng sesuia dengan kondisi secara rutin
-dorong keluarga untuk membantu
ADL klien dan memotivasi klien agar
mampu ADL secara mansiri
6. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan -Berikan penilaian tentang pengetahuan
b.d kurangnya askep selama … klien tentang proses yang spesifik
informasi x24jam,pengetahuan -Jelaskan patofisiologi dari penyakit
klien meningkat dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan KH : dengan anatomi dan fisiologi dengan
-Klien dan keluarga cara yang tepat
menyatakan -Gambarkan tanda dan gejala yang
pemahaman tentang sering muncul pada penyakit dengna
penyakit, tanda dan cara yang benar
gejala, etiologi, dan -Sediakan informasi pada klien tentang
cara pengobatan. kondisi, dengan cara yang tepat
-klien dan keluarga -Instruksikan klien mengenai tanda dan
mampu melaksanakan gejala untuk melaporkann pada
prosedur yang pemberian perawatan kesehatan dengan
dijelaskan dengan cara yang tepat.
benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
William & Wilkinson. (2008). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta
Barat
Zein & Sagala dkk. (2007). Diare Akut Disebabkan Bakteri. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara
15