Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Dengan Gangguan : ISOLASI SOSIAL

Di susun oleh :

1. Angger Dwi P

2. Fenita Bela P

3. Hesti Pratiwi

4. Okky Puji L

PROGRAM STUDI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG


2018

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah utama
Isolasi sosial
B. Proses terjadinnya
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain ( Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami,
dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negatif atau mengancam (Wilkinson, 2009).
2. Tanda dan gejala
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang
lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
3. Penyebab
Penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri rendah ( HDR ). Harga diri
rendah adalah Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri ( Fitria, 2009 )
4. Akibat
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi
halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan
gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar yg dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang
dalam keadaan sadar penuh ( baik ).
Gejala Klinis :

1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.


2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian.
5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
6) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
C. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri Core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

( Budi Anna Keliat,2009)

D. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan
didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) Disorientasi

b. Isolasi Sosial : menarik diri

Data Subyektif:

1) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu


apa apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

1) Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh


memilih
2) alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu


apa
2) apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu
3) terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
E. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa 1: Menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga

Diagnosa 2 : Harga Diri Rendah

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat, SKp. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial

Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada

tanggal 12 maret 2017 http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-

keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :

Salemba Medika.

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa

Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2008). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan

Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi

(API). Jakarta : fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen . 2010 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

.
STRATEGI PELAKSANAAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Tanda & Gejala :

Subyektif : Menolak interaksi, merasa sendiri, tidak berminat, merasa tidak


diterima.

Obyektif : Tidak ada kontak mata, menyendiri/menarik diri,tidak komunikatif,

efek tumpul, efek sedih, adanya kecacatan (mental/fisik)

Tujuan :

a. Klien mampu mengenal masalah isolasi sosial

b. Klien mampu berkenalan

c. Klien mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian

d. Klien mampu berbicara dalam melakukan kegiatan sosial


STRATEGI PELAKSANA 1

ISOLASI SOSIAL

(Berdiskusi tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan


mengajarkan cara berkenalan)

ORIENTASI

“Selamat pagi ”

“Perkenalkan saya ..... bisa dipanggil....., Saya mahasiswa keperawatan dari Stikes
widya husada Semarang, saya yang akan membantu merawat ibu dari sekarang
sampai 2 minggu kedepan

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan ibu S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama ibu S? Bagaimana kalau 7 menit”.

KERJA

(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu S? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S? Apa yang membuat ibu S jarang
bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini? Apakah ibu S merasa sendirian?
Siapa saja yang ibu S kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa ibu S lakukan dengan teman yang ibu S kenal?”

“Apa yang menghambat ibu S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan


pasien yang lain?”
”Menurut ibu S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ibu S belajar bergaul dengan orang
lain ? Bagus…. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain”

“Begini lho ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi. Contoh: Nama Saya
S, senang dipanggil S. Asal saya dari Semarang, hobi memasak”

“Selanjutnya ibu S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya


begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana, Hobinya
apa?”

“Ayo ibu S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba berkenalan
dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa melanjutkan


percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan untuk dibicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

TERMINASI

”Bagaimana perasaan ibu S setelah kita latihan berkenalan?”

”ibu S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga ibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S
mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya?. Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu S berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu S mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa.”

STRATEGI PELAKSANA 2

ISOLASI SOSIAL

(mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap berkenalan dengan orang


pertama “perawat”)

ORIENTASI

“selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”

“sudah dingat ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan?

Coba sebutkan lagi sambil sambil bersalaman dengan suster!”

Bagus sekali,S masih ingat.nah, seperti janji saya,saya akan mengajak S


mencoba berkenalan dengan teman saya,perawat N.tidak lama kok,sekitar 10
menit.”

“ayo kita temui perawat N disana”

KERJA

(bersama sama S,perawat mendekati perawat N)

“selamat pagi perawat N,S ingin berkenalan dengan N.baiklah S,S bisa
berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktikan kemarin.”(pasien
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat N:memberi
salam,menyebutkan nama,menanyakan nama perawat,dan seterusnya.)
“adalagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N?coba tanyakan tentang
keluarga perawat N!”

“jika tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, S dapat menyudahi perkenalan
ini.lalu S,bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N,misalnya jam 1
siang nanti.”

“baiklah perawat N,karena sudah selesai berkenalan,saya dan S akan


kembali keruangan S.selamat pagi!”(bersama pasien perawat H meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain.)

TERMINASI

“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?”

“S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.”

“pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar,misalnya menanyakan
keluarga,hobi,dan sebagainya.bagaimana,mau coba dengan perawat lain?mari kita
masukan ke dalam jadwal.mau berapa kali sehari?bagaimana kalau 2
kali.baik,nanti S coba sendiri.besok kita latihan lagi ya mau jam berapa?jam 10?
Sampai besok!”

STRATEGI PELAKSANA 3

ISOLASI SOSIAL

(melatih pasien berinteraksi secara bertahap berkenalan dengan orang lain)

ORIENTASI

“selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”

“apakah S bercakap cakap dengan perawat N kemarin siang(jika jawaban


pasien ya,perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien lain)”
“bagaimana perasaan S setelah bercakap cakap dengan perawat kemarin
siang?”

“bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi!”

“kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi!?”

“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan dengan teman serungan S yang


lain,yaitu O.seperti biasa,kira kira 10 menit,mari kita temui dia di ruang makan.”

KERJA

(bersama sama S, perawat mendekati pasien lain)

“selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”

“baiklah S,S sekarang bisa berkenalan denganya seperti yang telah S


lakukan sebelumnya.”(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi
salam,menyebutkan nama,nama panggilan,asal,hobi, dan menanyakan hal yang
sama.)

“ada lagi yang ingin S tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin
di bicarakan,S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi
,misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk bertemu kembali
dengan O).”

“baiklah O,karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali


keruangan S. Selamat pagi (bersama pasien perawat meninggalkan O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain).

TERMINASI

“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?”

“di bandingkan kemarin pagi,S tampak lebih baik ketika berkenalan


dengan 0. Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Janagn lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti.”
“selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi, satu hari S dapat
berbincang bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi.jam 1 siang
dan jam 8 mala, S bisa bertemu dengan N,dan tambah dengan pasien yang baru
dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana S, setuju kan?”

“baiklah besok kita bertemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada


jam yang sama ya.”

“sampai besok!”

Anda mungkin juga menyukai