Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

LANDASAN TEORI DIARE

1.1 Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
dan atau lendir dalam tinja (Mansjoer Arif dkk, 2000)
Diare atau gastroenteritis akut adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan
dan kecairan buang air besar. Masih dianggap normal bila frekuensinya dalam sehari
sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram sehari (Lin Inayah, 2004)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer Arif dkk,2000)

1.2 Etiologi
1.2.1 Penyebab utama :
1. Infeksi : virus (Rotavirus, adenovius, norwalk), bakteri (Shigella, salmonela,
E.Coli, Vibrio); Parasit (Protozoa; E:Histolytica, G.lambia, balantidium coli,
cacing perut; askaris, trikuris, strongiloideus; dan jamur: kandida).
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein.
3. Makanan : makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Imunodefisiensi
5. Psikologis : rasa takut dan cemas.

1.2.2 Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi
lain.
1. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik
yang tinggi pada usus (obat pencahar/ laksantif), penyimpangan pencernaan
makanan, kegagalan pengangkutan makanan non-elektrolit yang mempunyai
tekanan osmotik tinggi.
3. Perubahan pergerakan dinding usus.
Penurunan pergerakan peristaltic yang menyebabkan bertambahnya
perkembangan bakteri dalam rongga usus, meningkatnya pergerakan usus
yang menyebabkan kurangnya waktu kontak anatara makanan dengan
permukaan usus halus, sehingga makanan cepat masuk kedalam lumen kolon,
pengosongan kolon secara premature yang disebabkan isi kolon atau proses
peradangan kolon yang mempersingkat waktu kontak, sehingga volume dan
feces akan bertambah cair.
1.2.3 Faktor resiko terjadinya Gastroenteritis
1. Jumlah penduduk yang padat/ramai.
2. Makanan yang terkontaminasi /makanan dengan temperatur yang tidak
cukup
tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab Gastroenteritis.
3. Sanitasi lingkungan yang jelek

1.3 Klasifikasi diare


Berdasarkan penyebabnya diare dibagi menjadi :
1. Diare sekresi
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogenesis,
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan difisiensi imun terutama Ig A
sekretorik.
2. Diare osmotik
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein,
atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
1.4 Klasifikasi
Tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b.Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c.Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

1.5 Manifestasi klinik


Gejala-gejala yang ditimbulkan pada anak yang mengalami diare adalah
sebagai berikut:
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan mungkin meningkat
4. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
5. Diare yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
6. Rasa sakit di perut
7. Rasa kembung
8. Tonus dan turgor kulit berkurang
9. Selaput lendir dan bibir kering
10. Ubun–ubun besar tampak cekung pada bayi
1.5 Pohon masalah (Web of Caution)

Malabsorbsi Toksin
makanan besi, beracun, alergi makanan Obat-obatan
Imunodefisiensi Rasa takut dan cemas
infeksi

Penurunan peristaltik Meningkatkkan Meningkatkan


usus peristaltik usus sekresi usus

Kegagalan penyerapan Pergerakan usus Kondisi asam


makanan non elektrolit meningkat di usus

Penumpukan Cairan di usus Mual/ muntah


Waktu kontak dengan
makanan berkurang di
Perkembangbiakan usus halus Anoreksia
bakteri meningkat

Suhu Makanan masuk Resiko tinggi Nutrisi


Iritasi usus
meningkat kelumen kolon kurang dari
kebutuhan tubuh
Peradangan
Hipertermi usus
Penggosongan
kolon prematur
Nyeri akut

Volume dan konsistensi feces encer


dengan membawa ion-ion elektrolit

Resti Kekurangan volume


cairan dan elektrolit
1.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K,Ca
dan Potassium serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.

1.7 Pemeriksaan diagnostik


1. Pemeriksaan fisik
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Demam
2. Pemeriksaan khusus
1. Colon rektal
2. Rektosigmoideskopi
3. Kolonoskopi
4. Barium enema
5. Foto dada
6. Barium meal
3. Pemeriksaan laboratorium
1. LED
2. Hipokalsemia
3. Avitaminosis D
4. Serum albumin tinggi
4. Radiologis
5. Kolonoskopi

2. Penatalaksanaan diare
Prinsip penatalaksanaan pada diare adalah :
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi adalah untuk mengkoreksi kekurangan
cairan dan elektrolit secara tepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti
cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Jumlah
cairan yang masuk harus sama dengan cairan yang di keluarkan atau hilang
melalui diare atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin, dan pernapasan dan ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi.
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare
dengan panas, kecuali pada: disentri, suspek kolera dan diare persisten.
4. Obat-obatan antidiare meliputi antiotilitas (misal loperamid, difenoksilat,
kodein, opium).adsorben (misal; norit, kaolin, attapulgit)
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. Pengkajian

a. Observasi
1. Enteritis regional:nyeri seperti kram;sering pada kuadran bawah dengan
diare, sering mengandung melena dan atau steatorea
2. Kolitis ulseratif: kram abdomen kolik; nyeri biasanya minimal, sering diare
dan mengandung lendir, melena, dan pus.
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
5. Demam
6. Mual, muntah
7. Malaise umum
8. Peristaltik meningkat
9. Ketidakstabilan emosional
b. Potensial komplikasi
1. Ketidakstabilan elektrolit
2. Dehidrasi, malutrisi, anemia
3. Obstruksi usus, perforasi
4. Hemoragi
5. Syok
6. Fistula, peritonitis
7. Abces perianal, fistula, fisura
8. Depresi

2. Diagnosa keperawatan
a. Resti Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
abnormal (diare).
1 Tujuan
Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
2 Kriteria Hasil
1. Tanda vital yang stabil
2. Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang
normal dan membran mukosa lembab.
3. Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi
1. Kaji status hidrasi.
R:Mengetahui status cairan yang dibutuhkan pasien.
2. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dan vitamin
R:Memenuhi kebutuhan cairan selama cairan oral tidak
memungkinkan
3. Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam
R:Memantau keseimbangan masukan dan pengeluaran cairan
4. Pantau elektrolit
R:Elektrolit seperti natrium dan kalium banyak hilang saat diare
5. Timbang klien setiap hari karena pada waktu yang sama dengan
pakaian dan alat penimbang sama
R:Penimbangan berat badan tiap hari dapat mendeteksi kehilangan
cairan
6. Pantau tanda vital setiap 4 jam; hindarkan pengukuran suhu rektal.
R:Kehilangan caiarn berlebih saat diare dapat menyebabkan
terjadinya syok dan hipo/hipertermi.
Evaluasi:
Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
Tanda vital yang stabil
Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal
dan membran mukosa lembab.
Masukan dan haluaran seimbang

b. Diare berhubungan dengan inflamasi usus

1. Tujuan
Konsistensi feces kembali lembek dengan frekuensi defekasi tidak lebih
dari 3 kali sehari
2. Kriteria hasil
Pasien menunjukkan penurunan pada frekuensi defekasi
Pasien mengatakan bahwa konsistensi feces kembali normal (lembek).
Intervensi:
1. Pertahankan tirah baring
R:Tindakan ini dapat meningkatkan relaksasi otot Gasrointestinal
dan mengurangi kram
2. Kaji dan pantau jumlah, frekuensi, konsistensi dan warna feces
R:Mengontrol derajat keparahan diare
3. Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus setiap 8 jam
Peningkatan peristaltik usus menngidentifikasikan waktu
pengosongan usus
4. Ukur lingkar abdomen setiap 8 jam
R:Diare menyebabkan perut kembung dan terasa penuh
5. Seimbangkan istirahat dan aktivitas
R:Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kontraksi otot GI dan
meningkatkan kram
6. Siapkan lingkungan bebas dari bau; tetap tutup bedpen pada jarak
yang mudah diraih; kosongkan, bersihkan, dan kembalikan pada
tempat yang tepat
R:Pemandangan dan bau tak sedap dapat merangsang pusat
muntah
Evaluasi:
Konsistensi feces kembali lembek dengan frekuensi defekasi tidak lebih
dari 3 kali sehari
Pasien menunjukkan penurunan pada frekuensi defekasi
Pasien mengatakan bahwa konsistensi feces kembali normal (lembek).

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


diare dan perubahan absorpsi
1. Tujuan
Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.

2. Kriteria hasil
Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal
Intervensi
1. Kaji status nutrisi dan kaji klien dengan mengidentifikasikan
makanan yang mengiritasi
R: Makanan yang mengandung sarbitol dapat menyebabkan atau
memperberat diare,dan mengkonsumsi gula akan menyebarkan
gelembung udara untuk mengurangi distensi lambung.
2. Berikan diet tinggi kalori, protein, dan mineral; rendah zat sisa,
lemak dan serat
R:Makana tinggi serat dan tinggi lemak akan menyebabkan iritasi
saluran usus.
3. Berikan dorongan klien untuk mengikuti waktu makan yang telah
direncanakan
R:Jadwal makan tepat waktu akan membantu proses pengosongan
usus
4. Pertahankan catatan masukan dan hindari makanan yang telah di
rencanakan
R:Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.
5. Berikan dorongan pada klien untuk makan dengan perlahan,
mengunyah dengan baik, dan menggigit dalam jumlah sedikit
R:Makan terlalu cepat dapat meningkatkan resiko iritasi lambung
6. Sajikan makanan dengan menarik di ruangan yang berventilasi baik
R:Menambah nafsu makan
Evaluasi:
Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal

d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan iritasi


1. Tujuan
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara
skala nyeri 1-2
2. Kriteria hasil
Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
Intervensi
1. Kaji karakter, intensitas, dan letak nyeri
R:Mengetahui derajat nyeri dan membantu dalam perencanaan
intervensi
2. Kaji ketidakefektifan/efek samping sedatif, analgesik, dan
supositoria rektal dan salep
R:Sedatif dan analgetik dapat menurunkan nyeri
3. Ubah posisi pasien secara teratur dan gosok punggung untuk
mengurangi rasa tidak nyaman
R:Posisi yang sama dalam waktu lama dapat menambah nyeri pada
area yanng menonjol
4. Berikan aktivitas yang bersifat hiburan dan istirahat yang teratur
pada klien
R:Membantu mengalihkan perhatian terhadap keluhan nyeri
5. Ambulasikan klien dengan bantuan sesuai toleransi Berikan
dorongan dan dan ajarkan metode alternatif penatalaksanaan nyeri
R:Pasien dapat menentukan sendiri teknik alternatif bila nyeri
dirasakan berat
Evaluasi:
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara
skala nyeri 1-2
Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


kebutuhan perawatan di rumah.
1. Tujuan
Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang pencegahan dan perawatan
lanjutan di rumah.
2. Kriteria hasil
Pasien dan keluarga mengatakan mengerti tentang proses penyakit, dan
aturan diet
Pasien dapat menggunakan kemampuan koping positif secara sederhana
Pasien dan keluarga dapat merubah gaya hidup dengan makan-makan
bergizi tinggi serat

Intervensi
1. Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan
untuk dihindari; buah-buahan dan sayuran mentah, alkohol,
cokelat, dan makanan yang menghasilkan gas
R:Makanan yang tinggi serat, mengandung gas, dan alkohol dapat
merangsang dan mengiritasi saluran usus
2 Diskusikan pentingnya mencoba satu jenis makanan baru setiap
kali makan
R:Memodifikasi makanan dapat meningkatkan nafsu makan
3 Diskusikan pentingnya mengindari stres selama waktu makan dan
mengunyah makanan dengan baik dan perlahan
R:Kondisi stress saat makan akan menyebabkan produksi asam
lambung meningkat sehingga timbul perasaan mual dan nyeri perut
4 Jelaskan hubungan penyebab stres pada proses penyakit dan gejala
kekambuhan atau kemajuan penyakit untuk dilaporkan pada
dokter.
5 Berikan informasi tentang obat-obatan; termasuk nama, dosis,
tujuan waktu pemberian, efek samping, dan interaksi, jelaskan
pentingnya untuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas
kecuali bila telah dibicarakan sebelumnya dengan dokter
6 Berikan dorongan untuk melakukan perjanjian kunjungan tindak
lanjut.
Evaluasi:
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara
skala nyeri 1-2
Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief.(2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia;Jakarta

Inayah.(2004). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system


pencernaan. Salemba Medika : Jakarta.

Carpenito Linda Juall. (1999). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai