Anda di halaman 1dari 17

KONSEP TEORI DAN KONSEP ASKEP

IBU HAMIL KELAINAN LETAK

(LETSU DAN LETLI)

Disusun Oleh :

PUTRI NURUL ATIQOH (1440120042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI

2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Teori dan
Konsep Askep Ibu Hamil Kelainan Letak

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu
dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah MATERNITAS yang membimbing dan membantu dalam penyelesaian
makalah ini, dan juga buat teman-teman dan orang tua yang selalu memberikan dukungan untuk
kami menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih mempunyai
banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan
nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 13 September 2022

penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin,placenta, dan membran
dari dalam rahim melalui jalan lahir (Rohani, 2011).
Proses persalinan sangat berpengaruh pada peningkatan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB), maka dari itu proses persalinan harus bisa dilalui
oleh ibu dan bayi secara baik.
Hasil SDKI terbaru (selanjutnya disebut SDKI-2012) menyebutkan, sepanjang
periode 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam. Diketahui, pada 2012, AKI
mencapai 359/100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan
kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228/100.000 penduduk (BKKBN, 2011).
Persalinan ibu juga dipengaruhi oleh bagaimana keadaan bayi didalam
kandungan, keadaan ibu sebelum persalinan, yang dapat berpengaruh dengan cara
persalinan apa yang harus dilakukan untuk melahirkan bayi tanpa harus menyebabkan
kematian salah satunya. Persalinan secara sektio caesarea harus memenuhi bebrapa
indikasi diantaranya, ketuban pecah din (KPD), chepalo pelvik disproportin (CPD), dan
letak janin sungsang. Pada kasus bayi sungsang bila tidak bisa dilahirkan melalui
persalinan normal maka jalan alternatif terahir adalah bedah caesar dan jika bila tidak
segera dilakukan tindakan medis maka bayi yang ada didalam kandungan ibu tidak bisa
diselamatkan.
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong). Angka kejadian : ±3% dari seluruh angka kelahiran.
Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan biasanya bahu
merupakan bagian terendah janin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian letak sungsang ?
2. Apa penyebab bayi letak sungsanng?
3. Apa pengertian letak lintang ?
4. Apa penyebab bayi letak lintang ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian letak sungsang
2. Menjelaskan penyebab bayi letak sungsang
3. Menjelaskan pengertian letak lintang
4. Menjelaskan penyebab bayi letak lintang
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Letak Sungsang


1) Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Sofian, 2012,
h. 243). Letak sungsang adalah letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ±3% dari
kehamilan Sondakh (2013, h. 29).
2) Etiologi
Ada beberapa etiologi letak sungsang:
a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,
plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis dan lain-lain.
b. Janin mudah bergerak pada hidromnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
c. Gemeli (kehamilan ganda).
d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.
e. Janin sudah lama mati.
f. Sebab yang tidak diketahui.
3) Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.

4) Cara persalinan letak sungsang


Persalinan pervaginam
Menurut Sofian (2012, h. 247)memparkan cara melahirkan pervaginam
yaitu terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir secara
spontan seluruhnya) dan manual aid(manual hilfe).
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2
fase :
a. Fase 1 : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan
observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas
(nucheerm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan
dilakukan espresi kristeller, karena hal ini akan
memudahkan terjadinya nucheerm.
b. Fase II : fase untuk bertindak cepat
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan
bertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir
dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin
dapat dilakukan manual aid.
5) Komplikasi
Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
a. Komplikasi pada bayi
Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
1) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
2) Perdarahan atau edema jaringan otak
3) Kerusakan medula oblongata
4) Kerusakan persendian tulang leher
5) Kematian bayi karena asfiksia berat.
c. Trauma persalinan
1) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
2) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
3) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
d. Infeksi, dapat terjadi karena :
1) Persalinan berlangsung lama
2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
2.2 Letak Lintang
1) Pengertian
Letak lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
(Wiknjosastro, 2011).

2) Etiologi
Beberapa penyebab dari Letak lintang adalah :
a. Dinding perut yang kendur (multiparietas)
b. Kesempitan panggul
c. Plasenta previa
d. Prematuritas
e. Kelainan bentuk rahim (uterus arcuatus)
f. Moima uteri
g. Kehamilan ganda
3) Patofisiologi
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang.
Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka (Wiknjosastro, 2011)
4) Komplikasi
a) Cedera tali pusat
b) Timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbung melalui
vagina
c) Kematian janin
d) Rupture uteri
5) Klasifikasi Letak Lintang
Klasifikasi letak lintang menurut (Mochtar, 2012) dapat dibagi menjadi 2 macam,
yang dibagi berdasarkan :
a) Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.
b) Letak Punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso –
anterior.
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-
posterior.
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorsosuperior.
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut
dorsoinferior.
6) Penanganan
Dalam kehamilan, setelah didiagnosa, letak lintang diusahankan untuk
dilakukan versi luar dengan segera. Jika tindakan ini berhasil,langkah selanjutnya
adalah mendorong kepala agar masuk ke dalam pintu atas panggul agar kepala
terfiksasi oleh pintu atas panggul sehingga tidak memutar kembali. Selain itu,
sebaiknya ibu disarankan untuk memakai gurita agar janin tidak berputar kembali
terutama pada multipara sesudah versi luar berhasil.jika tidak
memungkinan,dilakukan versi luar dalam kehamilan dan persalinan telah dimulai.
Oleh karena itu, ibu dengan janin letak lintang sesegera mungkin harus masuk
rumah sakit. Saat persalinan, masih dapat dicoba untuk dilakukan versi luar
dengan syarat pembukaan lebih kecil dari 3-4 cm dan ketuban masih utuh. Jika
tindakan versi luar tidak berhasil, sebaiknya dilakukan sectio caesarea karena
versi dan ekstraksi mengandung resiko yang besar,untuk bagi ibu maupun
anaknya. (Jenni,2016)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melaui
wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan
ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat kelompok dan
dianalisis untuk menegetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan menurut
(Dongoes,2012). Hasil pengkajian pada klien post op meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Indentitas
Di dalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang
mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak (primigravida),
kehamilan dengan indikasi letak yaitu umur diatas 30 tahun
(primiparatua), nama, no RM, sttus perkawinan, agama, pekerjaan,
alamat, pendidikan.
b. Keluhan Utama
Pada kasus kehamilan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu adalah
gerakan janin terasa lebih banyak bagian perut bagian bawah
(Winknjosastro,2012).
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi,
banyaknya, menstruasi teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau
tidak (Prawirohardjo,2011).
d. Riwayat Hamil HPHT
Dikaji untuk menghitung usia kehamilan dsn tsnggsl tafsiran persalinan
(Winknjosastro,2011).
e. Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau
belum, dan pada multigravida dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan, dengan jumlah 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-3
tahun
(Sujiatini dkk,2011).
f. Riwayat Kesehatan
Kesehatan yang pernah dialami klien, seperti mual, pusing, atau kencing-
kencing dan lain-lain atau juga hipertensi, DM.
g. Riwayat Kehamilan Dahulu
Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat kelainan letak
sungsang, hydramnion, placenta previa, panggul sempit beresiko untuk
terjadi kelainan letak sungsang.
h. Pengkajian Nifas
Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam, keadaan lochia,
kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan,
keadaanperineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respond an support keluarga.kontraksi kuat
dan terletak di umbilikus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya pada pasien post op keadaan umumnya lemah.
b. Tanda-Tanda vital
pemeriksan fisik :tekanan darah, sushu, pernafasan, nadi.
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : Bentuk dada simetris,pola nafas teratur, tidak ada
retraksi
otot bantu nafas.
Palpasi : Vocal premitus terdapat getaran suara. (3) Perkusi :
suara perkusi resonan.
Auskultasi: tidak ada suara tambahan.
2) B2 (Blood)
Inspeksi : CRT (Capillary Refill Time)
Palpasi : pulsasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit
pada waktu selesai persalinan.
Auskultasi : irama jantung kuat, bunyi jantung S1 (lub),
S2(dub).
3) B3 (Brain)
Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik.
4) B4 (Bladder)
Inspeksi : Menggunakan Kateter, warna urine kuning
kemerahan, berbau amis, terdapat lochea rubra sekitar 90 cc.
5) B5 (Bowel)
Inspeksi : –
Palpasi : Kontraksi uterus bisa baik/tidak
Auskultasi : Bising usus melemah 5x/ menit
6) B6 (Bone)
Inspeksi : tugor kulit elastis, Terdapat luka post op masih
dibalut, terdapat strie, abdomen mengecil, payudara menonjol,
aerola hitam, putting menjol,warna kulit sawo matang atau
kuning langsat, tidak ada oedema, kekuatan otot.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) B7 (Pengindraan)
Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang
tidak ditemukan adanya kerusakan pengindraan.
8) B8 (Endokrin)
Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang
tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin.
(Muttaqin,2011)
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat mengembangkan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi pengalaman meliputi data subjektif dan data objektif (Perry dan
Potter, 2012).
C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d Terputusnya kontinuitas jaringan skunder akibat pembedahan
2) Resiko infeksi b.d proses pembedahan
3) Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan
D. Intervensi keperawatan
1. Nyeri b.d Terputusnya kontinuitas jaringan skunder akibat pembedahan
Kriteria hasil: 1) kemampuan menuntaskan aktivitas membaik (5), 2) keluhan nyeri
menurun (5), 3) meringis menurun (5), 4) kesulitan tidur menurun (5), 5) pola tidur
membaik (5)
Intervensi
Observasi : 1) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, 2) identifikasi skala nyeri, 3) identifikasi respon nyeri non verbal, 4)
identifikasi faktor yang memeperberat dan memperingan nyeri
Teraupetik : 1) berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain), 2) control
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), 3) fasilitasi istirahat dan tidur, 4) pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan strategi meredakan nyeri.
Edukasi : 1) jelaskan pnyebab, periode, dan pemicu nyeri, 2) jelaskan strategi
meredakan nyeri, 3) anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, 4) ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi : 1) kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Resiko infeksi b.d proses pembedahan
Kriteria hasil : 1) demam menurun (5), 2) kemerahan menurun (5), 3) nyeri menurun
(5), 4) bengkak menurun (5)
Intervensi
Observasi : 1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Teraupetik : 1) berikan perawatan kulit pada area edema , 2) cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, 3) pertahankan teknik
aseptik pada pasien resiko tinggi
Edukasi : 1) jelaskan tanda dan gejala infeksi, 2) ajarkan cara mencuci tangan yang
benar, 3) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, 4) ajarkan
meningkatkan nutrisi, 5) anjurkan meningkatan asupan cairan
Kolaborasi : 1) kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan
Kriteria hasil : 1) pergerakan ekstermitas kekuatan otot meningkat (5), rentang gerak
(ROM) meningkat (5), 3) nyeri menurun (5), 4) kecemasan menurun (5), 5) gerakan
terbatas menurun (5), 6) kelemahan fisik menurun(5)
Intervensi
Observasi : 1) identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya, 2)
identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, 3) monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Teraupetik : 1) fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.pagar tempat
tidur), 2) fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu, 3) libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi : 1) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, 2) anjurkan melakukan
mobilisasi dini, 3) ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (presentasi bokong). Angka kejadian : ±3% dari
seluruh angka kelahiran.
Letak lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang anak tegak
lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.

3.2 Saran
Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal.
DAFTAR PUSTAKA

Sondakh, JJS 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan Bayi Baru Lahir, Jakarta, Erlangga

Wilkinson, JM 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi nic
Kriteria Hasil NOC. Ed9, Jakarta, EGC

Erawati, DA 2010, Asuhan Kebidanan Persalinan Normal, Jakarta, EGC

Doenges, M. E. 2014. “Manual Diagnosis Keperawatan Rencana, Intervensi, & Dokumentasi


Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.” (3)

Fraser, D.M. & Cooper, M.A. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: EGC

Putra, Bonatun A., Eddy Suparman, and Hermie M. M. Tendean. 2016. “Gambaran Persalinan
Letak Sungsang Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.” 4(2).

Wiknjosastro, and Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : ECG Nanda Nic-Noc, 2015, Panduan
Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.

Depkes RI, (2011), Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai