Disusun Oleh :
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Teori dan
Konsep Askep Ibu Hamil Kelainan Letak
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu
dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah MATERNITAS yang membimbing dan membantu dalam penyelesaian
makalah ini, dan juga buat teman-teman dan orang tua yang selalu memberikan dukungan untuk
kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih mempunyai
banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan
nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif membangun demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian letak sungsang
2. Menjelaskan penyebab bayi letak sungsang
3. Menjelaskan pengertian letak lintang
4. Menjelaskan penyebab bayi letak lintang
BAB 2
PEMBAHASAN
2) Etiologi
Beberapa penyebab dari Letak lintang adalah :
a. Dinding perut yang kendur (multiparietas)
b. Kesempitan panggul
c. Plasenta previa
d. Prematuritas
e. Kelainan bentuk rahim (uterus arcuatus)
f. Moima uteri
g. Kehamilan ganda
3) Patofisiologi
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang.
Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka (Wiknjosastro, 2011)
4) Komplikasi
a) Cedera tali pusat
b) Timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbung melalui
vagina
c) Kematian janin
d) Rupture uteri
5) Klasifikasi Letak Lintang
Klasifikasi letak lintang menurut (Mochtar, 2012) dapat dibagi menjadi 2 macam,
yang dibagi berdasarkan :
a) Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.
b) Letak Punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso –
anterior.
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-
posterior.
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorsosuperior.
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut
dorsoinferior.
6) Penanganan
Dalam kehamilan, setelah didiagnosa, letak lintang diusahankan untuk
dilakukan versi luar dengan segera. Jika tindakan ini berhasil,langkah selanjutnya
adalah mendorong kepala agar masuk ke dalam pintu atas panggul agar kepala
terfiksasi oleh pintu atas panggul sehingga tidak memutar kembali. Selain itu,
sebaiknya ibu disarankan untuk memakai gurita agar janin tidak berputar kembali
terutama pada multipara sesudah versi luar berhasil.jika tidak
memungkinan,dilakukan versi luar dalam kehamilan dan persalinan telah dimulai.
Oleh karena itu, ibu dengan janin letak lintang sesegera mungkin harus masuk
rumah sakit. Saat persalinan, masih dapat dicoba untuk dilakukan versi luar
dengan syarat pembukaan lebih kecil dari 3-4 cm dan ketuban masih utuh. Jika
tindakan versi luar tidak berhasil, sebaiknya dilakukan sectio caesarea karena
versi dan ekstraksi mengandung resiko yang besar,untuk bagi ibu maupun
anaknya. (Jenni,2016)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melaui
wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan
ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat kelompok dan
dianalisis untuk menegetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan menurut
(Dongoes,2012). Hasil pengkajian pada klien post op meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Indentitas
Di dalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang
mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak (primigravida),
kehamilan dengan indikasi letak yaitu umur diatas 30 tahun
(primiparatua), nama, no RM, sttus perkawinan, agama, pekerjaan,
alamat, pendidikan.
b. Keluhan Utama
Pada kasus kehamilan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu adalah
gerakan janin terasa lebih banyak bagian perut bagian bawah
(Winknjosastro,2012).
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi,
banyaknya, menstruasi teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau
tidak (Prawirohardjo,2011).
d. Riwayat Hamil HPHT
Dikaji untuk menghitung usia kehamilan dsn tsnggsl tafsiran persalinan
(Winknjosastro,2011).
e. Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau
belum, dan pada multigravida dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan, dengan jumlah 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-3
tahun
(Sujiatini dkk,2011).
f. Riwayat Kesehatan
Kesehatan yang pernah dialami klien, seperti mual, pusing, atau kencing-
kencing dan lain-lain atau juga hipertensi, DM.
g. Riwayat Kehamilan Dahulu
Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat kelainan letak
sungsang, hydramnion, placenta previa, panggul sempit beresiko untuk
terjadi kelainan letak sungsang.
h. Pengkajian Nifas
Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam, keadaan lochia,
kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan,
keadaanperineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respond an support keluarga.kontraksi kuat
dan terletak di umbilikus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya pada pasien post op keadaan umumnya lemah.
b. Tanda-Tanda vital
pemeriksan fisik :tekanan darah, sushu, pernafasan, nadi.
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : Bentuk dada simetris,pola nafas teratur, tidak ada
retraksi
otot bantu nafas.
Palpasi : Vocal premitus terdapat getaran suara. (3) Perkusi :
suara perkusi resonan.
Auskultasi: tidak ada suara tambahan.
2) B2 (Blood)
Inspeksi : CRT (Capillary Refill Time)
Palpasi : pulsasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit
pada waktu selesai persalinan.
Auskultasi : irama jantung kuat, bunyi jantung S1 (lub),
S2(dub).
3) B3 (Brain)
Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik.
4) B4 (Bladder)
Inspeksi : Menggunakan Kateter, warna urine kuning
kemerahan, berbau amis, terdapat lochea rubra sekitar 90 cc.
5) B5 (Bowel)
Inspeksi : –
Palpasi : Kontraksi uterus bisa baik/tidak
Auskultasi : Bising usus melemah 5x/ menit
6) B6 (Bone)
Inspeksi : tugor kulit elastis, Terdapat luka post op masih
dibalut, terdapat strie, abdomen mengecil, payudara menonjol,
aerola hitam, putting menjol,warna kulit sawo matang atau
kuning langsat, tidak ada oedema, kekuatan otot.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) B7 (Pengindraan)
Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang
tidak ditemukan adanya kerusakan pengindraan.
8) B8 (Endokrin)
Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang
tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin.
(Muttaqin,2011)
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat mengembangkan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi pengalaman meliputi data subjektif dan data objektif (Perry dan
Potter, 2012).
C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d Terputusnya kontinuitas jaringan skunder akibat pembedahan
2) Resiko infeksi b.d proses pembedahan
3) Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan
D. Intervensi keperawatan
1. Nyeri b.d Terputusnya kontinuitas jaringan skunder akibat pembedahan
Kriteria hasil: 1) kemampuan menuntaskan aktivitas membaik (5), 2) keluhan nyeri
menurun (5), 3) meringis menurun (5), 4) kesulitan tidur menurun (5), 5) pola tidur
membaik (5)
Intervensi
Observasi : 1) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, 2) identifikasi skala nyeri, 3) identifikasi respon nyeri non verbal, 4)
identifikasi faktor yang memeperberat dan memperingan nyeri
Teraupetik : 1) berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain), 2) control
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), 3) fasilitasi istirahat dan tidur, 4) pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan strategi meredakan nyeri.
Edukasi : 1) jelaskan pnyebab, periode, dan pemicu nyeri, 2) jelaskan strategi
meredakan nyeri, 3) anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, 4) ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi : 1) kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Resiko infeksi b.d proses pembedahan
Kriteria hasil : 1) demam menurun (5), 2) kemerahan menurun (5), 3) nyeri menurun
(5), 4) bengkak menurun (5)
Intervensi
Observasi : 1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Teraupetik : 1) berikan perawatan kulit pada area edema , 2) cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, 3) pertahankan teknik
aseptik pada pasien resiko tinggi
Edukasi : 1) jelaskan tanda dan gejala infeksi, 2) ajarkan cara mencuci tangan yang
benar, 3) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, 4) ajarkan
meningkatkan nutrisi, 5) anjurkan meningkatan asupan cairan
Kolaborasi : 1) kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan
Kriteria hasil : 1) pergerakan ekstermitas kekuatan otot meningkat (5), rentang gerak
(ROM) meningkat (5), 3) nyeri menurun (5), 4) kecemasan menurun (5), 5) gerakan
terbatas menurun (5), 6) kelemahan fisik menurun(5)
Intervensi
Observasi : 1) identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya, 2)
identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, 3) monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Teraupetik : 1) fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.pagar tempat
tidur), 2) fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu, 3) libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi : 1) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, 2) anjurkan melakukan
mobilisasi dini, 3) ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (presentasi bokong). Angka kejadian : ±3% dari
seluruh angka kelahiran.
Letak lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang anak tegak
lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
3.2 Saran
Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal.
DAFTAR PUSTAKA
Sondakh, JJS 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan Bayi Baru Lahir, Jakarta, Erlangga
Wilkinson, JM 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi nic
Kriteria Hasil NOC. Ed9, Jakarta, EGC
Fraser, D.M. & Cooper, M.A. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: EGC
Putra, Bonatun A., Eddy Suparman, and Hermie M. M. Tendean. 2016. “Gambaran Persalinan
Letak Sungsang Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.” 4(2).
Wiknjosastro, and Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : ECG Nanda Nic-Noc, 2015, Panduan
Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Depkes RI, (2011), Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta.