Disusun Oleh
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan gerontik dengan judul " Proses
Keperawatan Pada Individu dan Kelompok Kusus Lansia" dengan baik dan dapat dikumpulkan
sesuai dengan waktu yang di tentukan. Kami sebagai penulis berterimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah keperawatan gerontik yang sudah memberikan bimbingan untuk
penyusunan tugas ini, dan tidak lupa ucapan terimakasih kepada teman teman kelompok yang
sudah membantu dan mengerjakan tugas ini sehingga dapat terselesaikan.
Makalah ini berisi materi model keperawatan gerontik yaitu membahas mengenai proses
keperawatan pada individu dan kelompok kusus lansia. Oleh karena itu pembaca dapat
mempelajari materi yang di sampaikan oleh kelompok kami. Kami sebagai penulis mengetahui
bahwa makalah yang kami buat tidak sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
sebagi pembaca dapat memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini agar dapat lebih baik
kedepan nya. Dan akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat menambah
wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi.Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................................3
C. Rencana Keperawatan...........................................................................................................10
D. Implementasi Keperawatan...................................................................................................12
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................................................14
F. Dokumentasi Keperawatan....................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu ketrampilan yang paling penting saat berhadapan dengan klien, apalagi klien
lansia adalah kemampuan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik. Ketidakmampuan dalam
mencari informasi ketika meng-anamnesis. Klien membuat kita untuk tidak bisa menentuan
pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menegakkan kebutuhan atau diagnosis keperawatan
secara tepat. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan intervensi secara tepat .
Perlu diingat bahwa ketrampilan anamnesis sudah memenuhi 70% dalampenegakkan diagnosis.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Pengkajian lansia ?
1
C.Tujuan
1.Mendiskripsikan pengkajian lansia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian ini dengan tujuan menentukan
kemampuan klien untuk memeliharan diri sendiri, melengkapi dasar-dasar rencana keperaatan
individu, membantu menghindarkan bentuk dan pandangan klien, dan memberi aktu kepada
klien untuk menjawab.
Perawat perlu melakukan pengkajian secara lengkap dan menyeluruh dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia (comprehensive geriatric assessment ). Pengkajian tersebut
meliputi pengkajian biopsikososial, pengkajian kondisi fisik, pengkajian psikologis,status
fungsional (ADL), status nutrisi, dan interaksi si antara hal-hal tersebut. Pengkajian secara
komprehensif/paripurna pada lansia ini bersifat holistic : meliputi aspkbio-psiko-sosial-spiritual;
pada lingkup kuratif, rehabititatif, promotive, preventif; pengkajian status fungsional; pengkajian
status psiko-kognitif; pengkajian asset kelarga klien (social). Berikut ini akan diuraikan secara
singkat tentang lingkup pengkajian keperawatan pada lansia.
1. Anamnesa
Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan klien, apabila klien
lansia adalah kemampuan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik. Ketidakmampuan dalam
mencari informasi ketika menganamnesis klien membuat kita tidak bisa menentukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menegakkan kebutuhan atau diagnosis keperaatan
secara tepat. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahn melakukan intervensi secara tepat.
Perlu diingat baha keterampilan anamnesis memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika kita melakukan anamnesis kepada klien
adalah :
a. Identitas klien
3
Sebelum memulai anamnesis, pastikan bahwa identitasnya sesuai denfan catatn
medis, guna menghindari kesalahan yang berakibat fatal, karena melakukan tindakan
kepada orang yang salah. Perawat hendaknya memperkenalkan diri, sehingga
terbentuk hubungan yang baik dan saling percaya yang akan mendasari hubungan
terapeutik selanjutnya antara perawat dank lien dalam asuhan keperawatan.
b. Privasi
Klien yang berhadapan dengan anda merupakan orang terpenting saat itu.
Oleh Karena itu, pastikan bahwa anamnesis dilakukan ditempat yang tertutup dan
kerahasiaan klien terjaga. Terlebih ketika perawat melakukan pemeriksaan fisik
pada bagian tertentu.
c. Pendamping
Tangan perawat adalah perantara penularan kuman dari satu klien ke klien
yang lain. Untuk itu, sebaiknya perawat mencuci tangan sebelum atau sesudah
memeriksa pasien agar tidak terjadi infeksi silang (cross infection).
2. Berikan waktu yang cukup kepada klien untuk menjawab, berkaitan dengan
kemunduran kemampuan merespons verbal
4
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena klien lansia kesulitan
dalam berpikir abstrak
9. Tempat anamnesis tidak boleh merupakan tempat baru dana sing bagi klien
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan
12. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga klien atau
orang lain yang sangat mengenal klien
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh.
5
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran adanya
perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil: kesamaan,
dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus, serumen
telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau
nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut nadi
apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah, kesulitan
mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus,
palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit),
diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih, inkontinensia
(tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan
pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka, luka
terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan kuku, keadaan
rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon, gerakan sendi
yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan gerak,
kekuatan otot, kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
3. Sosial Ekonomi
Pengkajian fungsi sosial ini lebih di tekankan pada hubungan lansia dengan keluarga sebagai
peran sentralnya dan informasi tentang pendukung. Hal ini penting dilakukan karena perawatan
jangka panjang membutuhkan dukungan fisik dan emosional keluarga.
6
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia.
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya.
f. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.
4. Spiritual
Spiritualis adalah keyakinan hubungan dalam hubungan nya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha pencipta. Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi kehidupan. Dimensi ini termasuk
menemukan arti, tujuan, menderita dan kematian kebutuhan akan tuhan. Ada lima dasar
kebutuhan spiritual manusia yaitu arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa
percaya, dan harapan di waktu kesusahan.
a. Pengkajian data subjektif. Pedoman pengkajian ini disusun oleh Stoll ( dalam Kozier, 2005 )
yang mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik ritual dan keagamaa.
dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kesehatan.
b. Pengkajian data objektif. Dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek
dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan.
7
kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat. Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dari
proses keperawatan setelah dilakukannya pengakajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada respon manusia
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan (vulnerability) baik pada
individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015-2017). Berdasarkan pengertian
tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus
pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai
individu, lansia di keluarga maupun lansia dalam kelompoknya.
Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko, kemungkinan,
sehat dan sejahtera (welfare),dan sindrom.
Contoh :
Contoh :
9
atau gangguan mobilitas fisik. Kategori diagnosis sindrom dapat berupa risiko atau
masalah.
Contoh:
4) Sindrom kekerasan.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan disini berhubungan dengan perencanaan tujuan dan perencanaan tindakan
( intervensi ). Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur
berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Pedoman penulisan kriteria hasil dengan
akronim SMART yaitu Menurut Dermawan (2012):
1. Specific: Tujuan harus spesifik tidak boleh memiliki arti ganda, tujuan dan hasil
difokuskankepada klien yang mencerminkan perilaku serta respon klien yang dapat diperkirakan
sebagai hasil dari intervensi keperawatan
2. Measureable: Tujuan dapat di ukur khususnya pada prilaku klien yang dapat dirasakan,
dilihatdan diraba.
3. Achievable: Tujuan yang harus dicapai dituliskan dalam istilah yang dapat di ukur sehingga
memungkinkan perawat dapat mengukur serta menilai secara objektif perubahan status klien.
4. Realistic: Tujuan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secra ilmiah diharapkan singkat
dan jelas dengan cepat dapat memberikan perawat serta klien bisa merasakan pencapaian.
10
5. Time: Batasan waktu yang dapat membantu perawat dank lien dalam menetukan kemajuan
dengan cepat dan jelas.
Contoh:
b) Tujuan
2) Perencanaan intervensi
Tindakan atau intervensi keperawatan menurut Doenges,dkk ( 2008 ) adalah, preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan tindakan yang harus dilakukan perawat.
Perencanaan tindakan atau intervensi berupa pernyataan menggunakan kalimat perintah seperti
monitor intensitas cemas, laporkan kualitas tidak yang adekuat, kontrol respon, rencanakan
strategi koping dalam situasi stress, kaji pengetahuan keluarga, ajarkan teknik untuk mengurangi
nyeri, motivasi keluarga untuk mempraktikkan metode mengurangi nyeri.
Contoh:
11
b) Tujuan
c) Intervensi
1. Kolaborasikan dengan tim kesehatan untuk membuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika berat badan pasien
tidak sesuai dengan usia dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan
mempertahankan berat badan sesuai target.
7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk
meminimalkan berat badan
D. Implementasi Keperawatan.
Pelaksanaan tindakan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat
dalam rencana tindakan keperawatan. Tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal,
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat
12
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi
lansia agar mampu mandiri dan produktif.
Pelaksanaanyang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah katagori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun
demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian (Nanda, 2014).
Pengertian Tindakan Keperawatan Gerontik Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tindakan/implementasi
keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien.
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan
Pedoman implementasi keperawatan Pedoman implementasi keperawatan menurut
sebagai berikut:
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi
rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak,
berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa
tindakan yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain,
berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk
mencapai tujuan.
13
4. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan
kesehatan dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri
atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan
tersebut. Tindakan yang tidak diimplementasikan juga dicatat disertai alasan.
Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk
mencatat perkembangan pasien guna mencapai kriteria hasil.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan rangkaian dari proses keperawatan sehingga untuk dapat melakukan
evaluasi perlu melihat langkahlangkah proses keperawatan sejak pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, dan implementasi. Selanjutnya, pada tahap akhir perawatan
mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan, maka perlu melakukan revisi data dasar serta
memperbarui diagnosa keperawatan maupun perencanaan. Secara singkat, dapat dikatakan
bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan atau dilakukan
dan mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan terhadap tujuan asuhan keperawatan, apakah hal-hal yang telah dilakukan
sudah terlaksana sesuai kriteria tujuan yang telah ditetapkan.
1. Kriteria
Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basfort Lynn dan Oliver
Slevin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria keberhasilan. Pertama, kriteria proses
(evaluasi proces) adalah menilai jalannya proses keperawatan sesuai dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan. Kedua, kriteria keberhasilan (evaluasi hasil atau sumatif) adalah menilai
hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku klien.
Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
2. Teknik evaluasi
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk melakukan evaluasi, yaitu
wawancara, pengamatan (observasi), dan studi dokumentasi. Teknik wawancara
14
adalah pengumpulan data melalui tanya jawab dengan klien. Kemudian pengamatan
(observasi) adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati perilaku atau respons
klien. Sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berasal
dari catatan klien.
3. Langkah-langkah evaluasi
Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hala yang perlu diperhatian. Menurut
Basford Lynn dan Oliver Slevin (2006), hal-hal tersebut adalah kecukupan informasi,
relevansi faktor-faktor yang berkaitan, prioritas masalah yang disusun, kesesuaian
rencana dengan masalah, pertimbangan faktor-faktor yang unik, perhatian terhadap
rencana medis untuk terapi, logika hasil yang diharapkan, penjelasan dari tindakan
keperawatan yang dilakukan, keberhasilan rencana yang telah disusu, kualitas
penyususnan rencana, dan timbulnnya masalah baru.
15
pengukuran, dan lainnya. Cara menggali data dengan interview : recall knowledge
(mengingat), komperhensif (menyatakan informasi dengan kata-kata klien sendiri),
dan aplikasi fakta (menyatakan tindakan apa yang akan klien ambil terkait dengan
status kesehatannya). Kedua, secara afektif
F. Dokumentasi Keperawatan
1. Pengertian Dokumentasi pengkajian
2. Tujuan
4. Memberikan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Dalam melaksanakan dokumentasi pada tahap pengkajian perlu diketahui bahwa jenis
dokumentasi kepertawatan meliputi:
16
Dokumentasi yang dibuat ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit data yang dikaji
pada pasien berupa data awal yang digunakan sebagai dasar dalam pemberian asuhan
keperawatan
Data pada dokumentasi ini merupakan pengembangan dasar yang dilakukan untuk
melengkapi pengkajian awal dengan tujuan semua data menjadi lengkap shingga
mendukung informasi tentang permasalahan kesehatan pasien . hasil pengkajian ini
dimasukkan dalam catatan perkembangan terintegrasi pasien atau pada lembar atau pada
lembar data penunjang .
a. Data subjektif
Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik
wawancara,keluarga,konsultasi,dan tenaga kesehatan lainnya serata riwayat
keperawatan .data ini berupa keluhan persepsi subjektif pasien terhadap status
kesehatannya
b. Data objektif
Untuk memperoleh data pada tahap pengkajian metode yang dapat digunakan
perawat adalah :
a. Komunikasi efektif
17
Komunikasi dalam pengkajian keperawatan lebih dikenal dengan komunikasi
terapeutik yang merupakan upaya mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikir
dan perasaan untuk dapat memperoleh data yang akurat perawat perlu menjadi
pendengar aktif terhadap keluahan pasien adapun unsur yang menjadi pendengar yang
aktif adalah dengan mengurangi hambatan dalam berkomuniakasi ,memperhatikan
keluahan yang disampaikan oleh pasien dan menghubungnya dengan keluhan yang
dialami oleh pasien.mendengar dengan penuh perhatian apa yang dikeluhkan
pasien,memberikan kesempatan pasien untuk menyelesaikan pembicaraannya
bersikpa empati,dan hindarai untuk interupsi,berikan perhatian penuh pada saat
berbicara dengan pasien .
Data yang lengkap memerlukan upaya pengkajian yang fokus dan lebih
komprehentif.beberpa persayaratan yang harus dipenuhi agar data yang diperoleh
menjadi data yang baik adalah menjaga kerahasiaan,pasien,memperkenalkan
diri ,menjelaskan tujuan ,wawancara ,pertahankan kontak mata mengusahakan saat
pengkajianj tidak tergesa gesa.
b. Obsevasi
Merupakan tahap kedua dari penguumpulan data,pada pengumpulan data ini perawat
mengalami perilaku dan melaukan observasi perkembnagan kondisi kesehatan
pasien ,kegiatan obsevasi meliputi sight ,small,hearing,feeling,dan taste.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan bersama dengan wawancara yang menjadi fokus perwat
pada pemeriksa ini adalah kemampuan fungsional pasien,mengidentifikasi maslah
kesehatan dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan perawatan.
18
yang meliputi identitas klien,riwayat keperwatan ,pengkajian fisik,data penunjang dan
pentalaksaan medis.
3. Flow shett
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian ini dengan tujuan menentukan
kemampuan klien untuk memeliharan diri sendiri, melengkapi dasar-dasar rencana keperaatan
individu, membantu menghindarkan bentuk dan pandangan klien, dan memberi aktu kepada
klien untuk menjawab. Proses keperawatanterdiri dari pengkajian yang meliputi
anamnesa,pemeriksaan fisik, social ekonomidan spiritual klien, dilanjutkan dengan adanya
masalah klien, rencana perawatan, implementasi keperawata, dan yang terakhir adalah
pendokumentasian.
B. Saran
Demikian makalah yang di buat oleh kelompok kami. Kami sebagai penulis berharap tugas
yang kami buat ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa dan mahasiswi.
Penulis juga berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Terimakasih
20
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing Diagnosis, Definition
dan Classification.Pondicherry, India.
Zendrato, Satri Andani. Evaluasi Keperawatan Pada Lansia ( OSF.10 > download pdf Diakses
pada tanggal 11 Maret 2021, pada pukul 15.05 )
21