Anda di halaman 1dari 20

VCT DAN DASAR-DASAR KONSELING BAGI PASIEN HIV/AIDS

Dosen : Firmina Theresia Kora, S.Kep, M.P.H

Disusun Oleh :

Amelia Kartika ()

Via Dinda Rahayu (201100446)

Yuni Anggrayini Muskar (201100448)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES YOGYAKARTA 2020/2021


PRAKATA

Assalamualaikum Wr.Wb

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena limpahan rahmat, berkat, dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan HIV/AIDS dengan judul “VCT Dan Dasar-dasar Konseling Bagi Pasien
HIV/AIDS”

Demikian Makalah ini kami diselesaikan dengan baik dan tepat waktu sebagai salah satu
pemenuhan penugasan dari mata kuliah Keperawatan Jiwa. Penulis menyadari dalam proses
pembuatan makalah ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan arahan banyak pihak yang
membantu dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan hidayah-Nya masih diberi kesehatan sehingga
dapat mengerjakan makalah ini dengan lancar.
2. Dosen pengampu Ibu Firmina Theresia Kora, S.Kep, M.P.H serta pihak-pihak yang telah
membantu.
3. Anggota kelompok yang telah bekerjasama dalam proses mengerjakan makalah ini
hingga selesai.

Kelompok kami tahu bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, kami
berharap makalah ini dapat membantu siapapun yang memerlukan referensi atau bantuan dalam
menyusun tugas lainnya. Kami berharap agar dapat memberikan saran dan kritik sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta,4 April 2022

i
DAFTAR ISI

PRAKATA......................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................................2

D. Manfaat.................................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................4

A. Konsep Penting Definisi Konseling......................................................................................4

B. Keunikan Konseling HIV.....................................................................................................4

C. Faktor Dalam Konseling.......................................................................................................5

D. Ciri-Ciri Konseling...............................................................................................................5

E. Tujuan Utama Konseling......................................................................................................6

F. Prinsip dalam Konseling.......................................................................................................7

G. Materi Yang Dapat Diberikan Dalam Pelayanan Konseling................................................7

H. Pendekatan dalam Penyelenggaraan Konseling Dan Tes HIV.............................................8

I. Keadaan Konseling HIV.......................................................................................................8

J. Sasaran Konseling................................................................................................................8

K. Konsep Penting Definisi VCT..............................................................................................9

L. Tujuan Utama VCT............................................................................................................10

ii
M. Prinsip pelaksanaan VCT................................................................................................10

N. Model Layanan VCT..........................................................................................................11

O. Tahap-Tahap dalam VCT...................................................................................................12

P. 5 Prinsip Konseling Pre Test, Test HIV dan Pasca Test HIV............................................13

BAB III.........................................................................................................................................15

PENUTUP....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 21 pada tahun 2013
mengenai penanggulangan HIV dan AIDS, dalam pemeriksaan HIV bisa dilakukan
dengan konseling maupun tes HIV sukarela atau VCT (Voluntery Counseling and
Testing). VCT adalah sebuah proses konseling secara sukarela dan tes HIV atas kemauan
individu yang bersangkutan, VCT dapat dilakukan dengan berbagai langkah yang dapat
meliputi Tes HIV, konseling pratest maupun konseling pasca test. Dalam pelaksanaan
pelayanan VCT memiliki standar yang minimum yang mencangkup seperti SDM yang
terlatih dan berkompeten, kebutuhan yang cukup dan pembiayaan sesuai unit cost yang
proporsional. Dilihat dari sarana kesehatan Indonesia, jumlah layanan VCT pada tahun
2015 sebanyak 2.221 dan pada wilayah provinsi jawa tengah terdapat sebanyak 333.
Dalam peningkatan jumlah layanan voluntary counseling and testing ini berarti semakin
terbukanya akses kebutuhan mengenai informasi kesehatan.

Data yang berasal dari Kementrian Kesehatan Indonesia mendapatkan jumlah dengan
kasus baru HIV positif yang dilaporkan kembali pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus
menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun pada tahun 2011 sampai 2014 jumlah
kasus baru HIV positif selalu mengalami kenaikan (Kementrian Kesehatan RI, 2016)
Dalam penelitian Mujiati (2013) berkesimpulan bahwa dalam layanan VCT secara umum
sudah berjalan lancar, namun terdapat kendala yang masih terjadi yaitu dari segi konselor
(Jumlah konselor, waktu tunggu, bahasa hingga sikap para konselor/para petugas), dan
untuk kebutuhan (sarana & prasatana) masih kurang yaitu masih belum adanya ruangan
khusus VCT, tidak ada tempat cuci tangan dalam pengambilan darah, hingga tidak
adanya papan informasi tentang alur layanan VCT.
Sedangkan menurut penelitian armanita (2018), adanya hambatan operasional pada
pelaksanaan layanan VCT yaitu sebagian petugas belum mengikuti pelatihan akibatnya
hal ini mempengaruhi kemampuan (skill) dari para petugas khususnya dalam konseling

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konseling?
2. Apa keunikan dalam konseling HIV?
3. Sebutkan faktor-faktor penting dalam konseling?
4. Sebutkan ciri-ciri dalam konseling?
5. Jelaskan tujuan utama konseling?
6. Apa saja prinsip dalam konseling HIV?
7. Sebutkan materi apa saja yang perlu diberikan dalam konseling?
8. Apa saja pendekatan dalam penyelenggaraan konseling dan Tes HIV?
9. Sebutkan keadaan yang dianjurkan untuk melakukan konseling?
10. Apa saja sasaran dalam konseling?
11. Apa yang dimaksud dengan VCT?
12. Sebutkan Tujuan Utama VCT?
13. Sebutkan prinsip dalam pelaksanaan VCT?
14. Jelaskan model dalam layanan VCT?
15. Sebutkan tahap-tahap dalam pelayanan VCT?
16. Apa saja prinsip dalam konseling pre tes, tes HIV dan Pasca Tes HIV?

C. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Setelah penulis mengerjakan dan memahami makalah maka penulis akan mendapatkan
informasi dan ilmu terkait VCT Dan Dasar-Dasar Konseling Bagi Pasien HIV/AIDS
dalam mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS, selain penulis, pembaca juga diharapkan
mendapatkan informasi dan ilmu tentang VCT dan Dasar-Dasar Konseling Bagi Pasien
HIV/AIDS khususnya para tenaga kesehatan dalam melakukan konseling.

2) Tujuan Khusus :
· Mampu mengetahui tentang Konsep penting Konseling dan VCT
· Mampu mengetahui dan memahami Tujuan Utama Konseling dan VCT
· Mampu mengetahui faktor, prinsip, ciri-ciri dan tahap-tahap dalam
Pelaksanaan Konseling dan VCT

2
· Mampu memahami penyampaian materi dalam pelayanan konseling
· Mampu menerapkan pendekatan dalam penyelenggaraan konseling dan Tes
HIV

D. Manfaat
1) Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dari ilmu yang didapatkan terkait VCT dan Dasar-dasar
Konseling Bagi Pasien HIV/AIDS
2) Bagi Institut pendidikan
Dapat dijadikan referensi tambahan pengetahuan dan dengan cara institut pendidikan
mempublish karya tulis ilmiah yang sudah dikerjakan oleh penulis
3) Bagi rehabilitasi
Dapat menerapkan Prinsip dan Tujuan dilakukannya pelayanan VCT dan Konseling
4) Bagi tenaga kesehatan
Menjadi penyemangat dan menambah kinerja sebagai perawat agar tidak pantang
menyerah dalam merawat pasien dan memperjuangkan nasib tenaga kesehatan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penting Definisi Konseling


Menurut Richard Nelson-Jones (2013), Konseling merupakan proses psikologi yang tidak
ada bedanya dengan aktivitas psikoterapi. Tujuan konseling dilakukan adalah
menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku, membawa klien agar menjadi perubahan
yang memungkinkan klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup sesuai
dengan pembatasan-pembatasan yang ada dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan
serta meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu.

Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan dalam
psikologi, informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS, mencegah penularan,
mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan AIDS dan
memastikan pemahaman berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS (Depkes,2008)
Konseling HIV/AIDS merupakan strategi komunikasi perubahan perilaku yang bersifat
rahasia dan saling percaya antara klien dan konselor. Tujuan konseling yaitu untuk
mening- katkan kemampuan klien menghadapi tekanan dan pengambilan keputusan
terkait HIV/AIDS (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

B. Keunikan Konseling HIV


1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksial (IMS) dan
HIV/AIDS
2) Membutuhkan pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi
3) Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian
4) Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai
yang mungkin dangat bertentangan dengan nilai konselor itu sendiri
5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif
6) Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota
keluarga

4
C. Faktor Dalam Konseling
1) Bahwa konseling berhubungan dengan tujuan membantu orang lain menentukan
pilihan dan tindakannya.
2) Dalam proses konseling terjadi proses belajar
3) Bahwa terjadi perubahan dan perkembangan kepribadian
4) Galdding (2005), konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relatif singkat,
bersifat antarpribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan oleh orang yang
ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang ada yang berpusat
pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada dasarnya mengalami
gangguan psikologis agar orang-orang yang meyimpang dan mengalami masalah
situasional dapat kembali normal (Ludiin, 2010)

D. Ciri-Ciri Konseling
1) Konseling berkaitan dengan mempengaruhi secara sengaja perubahan perilaku pada
sebagian kepribadian klien.
2) Tujuan dari konseling adalah untuk membuat kondisi yang memudahkan terjadinya
perubahan yang disengaja pada sebagian diri klien
3) Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku diperoleh melalui
wawancara
4) Mendengarkan harus ada pada konseling tetapi tidak semua konseling adalah
mendengarkan
5) Konselor harus memahami kliennya
6) Konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat rahasia
(confidential) Konseling bukan pemberian informasi, meskipun informasi bisa
diberikan dalam konseling.
7) Konseling bukan pemberian nasehat, seugesti, atau rekomendasi Konseling bukan
mempengaruhi sikap, kepercayaan, atau perilaku dengan memaksa, mengatur, atau
menyakinkan
8) Konseling bukan seleksi dari tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi macam-
mcam pekerjaan dan aktivitas
9) Konseling bukan melakukan wawancara sekalipun wawancara bisa dilibatkan dalam
konseling

5
Konseling sebagai proses membantu klien dalam:
· Memperoleh akses informasi yang benar
· Memahami dirinya lebih baik
· Agar mampu menghadapi masalahnya
· Agar msmpu berkomunikasi lebih lancar
· Mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan, dan mengubah perilakunya
· Konseling bukan percakapan tanpa tujuan
· Konseling bukan memberi nasehat atau instruksi pada orang untuk melakukan
sesuatu sesuai kehendak konselor
· Bersifat sangat pribadi, sehingga membutuhkan pengembangan rasa saling
percaya
· Bukan suatu hal yang baku, dapat bervariasi bergantung pada kondisi
daerah/wilayah latar belakang klien, dan jenis layanan medis/sosial yang tersedia
· Setiap orang yang diberi pelatihan khusus dapat menjadi seorang konselor

E. Tujuan Utama Konseling


· Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku
· Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
· Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan
· Meningkatkan kemampuan dalam hubungan antarperorangan
· Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien
· Mencegah penularan HIV
· Meningkatkan kualitas hidup ODHA secara psikologis, sosial dan ekonomi
· Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis maupun non
medis

F. Prinsip dalam Konseling


1) Informed Consent, adalah persetujuan akan suatu tindakan pemeriksaan laboratorium
HIV yang diberikan oleh pasien/klien atau wali/pengampu setelah mendapatkan dan

6
memahami penjelasan yang diberikan secara lengkap oleh petugas kesehatan tentang
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien/klien tersebut. Confidentiality,
adalah isi informasi atau konseling antara klien dan petugas pemeriksa atau konselor
dan hasil tes laboratoriumnya tidak akan diungkapkan kepada pihak lain tanpa
persetujuan pasien/klien.
2) Konfidensialitas dapat dibagikan kepada pemberi layanan kesehatan yang akan
menangani pasien untuk kepentingan layanan kesehatan sesuai indikasi penyakit
pasien.
3) Counselling, yaitu proses dialog antara konselor dengan klien betujuan untuk
memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien atau pasien. Layanan
konseling HIV harus dilengkapi dengan informasi HIV dan AIDS, konseling pra-
konseling dan tes pasca-tes yang berkualitas baik.
4) Correct test results,. Hasil tes harus akurat. Layanan tes HIV harus mengikuti standar
pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hail tes harus dikomunikasikan sesegera
mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yang memeriksa.
5) Connections to care, treatment, and prevention services. Pasien/klien harus
dihubungkan atau dirujuk ke layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan
pengobatan HIV yang didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau

G. Materi Yang Dapat Diberikan Dalam Pelayanan Konseling


1) Keuntungan klinis dan pencegahan setelah menjalani tes HIV.
2) Informasi akurat dan lengkap mengenai HIV/AIDS, perilaku berisiko, testing HIV,
dan pertimbangan yang terkaut dengan hasil negatif atau positif.
3) Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos HIV/AIDS
4) Jenis layanan yang tersedia bil ahasil testing adalah positif atau negatif, termasuk
sistem rujukan untuk mendapatkan layanan ART, pengobatan infeksi opurtunistik,
dan layanan dukungan.
5) Informasi bahwa pasien dapat menolak tes jika pasien tidak menghendakinya.
6) Jaminan kerahasiaan semua informasi yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang
melakukan konseling.

7
H. Pendekatan dalam Penyelenggaraan Konseling Dan Tes HIV
Layanan KTHIV untuk menegakkan diagnosis HIV, dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu :
· Konseling dan tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling yang
disingkat dengan KTIP
· Konseling dan tes HIV secara sukarela yang disingkat dengan KTS (Menteri
Kesehatan RI, 2013)

I. Keadaan Konseling HIV


· Orang yang sudah diketahui menderita AIDS atau terinfrksi HIV, dan
keluarganya.
· Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah testing).
· Mereka yang mencari pertolongan diakibatkan perilaku risiko yang lalu dan
sekarang merencanakan masa depannya.
· Mereka yang tidak mencari pertolongan tetapi yang melakukan perilaku berisiko
tinggi.

J. Sasaran Konseling
1) ODHA atau pasien penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi HIV.
2) Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV (Pekerjaan, perumahan,
keuangan, keluarga, dll)
3) Orang yang sedang dites untuk HIV.
4) Orang yang telah dites untuk HIV (terinfeksi atau tidak).
5) Keluarga dann teman dari orang yang terinfeksi HIV.
6) Orang yang khawatir bahwa mereka terinfeksi HIV
7) Petugas kesehatan dan tenaga ahli lain yang berhubungan teratur dengan orang yang
terinfeksi HIV.
8) Orang yang memilih untuk tidak dites tetapi berperilaku risiko tinggi.
9) Orang yang tidak sadar akan risiko HIV yang terlibat dalam perilaku khusus yang
mereka peroleh.

8
K. Konsep Penting Definisi VCT
Suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan
kliennya dengan tujuan mencegah penularan HIV, maupun memberikan dukungan moral,
informasi serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya. Tes VCT
adalah sebuah pintu masuk yang vital yang mencakup keseluruhan untuk pengembangan
penciptaan lingkungan dimana pencegahan dukungan sosial dan perawatan dapat
berkembang (UNAIDS). VCT adalah suatu pembinaan yang terbagi dalam 2 arah yang
secara berlangsung tak terputus antara klien-konselor dengan tujuan mencegah penularan,
memberikan dukungan, informasi, baik kepada keluarga, ODHA hingga lingkungan.

Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam
sampel darah.  Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan
dilakukan konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan
bagaimana nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat
dapat juga digunakan tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick), Jadi, VCT adalah
konseling tes HIV sebagai upaya untuk memberikan dukungan secara psikologis dan
emosional yang dapat dilakukan melalui dialog personal antara sesorang ‘konselor’ dan
seorang ‘klien’ atau antara seorang konselor bersama klien dan pasangan (couple
counceling).

VCT (Voluntary Counselling and Testing ) diartikan sebagai Konseling dan Tes Sukarela
(KTS) HIV. Konseling HIV dan AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara
klien dan konselor yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stres
dan mengambil keputusan berkaitan HIV dan AIDS. VCT terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1) Konseling sebelum testing HIV
2) Testing HIV
3) Konseling setelah testing HIV

L. Tujuan Utama VCT

9
VCT (Voluntary Counseling and Testing) hadir berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang penanggulangan HIV dan
AIDS dengan tujuan sebagai tindakan preventif dari penyakit HIV/AIDS, serta merupakan
daya upaya agar mengurangi kecemasan, memberikan sosialisasi dan memperluas
pendistribusian informasi mengenai faktor-faktor resiko penyebab seseorang dapat terjangkit
virus HIV. VCT ini pun bertujuan sebagai alat atau cara pengembangan perubahan perilaku
secara dini yang mengarahkan masyarakat menuju program playanan dan dukungan seperti
akses terapi antiretorival dan membantu mengurangi stigma yang tumbuh dan berkembang
di dalam masyarakat. KPAN (Komisi Penanggulan AIDS Nasional) berpendapat bahwa
VCT memiliki tujuan untuk membantu pelayanan akses informasi, edukasi, terapi atau
dukungan psiko sosial yang memadai agar kebutuhhan pendistribusian informasi menjadi
lebih akurat dan tepat dan dicapai. Hal ini dapat diwujudkan melalui proses berfikir,
perasaan dan perilaku yang diarahkan melalui penyediaan dukungan psikologis bagi
kesejahteraan emosi psikologis, sosial, dan spiritual ODHA, Pencegahan penularan HIV
dengan sosialisasi terpadu mengenai resiko dan membantu pengembangan keterampilan
pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku, dan memastikan efektifitas rujukan
kesehatan, terapi dan perawatan yang dapat dicapai dengan kebiasaan disiplin dan kepatuhan
berobat.

M. Prinsip pelaksanaan VCT


1. Informed Consent

Prinsip ini menekankan kepada persetujuan pasien akan tindakan pemeriksaan


laboratorium HIV sehingga menurut prinsip ini pasien wajib dan berhak mendapatkan
dan memahami penjelasan yang diberikan secara lengkap dan jelas oleh petugas
kesehatan mengenai tindaan medis yang akan pasien lakukan.

2. Confidentiality

Merupakan prinsip dimana segala hal dalam isi informasi konseling antara klien dan
petugas pemeriksa hasilnya dalam hal ini tes laboratorium tidak akan dipublikasikan

10
kepada pihak pihak lain yang tidak memiliki wewenang tanpa persetujuan klien yang
bersangkutan.

3. Counselling

Merupakan proses interaksi dua arah berupa perbincangan atau dialog yang
dilakukan antara konselor dan klien dengan tujuan untuk memberikan dan menerima
informasi yang jelas dan dapat dimengerti, layanan konseling HIV ini harus dilengkapi
dengan informasi dasar mengenai HIV dan AIDS.

4. Correct Test Result

Dalam prinsip ini, hasil tes konseling yang dikeluarkan haruslah akurat, tepat, dan
benar sesuai dengan standar pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hasil tes tersebut
harus segera dikomunikasikan kepada pasien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yang
berwenang.

5. Connections to care, treatment, and prevention services.

Prinsip ini merupakan prinsip yang menjamin hak hak pasien untuk dihubungkan ke
layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV yang didukung dengan
sistem rujukan yang baik dan terpantau

N. Model Layanan VCT


1. Mobile VCT (Penjangkauan dan Keliling)

Mobile VCT merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dengan


layanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela model penjangkauan dan keliling yang
menyasar ke sasaran kelompok beresiko. Hadirnya layanan VCT mobile ini sebagai daya
upaya perwujudan pemerataan test VCT kepada daerah-daerah atau tempat-tempat yang
masyarakatnya memiliki keterbatasan baik untuk mendapatkan dan mengakses informasi
dan keterbatasan untuk hadir ke tempat pemeriksaan VCT seperti klinik dan rumah sakit.
Model layanan VCT dalam bentuk mobile ini memiliki sasaran khusus seperti ibu hamil,
narapidana lapas maupun tenaga kerja di wilayah tertentu.

11
2. Statis VCT (Klinik VCT Tetap)
Pusat konseling dan testing HIV/AIDS sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan
dan sarana kesehatan lainnya. Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan,
perawatan, dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.

O. Tahap-Tahap dalam VCT


1. Pra-Konseling
- Klien memahami kegunaan, tujuan dan manfaat test HIV/AIDS.
- Klien dapat menilai risiko dan mengerti permasalahan dirinya sendiri.
- Klien dapat menurunkan tingkat ansietasnya.
- Klien dapat membuat rencana penyesuaian diri dari dalam kehidupannya.
- Klien dapat dan mampu memilih apakah ia akan melakukan tes HIV/ADS atau
tidak.

Dalam tahap ini, terdapat lima prinsip yang harus dipenuhi, diantaranya adalah adanya
motif dari klien, interpretasi hasil pemeriksaan, estimasi hasl, rencana ketika hasil
diperoleh dan pembuatan keputusan.

2. Deteksi HIV
- Tes HIV/AIDS harus bersifat sukarela dan rahasia.
- Sukrela dalam hal ini berarti seseorang yang akan melakukan test HIV/AIDS ini
melakukan persetujuan atas dasar kemauannya sendiri, dalam keadaan sadar dan tidak
dalam paksaan/ancaman dari pihak lain.
- Rahasia dalam hal ini berarti apapun yang ditunjukan oleh hasil test tersebut hanya
berhak diberitahu kepada orang yang bersangkutan, tidak dapat diwakilkan kepada
siapapun tidak terkecuali keluarga.
3. Pasca Tes HIV/AIDS
- Bagi klien yang menunjukan hasil positif maka wajib untuk mengetahui cara
menghindari penularan pada orang lain, dan mengatasi serta menjalani hidup secara
positif.
- Klien dapat memahami dan menerima hasil tes secara tepat.
- Klien dapat menurunkan masalah psikologis dan emosi karena hasil test.

12
- Bagi klien yang menunjukan hasil negatif, konseling pasca tes dilakukan dengan
tujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman cara mencegah infeksi HIV.

P. 5 Prinsip Konseling Pre Test, Test HIV dan Pasca Test HIV
1. 5 Prinsip Konseling Pre-Test
- Mengetahui motif klien melakukan test, apakah didasari oleh keinginannya sendiri
ataukah karena mendapatkan paksaan.
- Interpretasi Hasil
- Estimasi Hasil
- Perancangan mengenai tindakan selanjutnya apabila hasil test menunjukan negatif
maupun positif.
- Membuat keputusan apakah akan melakukan test atau tidak.
2. Test HIV/AIDS
- Counseling (konseling)
- Informed Consent (persetujuan)
- Confidentiality (kerahasiaan)
- Correct test (ketepatan hasil)
- Connection (rujukan)
3. Pasca Test HIV/AIDS
- Menilai situasi psikososial klien terkini
- Menilai kembali pemahaman klien
- Membacakan Hasil
- Dukung emosi klien
- Manajemen pemecahan masalah

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 pada tahun 2013 terkandung
amanat mengenai penanggulangan HIV/AIDS yang dapat dilakukan dengan konseling maupun
tes HIV sukarela (VCT). VCT itu sendiri merupakan sebuah metode atau proses konseling secara
sukarela atas kemauan individu yang bersangkutan. Secara garis besar, konseling HIV ini
memiliki keunikan yakni dibutuhkannya pengetahuan yang memadai tentang virus HIV itu
sendiri, lalu dibutukannya pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi,
membutuhkan pembahasan mengenai kematian, dibutuhkannya kepekaan konselor dalam
menghadapi perbedaan pendapat, dibutuhkannya keterampilan dalam berkomunikasi ketika
menyampaikan hasil test positif. Hal-hal ini bertujuan untuk menunjang dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip dalam test VCT, yakni; Counseling (konseling), Informed
Consent (persetujuan), Confidentiality (kerahasiaan), Correct test (ketepatan hasil) dan
Connection (rujukan). Praktik test VCT ini tentunya memiliki sasaran atau objek yang dituju,
diantaranya adalah ODHA, orang yang memiliki masalah akibat infeksi HIV, orang yang sedang
di test untuk HIV, keluarga dan teman dari orang yang terinfeksi HIV dan lainnya. Dalam
pelaksanaannya VCT memiliki dua model umum, yang pertama adalah Mobile VCT dimana
dalam pelaksanaannya dilakukan secara keliling dengan tujuan menjangkau daerah-daerah atau
tempat-tempat yang masyarakatnya memiliki keterbatasan seperti ibu hamil, narapidana lapas
maupun tenaga kerja di wilayah tertentu dan model statis VCT (klinik VCT tetap). Tahap-tahap
dalam pelaksanaan VCT ini juga dibagi kedalam tiga tahap yang berbeda, yakni pra-konseling,
deteksi HIV dan pasca tes HIV/AIDS.

Saran

Dalam data milik Kementrian Kesehatan Indonesia disebutkan bahwa kasus baru HIV positif
yang dilaporkan kembali pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus menurun dibanding tahun
sebelumnya, hal ini menunjukan perubahan positif dengan hadirnya VCT, namun masih ada
beberapa kelemahan dalam pelaksanaan VCT, yakni jumlah, waktu tunu dan sikap para konselor

14
yang belum memenuhi standard pelaksanaan VCT, juga sarana dan prasarana yang belum
memadai dan juga hambatan operasional seperti petugas belum mengikuti pelatihan yang
mempengaruhi kemampuan (skill) para petugas khususnya dalam konseling.

Diharapkan kedepannya pemerintah bisa menyediakan sarana dan prasarana demi menunjang
keberlangsungan pelaksanaan VCT di Indonesia. Juga tidak lupa untuk memberikan pelatihan
serta sosialisasi terhadap tenaga-tenaga kesehatan serta konselor yang akan berhadapan langsung
dengan klien sehingga prinsip dan tujuannya dapat terpenuhi dengan maksimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Scribd. Scribd. Published 2021. Accessed April 4, 2022.


https://id.scribd.com/embeds/404013401/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Harto F. 2021 VCT (Voluntary Counselling and Testing) DAN DASAR KONSELING
BAGI PASIEN DENGAN HIV / AIDS. Academia.edu.Accessed April 4, 2022.
https://www.academia.edu/42604241/VCT_Voluntary_Counselling_and_Testing_DAN_
DASAR_KONSELING_BAGI_PASIEN_DENGAN_HIV_AIDS

16

Anda mungkin juga menyukai