RASIONALITAS RESEP
GASTROINTESTINAL
Disusun oleh :
Kelompok 3
FAKULTAS FARMASI
2017
BAB 1
URAIAN PENYAKIT
GASTROINTESTINAL
A. Definis Gastrointestinal
yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir), submukosa, dan lapisan
dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Sistem
yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ lain seperti gigi,
lidah kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas. Saraf yang terlibat
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sistem ini selalu aman karena adanya nutrisi yang banyak. Portal masuknya
zat dari luar secara bebas ini mengakibatkan banyak penyakit pada sistem
pencernaan yang mengancam manusia. Gangguan atau kelainan yang
menyerang salah satu organ dari sistem pencernaan, maka fungsi sebagai
Gastrointestinal
B. Gangguan Gastrointestinal
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)
dan pankreas.
tidak bekerja dengan baik, dapat terjadi aliran balik dari isi lamung
waktu yang cukup lama, mukosa oesufagus dapat dirusak oleh asam
kepala dari tempat tidur dengan 10-15 cm. pengobatan terdiri dari
propulsiva).
perih.
dari suatu tukak usus yang agak jarang disebabkan oleh suatu tumor
3. Kanker esofagus
gorengan, dll).
4. Kanker pankreas
penyakit ini.
enzim dan protein toksis yang merusak mukosa. Selain itu dapat pula
dalam motilitas dan atau gangguan fungsi pylorus, isi lambung yang
tukak usus adalah rasa nyeri terbakar timbul lebih lambat, yakni 1-4
6. Kanker lambung
TNF-alfa.
dari usus besar dengan ciri motilitas dan sekresi lendir yang
terdiri dari diet kaya serat yang tak merangsang, juga sedativa dan
spasmolitika.
9. Diverticulosis
melalui bagian yang lemah dari lapisan otot, akibat tekanan kuat dari
lambung (peritonitis).
10. Polip-polip
12. Wasir
SKRINING RESEP
Resep 1
RUMAH SAKIT
WISNU HUSADA
e-mail : wisnuhusada@gmail.com
PATIKRAJA-BANYUMAS
Dokter : Rizka
R/ Tanggal : 21/10-17
Ranitidin No X
1-0-1
Omeprazol No V
0-1-0
Braxidin No IV
1x1
Scopma Plus No VI
2x1
Nasal Canul O2
Identitas pasien : Nn Dea
Umur : 15 tahun
Alamat : pegalongan
Identitaspasien :NySiti
a. Menggali Riwayat Pasien
b. Skrining Resep
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Tinggi Badan
14 Barat badan
15 Alamat pasien
16 Aturan pakai obat
17 Iter/tanda lain
Subscriptio
18 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap/tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena karena belum mencantumkan informasi
mengenai SIP dokter, kekuatan sediaan, berat badan dan tinggi badan pasien.
Cara pengatasan informasi penting tentang pasien bisa dikonfirmasi kepada
pasien langsung atau keluarga pasien, jika dibutuhkan dapat dikonfirmasikan
kepada dokter yang menuliskan resep. Kelengkapan resep sebaiknya
dilengkapi untuk mempermudah data administratif.
2. KESESUAIAN FARMASETIS
Aturan dan Cara aturan pakai obat scopma plus sesuai dengan umur pasien dan
3
Penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan mengkonfirmasikan kepada dokter
Inkompatibilitas -
5.
Dapat menanyakan langsung
Dosis dan Jumlah Tidak dicantumkannya berat
kepada pasien atau keluarga terkait
6 Obat badan pasien
berat badan pasien
3. PERTIMBANGAN KLINIS
1. Indikasi -
2. Kontraindikasi -
3. Interaksi -
4. Duplikasi - -
4. PERHITUNGAN DOSIS
A. Ranitidin
Dosis = 150 mg, 2 kali 1 hri
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis ranitidin dan didapatkan dosis 150mg dengan aturan pakai 2 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
B. Omeprazol
Dosis : 20 mg.
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis omeprazol dan didapatkan omeprazol 20mg dengan aturan pakai 1 kali
sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
C. Braxidin
Braxidin mengandung Braxidin Chlordiazepoxide 5 mg, clidinium Br 2.5 mg
Dosis yang tertera dalam kemasan Dewasa 3-4 tab/hr. Lansia & penderita yang
lemah Awal 1-2 tab/hr, ditingkatkan bertahap s/d dosis efektif.
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1tablet 1 kali sehari karena pasien masih
berumur 15 tahun dan diberikan dengan dosis awal terlebih dahulu.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
D. Scopma Plus
Scopma Plus mengandung Per Scopma Plus kapl Hyoscine-N-butylbromide 10
mg, paracetamol 500 mg.
Dosis yang tertera dalam kemasan . Dewasa 1-2 kapl 4 x/hr, anak 6-12 thn 1
kapl 3 x/hr. Scopma Plus Dewasa 1-2 kapl 3 x/hr. Maks: 6 kapl/hr.
Sehingga aturan pakai yang digunakan berbeda dengan yang tertera dalam resep
menjadi 1 tablet 3 kali sehari karena cocok dengan umur pasien.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan TIDAK SESUAI.
NamaObat Ranitidin
Interaksi Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi
ranitidin oleh saluran pencernaan apabila digunakan bersama
dengan propantheline bromide.
Ranitidin dapat menghambat metabolisme antikoagulan coumarin,
teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.
Ranitidin dapat mengganggu absorpsi obat-obatan yang tingkat
absorpsinya dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol, midazolam,
dan glipizida.
Bioavailabilitas ranitidin akan menurun jika digunakan bersama
dengan antasida.
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat.
K. Idikasi Penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidin
Dosis Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali
sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4-8 minggu, sampai 6
minggu pada dispepsia episodik kronis, dan sampai 8 minggu pada
tukak akibat AINS (pada tukak duodenum 300 mg dapat diberikan
dua kali sehari selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan
yang lebih tinggi); ANAK: (tukak lambung) 2-4 mg/kg bb 2 kali
sehari, maksimal 300 mg sehari. Tukak duodenum karena H. pylori,
lihat regimen dosis eradikasi. Untuk Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur malam
selama sampai 8 minggu, atau bila perlu sampai 12 minggu (sedang
sampai berat, 600 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi selama 12
minggu); pengobatan jangka panjang GERD, 150 mg 2 kali sehari.
Sindrom Zollinger-Ellison (lihat juga keterangan di atas), 150 mg 3
kali sehari; dosis sampai 6 g sehari dalam dosis terbagi.
Pemakaian Oral
Perhatian Hindarkan pada porfiria
Diare, Muntah-muntah, Sakit kepala, Insomnia, Vertigo, Ruam,
EfekSamping Konstipasi, Sakit perut, Sulit menelan, Urine tampak keruh, Bingung,
Berhalusinasi
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
NamaObat Omeprazol
Interaksi Penghambat pompa proton
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum
yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen
eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom
Zollinger Ellison.
K. Idikasi -
Dosis Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi
terapi AINS), 20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak
duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang berat
atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; pemeliharaan untuk
tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh
tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari
bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi
gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu
berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis pada pasien
dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi
gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg
sehari.
Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi.
Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran
lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).
Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis
aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi
kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi. Penyakit refluks
gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah
diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang
tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20
mg sekalis sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg
sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu
sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak
yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas 1 tahun, berat
badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi
20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari
jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus
diawali oleh dokter anak di rumah sakit. Anak. Neonatus 700 mcg/kg
bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14 hari menjadi
1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb
satu kali sehari; Usia 1 bulan-2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari,
ditingkatkan jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali
sehari; Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika
perlu menjadi 20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis
ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi);
Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu
menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif,
maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi). Eradikasi H. pylori pada
anak (dalam kombinasi dengan antibakteri, lihat 1.3): Usia 1-12 tahun,
1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg
satu kali sehari.
Pemakaian Oral
Perhatian Harap berhati-hati menggunakan omeprazole jika menderita
penyakit hati, penyakit jantung, mempunyai kadar kalsium tubuh
yang rendah atau gangguan tulang.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi omeprazole
jika mengalami kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, mual, dan per
Jika terjadi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis, ensefalopati
EfekSamping pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, bingung (sementara),
agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan
dilaporkan pada pemberian injeksi dosis tinggi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
NamaObat Braxidin
Komposisi Chlordiazepoxide 5 mg, clidinium Br 2.5 mg.
Indikasi Terapi ggn saraf otonom & somatik krn cemas.Terapi simptomatik
tukak lambung & usus 12 jari, hipersekresi & hipermotilitas sal cerna,
dispepsia nervosa, iritasi & spasme kolon, diskinesia empedu, spasme
& diskinesia ureter, sindroma iritasi usus, kolitis, diare, dismenore.
K. Idikasi Hipertrofi prostat & glaukoma.
Interaksi Simetidin, alkohol, SSP depresan lain.
Dosis Dewasa 3-4 tab/hr. Lansia & penderita yg lemah Awal 1-2 tab/hr,
ditingkatkan bertahap s/d dosis efektif.
Pemakaian Oral
Perhatian -
Gangguan mental & penglihatan, mengantuk, amnesia,
EfekSamping ketergantungan; retensi urin, hipotensi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
RUMAH SAKIT
WISNU HUSADA
e-mail : wisnuhusada@gmail.com
PATIKRAJA-BANYUMAS
Dokter : Rizka
R/ Tanggal : 21/10-17
Ranitidin 150 No X
1-0-1
Omeprazol 20 No V
0-1-0
Braxidin No IV
1x1
Scopma Plus No VI
3x1
Nasal Canul O2
Identitas pasien : Nn Dea
Umur : 15 tahun
Alamat : pegalongan
Identitaspasien :NySiti
Beratbadan :
Namadokter : dr.Pugud
Resep 2
RUMAH SAKIT
WISNU HUSADA
e-mail : wisnuhusada@gmail.com
PATIKRAJA-BANYUMAS
R/ Tanggal : 21/10-17
Omeprazol No XV
1x1
Tab Antasida No XX
2x1
Asam Mefenamat No XX
3x1
Neurodex No X
1x1
Flunarizin No X
1x1
Identitas pasien : Ny Rasni
Identitaspasien :NySiti
Beratbadan :
c. Menggali Riwayat Pasien
d. Skrining Resep
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Tinggi Badan
14 Barat badan
15 Alamat pasien
16 Aturan pakai obat
17 Iter/tanda lain
Subscriptio
18 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap/tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena karena belum mencantumkan informasi
mengenai SIP dokter, kekuatan sediaan, berat badan dan tinggi badan pasien.
Cara pengatasan informasi penting tentang pasien bisa dikonfirmasi kepada
pasien langsung atau keluarga pasien, jika dibutuhkan dapat dikonfirmasikan
kepada dokter yang menuliskan resep. Kelengkapan resep sebaiknya
dilengkapi untuk mempermudah data administratif.
2. KESESUAIAN FARMASETIS
Bentuk Sediaan - -
1.
Memilihkan kekuatan sediaan yang
Terdapat permasalahan yaitu
sesuai dengan umur pasien dan
2 Kekuatan Sediaan tidak tercantumnya kekuatan
konfirmasikan kepada dokter yang
sediaan pada resep tersebut.
bersangkutan.
Terdapat permasalahan yaitu
Perlu mengganti aturan pakai yang
Aturan dan Cara aturan pakai Antasida Doen
3 sesuai dan mengkonfirmasikan
Penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan
kepada dokter yang bersangkutan..
yang ada pada buku standar
Sediaan padat disimpan dalam suhu
Stabilitas - ruang (25-30C) dan terhindar dari
4
sinar matahari secara langsung.
Inkompatibilitas -
5
1. Indikasi -
Asam mefenamat tidak
Menghilangkan asam mefenamat,
2. Kontraindikasi dianjurkan untuk penderita
tetapi konfimrasikan kembali
tukak lambung karena dapat
kepada dokter yang bersangkutan.
memperparah penyakit
3. Interaksi -
4. Duplikasi - -
4. PERHITUNGAN DOSIS
A. Omeprazol
Dosis : 20 mg.
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis omeprazol dan didapatkan omeprazol 20mg dengan aturan pakai 1 kali
sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
B. Antasida Doen
Antasida Doen Mengandung Alluminium Hidroksida : 200 mg dan Magnesium
Hidroksida : 200 mg
Dosis yang tertera dalam kemasan : 3 4 kali sehari 1 2 tablet atau 1 2
sendok takar suspensi
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1 tablet 3 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan TIDAK SESUAI
C. Asam Mefenamat
Dosis : 500 mg
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis asam mefenamat dan didapatkan asam mefenamat 500mg dengan aturan
pakai 3 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
Tetapi dalam resep ini kami merekomendasikan asam mefenamat tidak
digunakan karena akan memperparah penyakit tukak lambung yang di dertita
pasien (konfirmasikan kembali kepada dokter yang bersangkutan).
D. Neuradex
Braxidin mengandung Vitamin B1 mononitrate 100 mg, Vitamin B6 HCl 200
mg, Vitamin B12 200 mcg.
Dosis yang tertera dalam kemasan 1 tablet sehari.
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1tablet 1 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
E. Flunaizin
Dosis : 10 mg
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis flunaizin dan didapatkan flunaizin 10mg dengan aturan pakai 1 kali sehari
diberikan pada malam hari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
5.KARAKTERISTIK OBAT YANG DI DAPAT SEKARANG ATAU DALAM
RESEP
NamaObat Omeprazol
Interaksi Penghambat pompa proton
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum
yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen
eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom
Zollinger Ellison.
K. Idikasi -
Dosis Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi
terapi AINS), 20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak
duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang berat
atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; pemeliharaan untuk
tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh
tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari
bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi
gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu
berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis pada pasien
dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi
gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg
sehari.
Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi.
Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran
lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).
Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis
aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi
kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi. Penyakit refluks
gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah
diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang
tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20
mg sekalis sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg
sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu
sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak
yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas 1 tahun, berat
badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi
20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari
jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus
diawali oleh dokter anak di rumah sakit. Anak. Neonatus 700 mcg/kg
bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14 hari menjadi
1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb
satu kali sehari; Usia 1 bulan-2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari,
ditingkatkan jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali
sehari; Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika
perlu menjadi 20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis
ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi);
Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu
menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif,
maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi). Eradikasi H. pylori pada
anak (dalam kombinasi dengan antibakteri, lihat 1.3): Usia 1-12 tahun,
1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg
satu kali sehari.
Pemakaian Oral
Perhatian Harap berhati-hati menggunakan omeprazole jika menderita
penyakit hati, penyakit jantung, mempunyai kadar kalsium tubuh
yang rendah atau gangguan tulang.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi omeprazole
jika mengalami kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, mual, dan per
Jika terjadi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis, ensefalopati
EfekSamping pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, bingung (sementara),
agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan
dilaporkan pada pemberian injeksi dosis tinggi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
NamaObat Neuradex
Komposisi Vitamin B1 mononitrate 100 mg
Vitamin B6 HCl 200 mg
Vitamin B12 200 mcg
Indikasi Untuk pengobatan kekurangan vitamin B1, B6, dan B12, seperti pada
polineuritis.
K. Idikasi Hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Interaksi -
Dosis 1 tablet sehari, atau menurut petunjuk dokter.
Pemakaian Oral
Perhatian Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien yang sedang menerima terapi
levodopa.
Pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu lama dapat
EfekSamping menyebabkan sindrom neuropati.
NamaObat Flunarizin
Komposisi -
Indikasi Mengatasi gejala vertigo akibat gangguan pada sistem vestibuler
(vetigo perifer), serta profilaksis migraine.
K. Idikasi Flunarizine tidak boleh diberikan pada pasien dengan alergi terhadap
flunarizine, pasien dengan riwayat depresi atau memiliki gejala-gejala
gangguan ekstrapiramidal.
Interaksi -
Dosis 10 mg diberikan pada malam hari pada pasien dengan usia < 65 tahun
dan 5 mg pada pasien dengan usia > 65 tahun. Apabila selama terapi
timbul efek depresi, gejala ekstrapiramidal, atau gejala-gejala lainnya
maka pemberian obat ini harus dihentikan.
Pemakaian Oral
Perhatian Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil, atau
menyusui, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi flunarizin.
Sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan
alat berat saat mengonsumsi flunarizin karena obat ini
menyebabkan kantuk.
Harap berhati-hati bagi yang sedang mengalami gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi gerak tubuh, penyakit Parkinson, atau
pernah mengalami depresi.
Hindari konsumsi minuman beralkohol, karena bisa memicu rasa
kantuk berlebihan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Pada pemberian obat ini dapat timbul efek samping berupa lelah,
EfekSamping peningkatan berat badan dan peningkatan nafsu makan. Beberapa efek
samping lainnya dilaporkan timbul pada penggunaan kronik
flunarizine seperti : depresi dan gejala-gejala ekstrapiramidal.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
6. USULAN RESEP
RUMAH SAKIT
WISNU HUSADA
e-mail : wisnuhusada@gmail.com
PATIKRAJA-BANYUMAS
R/ Tanggal : 21/10-17
Omeprazol 20 No XV
1x1
Tab Antasida No XX
3x1
Neurodex No X
1x1
Flunarizin 10 No X
1x1
Identitas pasien : Ny Rasni
Identitaspasien :NySiti
Beratbadan :
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11, UBM Medica
Asia, Jakarta
Tjay, T. H., dan Kirana R., 2013, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya, PT Elex Gramedia Kompuindo: Jakarta