Anda di halaman 1dari 34

ILMU RESEP LANJUTAN

RASIONALITAS RESEP

GASTROINTESTINAL

Disusun oleh :

Kelompok 3

Iffa Fellasyifa 1408010173

Ayu Listia Ningsih 1408010174

Maydiana Putri Utami 1408010175

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
BAB 1

URAIAN PENYAKIT

GASTROINTESTINAL

A. Definis Gastrointestinal

Gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ muskular berongga

yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir), submukosa, dan lapisan

otot. Sistem gastrointestinal dan organ aksesoris memperoleh aliran darah

sekitar 25 30 % dari kardiak output. Saluran gastrointestinal adalah jalur

panjang yang total panjangnya mencapai 23 sampai 26 kaki, yang berjalan

dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Sistem

pencernaan terdiri dari saluran pencernaan meliputi tuba muskular panjang

yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ lain seperti gigi,

lidah kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas. Saraf yang terlibat

dalam mengendalikan sistem gastrointestinal melibatkan saraf autonom saraf

parasimpatis dan simpatis.

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ

dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah

serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan

sisa proses tersebut dari tubuh.

Fungsi utamanya sebagai pencernaan nutrisi tubuh. Namun bukan berarti

sistem ini selalu aman karena adanya nutrisi yang banyak. Portal masuknya

zat dari luar secara bebas ini mengakibatkan banyak penyakit pada sistem
pencernaan yang mengancam manusia. Gangguan atau kelainan yang

menyerang salah satu organ dari sistem pencernaan, maka fungsi sebagai

penyerap pengolah makanan akan mengalami gangguan pulaGangguan

Gastrointestinal

B. Gangguan Gastrointestinal

Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan

atau pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan

penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus

(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)

dan pankreas.

Klasifikasi gastrointestinal dibagi menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas

seperti gangguan nafsu makan, mual muntah dan Gastronitestinal bawah

yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan gastrointestinal yang termasuk

yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan usus, neoplasma intestinal

dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan hepatik dan billiaris.

1. Radang kerongkongan (oesophagitis)

Kerongkongan tahan terhadap ludah, tetapi peka terhadap getah

lambung dan getah duodenum, bila otot penutup cardia ( di

permukaan lambung) tidak menutup dengan sempurna dan peristaltik

tidak bekerja dengan baik, dapat terjadi aliran balik dari isi lamung

ke oesofagus. Bila reflux ini berlangsung sering atau untuk jangka

waktu yang cukup lama, mukosa oesufagus dapat dirusak oleh asam

lambung-pepsin, (Luka (erosi) yang ditimbulkan berubah menjadi

radang dan akhirnya bahkan dapat berkembang menjadi tukak.


Gejala penyakit ini berupa perasaan terbakar (pyrosis, heartburn)

dan perih di belakang tulag dada, yang disebabkan karena luka-luka

mukosa bersentuhan dengan makanan atau minuman yang

merangsang (alkohol, sari buah, minuman bersoda). Timbul pula rasa

asam atau pahit di mulut akibat mengalirnya kembali isi lambung

(reflux). Sebagai reaksi terhadap rangsangan asam itu pada mukosa

oesofagus secara otomatis akan timbul sekresi ludah. Sifat alkalis

dari ludah selanjutnya akan menetralkan keasaman getah lambung.

Akan tetapi bila refluxnya terlalu banyak mekanisme perlindungan

tersebut tidak mencukupi.

Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah menaikkan bagian

kepala dari tempat tidur dengan 10-15 cm. pengobatan terdiri dari

zat-zat yang menetralkan asam lambung (antasda), obat penghambat

produksi asam (H2-blockers dan penghambat pompa-proton) atau

obat yang menstimulasi peristaltik lambung (prokinetika,

propulsiva).

2. Radang lambung (gastritis)

Bila mukosa lambung seringkali atau dalam waktu yang cukup

lama bersentuhan dengan aliran balik getah duodenum yang bersifat

alkalis, peradangan sangat mungkin terjadi dan akhirnya dapat

berubah menjadi tukak lambung. Hal ini disebabkan karena

mekanisme penutupan pylorus tidak bekerja dengan sempurna, seh

ingga terjadi refluks tersebut. Mukosa lambung dikikis oleh garam-

garam empedu dan lysolesitin (dengan kerja detergens). Akibatnya


akan timbul luka-luka mikro, sehingga getah lambung dapat meresap

ke jaringan-jaringan dalam lambung dan menyebabkan perasaan

perih.

Penyebab lain adalah hipersekresi asam sehingga dinding

lambung dirangsang secara kontinu dan akhirnya dapat terjadi

gastritis dan tukak. Sekresi berlebihan bisa merupakan efek samping

dari suatu tukak usus yang agak jarang disebabkan oleh suatu tumor

di pankreas. Akhirnya gastritis dapat pula disebabkan oleh turunnya

daya tangkis mukosa, yang dalam keadaan sehat sangat tahan

terhadap sifat dari HCl-pepsin.

Gejala-gejala umunya tidak ada atau kurang nampak, terkadang

dapat berupa gangguan pada pencernaan (indigesti, dispepsia), nyeri

lambung dan muntah-muntah akibat erosi kecil di selaput lendir.

Terkadang dapat terjadi pendarahan.

Penanganan hanya dengan menghindari penyebab-penyebab yang

dapat menimbulkn radang lambung, serta makaan yang merangsang

asam lambung juga dihindari. Pengobatan spesifik tidak diperlukan,

namun dapat diberikan H2-blockers untuk mengurangi sekresi asam.

3. Kanker esofagus

Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan

penuh di perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan

beberapa kondisi lain. Gejala-gejala ini dapat dengan mudah

dihubungkan dengan konsumsi tipe makanan tertentu (pedas,

gorengan, dll).
4. Kanker pankreas

Penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung atau

epigastrik adalah triad gejala yang umum terjadi pada penderita

penyakit ini.

5. Tukak lambung-usus (ulcus pepticum)

Tukak lambung dapat disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori

dengan peradangan dan kerusakan sebagai penyebab utamanya.

Helicobacter pylori memproduksi urease berbentuk spiral dengan 4-6

benang cambbuk yang mengikatkan diri pada bagian dalam selaput

lendir. Bila kuman memperbanyak diri terbentuklah sangat banyak

enzim dan protein toksis yang merusak mukosa. Selain itu dapat pula

disebabkan oleh terdapatnya gastritis kronis, gangguan motilitas

lambung khususnya terhambat peristaltik dan pengosongan lambung,

dan stress atau ketegangan psikis dan emosional yang menyebabkan

produksi kortisol berlebihan dan merokok. Gejala pada tukak

lambung berupa perasaan terbakar dan perih lambung 15-60 menit

setelah makan, hingga memancar ke punggung.

Tukak usus terjadi akibat hiperaktivitas lambung, gangguan

dalam motilitas dan atau gangguan fungsi pylorus, isi lambung yang

asam dapat diteruskan ke usus terlampau cepat dan dalam jumlah

berlebih. Bila mukosa duodenum untuk jangka waktu lama

bersentuhan dengan asam tersebut, timbullah radang usus halus

(duodeniti dan kemudian tukak duodenum. \ pada patogenesis tukak

usus, asam lambung memegang peranan utama. Lazimnya tukak usus


disertai hiperaciditas di bagian produksimal duodenum. Gejala pada

tukak usus adalah rasa nyeri terbakar timbul lebih lambat, yakni 1-4

jam setelah makan. Sebagai komplikasi dapat terjadi pendarahan dan

perforasi (terbentuknya lubang pada dinding mukosa).

Pengobatan lazimnya dilakukan dengan sejumlah obat yang

hanya bekerja simptomatis, yakni meringankan gejala-gejalanya

dengan jalan menurunkan keasaman isi lambung (antasida, H2-

blockers, penghambat pompa-proton, antikolinergika) atau obat yang

menutupi tukak dengan lapisan pelindung (bismut).

6. Kanker lambung

Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna.

Helicobacter pylori dapat pula menyebabkan gangguan ini. Kanker

lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan

perasaan gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang

dengan mud ah dikaitkan dengan kegagalan lambung.

7. Peradangan usus kronis

Pada penyakit ini dikenal dua penyakit autoimun kronis yaitu p.

Chron dan colitis ulcerosa.

a P.Chorn berupa radang mukosa dari usus halus bagian akhir

(ileum). Gejala dari gangguan ini adalah demam, nyeri perut

dan diare. Seringkali menghinggapi penderita dewasa dan

kalangan remaja. Bila terjadi ulerasi hebat bagian usus yang

bersangkutan perlu diangkat dengan pembedahan.

Pengobatan dilakukan dengan imunosupresiva (kortikoida


sikloserin, azatioprin, MTS), obat anti radang dan antagonis

TNF-alfa.

b Colitis ulcerosa berupa radang mukosa usus besar bagian

akhir dekat rektum. Gejala gangguan penyakit ini adalah diare

hebat disertai pendarahan, demam, mual, muntah, anemia dan

penderita menjadi kurus dengan cepat. Bila terjadi perforasi

perlu dilakukan pembedahan. Pengobatannya juga dengan

kortikoida, salazoprin, 5-ASA dan azatioprin.

8. Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Merupakan nama gabungan untuk segala gangguan fungsional

dari usus besar dengan ciri motilitas dan sekresi lendir yang

meningkat dengan kontraksi spatis tak menentu. Disebabkan oleh

diet miskin serat, laksansia berlebihan dan stres psikis. Gejalanya

berupa perut kembung, nyeri perut dengan kejang, obstipasi diselingi

diare, usus berbunyi dan banyak buang angin (flatus). Pengobatannya

terdiri dari diet kaya serat yang tak merangsang, juga sedativa dan

spasmolitika.

9. Diverticulosis

Diverticula adalah penonjolan-penonjolan lapisan mukosa usus

melalui bagian yang lemah dari lapisan otot, akibat tekanan kuat dari

dalam lumen. Seringkali timbul pada colon, terutama di bagian

sigmod. Penyebab tidak diketahui, namun ada hubungannya dengan

makanan rendah serat. Peradangan diverticula dapat mengakibatkan


perforasi usus, terbentuknya abses sampai peradangan selaput

lambung (peritonitis).

Penanganan diverticula tanpa komplikasi berupa diet serat dan

bila perlu bersama dengan pencahar. Pengobatan terdiri dari

antibiotikum cefalosporin atau gentamisin dan metronidazol.

10. Polip-polip

Merupakan benjolan ke dalam rongga usus dari beberapa mm

(milimeter) sampai beberapa cm (centi meter) di permukaan mukosa

usus dengan potensial berkembang menjadi kanker usus besar

(rektum). Penanganannya berupa diet berserat dan rendah lemak.

11. Kanker kolorektal

Kanker kolorektal dapat menyebabkan perubahan dalam defekasi,

darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan

fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal merupakan keluhan

utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker kolorektal.

12. Wasir

Wasir adalah pembengkakan atau peradangan pembuluh darah

disekitar anus dan bagian rektum bawah. Gangguan ini menyebabkan

pendarahan dari rektum dan pruritusani. Penanganan tergantung dari

parahnya gangguan dan dapat berupa injeksi dengan suatu zat

pengeras (sclerotic) seperti fenol atau pembedahan. Pengobatannya

secara swamedikasi dapat dengan salep atau piltaruh yang berisi

antiseptikum, zat penciut dan zat anti radang.


BAB II

SKRINING RESEP

Resep 1

RUMAH SAKIT

WISNU HUSADA

Jl Raya Notog Mt 200

Telp. (0281) 6844850 Fax (0281) 6844886

e-mail : wisnuhusada@gmail.com

PATIKRAJA-BANYUMAS

Dokter : Rizka

R/ Tanggal : 21/10-17

Ranitidin No X

1-0-1

Omeprazol No V

0-1-0

Braxidin No IV

1x1

Scopma Plus No VI

2x1

Nasal Canul O2


Identitas pasien : Nn Dea

Umur : 15 tahun

Alamat : pegalongan


Identitaspasien :NySiti
a. Menggali Riwayat Pasien

No. Kriteria Keterangan


1 Data Pasien Nama : Nn, Dea
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Pegalongan
No. HP : -
BB/TB : -
Pekerjaaan : -
Kondisi : -
2 Riwayat Penyakit Penyakit yang pernah diderita :-
Keluhan sekarang :-
Data Laboratorium :-
Diagnosis dokter : -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

b. Skrining Resep

1) Administratif (Kelengkapan Resep)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Tinggi Badan
14 Barat badan
15 Alamat pasien
16 Aturan pakai obat
17 Iter/tanda lain
Subscriptio
18 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap/tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena karena belum mencantumkan informasi
mengenai SIP dokter, kekuatan sediaan, berat badan dan tinggi badan pasien.
Cara pengatasan informasi penting tentang pasien bisa dikonfirmasi kepada
pasien langsung atau keluarga pasien, jika dibutuhkan dapat dikonfirmasikan
kepada dokter yang menuliskan resep. Kelengkapan resep sebaiknya
dilengkapi untuk mempermudah data administratif.

2. KESESUAIAN FARMASETIS

No Kriteria Permasalahan Penanganan


Memilihkan bentuk sediaan yang
Terdapat permasalahan yaitu sesuai dengan umur pasien dan
Bentuk Sediaan tidak tercantumnya bentuk menanyakan kepada pasien apakah
1.
sediaan pada resep tersebut. pasien dapat meminum obat dalam
bentuk sediaan yang diberikan
Memilihkan kekuatan sediaan yang
Terdapat permasalahan yaitu
sesuai dengan umur pasien dan
2 Kekuatan Sediaan tidak tercantumnya kekuatan
konfirmasikan kepada dokter yang
sediaan pada resep tersebut.
bersangkutan.

Terdapat permasalahan yaitu Perlu mengganti aturan pakai yang

Aturan dan Cara aturan pakai obat scopma plus sesuai dengan umur pasien dan
3
Penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan mengkonfirmasikan kepada dokter

yang ada pada buku standar. yang bersangkutan.

Sediaan padat disimpan dalam suhu


Stabilitas - ruang (25-30C) dan terhindar dari
4.
sinar matahari secara langsung.

Inkompatibilitas -
5.
Dapat menanyakan langsung
Dosis dan Jumlah Tidak dicantumkannya berat
kepada pasien atau keluarga terkait
6 Obat badan pasien
berat badan pasien

3. PERTIMBANGAN KLINIS

No Kriteria Permasalahan Penanganan

1. Indikasi -

2. Kontraindikasi -

3. Interaksi -

4. Duplikasi - -

Menanyakan langsung pada pasien


5. Alergi Tidak ada keterangan bahwa atau keluarga apakah pasien
pasien alergi terhadap obat mempunyai alergi terhadap obat
dalam resep. tertentu
Dapat menanyakan langsung
Tidak dicantumkannya berat
6. Dosis dan Waktu kepada pasien atau keluarga terkait
badan pasien
Penggunaan Obat berat badan pasien

4. PERHITUNGAN DOSIS

A. Ranitidin
Dosis = 150 mg, 2 kali 1 hri
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis ranitidin dan didapatkan dosis 150mg dengan aturan pakai 2 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
B. Omeprazol
Dosis : 20 mg.
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis omeprazol dan didapatkan omeprazol 20mg dengan aturan pakai 1 kali
sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
C. Braxidin
Braxidin mengandung Braxidin Chlordiazepoxide 5 mg, clidinium Br 2.5 mg
Dosis yang tertera dalam kemasan Dewasa 3-4 tab/hr. Lansia & penderita yang
lemah Awal 1-2 tab/hr, ditingkatkan bertahap s/d dosis efektif.
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1tablet 1 kali sehari karena pasien masih
berumur 15 tahun dan diberikan dengan dosis awal terlebih dahulu.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
D. Scopma Plus
Scopma Plus mengandung Per Scopma Plus kapl Hyoscine-N-butylbromide 10
mg, paracetamol 500 mg.
Dosis yang tertera dalam kemasan . Dewasa 1-2 kapl 4 x/hr, anak 6-12 thn 1
kapl 3 x/hr. Scopma Plus Dewasa 1-2 kapl 3 x/hr. Maks: 6 kapl/hr.
Sehingga aturan pakai yang digunakan berbeda dengan yang tertera dalam resep
menjadi 1 tablet 3 kali sehari karena cocok dengan umur pasien.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan TIDAK SESUAI.

5.KARAKTERISTIK OBAT YANG DI DAPAT SEKARANG ATAU DALAM


RESEP

NamaObat Ranitidin
Interaksi Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi
ranitidin oleh saluran pencernaan apabila digunakan bersama
dengan propantheline bromide.
Ranitidin dapat menghambat metabolisme antikoagulan coumarin,
teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.
Ranitidin dapat mengganggu absorpsi obat-obatan yang tingkat
absorpsinya dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol, midazolam,
dan glipizida.
Bioavailabilitas ranitidin akan menurun jika digunakan bersama
dengan antasida.
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat.
K. Idikasi Penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidin
Dosis Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali
sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4-8 minggu, sampai 6
minggu pada dispepsia episodik kronis, dan sampai 8 minggu pada
tukak akibat AINS (pada tukak duodenum 300 mg dapat diberikan
dua kali sehari selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan
yang lebih tinggi); ANAK: (tukak lambung) 2-4 mg/kg bb 2 kali
sehari, maksimal 300 mg sehari. Tukak duodenum karena H. pylori,
lihat regimen dosis eradikasi. Untuk Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur malam
selama sampai 8 minggu, atau bila perlu sampai 12 minggu (sedang
sampai berat, 600 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi selama 12
minggu); pengobatan jangka panjang GERD, 150 mg 2 kali sehari.
Sindrom Zollinger-Ellison (lihat juga keterangan di atas), 150 mg 3
kali sehari; dosis sampai 6 g sehari dalam dosis terbagi.
Pemakaian Oral
Perhatian Hindarkan pada porfiria
Diare, Muntah-muntah, Sakit kepala, Insomnia, Vertigo, Ruam,
EfekSamping Konstipasi, Sakit perut, Sulit menelan, Urine tampak keruh, Bingung,
Berhalusinasi
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Omeprazol
Interaksi Penghambat pompa proton
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum
yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen
eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom
Zollinger Ellison.
K. Idikasi -
Dosis Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi
terapi AINS), 20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak
duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang berat
atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; pemeliharaan untuk
tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh
tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari
bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi
gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu
berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis pada pasien
dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi
gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg
sehari.
Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi.
Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran
lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).
Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis
aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi
kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi. Penyakit refluks
gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah
diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang
tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20
mg sekalis sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg
sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu
sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak
yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas 1 tahun, berat
badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi
20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari
jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus
diawali oleh dokter anak di rumah sakit. Anak. Neonatus 700 mcg/kg
bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14 hari menjadi
1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb
satu kali sehari; Usia 1 bulan-2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari,
ditingkatkan jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali
sehari; Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika
perlu menjadi 20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis
ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi);
Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu
menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif,
maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi). Eradikasi H. pylori pada
anak (dalam kombinasi dengan antibakteri, lihat 1.3): Usia 1-12 tahun,
1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg
satu kali sehari.
Pemakaian Oral
Perhatian Harap berhati-hati menggunakan omeprazole jika menderita
penyakit hati, penyakit jantung, mempunyai kadar kalsium tubuh
yang rendah atau gangguan tulang.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi omeprazole
jika mengalami kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, mual, dan per
Jika terjadi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis, ensefalopati
EfekSamping pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, bingung (sementara),
agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan
dilaporkan pada pemberian injeksi dosis tinggi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Braxidin
Komposisi Chlordiazepoxide 5 mg, clidinium Br 2.5 mg.
Indikasi Terapi ggn saraf otonom & somatik krn cemas.Terapi simptomatik
tukak lambung & usus 12 jari, hipersekresi & hipermotilitas sal cerna,
dispepsia nervosa, iritasi & spasme kolon, diskinesia empedu, spasme
& diskinesia ureter, sindroma iritasi usus, kolitis, diare, dismenore.
K. Idikasi Hipertrofi prostat & glaukoma.
Interaksi Simetidin, alkohol, SSP depresan lain.
Dosis Dewasa 3-4 tab/hr. Lansia & penderita yg lemah Awal 1-2 tab/hr,
ditingkatkan bertahap s/d dosis efektif.
Pemakaian Oral
Perhatian -
Gangguan mental & penglihatan, mengantuk, amnesia,
EfekSamping ketergantungan; retensi urin, hipotensi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Scopma/Scopma Plus


Komposisi . Per Scopma Plus kapl Hyoscine-N-butylbromide 10 mg,
paracetamol 500 mg.
Indikasi Spasme sal GI & kemih kelamin. Pencegahan & penanganan spasme
dismenore. Scopma Plus: Nyeri paroksismal lambung atau peny usus
halus; nyeri spastik sal empedu, sal kemih, & organ genital pd wanita.
K. Idikasi Porfiria, glaukoma, hipertrofi prostat dg kecenderungan retensi urin,
stenosis mekanis pd GI, takikardi, megakolon. Gangguan fungsi hati
(untuk Scopma Plus).
Interaksi Scopma: Antihistamin, antidepresan, kuinidin, disopiramid, alkohol,
antidepresan, analgesik narkotik, sedatif/hipnotik, Kalium
klorida.Scopma Plus: Obat hipnotik, anti epilepsi (glutetimid,
fenobarbital, fenitoin, karbamazepin), rifampisin, alkohol,
propantelin, metoklopramid, kloramfenikol.
Dosis Dewasa 1-2 kapl 4 x/hr, anak 6-12 thn 1 kapl 3 x/hr. Scopma Plus
Dewasa 1-2 kapl 3 x/hr. Maks: 6 kapl/hr.
Pemakaian Oral
Perhatian Gangguan fungsi ginjal, sindrom Gilbert. Hamil, laktasi. Lansia,
gangguan jantung, kolitis ulseratif, ileus paralitik, stenosis pilorik.
Hindari minuman beralkohol.
Kekeringan pd mulut & kulit, konstipasi, palpitasi, semburat panas &
EfekSamping kemerahan pd wajah, aritmia jantung, bradikardi, takikardi, reaksi
paradoksikal, ggn penglihatan. Kerusakan hati (pd pemberian Scopma
Plus dosis besar).
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
6. USULAN RESEP

RUMAH SAKIT

WISNU HUSADA

Jl Raya Notog Mt 200

Telp. (0281) 6844850 Fax (0281) 6844886

e-mail : wisnuhusada@gmail.com

PATIKRAJA-BANYUMAS

Dokter : Rizka

R/ Tanggal : 21/10-17

Ranitidin 150 No X

1-0-1

Omeprazol 20 No V

0-1-0

Braxidin No IV

1x1

Scopma Plus No VI

3x1

Nasal Canul O2


Identitas pasien : Nn Dea

Umur : 15 tahun

Alamat : pegalongan


Identitaspasien :NySiti

Beratbadan :

Namadokter : dr.Pugud
Resep 2

RUMAH SAKIT

WISNU HUSADA

Jl Raya Notog Mt 200

Telp. (0281) 6844850 Fax (0281) 6844886

e-mail : wisnuhusada@gmail.com

PATIKRAJA-BANYUMAS

Dokter : dr Ria Anggoro, Sp.DA

R/ Tanggal : 21/10-17

Omeprazol No XV

1x1

Tab Antasida No XX

2x1

Asam Mefenamat No XX

3x1

Neurodex No X

1x1

Flunarizin No X

1x1


Identitas pasien : Ny Rasni

Umur :51 tahun

Alamat : jatisaba 2/4 Cilongok


Identitaspasien :NySiti

Beratbadan :
c. Menggali Riwayat Pasien

No. Kriteria Keterangan


1 Data Pasien Nama : Ny Rasni
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : : jatisaba 2/4 Cilongok
No. HP : -
BB/TB : -
Pekerjaaan : -
Kondisi : -
2 Riwayat Penyakit Penyakit yang pernah diderita :-
Keluhan sekarang :-
Data Laboratorium :-
Diagnosis dokter : -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

d. Skrining Resep

1) Administratif (Kelengkapan Resep)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Tinggi Badan
14 Barat badan
15 Alamat pasien
16 Aturan pakai obat
17 Iter/tanda lain
Subscriptio
18 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap/tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena karena belum mencantumkan informasi
mengenai SIP dokter, kekuatan sediaan, berat badan dan tinggi badan pasien.
Cara pengatasan informasi penting tentang pasien bisa dikonfirmasi kepada
pasien langsung atau keluarga pasien, jika dibutuhkan dapat dikonfirmasikan
kepada dokter yang menuliskan resep. Kelengkapan resep sebaiknya
dilengkapi untuk mempermudah data administratif.

2. KESESUAIAN FARMASETIS

No Kriteria Permasalahan Penanganan

Bentuk Sediaan - -
1.
Memilihkan kekuatan sediaan yang
Terdapat permasalahan yaitu
sesuai dengan umur pasien dan
2 Kekuatan Sediaan tidak tercantumnya kekuatan
konfirmasikan kepada dokter yang
sediaan pada resep tersebut.
bersangkutan.
Terdapat permasalahan yaitu
Perlu mengganti aturan pakai yang
Aturan dan Cara aturan pakai Antasida Doen
3 sesuai dan mengkonfirmasikan
Penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan
kepada dokter yang bersangkutan..
yang ada pada buku standar
Sediaan padat disimpan dalam suhu
Stabilitas - ruang (25-30C) dan terhindar dari
4
sinar matahari secara langsung.

Inkompatibilitas -
5

Dapat menanyakan langsung


Dosis dan Jumlah Tidak dicantumkannya berat
kepada pasien atau keluarga terkait
6 Obat badan pasien
berat badan pasien
3. PERTIMBANGAN KLINIS

No Kriteria Permasalahan Penanganan

1. Indikasi -
Asam mefenamat tidak
Menghilangkan asam mefenamat,
2. Kontraindikasi dianjurkan untuk penderita
tetapi konfimrasikan kembali
tukak lambung karena dapat
kepada dokter yang bersangkutan.
memperparah penyakit

3. Interaksi -

4. Duplikasi - -

Menanyakan langsung pada pasien


5. Alergi Tidak ada keterangan bahwa atau keluarga apakah pasien
pasien alergi terhadap obat mempunyai alergi terhadap obat
dalam resep. tertentu
Dapat menanyakan langsung
Tidak dicantumkannya berat
6. Dosis dan Waktu kepada pasien atau keluarga terkait
badan pasien
Penggunaan Obat berat badan pasien

4. PERHITUNGAN DOSIS

A. Omeprazol
Dosis : 20 mg.
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis omeprazol dan didapatkan omeprazol 20mg dengan aturan pakai 1 kali
sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
B. Antasida Doen
Antasida Doen Mengandung Alluminium Hidroksida : 200 mg dan Magnesium
Hidroksida : 200 mg
Dosis yang tertera dalam kemasan : 3 4 kali sehari 1 2 tablet atau 1 2
sendok takar suspensi
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1 tablet 3 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan TIDAK SESUAI
C. Asam Mefenamat
Dosis : 500 mg
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis asam mefenamat dan didapatkan asam mefenamat 500mg dengan aturan
pakai 3 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
Tetapi dalam resep ini kami merekomendasikan asam mefenamat tidak
digunakan karena akan memperparah penyakit tukak lambung yang di dertita
pasien (konfirmasikan kembali kepada dokter yang bersangkutan).
D. Neuradex
Braxidin mengandung Vitamin B1 mononitrate 100 mg, Vitamin B6 HCl 200
mg, Vitamin B12 200 mcg.
Dosis yang tertera dalam kemasan 1 tablet sehari.
Sehingga aturan pakai yang digunakan 1tablet 1 kali sehari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
E. Flunaizin
Dosis : 10 mg
Dalam resep pasien tidak diberikan kekuatan sediaan sehingga kami mencari
dosis flunaizin dan didapatkan flunaizin 10mg dengan aturan pakai 1 kali sehari
diberikan pada malam hari.
Jadi aturan pakai yang ada dalam resep yang diberikan SESUAI.
5.KARAKTERISTIK OBAT YANG DI DAPAT SEKARANG ATAU DALAM
RESEP

NamaObat Omeprazol
Interaksi Penghambat pompa proton
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum
yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen
eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom
Zollinger Ellison.
K. Idikasi -
Dosis Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi
terapi AINS), 20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak
duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang berat
atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; pemeliharaan untuk
tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh
tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari
bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi
gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu
berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis pada pasien
dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi
gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg
sehari.
Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi.
Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran
lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).
Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis
aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi
kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi. Penyakit refluks
gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah
diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang
tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20
mg sekalis sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg
sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu
sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak
yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas 1 tahun, berat
badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi
20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari
jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus
diawali oleh dokter anak di rumah sakit. Anak. Neonatus 700 mcg/kg
bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14 hari menjadi
1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb
satu kali sehari; Usia 1 bulan-2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari,
ditingkatkan jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali
sehari; Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika
perlu menjadi 20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis
ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi);
Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu
menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif,
maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi). Eradikasi H. pylori pada
anak (dalam kombinasi dengan antibakteri, lihat 1.3): Usia 1-12 tahun,
1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg
satu kali sehari.
Pemakaian Oral
Perhatian Harap berhati-hati menggunakan omeprazole jika menderita
penyakit hati, penyakit jantung, mempunyai kadar kalsium tubuh
yang rendah atau gangguan tulang.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi omeprazole
jika mengalami kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, mual, dan per
Jika terjadi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis, ensefalopati
EfekSamping pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, bingung (sementara),
agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan
dilaporkan pada pemberian injeksi dosis tinggi.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Antasida Doen


Komposisi Alluminium Hidroksida : 200 mg dan Magnesium Hidroksida : 200
mg
Interaksi Antasida doen dapat bereaksi dengan obat lain (misalnya, digoxin,
besi, antibiotik tetrasiklin, antibiotik kuinolon seperti ciprofloxacin),
yakni mengurangi penyerapan obat-obat tersebut oleh tubuh
Indikasi Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum
dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung dan perasaan penuh pada lambung.
K. Idikasi Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
Dosis Dewasa : 3 4 kali sehari 1 2 tablet atau 1 2 sendok takar suspensi
(sirup); Anak 6 12 tahun : 3 4 kali sehari 1 tablet atau -1
sendok takar suspensi.
Pemakaian Oral
Perhatian Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu
kecuali atas petunjuk dokter.
Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti
Simetidin atau antibiotika Tetrasiklin harap diberikan dengan
selang waktu 1-2 jam.
Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun
kecuali atas petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas
penyebabnya.
Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan
pemakaian lama karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam
darah.
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan
EfekSamping gejala-gejala tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
Penyimpanan Produk cair dapat disimpan dalam lemari es untuk meningkatkan rasa.
Jangan dibekukan. Jangan simpan di kamar mandi. Jauhkan obat ini
dari jangkaun anak-anak dan hewan peliharaan.

NamaObat Asam Mefenamat


Komposisi -
Indikasi Menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang
sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer,
termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis
operasi, dan nyeri pada persalinan.
K. Idikasi Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma
dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati
dan peradangan saluran cerna.
Interaksi Obat yg terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan
protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping
(contoh : hidantoin, sulfonylurea).
Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu
prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien
menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan
eliminasi lithium di ginjal.
Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung :
kemungkinan dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung.
Dosis Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan
500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada
saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3
hari.
Menoragia : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada
saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai
perdarahan berhenti.
Pemakaian Oral
Perhatian Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan
oleh wanita hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat
melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus
(penutupan prematur duktus arteriosus) & kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu,
sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg
sedang menyusui.
Terhadap Anak-anak : Belum ada studi ttg keamanan & efikasi
penggunaan asam mefenamat pada pasien anak dibawah 14 tahun.
Belum ada studi tentang keamanan untuk anak
Terhadap Hasil Laboratorium : Dapat menyebabkan reaksi false-
positif tes urin menggunakan tes tablet diazo.
Gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
EfekSamping mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala,
penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih
sehari, asam mefenamat dapat mengakibatkan agranulositosis dan
anemia hemolitik.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Neuradex
Komposisi Vitamin B1 mononitrate 100 mg
Vitamin B6 HCl 200 mg
Vitamin B12 200 mcg
Indikasi Untuk pengobatan kekurangan vitamin B1, B6, dan B12, seperti pada
polineuritis.
K. Idikasi Hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Interaksi -
Dosis 1 tablet sehari, atau menurut petunjuk dokter.
Pemakaian Oral
Perhatian Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien yang sedang menerima terapi
levodopa.
Pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu lama dapat
EfekSamping menyebabkan sindrom neuropati.

Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.

NamaObat Flunarizin
Komposisi -
Indikasi Mengatasi gejala vertigo akibat gangguan pada sistem vestibuler
(vetigo perifer), serta profilaksis migraine.
K. Idikasi Flunarizine tidak boleh diberikan pada pasien dengan alergi terhadap
flunarizine, pasien dengan riwayat depresi atau memiliki gejala-gejala
gangguan ekstrapiramidal.
Interaksi -
Dosis 10 mg diberikan pada malam hari pada pasien dengan usia < 65 tahun
dan 5 mg pada pasien dengan usia > 65 tahun. Apabila selama terapi
timbul efek depresi, gejala ekstrapiramidal, atau gejala-gejala lainnya
maka pemberian obat ini harus dihentikan.
Pemakaian Oral
Perhatian Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil, atau
menyusui, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi flunarizin.
Sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan
alat berat saat mengonsumsi flunarizin karena obat ini
menyebabkan kantuk.
Harap berhati-hati bagi yang sedang mengalami gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi gerak tubuh, penyakit Parkinson, atau
pernah mengalami depresi.
Hindari konsumsi minuman beralkohol, karena bisa memicu rasa
kantuk berlebihan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Pada pemberian obat ini dapat timbul efek samping berupa lelah,
EfekSamping peningkatan berat badan dan peningkatan nafsu makan. Beberapa efek
samping lainnya dilaporkan timbul pada penggunaan kronik
flunarizine seperti : depresi dan gejala-gejala ekstrapiramidal.
Penyimpanan Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya langsung.
6. USULAN RESEP

RUMAH SAKIT

WISNU HUSADA

Jl Raya Notog Mt 200

Telp. (0281) 6844850 Fax (0281) 6844886

e-mail : wisnuhusada@gmail.com

PATIKRAJA-BANYUMAS

Dokter : dr Ria Anggoro, Sp.DA

R/ Tanggal : 21/10-17

Omeprazol 20 No XV

1x1

Tab Antasida No XX

3x1

Neurodex No X

1x1

Flunarizin 10 No X

1x1


Identitas pasien : Ny Rasni

Umur :51 tahun

Alamat : jatisaba 2/4 Cilongok


Identitaspasien :NySiti

Beratbadan :
DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Depkes RI, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11, UBM Medica
Asia, Jakarta

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Tjay, T. H., dan Kirana R., 2013, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya, PT Elex Gramedia Kompuindo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai