DISUSUN OLEH :
NAMA : ELVA RAHMAWATI
NIM : N010021007
1. Defenisi Gastritis
3. Patofisiologi
Suatu komponen cairan lambung adalah asam ini sangat koresif sehingga
paku besipun dapat larut dalam cairan ini.Dinding lambung dilindungi oleh
mucosa-mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung)
sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida.Fungsi dari lapisan lambung ini
adalah agar cairan asam dalm lambung tidak merusak dinding lambung.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini
lambung yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang
berlebihan, infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel
sawar dalam lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel
sawar yang dihancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan
sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi
yang akhirnya asam tidak bisa control sehingga terjadi peningkatan asam
hidroklorida dilambung dan ketika mengenai di dinding lambung akan
menimbulkan nyeri lambung (perih) karena dinding lambung yang inflamasi
tersebut, masalah keperawatan yang mucul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan
peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein
meningkatkan kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan akhirnya
plasma bocor kedalam lambung sehingga terjadi perdarahan (hematemesis dan
melena)
Ketika terjadi peningkatan asam hidroklorida akan merangsang kolinergik
sehingga potilitis (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan diubah
menjadi pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar kemudian terjadi
penghancuran vena- vena kecil dan kapiler kemudian terjadi perdarahan. Masalah
keperawatan yang muncul seperti perfusi jaringan tidak efektif, keseimbangan
nutrisi terkait pasien merasa perih lambung sehingga merasa tidak nafsu untuk
makan, kemudian bila disertai output cairan yang berlebih akan muncul resiko
kekurangan volume cairan ataupun bahkan bisa muncul masalah kekurangan
volume cairan.
Pathway Gastritis
4. Manisfestasi Klinik
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal
ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi
peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
Gejalanya berupa mual ringan, dan nyeri di perut sebelah atas, tetapi banyak
penderita (misalnya pemakai aspirin jangka panjang) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus yaitu nyeri ketika perut
kosong.Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal (melena), muntah darah
(hematemesis) atau makanan yang usdah dicerna yang menyerupai endapan
kopi.
4. Gastritis eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam dikulit dan diare.
7. Gastritis akibat terapi penyinaran
b) Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
c) Perih atau rasa sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atau yang
dapat menjadi lebih baik atau buruk ketika makan.
d) Kehilangan berat badan.
5. Klasifikasi
Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen
kimia atau makanan yang menggangu dan merusak mucosa gastrik.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
Gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung) sedangkan
gastritis akut hemoragic disebut hemoragic karena pada penyakitini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosidan perdarahan
mukosa lambung dalamberbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnyakontinuitas mukosalambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. (Hirlan, 2001)
Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu menhasilkan
imun sendrii, tipe ini dikaitkan dengan atropi kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada secret gastric mempengaruhi produksi
antibody.Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Pernisiosa Anemia
berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini
dikaitkan dengan bakteri helicobakter pyolori, yang ini dikaitkan dengan infeksi
bakteri helicobacter pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaansebagai berikut : Gastritis
superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , sertaperdarahan dan erosi
mukosa. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa
pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dankanker lambung, serta
anemia pernisiosa.Hal ini merupakankarakteristik dari penurunan jumlah sel
parietal dan sel chief.Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodul-nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, danhemoragik.
6. Pemeriksaan Penunjang
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapt selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis.
Makan secara teratur
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan
jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaiman cara
memakannya. Makanlah dalam jumlah yang cukup pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
Hindari alkohol
Penggunaan alkohol dapt mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
Jangan merokok
Merokok menggangu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap gastritis dan borok.merokok juga dapat meningkatkan asam
lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung..
Lakukakan olahraga secar teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress
juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat
kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif
dengan cara diit yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur dan
relaksasi yang cukup.
Management stress
8. Penatalaksanaan
Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung
dengan posisi kecil dan sering.Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton,
antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat
dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan
resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan
obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif.Pencegahan dapat
dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH
lambung 4.Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap
dianjurkan.Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat.Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid
pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin
Mukosa.
Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat
menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran
cerna bagian atas, pemberian antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap
dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan
akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera
normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan
itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau
gastrektomi.Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut (Hirlan,
2009).
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak
mengiritasi.Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena.Bila terdapat
perdarahan, penatalaksanaan serupadengan pada hemoragi saluran gastrointestinal
atas.Bila Gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya
bahaya perforasi.
Gastritis kronis
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel
parietal dan chief cell.Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe
A (Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena
mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu
penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel.
Parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya
sel parietal dan Chief Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis
oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan
alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya
ulkus peptikum dan karsinoma.Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung
pada penyakit yang dicurigai.Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan
antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory.Namun demikian lesi tidak
selalu muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui
mengiritasi lambung harus dihindari.Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang
disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada
anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang
sesuai.Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan
istirahat mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat
diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam
bismuth (Pepto bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B.12. Terapi gastritis sangat sangat bergantung pada
penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup,
pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya. Jika
penyebabnya adalah infeksi oleh H.Pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik
(misalnya Amoxcillin & Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya
Omeprazole).Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2%
penderita gastritis karena stress akut mengalami perdarahan yang sering berakibat
fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antisid. (untuk
menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau
menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis
akibat stress akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan
tindakan endoskopi.
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu
dilakukan transfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan
dilakukan lavage (bilas) lambung.Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan
dapat menjadi alternatif.Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan
gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti.Injeksi intravena
cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi
keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab
gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, the
panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup
sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan Lusianah 2010).
Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus
diangkat.Penderita Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid penderita
sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan
non- steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung.
Misroprotol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti
peradangan non- steroid.Untuk meringankan penyumbatan disalurkan keluar
lambung pada gastritis Eosinofilik, bisa diberikan kortikosteroid atau dilakukan
pembedahan.Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian penderita harus
mendapat suntikan vitamin B12.Penderita meyner bisa disembukan dengan
mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti-ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan
jumlah sedikit tapi sering.Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang
dan berlemak sperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.Kedisiplinan dalam
pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.Daftar
makanan yang direkomendasikan untuk membantu diet gastritis. Hal yang paling
mudah diingat untuk gastritis adalah : Kecambah, brokoli, yang memiliki bahan
kimia di dalamnya disebut sulforpahane, yang membantu membunuh H. Pylori
karena memiliki efek antibakteri.Sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam
jurnal CancerPrevention Research menunjukkan bahwa sekelompok orang
dengan H. Pylori yang makan secangkir brokoli setiap hari selama delapan
minggu mengalami berkurangnya radang lambung dan infeksi. Yogurt juga
merupakan pilihan yang sangat baik untuk membantu usus kembali normal dan
tingkat keseimbangan asam di perut (Hirlan, 2009).
Buah pilihan untuk gastritis seperti makan sehari 2-4 porsi apel, pisang,
pir, peach, anggur, melon, dan kiwi untuk meringankan asam lambung, ada juga
beberapa buah dan permen yang dianjurkan untuk penderita gastritis seperti :
cranberry, beberapa penelitian menunjukkan bahwa cranberry dapat menghambat
pertumbuhan lebih lanjut dari H. Pylori. Mastic, Secara tradisional digunakan
untuk tukak lambung dan menghambat pertumbuhan lebih lanjut dari H.
Pylori.DGL-licorice, permen ini adalah yang terbaik memakannya satu jam
sebelum atau dua jam setelah makan.Peppermint, ini dapat membantu
meringankan gejala tukak lambung (Hirlan, 2009).
9. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan peptic
ulcers dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus-menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada
sel- sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi
akibat H.Pylori adalah MALT (mukosa associated lympoihoid tissue),
Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekbalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahun awal.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai
statuskesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri,dan hasil konsultasi dari medis atau pun profesi kesehatan lainnya. Data
focus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatandan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan
yangdilaksanakan terhadap klien. (Prasetyo, 2010)
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yangdilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhankeperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi
merupakan tahapawal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang tekumpul,
didapatkan data dasar tentang masalah- masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya
data dasar itudigunakan untuk menentukan diagnonis keperawatan,
merencanakan asuhankeperawatan, serta tidakan keperawatan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah
sakit, selama klien dirawatsecara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dankejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan,ide klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan,kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera(lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan
fisik.Misalnya frekuensi nadi,pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat
kesadaran.
Karakteristik Data
1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien
yang adekuat.Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus
mengkaji lebih dalammengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan
hal-hal sebagai berikut: apakah tidakmau makan karena tidak ada nafsu
makan atau disengaja?, apakah karena adanya perubahanpola makan atau hal-
hal yang patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawast harus berpikir akurat dan nyata
untukmembuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamatii dan
diukur melaluipemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
mungkin meragukan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang
mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi:
“klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Perawat berusaha mengajak klien untuk berkomunikasi, tetapi klien selalu
diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat.Selama sehari klien tidak mau
makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien itu ditulis oleh perawat
bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku
klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk
menetapkan kondisi klien.
4. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyyebabkan banyak sekali
data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam
mengidentifikasi.Kondisi seperti ini bisadiantisipasi dengan membuat data
komprehensif tapi singkat dan jelas.Dengan mencatat datarelevan sesuai
dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan
sesuai dengan situasi khusus.
Sumber Data
1. Sumber Data Primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat
dapat menggali informasi yang sebenarnya menggenai masalah kesehatan
klien.
2. Sumber Data Sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui
orang tua,suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan
keterbatasan dalamberkomunikasi atau kesadaarn yang menurun, misalnya
klien bayi atau anaka- anak, qatauklien dalam kondisi tidak sadar.
3. Sumber Data Lainnya
a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan
terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung rencana tindakan perawatan.
b. Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh
adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk
menentukan rencana tindakan medis.
c. Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim
kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau
dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut
dapat diambil guna membantu meneggakkan diagnosa.
d. Hasil pemeriksaan diagnostik: seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan
tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat
disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik
dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan
keperawatan.
e. Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya,
maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat
klien sebelumnya.
f. Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif,
perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien.
Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang benar dan tepat.
Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi
North American Nursing Diagnosis Assoation (NANDA, 2001)
merencanakan diagnosa untuk klien mengalami nyeri atau ketidak nyamanan
yaitu nyeri akut atau nyeri kronik (Koizer, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Nyeri
akut didefinisikan sebagai “suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual
maupun pontensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dengan intensitas
yang ringan sampaiberat dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari
enam bulan (NANDA, 2001). Nyeri kronik didefenisikan sebagai “suatu
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkana sebagai akibat
dari kerusakan jaringan yang bersifat aktul maupun potensial, dengan onset tiba-
tiba ataupun lambat, dengan intensitas yang ringan samapi berat tidak dapat
diprediksi untuk berakhirnya dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA, 2001).
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan
apabila analisa data yang dilakukan cermat dan akurat. Berikut ini contoh
proses analisa data untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
(Prasetyo, 2010).
Data subjektif :
Komunikasi (verbal atau kode) tentang
gambaran nyeri. Data objektif :
1) Perilaku berhati-hati seperti melindungi daerah yang nyeri.
2) Memfokuskan pada diri sendiri.
3) Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari
kontak sosial, kerusakan proses berpikir).
4) Perilaku distraksi (merintih, mengangis, mencari orang lain/aktivitas, gelisah).
5) Perubahan pada tonus otot (dapat direntang dari lesu sampai kaku).
6) Respon autonomik tidak tampak pada nyeri kronis, stabil (tekanan
darah dan frekuensi nadi berubah, dilatasi pupil, peningkatan atau
penurunan frekuensi nafas).
Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan,
membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi
tentang respon klien.Perawat memperhatikan pola kecendrungan sambil
memeriksa kelompok data.Kelompok data terdiri atas batas karakteristik.Batas
karekteristik adalah kriteria klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik.
Kriteria klinis adalah tanda dan gejala ob Karakteristik Data menurut (Prasetyo,
2010 )
Data Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan ( Nyeri ) dengan
isyarat. Data Objektif
Posisi untuk menghidari nyeri.
Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenagasampai
kaku).
Respon autonomik (misalnya, diaforsis, perubahan tekanan
darah,pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil).
Perubahan selera makan.
Prilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang danaktivitas
lain, aktivitas berulang).
Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis,kewaspadaan
berkebihan, peka terhadap rangsang, dan menghelanafas panjang ).
Wajah topeng ( Nyeri ).
Perilaku menjaga atau sikap melindungi.
Fokus menyempit ( misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguanproses
piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun ).
Bukti nyeri yang dapat diamatai.
Berfokus pada diri sendiri.
Gangguan tidur ( mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau
tidakmenentu ) Batasan Karakteristik Lain ( non NANDA International )
Mengomunikasikan descriptor nyeri ( misalnya, rasa tidak nyaman,mual,
berkeringat malam hari, kram otot, gatal kulit ).
Menyeringai.
Rentang perhatian terbatas.
Pucat dan menarik diri. yektif dan subyektif atau faktor risiko.
3. Diagnosa Masalah
1.Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi
nyeri.Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif,
perawat dan doktermasih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam
penanganan nyeri karenainformasi obat yang tidak benar. Ada tiga jenis
analgesik, yakni : (1) non-narkotik dan obat antiinflamsinonsteroid
(NSAID), (2) analgesik narkotik atau opiate, dan (3) obat
tambahan(adjuvant) atau koanalgesik.
2. Terapi Farmakologi (Analgesik dan Antipiretik)
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian
oral),Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
2. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristalasam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
3. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
4. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untukmencegah serangan.
6. Evaluasi
1. Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah
baru. Evaluasi yang dilakukan adalahevaluasi proses dan evaluasi hasil.
2. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan klien dalam merespon rangsangan nyeri, mampu
mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu
menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri (Prasetyo,
2008).
3. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan
terhadap tindakan.Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan
pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang
ada pada tujuan.Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan gastritis secara
teoritis adalah apakah rasa nyeri klien berkurang, apakah klien dapat
mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat tanda-tanda infeksi,
apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri, apakah klien
mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit gastritis.
4. Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
meresposns rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnyaintensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008) Teknik Procedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien, Salemba Jakarta
Doenges, M.E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Karyono, Ni
Made Sumarwati, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Gordon, N F. (2002).The Cooper Clinik And Research Institute Fitness Series. Fajar
Interpratama Offset.
Hirlan. (2009). Buku Ajar Imu Penyakit Dalam: Gastritis. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing
Iskandar, H Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta : Gramedia
A. PENGKAJIAN
- Tanggal masuk : 13 November 2020
- Tanggal pengkajian : 14 November 2020
- No register/CM : 228XXX
- Diagnosa Medis : Gastritis
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.W
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 53 Tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SDA
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kajor Kulon Rt 002 Selopamioro, Imogiri, Bantul,
Yogyakarta.
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1)Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan perut kanan bawah
1
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
3)Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mengalami gastritis, radang lambung dan empedu semenjak
tahun 2015.
Makan/ Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan dengan alat
4 : Tergantung total
3)Nutrisi
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit makannya sehari 3 kali
2
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
dengan porsi nasi,sayur dan lauk. Setelah masuk rumah sakit pasien mengatakan
makannya hanya sedikit sekitar 3 sendok bubur karena mual tetapi banyak minum
air putih sebanyak 1 liter.
(a) Antropometri
Sebelum masuk rumah sakit (2 bulan yang lalu)
BB : 44kg
Saat Dirawat : Tanggal
BB : 38 kg TB : 155cm LILA : 24cm
Terjadi penurunan berat badan sebesar : 5kg
Perhitungan :
IMT ( Indeks Massa Tubuh ) Nilai standar IMT
Nilai Kategori
<20 Underweight
20-25 BB normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
BB
IMT = 44
TB(m) ²
155
= 44
155 ²
= 18 (BB 44kg)
(b) Penampilan fisik/Clinis (pada status nutrisi)
Pasien terlihat lemas dan pasien tidak menghabiskan makanannya
(c) Diit
sebelum masuk RS:
Pasien mengatakan tidak ada melakukan diet sebelum masuk rs
Selama di rawat RS :
Pasien mengatakan tidak ada diet sesudah masuk rs
4)Status Eliminasi
Sebelum dirawat :
Pasien mengatakan sebelum masuk rs status eliminasinya terartur dan rutin setiap
hari 3 kali.
Selama dirawat :
Pasien mengatakan setalah dirawat status eliminasinya 10 kali perhari.
- BAB
TGL Frekuensi Warna Konsistensi
14 Nov 6 kali Coklat Cair tak berbentuk
2021 kekuningan
Ket : Tidak terdapat kelainan pada BAB
3
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
- BAK
Tanggal Frekuensi Jumlah Warna Nyeri
14 Nov 10 kali 900ml Kuning keruh Terdapat nyeri saat
2021 berkemih
Ket : Tidak terdapat kelainan pada BAK
5)Kebutuhan Oksigen dan karbondioksida
(a) Status Pernafasan
Pasien tidak terpasang alat bantu pernafasan
(b) Status Kardiovaskuler
Tidak ada masalah pad Kardivaskulernya.
6)Personal Hygiene
Pasien tampak lusuh
7)Sex
-
2) Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan pasien lainnya terjalin baik.
3) Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit dia sering sholat 5 waktu. Ketika sakit
pasien mengatakan jarang melaksanakan sholat karena nyeri muncul ketika
bergerak.
3. PEMERIKSAAN FISIK
4
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) GCS : E4 M6 V5
3) Tanda-tanda vital
(a) TD : 124/83mmHg
(b) Frekuensi pernapasan (RR) : 22x/menit
(c) Nadi : 86x/menit
(d) Suhu : 36,5oC
(e) Spo2 : 97%
Bentuk Bulat dan tidak terdapat jejas dan pembengkakan pada kepala
Mata Mata tampak simetris dan tidak ada kelainan pada mata, pasien
juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
Hidung Tidak ada pernfasan cuping hidung, penciuman normal dan tidak
ada kelaian
Mulut Mukosa terlihat pucat,lidah berwarna merah muda ,tonsil tidak
membesar
2) Leher
Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak teraba
adanya massa di area leher, tidak ada teraba pembesaran kelenjar limfe
3) Dada
Paru-paru
Jantung
Tanggal 14 November 2021
Tidak ada nyeri dada crt <2 detik, ujung jari tidak tabuh. Bunyi jantung 1
5
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung
tambahan
4) Abdomen
Tanggal 14 November 2021
Bentuk abdomen datar tidak ad benjolan/masa. Tidak ada bayangan vena,
peristaltic usus 8x/menit terdengar lambat, palpasi abdomen teraba lunak, tidak
ada pembesaran hepar, terdapat nyeri pada abdomen, suara abdonemen
tympani,tidak ada asites
5) Ekstremitas
Tanggal 14 November 2021
Ekstremitas Tidak ada kelaian kekuatan otot dan dapat digerakkan
atas
Ekstremitas Tidak ada kelaian kekuatan otot dan dapat digerakkan
bawah
c. Sistem Integumen
Capilar
Tanggal Warna kulit Turgor Mukosa bibir Kelainan
refill
14 Tidak
Sawo Teraba
novembe Pucat <2 detik terdapat
matang lembek
r 2021 kelainan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (TGL19 november 2020 )
Fungsi Ginjal
Ureum 23 5-25
Kreatinin 1,23 0,5-1,0 mg/dl
Fungsi hati
SGOP 27 3-45
SSPT 31 0-35
Albumin 3,9 3,4-4,8
b.Hasil (Pemeriksaan Penunjang: USG, Foto Thorax, CT scan, EKG, EEG dll- ada
Kesan)
Hasil pemeriksaaan
USG Terdapat peradangan pada lambung
Foto Thorax Pulmo tampak kelainan dan diafragma tak mendatar
CT scan Tidak ada
6
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
EKG Normal sinus rhythm
5. TERAPI MEDIS
Nama Pasien : Ny.W
No. CM. : 228XXX
Tgl Terapi : 16 november 2021
Nama obat Dosis Cara Pemberian
Ketorolac 3x30mg IV
Ranitidine 150mg (2x1) IV
Ceftriaxone 2x1 IV
Omeprazol 2x1 IV
7
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
B. ANALISA DATA
SPO2 :97%
Perhitungan :
BB
8
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
IMT = 44
TB(m) ²
155
= 44
155 ²
= 18 (BB 44kg)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
9
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten
- Mengkolaborasi pemberian bagian perut RR : 22x/menit
analgetik untuk mengurangi kanan, S = Skala S : 36,5oC
nyeri. nyeri 5, T = Nyeri Spo2 : 97%
A : Masalah teratasi
dirasakan hilang
sebagian
timbul), Pasien P : Lanjutkan intevensi.
mengatakan nyeri Diberikan penkes
sedikit berkurang terkait penyakit dan
ketika melakukan diberikan obat sesuai
teknik peresepan.
nonfarmakoligi
nafas dalam.
O : Pasien tampak
sedikit meringis dan
lebih tenang, paisien
akan diberikan terapi
obat sesuai
kebutuhan.
TTV :
TD : 124/83 mmHg
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5oC
Spo2 : 97%
P : Lanjutkan intevensi
10
Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Duta Gama Klaten