“ASMA”
OLEH
NIM : 51621011064
PRODI : FARMASI
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
selaku Dosen mata kuliah Farmakoterapi II yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
I.3 Tujuan ............................................................................................ 2
I.4 Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
II.1 Patofisiologi ................................................................................... 3
II.2 Farmakoterapi ................................................................................ 5
II.3 Penggolongan Obat ........................................................................ 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 8
III.1 Kesimpulan .................................................................................... 8
III.2 Saran ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Asma saat ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara yang dapat
inflamasi kronis saluran napas dimana banyak sel yang berperan terutama sel mast, eosinofil,
limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Individu yang rentan, proses inflamasi tersebut
menyebabkan wheezing berulang, sesak napas, dada rasa tertekan dan batuk terutama
malam hari dan atau menjelang pagi. Episode ini bervariasi dan sering reversibel, baik
spontan maupun dengan pengobatan. Hambatan aliran udara pada asma disebabkan oleh
berbagai perubahan dalam saluran napas yaitu bronkokontriksi, edema saluran napas,
Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal
tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai provinsi
di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
I.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi atau sebagai bahan
TINJAUAN PUSTAKA
Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi
pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara. Inflamasi saluran nafas pada asma
meliputi interaksi komplek dari sel, mediator-mediator, sitokin, dan kemokin. Inflamasi
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Gambar 1. Paru-paru.
II.2 Patofisologi
Keterbatasan aliran udara pada asma bersifat recurrent dan disebabkan oleh berbagai
Kejadian fisiologis dominan yang mengakibatkan timbulnya gejala klinis asma adalah
penyempitan saluran napas yang diikuti gangguan aliran udara. Pada asma eksaserbasi akut,
penyempitan saluran napas sebagai respons terhadap paparan berbagai stimulus termasuk
alergen atau iritan. Bronkokonstriksi akut yang diinduksi oleh alergen ini merupakan hasil
IgE-dependent release of mediators dari sel mast, yang meliputi histamin, tryptase,
leukotrien, dan prostaglandin yang secara langsung mengakibatkan kontraksi otot polos
saluran napas.
Saat penyakit asma menjadi lebih persisten dengan inflamasi yang lebih progresif, akan
diikuti oleh munculnya faktor lain yang lebih membatasi aliran udara. Faktor- faktor tersebut
meliputi edema, inflamasi, hipersekresi mukus dan pembentukan mucous plug, serta
perubahan struktural termasuk hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran napas.
c. Airway hyperresponsiveness
d. Airway remodeling
Keterbatasan aliran udara dapat bersifat partially reversible pada beberapa penderita
asma. Perubahan struktur permanen dapat terjadi di saluran napas, terkait hilangnya fungsi
paru secara progresif yang tidak dapat dicegah sepenuhnya dengan terapi yang ada. Airway
remodeling melibatkan aktivasi banyak sel yang menyebabkan perubahan permanen dalam
jalan napas. Hal ini akan meningkatkan obstruksi aliran udara, airway hyperresponsiveness
Biopsi bronkial dari pasien asma menunjukkan gambaran infiltrasi eosinofil, sel mast
membran sub-basal, fibrosis subepitel, hiperplasia dan hipertrofi otot polos saluran napas,
proliferasi dan dilatasi pembuluh darah, serta hiperplasia dan hipersekresi kelenjar mukus.
Hal ini menunjukkan bahwa epithelium mengalami perlukaan secara kronis serta tidak terjadi
proses repair yang baik, terutama pada pasien yang menderita asma berat.
Adanya gabungan perubahan dalam jalan napas tersebut akan membatasi aliran udara
Gambar 2. Faktor yang membatasi aliran udara pada asma akut dan persisten.
II.3 Farmakoterapi
mencapai atau mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat tiga faktor
1. Medikasi (obat-obatan)
2. Tahapan pengobatan
3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas,
Target jangka panjang dari manajemen terapi asma adalah mengontrol gejala dan
menurunkan risiko. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban pada pasien dan risiko
terjadinya eksaserbasi, kerusakan aliran dara, dan efek samping dari obat.
Pengobatan asma untuk mengontrol gejala dan mengurangi risiko meliputi obat, setiap
pasien harus memiliki obat pereda dan semua orang pasien dewasa atau remaja harus
memiliki obat pengontrol untuk mengurangi risko terjadinya eksaserbasi walaupun gejala
pada pasien jarang mengatasi faktor risiko yang bisa diubah dan kormobiditas.
1. Obat Pereda
Inhalasi Short Acting Beta Agonis (SABA) adalah obat pereda yang lebih disukai
untuk pengobatan gejala akut, dan harus diresepkan untuk semua pasien dengan
gejala. Penggunaan SABA sesuai kebutuhan dengan tidak adanya terapi pengontrol
harus disediakan untuk pasien dengan gejala kurang dari dua kali per bulan, tanpa
terbangun malam hari dalam sebulan terakhir, atau eksaserbasi dalam satu tahun
terakhir. Pada anak-anak dengan asma yang terkontrol dengan baik, SABA harus
bersamaan dengan SABA dapat digunakan dalam jangka waktu pendek untuk
menangani serangan akut dan dapat juga menurunkan risiko pasien dirawat di
rumah sakit.
2. Obat-obat pengontrol
ICS adalah obat antiinflamasi paling efektif yang tersedia untuk pengobatan asma
dan merupakan terapi andalan bagi sebagian besar pasien dengan penyakit ini.
pertama untuk sebagian besar anak-anak dan orang dewasa dengan asma.
b. Leukotriene modifiers
untuk pengobatan asma dan umumnya dianggap aman dan ditoleransi dengan baik.
c. Chromones
antiinflamasi yang rendah, kurang efektif dibandingkan dengan ICS dosis rendah.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
a. Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi
b. Patofisologi asma ialah keterbatasan aliran udara pada asma bersifat recurrent dan
III.2 Saran
Disarankan harus rutin berolahraga serta ikut menjaga diri agar terhindar dari
Aini Qolbiyah Afgani.2020, Review Artikel: Manajemen Terapi Asma, Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang
Km.21, Jatinangor, Sumedang. Volume 18 Nomor 2
Jaclyn Q., Kyla, J. H., Jorge, M., Francisco, N., & Harold K. 2018. Asthma. AllergyAsthma
Clin Immunol;14(2): p50.