Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ASMA”

OLEH

NAMA : ANDI NUR HALIMAHTUSA’DDIA

NIM : 51621011064

KELAS : C.2 (KONVERSI)

PRODI : FARMASI

UNIVERSITAS PANCA SAKTI

MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Asma” ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ariyani Buang.,M.Si.,Apt,

selaku Dosen mata kuliah Farmakoterapi II yang telah memberikan tugas ini sehingga

dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya

tekuni ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Makassar, 1 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
I.3 Tujuan ............................................................................................ 2
I.4 Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
II.1 Patofisiologi ................................................................................... 3
II.2 Farmakoterapi ................................................................................ 5
II.3 Penggolongan Obat ........................................................................ 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 8
III.1 Kesimpulan .................................................................................... 8
III.2 Saran ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Asma saat ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara yang dapat

menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup. Asma merupakan penyakit

inflamasi kronis saluran napas dimana banyak sel yang berperan terutama sel mast, eosinofil,

limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Individu yang rentan, proses inflamasi tersebut

menyebabkan wheezing berulang, sesak napas, dada rasa tertekan dan batuk terutama

malam hari dan atau menjelang pagi. Episode ini bervariasi dan sering reversibel, baik

spontan maupun dengan pengobatan. Hambatan aliran udara pada asma disebabkan oleh

berbagai perubahan dalam saluran napas yaitu bronkokontriksi, edema saluran napas,

hiperresponsif saluran napas dan airway remodeling.

Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal

tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai provinsi

di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab

kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema. Pada SKRT

1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di

Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar

13/1000 dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Apakah patofisiologi dari penyakit asma?

2. Apa farmakoterapi dari penyakit asma tersebut?

3. Apa penggolongan obat asma?


I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui patofisiologi dan farmakoterapi penyakit asma.

2. Untuk mengetahui penggolongan obat asma.

I.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi atau sebagai bahan

referensi kepada nahasiswa lain mengenai asma.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Pengertian Asma

Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi

pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara. Inflamasi saluran nafas pada asma

meliputi interaksi komplek dari sel, mediator-mediator, sitokin, dan kemokin. Inflamasi

kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala

episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama

malam dan atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang

luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

Gambar 1. Paru-paru.

II.2 Patofisologi

Keterbatasan aliran udara pada asma bersifat recurrent dan disebabkan oleh berbagai

perubahan dalam jalan napas, meliputi :


a. Bronkokonstriksi

Kejadian fisiologis dominan yang mengakibatkan timbulnya gejala klinis asma adalah

penyempitan saluran napas yang diikuti gangguan aliran udara. Pada asma eksaserbasi akut,

kontraksi otot polos bronkus (bronkokonstriksi) terjadi secara cepat, menyebabkan

penyempitan saluran napas sebagai respons terhadap paparan berbagai stimulus termasuk

alergen atau iritan. Bronkokonstriksi akut yang diinduksi oleh alergen ini merupakan hasil

IgE-dependent release of mediators dari sel mast, yang meliputi histamin, tryptase,

leukotrien, dan prostaglandin yang secara langsung mengakibatkan kontraksi otot polos

saluran napas.

b. Edema Jalan Napas

Saat penyakit asma menjadi lebih persisten dengan inflamasi yang lebih progresif, akan

diikuti oleh munculnya faktor lain yang lebih membatasi aliran udara. Faktor- faktor tersebut

meliputi edema, inflamasi, hipersekresi mukus dan pembentukan mucous plug, serta

perubahan struktural termasuk hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran napas.

c. Airway hyperresponsiveness

Mekanisme yang dapat memengaruhi airway hyperresponsiveness bersifat multiple,

diantaranya termasuk inflamasi, dysfunctional neuroregulation, dan perubahan struktur,

dimana inflamasi merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat airway

hyperresponsiveness. Pengobatan yang diarahkan pada inflamasi dapat mengurangi airway

hyperresponsiveness serta memperbaiki tingkat kontrol asma.

d. Airway remodeling

Keterbatasan aliran udara dapat bersifat partially reversible pada beberapa penderita

asma. Perubahan struktur permanen dapat terjadi di saluran napas, terkait hilangnya fungsi

paru secara progresif yang tidak dapat dicegah sepenuhnya dengan terapi yang ada. Airway

remodeling melibatkan aktivasi banyak sel yang menyebabkan perubahan permanen dalam
jalan napas. Hal ini akan meningkatkan obstruksi aliran udara, airway hyperresponsiveness

dan dapat membuat pasien kurang responsif terhadap terapi.

Biopsi bronkial dari pasien asma menunjukkan gambaran infiltrasi eosinofil, sel mast

serta sel T yang teraktivasi. Karakteristik perubahan struktural mencakup penebalan

membran sub-basal, fibrosis subepitel, hiperplasia dan hipertrofi otot polos saluran napas,

proliferasi dan dilatasi pembuluh darah, serta hiperplasia dan hipersekresi kelenjar mukus.

Hal ini menunjukkan bahwa epithelium mengalami perlukaan secara kronis serta tidak terjadi

proses repair yang baik, terutama pada pasien yang menderita asma berat.

Adanya gabungan perubahan dalam jalan napas tersebut akan membatasi aliran udara

pada penderita asma, dan dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2. Faktor yang membatasi aliran udara pada asma akut dan persisten.

II.3 Farmakoterapi

Dalam menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka panjang untuk

mencapai atau mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat tiga faktor

yang perlu dipertimbangkan:

1. Medikasi (obat-obatan)

2. Tahapan pengobatan
3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas,

terdiri atas pengontrol dan pelega.

Target jangka panjang dari manajemen terapi asma adalah mengontrol gejala dan

menurunkan risiko. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban pada pasien dan risiko

terjadinya eksaserbasi, kerusakan aliran dara, dan efek samping dari obat.

Pengobatan asma untuk mengontrol gejala dan mengurangi risiko meliputi obat, setiap

pasien harus memiliki obat pereda dan semua orang pasien dewasa atau remaja harus

memiliki obat pengontrol untuk mengurangi risko terjadinya eksaserbasi walaupun gejala

pada pasien jarang mengatasi faktor risiko yang bisa diubah dan kormobiditas.

II.4 Penggolongan Obat

1. Obat Pereda

a. Inhalasi Short Acting Beta Agonis (SABA)

Inhalasi Short Acting Beta Agonis (SABA) adalah obat pereda yang lebih disukai

untuk pengobatan gejala akut, dan harus diresepkan untuk semua pasien dengan

asma. SABA hanya boleh dikonsumsi berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan

gejala. Penggunaan SABA sesuai kebutuhan dengan tidak adanya terapi pengontrol

harus disediakan untuk pasien dengan gejala kurang dari dua kali per bulan, tanpa

terbangun malam hari dalam sebulan terakhir, atau eksaserbasi dalam satu tahun

terakhir. Pada anak-anak dengan asma yang terkontrol dengan baik, SABA harus

digunakan kurang dari tiga kali seminggu.

b. ICS/Formoterol Dosis Rendah

Inhalasi kortikosteroid dosis rendah misalnya beclomethasone/formoterol atau

budesonide/formoterol merupakan obat pereda untuk pasien dengan pemeliharaan


yang ditentukan. Obat ini dapat mengurangi risiko dari eksaserbasi dibandingkan

dengan SABA prn degan gejala yang sama.

c. Short Acting Anticholinergics

Short acting anticholinergics misalnya inhalasi ipratropium yang digunakan

bersamaan dengan SABA dapat digunakan dalam jangka waktu pendek untuk

menangani serangan akut dan dapat juga menurunkan risiko pasien dirawat di

rumah sakit.

2. Obat-obat pengontrol

a. Kortikosteroid inhalasi (ICS)

ICS adalah obat antiinflamasi paling efektif yang tersedia untuk pengobatan asma

dan merupakan terapi andalan bagi sebagian besar pasien dengan penyakit ini.

Monoterapi ICS dosis rendah direkomendasikan sebagai terapi perawatan lini

pertama untuk sebagian besar anak-anak dan orang dewasa dengan asma.

b. Leukotriene modifiers

Leukotriene modifiers contohnya adalah montelukast dan zafirlukast, juga efektif

untuk pengobatan asma dan umumnya dianggap aman dan ditoleransi dengan baik.

c. Chromones

Chromones contohnya adalah sodium cromoglycate dan nedocromil sodium yang

sangat dibatas penggunaannya pada pengobatan jangka panjang. Memiliki efek

antiinflamasi yang rendah, kurang efektif dibandingkan dengan ICS dosis rendah.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

a. Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi

pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara.

b. Patofisologi asma ialah keterbatasan aliran udara pada asma bersifat recurrent dan

disebabkan oleh berbagai perubahan dalam jalan napas.

III.2 Saran

Disarankan harus rutin berolahraga serta ikut menjaga diri agar terhindar dari

paparan faktor pencetus penyakit, terutama yang sudah pernah menimbulkan

kekambuhan serangan terhadap diri.


DAFTAR PUSTAKA

Aini Qolbiyah Afgani.2020, Review Artikel: Manajemen Terapi Asma, Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang
Km.21, Jatinangor, Sumedang. Volume 18 Nomor 2

Jaclyn Q., Kyla, J. H., Jorge, M., Francisco, N., & Harold K. 2018. Asthma. AllergyAsthma
Clin Immunol;14(2): p50.

Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto, E. et al.


(2004), Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai