Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan dihaluskan sambil
diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilase yaitu ptialin, yang berfungsi
menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan adukan dilanjutkan dengan gerakan
peristaltik ke lambung dengan bantuan getah lambung yang terdiri dari asam lambung dan
pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik yang disekresi oleh selaput lendir lambung.
Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk zat-zat gizi yang sangat halus dan
mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan masuk ke usus besar dan diolah oleh flora
normal usus hingga siap untuk dibuang.
Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit baik yang
disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun yang disebabkan oleh
infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing.
Antasida
Digestiva
Anti diare
Pencahar / laxativa
Anti spasmodika
Kolagoga
Protektor hati
A. ANTASIDA
Pengertian
Antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk
menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung
atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala.
Penggolongan.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi dua yaitu.
1) Anti Hiperaciditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara kimiawi dengan
mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak larut dalam air dan
dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan pemberian antasida sebagian besar
dapat tercapai.
Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan
bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan alkalosis bila digunakan
dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan sendawa.
Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung pada luka di
lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat neurotoksik sehingga dapat menyebabkan
encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala kejang-kejang dan kekacauan) juga cenderung
menyebabkan konstipasi. Kalsium dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebih,
kelebihan menyebabkan hiper kalsemia.
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh perintang
reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan
nizatidin.
Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat
penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami kembung.
Antasida sering dikombinasikan dengan:
a) Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan kejang-
kejang (contohnya ekstrak belladonae).
b) Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi asam
lambung (contohnya klordiazepoksida)
c) Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus dan mengurangi
kejang-kejang (contohnya papaverin)
B. DIGESTIVA
Pengertian
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus
terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat
pencernaan.
Penggolongan
Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat) dan asam kenodeoksikolat serta kolesterol dan
fosfolipid. Guna empedu yang berhubungan dengan pencernaan dan absorbsi lemak yaitu :
mengobati dan melindungi hati terhadap penyakit kuning dan hati yang mengeras.
2) Enzym pencernaan.
Asam klorida (HCl) adalah suatu cairan yang dikeluarkan oleh dinding lambung yang memiliki
fungsi utama:
membuat suasana lambung jadi asam sehingga mempermudah penguraian protein menjadi
peptida
Pada keadaan kekurangan asam lambung disebabkan aklorhidri, sehingga sebagai pengganti
perlu diberikan HCl dari luar. Pemakaian HCl tersebut harus dalam keadaan cukup encer agar
tidak menghancurkan selaput lendir lambung. Pepsin adalah enzym yang disekresi mukosa
lambung berfungsi menguraikan protein menjadi peptida, enzym ini disebut juga protease.
C. ANTI DIARE
Pengertian.
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit
yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Gejala diare
adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang disertai mulas
(kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir.
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
gangguan gizi
Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus
Penggolongan
Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
Kemoterapi
Obstipansia
Spasmolitik
Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti
pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang
berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian.
Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor),
berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan
dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari :
Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare
melalui pemeriksaan yang teliti.
1) Kemoterapi
Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamida atau antibiotika
2) Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare
yang lain misalnya, carbo-adsorben, kaolin
pemberian mucilagountuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
3) Spasmolitika
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya Atropin
sulfat
Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain:
Kolera
Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asiatica atau Vibrio cholerae eltor.
Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras, muntah-muntah dan kejang-kejang, anuria
(terhentinya pengeluaran air seni).
Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk menghindari bahaya
dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal.
Disentri basiler
Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa jenis basil
gram negatif genus shigella.
Ciri-ciri penyakit :
Thypus
Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala demam
tinggi secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi perforasi usus, terjadi
diare berdarah.
Pengobatan thypus :
– Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama (lebih dari 14 hari)
dapat menimbulkan gangguan darah.
– Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru digunakan bila terjadi
resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol
D. PENCAHAR (Laxativa)
Pengertian
Pencahar atau laxantia adalah obat-obat / zat yang dapat mempercepat peristaltik usus
sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar. Mekanisme kerjanya adalah dengan
cara merangsang susunan saraf otonom para-simpatis agar usus mengadakan gerakan
peristaltik dan mendorong isinya keluar.
Penggunaan
Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau resiko
Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter.
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan sebagai berikut :
– Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae, aloe,
bisakodil, dantron)
– Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah tidak dipakai)
dan kalomel
– Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis (pencahar
osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat. Enema fosfat
bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan bedah.
Natrium sulfat harus dihindari karena pada individu yang rentan dapat menyebabkan retensi
air dan natrium
– Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil metil cellulose
(CMC) dan tylose.
– Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-buahan dan
sayuran.
Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin jalannya
defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma dengan larutan
sabun dll.
E. ANTI SPASMODIKA
Pengertian
Antispasmodik ialah zat atau obat-obat yang digunakan untuk mengurangi atau melawan
kejang-kejang otot, yang sering mengakibatkan nyeri perut (saluran pencernaan). Obat
golongan ini mempunyai sifat sebagai relaksan otot polos. Termasuk senyawa yang memiliki
efek anti kolinergik, lebih tepatnya anti muskarinik. Meskipun dapat mengurangi spasme usus
tapi penggunaannya dalam sindrom usus–pencernaan hanya bermanfaat sebagai pengobatan
tambahan.
Penggolongan
Antimuskarinik sintetik
F. KOLAGOGA
Pengertian
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu.
Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau kandung empedu Faktor
pencetusnya meliputi hiperkolesterolemia, penyumbatan disaluran empedu dan radang
saluran empedu.
Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan batu kalsium karbonat
(kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran). Terapi batu empedu dengan obat
perannya relatif kecil bila dibandingkan dengan tehnik pembedahan atau endoskopi.dan
laparoskopi.
Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau
dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan dihentikan.
Pengobatan
Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam
kenodeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet
kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesedah batunya melarut.
Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari
tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin. Methionin
memiliki peranan penting dalam metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan
keracunan yang disebabkan oleh hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat
mencegah dan menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan
keracunan.
Obat-obat ini sebaiknya jangan digunakan pada penderita penyakit hati yang berat karena
pada dosis besar dapat memperparah keadaan.