Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341829470

ANALISIS FITOKIMIA RAMUAN HERBAL TRADISIONAL UNTUK BATUK DARI


AKAR MANIS (Glycyrrhiza glabra Linn.)

Preprint · June 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.33316.09605

CITATIONS READS

0 11,381

3 authors, including:

Harrizul Rivai Ridho Asra


Universitas Andalas University of Birmingham
213 PUBLICATIONS 559 CITATIONS 65 PUBLICATIONS 130 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 02 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS FITOKIMIA RAMUAN HERBAL TRADISIONAL UNTUK
BATUK DARI AKAR MANIS
(Glycyrrhiza glabra Linn.)

Harrizul Rivai1), Ridho Asra2), dan Yuni Lestari2)


1)
Faklutas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: yunilestariagatha99@gmail.com

ABSTRAK
Ramuan obat tradisional akar manis (Glycyrrhiza glabra Linn) telah digunakan oleh
masyarakat dalam pengobatan tradisional yang memiliki efek terapi sebagai obat batuk yang
mengandung asam glisirizinat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif
dan kuantitatif senyawa kimia yang terkandung dalam ramuan obat tradisional akar manis
sebagai obat batuk. Pembuatan ramuan akar manis dilakukan dengan metode perebusan
dengan merebus akar manis menggunakan gerabah direbus dalam 3 gelas air (600 mL)
menjadi 1 gelas air (200 mL). Hasil yang diperoleh dari uji kualitatif menunjukkan bahwa
dalam ramuan obat tradisional akar manis mengandung senyawa fenol, tanin dan saponin. Uji
kuantitatif dari fenol ditetapkan dengan spektrofotometer Uv-vis, tanin dengan metode
permanganometri dan saponin dengan metode gravimetri. Hasil yang diperoleh dari uji
kuantitatif ramuan akar manis menunjukkan kadar fenol sebesar 0,00479%±0,00006, tanin
sebesar 0,0376%±0,0021, dan saponin sebesar 5,9568%±0,0513.

Kata Kunci : Ramuan akar manis, Batuk

ABSTRACT
Traditional herbal medicine of liquorice (Glycyrrhiza glabra Linn) has been used by
the community in traditional medicine which has a therapeutic effect as a cough medicine
containing glycririinic acid. This study aims to analyze qualitative and quantitative the
chemical compounds contained in the traditional medicinal herbs of liquorice as cough
medicine. The making of liquorice root is done by the boiling method by boiling the liquorice
using boiled earthenware in 3 cups of water (600 mL) to 1 cup of water (200 mL). The results
obtained from the qualitative tests indicate that in traditional medicinal herbs sweet root
contains phenol compounds, tannins and saponins. Quantitative test of phenol was
determined by Uv-vis spectrophotometer, tannin by permanganometry method and saponin
by gravimetric method. The results obtained from the quantitative test of liquorice mixture
showed phenol levels of 0.00479%±0,00006, tannins of 0.0376%±0,0021, and saponins of
5.9568%±0,0513.
Keywords :Liquorice medicine herb, cough

penyakit, dan perawatan kesehatan.


PENDAHULUAN Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dapat berasal dari tumbuhan, hewan, dan
dahulu kala menggunakan ramuan obat mineral, namun umumnya yang digunakan
tradisional Indonesia sebagai upaya berasal dari tumbuhan (Menteri Kesehatan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan Republik Indonesia, 2017).

1
Ramuan obat tradisional merupakan satu heksan mengandung alkaloid, glikosida,
jenis tanaman atau lebih dengan zat triterpenoid, dan fenol. Fraksi air
tambahan lainnya yang bersifat mengandung alkaloid, flavonoid, saponin,
inert/netral. Salah satu tanaman obat yang tannin, glikosida, asam lemak triterpenoid,
dapat digunakan untuk batuk adalah akar dan fenol. Hasil penelitian Varsha et al.,
manis. Akar manis (Glycyrrhiza glabra L.) (2017) secara skrining fitokimia akar
adalah salah satu tanaman dari famili manis (Glycyrrhiza glabra L.)
Leguminoseae. Khasiat tanaman ini yang menunjukkan adanya kandungan senyawa
digunakan sebagai obat batuk dengan dosis kimia metabolit sekunder seperti
1x10 g akar/hari (Menteri Kesehatan flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid,
Republik Indonesia, 2017). Akar manis saponin, tannin dan glikosida.
terdiri atas akar dan batang bawah tanah Berdasarkan uraian diatas ternyata belum
yang tidak dikupas dan telah dikeringkan pernah dilakukan penelitian tentang
dari tanaman Glycyrrhiza glabra Linne. analisis fitokimia dari ramuan obat
Mengandung tidak kurang dari 4,0% asam tradisional untuk batuk dari akar manis,
glisirizinat (Menteri Kesehatan Republik oleh karena itu peneliti tertarik untuk
Indonesia, 2014). melakukan penelitian analisis fitokimia
Batuk merupakan suatu refleks dan dari ramuan herbal tradosional untuk batuk
juga merupakan suatu cara melindungi dari akar manis (Glycyrrhiza glabra L.)..
paru-paru dalam menghadapi zat-zat yang
mengganggu. Jika saluran pernapasan atau
bronkus berisi lendir, maka batuk untuk METODE PENELITIAN
membersihkan jalan tersebut sehingga
lebih mudah bernapas. Batuk sering kali Alat
merupakan gejala infeksi saluran Alat yang digunakan antara lain:
pernapasan bagian atas akibat virus, yakni Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-
infeksi pada hidung, sinus, dan saluran- 1800), buret micro (Brand), timbangan
saluran udara. Kotak suara dapat jadi analitik (Prescisa), oven (Memmert),
meradang (kondisi yang disebut laringitis), kertas perkamen, spatel, bola hisap,
yang mengakibatkan suara parau yang corong, aluminium foil, wadah, erlemeyer,
dapat mempengaruhi kemampuan bicara labu ukur, batang pengaduk, beaker glass,
(Hagen, 2002). pipet ukur (Iwaki), piper tetes dan alat-alat
Pada penelitian Purwanto et al., gelas lainya yang menunjang penelitian.
(2018) terapi kombinasi pemberian herbal Bahan
kunyit (Curcuma Domestica Val.) dan akar Bahan yang digunakan pada
manis (Glycyrrhiza glabra L.), akar manis penelitian ini adalah simplisia akar manis,
berfungsi sebagai antitusif, kandungan etanol (C2H5OH) (Merck), air suling (H2O)
aktif dari akar manis yaitu 18 β (Bratachem), asam sulfat pekat (H2SO4)
glycyrrhetinic acid menunjukkan efek (Merck), besi(III) ammonium sulfat
antitusif yang bekerja untuk menekan (NH4Fe(SO4)2) (Merck), natrium sulfat
reaksi batuk. Penelitian lainnya yang anhidrat (Na2SO4) (Merck), natrium
dilakukan oleh Sogandi (2019) hasil hidroksida (NaOH) (Merck), timbal (II)
skrining pada fraksi akar manis asetat (Pb(C2H302)2) (Merck), Ferri (III)
memberikan hasil positif dengan hasil Klorida (FeCl3), asam klorida (HCl)
yang berbeda pada setiap fraksi yaitu (Merck), asam asetat anhidrat (C6H6O3)
fraksi butanol mengandung flavonoid, (Merck), kalium permanganate (KmnO4)
tannin, alkaloid, glikosida, dan (Merck), eter minyak tanah (petroleum
triterpenoid. Fraksi etil asetat mengandung eter) (Merck), isopropanolol (Merck),
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, asam galat (C7H6O5) (Sigma), serbuk seng
glikosida, triterpenoid, dan fenol. Fraksi (Zn) (Merck), Ammonia (NH3) (PT

2
Bratachem)., Magnesium (Mg) (Merck), Ramuan 0,5 mL yang diperiksa
kloroform (CHCl3) (Merck), alfa-naftol ditambahkan dengan 10 mL metanol P,
(Merck), kalium iodide (KI) (Merck), etil menggunakan alat pendingin balik selama
asetat (C4H8O2) (Merck), n-butanol (PT 10 menit. Saring panas melalui kertas
Bratachem), Asam Indigo Sulfonat saring kecil berlipat. Encerkan filtrat
(C16H8N2Na2O8S2) (Merck), dietil eter dengan 10 mL air. Setelah dingin
(C2H5)2O), folin Ciocalteu (Merck), asam tambahkan 5 mL eter minyak tanah P,
oksalat (H2C204), metanol (CH3OH) kocok hati-hati, diamkan. Ambil lapisan
(Merck), kertas saring dan kertas saring metanol, uapkan pada suhu 40º C dibawah
bebas abu. tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil
asetat p, saring.
CARA KERJA a. Uapkan hingga kering 1 mL larutan
percobaan, sisa dilarutkan dalam 1
A. Penyiapan Sampel mL sampai 2 mL etanol (95%) P,
Sampel yang digunakan pada penelitian tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan
ini adalah akar manis (Glycyrrhiza glabra 2 mL asam klorida 2N, diamkan
L.) sebanyak 1 kg yang dibeli ditoko jamu, selama 1 menit. Tambahkan 10
rempah-rempah dan bumbu Zam-zam tetes asam klorida pekat P, jika
alamat Jl. Pasar Raya Baru Petak III No.38 dalam waktu 2 sampai 5 menit
Padang. terjadi warna merah intensif,
menunjukan adanya flavonoid
B. Uji Karakterisasi Simplisia (glikosida-3-flovanol)
Uji karakterisasi simplisia yaitu b. Uapkan hingga kering 1 mL larutan
meliputi kadar abu tidak larut asam, kadar percobaan, sisa dilarutkan dalam 1
sari larut air (Kementerian Kesehatan mL etanol (95%) P, tambahkankan
Republik Indonesia, 2014). 0,1 g serbuk magnesium P dan 10
tetes asam klorida pekat P, jika
C. Pembuatan Ramuan Akar Manis terjadi warna merah jingga sampai
Sampel yang digunakan berupa merah ungu, menunjukan adanya
akar sebanyak 10 gram, kemudian direbus flavonoid. Jika terjadi warna
dalam 3 gelas air sampai menjadi 1 gelas, kuning jingga menunjukan adanya
dinginkan, saring kemudian diukur ramuan flavon, kalkon dan auron
yang diperoleh (Menteri Kesehatan (Depertemen Kesehatan Republik
Republik Indonesia, 2017). Indonesia, 1995).
4. Uji Alkaloid
D. Analisis Kualitatif Ramuan 0,5 ml, tambahkan 1 mL
1. Uji Fenol asam klorida 2N dan 9 mL air, panaskan
Pipet ramuan sebanyak 2 mL, diatas penangas air selama 2 menit,
tambahkan 3-4 tetes besi (III) klorida 5%. dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes
Senyawa fenol akan memberikan warna filtrat pada tabung reaksi, tambahkan 2
hijau hingga biru kehitaman (Banu & tetes Bouchardat LP. Jika pada kedua
Cathrine, 2015). percobaan tidak terjadi endapan, maka
2. Uji Tanin serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika
Pipet 1 ml ramuan ditambahkan 3 dengan mayer LP terbentuk endapan
tetes pereaksi FeCl3 5% menghasilkan menggumpal berwarna putih atau kuning
warna hijau atau biru sampai hitam yang larut metanol P dan dengan
(Departemen Kesehatan Republik Bouchardat LP terbentuk endapan
Indonesia, 1995). berwarna coklat sampai hitam, maka ada
3. Uji Flavonoid kemungkinan terdapat alkaloid
Larutan percobaan

3
(Depertemen Kesehatan Republik asam sulfat P, terbentuk cincin
Indonesia, 1995). berwarna ungu pada batas
cairan, menunjukan adanya
5. Uji Saponin ikatan gula (reaksi Molish)
Cara percobaan pembuihan (Depertemen Kesehatan
Masukan 0,5 mL yang diperiksa ke Republik Indonesia, 1995).
dalam tabung reaksi, tambahkan 10 mL air
panas, dinginkan dan kemudian kocok E. Analisis Kuantitatif
kuat-kuat selama 10 detik. (Jika zat yang 1. Fenol
diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 Penetapan kadar fenolik total
mL sediaan yang diperiksa dengan 10 mL menggunakan spektrofotometri dengan
air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit, pereaksi larutan Folin-Ciocalteu
terbentuk buih yang mantap selama tidak (Kementerian Kesehatam Republik
kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm Indonesia, 2011).
sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes a. Penentuan Panjang Gelombang
asam klorida 2 N, buih tidak hilang maksimum
(Depertemen Kesehatan Republik Ditimbang seksama 10 mg asam galat,
Indonesia, 1995). lalu dilarutkan dengan metanol p.a hingga
6. Uji Glikosida 100 ml (100 µg/mL), dibuat larutan asam
Larutan percobaan galat 40 µg/mL dengan cara memipet
Ramuan 3 mL filtrat dengan 30 mL sebanyak 4 mL larutan asam galat 100
campuran 7 bagian volume etanol (95%) P µg/mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10
dan 3 bagian volume air dalam alat mL, ditambahkan dengan metanol p.a
pendingin alir balik selama 10 menit, sampai tanda batas. Dipipet 1 mL larutan
dinginkan, saring. Pada 20 mL filtrat
asam galat 40 µg/mL ke dalam vial
tambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) tambahkan 5 mL pereaksi Folin-Ciocalteu
asetat 0,4 M, kocok diamkan selama 5 Fenol LP (75% dalam air). Diamkan
menit, saring. Sari filtrat 3 kali, tiap kali selama 8 menit, tambahkan 4 mL NaOH
dengan 20 mL campuran 3 bagian 1% inkubasi selama 1 jam pada suhu
kloroform P dan 2 bagian volume ruang, dan diukur panjang gelombang
isopropanol P. Pada kumpulan sari maksimum 733,5 nm menggunakan
tambahkan natrium sulfat anhidrat P, Spektrofotometri UV-Visible.
saring dan uapkan pada suhu tidak lebih b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
dari 50º. Larutkan sisa dengan 2 mL Dari larutan induk asam galat 100 µg/mL
metanol P. dibuat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50,
Cara percobaan dan 60 µg/mL dengan cara memipet
a. Uapkan 0,1 mL larutan
sebanyak 2, 3, 4, 5, dan 6 mL dari larutan
percobaan diatas penangas air, asam galat 100 µg/mL dimasukkan ke
larutkan sisa dalam 5 mL asam dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan
asetat anhidrat P. Tambahkan dengan metanol p.a sampai tanda batas.
10 tetes asam sulfat P terjadi Dari masing-masing konsentrasi dipipet 1
warna biru atau hijau, mL larutan asam galat ke dalam vial yang
menunjukan adanya glikosida berbeda lalu tambahkan 5 mL pereaksi
(reaksi Lieberman burchard). Folin-Ciocalteu Fenol LP (75% dalam air).
b. Masukan 0,1 mL larutan Diamkan selama 8 menit, tambahkan 4 mL
percobaan dalam tabung reaksi, NaOH 1% inkubasi selama 1 jam pada
uapkan di atas penangas air. suhu ruang. Ukur serapan pada panjang
Pada sisa tambahkan 2 mL air gelombang maksimum 733,5 nm dengan
dan 5 tetes Molish LP. Spektrofotometri UV-Visible dan dibuat
Tambahkan hati-hati 2 mL

4
kurva kalibrasi sehingga persamaan regresi c. Penyiapan dan Pengukuran Titrasi
linearnya dapat dihitung. Blanko
Disiapkan 77,5 ml Aquadest dalam
erlenmeyer 100 ml. Ditambahkan indikator
c. Larutan uji asam indigo sulfonat 2,5 ml, lalu dititrasi
Pipet ramuan sebanyak 0,1 mL masukkan dengan KMnO4 0,1 N hingga terjadi
kedalam vial, ditambahkan 5 mL pereaksi perubahan warna larutan dari biru tua
Folin-Ciocalteu Fenol LP (75% dalam air). menjadi warna kuning keemasan. Lakukan
Diamkan selama 8 menit, tambahkan 4 mL 3 kali pengulangan (Departemen
NaOH 1% inkubasi selama 1 jam pada Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
suhu ruang. Ukur serapan pada panjang 3. Saponin
gelombang maksimum 733,5 nm dengan Ramuan sebanyak 1,25 mL mula-mula
Spektrofotometri UV-Visible. direfluks dengan 50 mL petroleum eter
2. Tannin pada suhu 60-80°c selama 30 menit.
a. Pembakuan Larutan Baku Primer Setelah dingin larutan petroleum eter
Asam Oksalat dibuang dan residu yang tertinggal
Dipipet 10 ml larutan C2H2O4.2H2O 0,1N. dilarutkan dalam 50 mL etil asetat. Larutan
Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 dipindahkan ke corong pisah kemudian
ml, ditambahkan 10 ml larutan H2SO4 4N dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang
dipanaskan sampai suhu 70˚C, kemudian tertinggal dilarutkan dalam n-butanol
dititrasi dengan KMnO4 0,1 N. Titrasi sebanyak 3 kali pengulangan masing-
dihentikan apabila sudah terjadi perubahan masing 50 mL, lalu dievaporasi, sisa
warna dari tidak berwarna menjadi penguapan dilarutkan dengan metanol 10
berwarna merah muda. Lakukan 3 kali mL kemudian larutkan ini diteteskan ke
pengulangan. dalam 50 mL dietil eter sambil diaduk.
b. Penetapan Kadar Tanin dengan Endapan yang terbentuk dalam campuran
KMnO4 0.1 N dituangkan pada kertas saring yang telah
Sebanyak 2 mL ramuan akar manis diketahui bobotnya. endapan kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass 100 dibilas dengan 10 mL dietil eter. Kertas
mL. Lalu ditambahkan 50 ml Aquadest, saring dikeringkan pada suhu 105°c
dipanaskan di atas penangas air sampai sampai bobot tetap. Selisih bobot kerta
mendidih selama 30 menit sambil diaduk. saring sebelum dan sesudah penyaringan
Diamkan beberapa menit, endapkan, lalu ditetapkan sebagai bobot saponin (Mien et
dituang melalui kertas saring kedalam labu al, 2015).
ukur 250 ml dan didapatkan filtrat.
Ampasnya disari kembali dengan aquadest HASIL DAN PEMBAHASAN
mendidih dan dimasukkan ke dalam labu Pada penelitian ini sampel yang
ukur yang sama. Penyarian dilakukan digunakan adalah akar manis. Akar manis
beberapa kali hingga residu tidak dibeli di Pasar Raya Padang. Penelitian ini
menunjukkan perubahan warna menjadi bertujuan untuk mengetahui kandungan
hijau kehitaman apabila direaksikan senyawa kimia dan kadar senyawa yang
dengan Besi (III) Ammonium sulfat. terkandung pada ramuan akar manis.
Dinginkan cairan dan tambahkan air Sebelum dilakukan uji fitokimia pada akar
secukupnya 250 ml. Pipet 12,5 ml larutan manis dilakukan standarisasi simplisia
kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan yang bertujuan untuk mendapatkan
375 ml air dan 12,5 ml indikator asam simplisia yang bermutu baik dan yang
indigo sulfonat LP, titrasi dengan KMnO4 memenuhi standarisasi Farmakope
hingga terjadi perubahan warna biru tua Indonesia Edisi V (2014), yang berupa uji
menjadi berwarna kuning keemasan. makroskopik, uji mikroskopik, pengujian
Lakukan 3 kali pengulangan.

5
kadar abu tidak larut asam dan penetapan memerlukan perlakuan khusus karena
kadar sari larut air. pengerjaannya lebih sederhana. Untuk
Pemeriksaan makroskopis mendapatkan ramuan obat tradisional
dilakukan dengan cara melihat langsung dengan metode rebusan, dapat digunakan
simplisia akar manis, berupa bentuk, pelarut air (Menteri Kesehatan Republik
warna, rasa dan bau dari akar manis. Indonesia, 2017). Proses perebusan
Simplisia berupa akar dan serbuk, ramuan akar manis menggunakan wadah
berwarna coklat, berbau sedikit aromatis dari tanah liat atau gerabah dan kompor.
dan rasa manis (Lampiran 1, Gambar 3). Jika menggunakan peralatan logam, seperti
Pemeriksaan tersebut sesuai dengan aluminium dapat menimbulkan reaksi
standarisasi yang terdapat dalam kimia dan menjadi beracun atau dapat
Farmakope Indonesia Edisi V (2014). mengurangi efeknya (Ministry Of Health
Pengujian mikroskopis dengan Republic Of Indonesia, 2010). Pembuatan
menggunakan alat mikroskop dan Optilab. ramuan akar manis sebanyak 10 gram akar
Hasil yang didapatkan dari uji manis, kemudian direbus dalam 3 gelas air
mikroskopik yaitu serabut kayu dan sampai menjadi 1 gelas, dinginkan,
serabut sklerenkim mengandung kristal kemudian diperoleh ramuan sebanyak 200
oksalat dan pembuluh kayu dengan mL. Setelah proses perebusan selesai,
penebalan noktah, fragmen sel gabus ramuan didingankan dahulu untuk
berwarna merah cokelat dan amilum menghindari penguapan pada hasil
(Lampiran 1, Gambar 4). Pemeriksaan rebusan. Ampas dipisahkan dengan cara
tersebut sesuai dengan standarisasi yang penyaringan menggunakan saringan nilon
terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi untuk menghindari perubahan efek terapi
V (2014). Pengujian kadar abu tidak larut yang terkandung didalam akar manis dan
asam yang diperoleh adalah dapat mengurangi kadarnya (Menteri
1,1092%±0,4225. Hasil ini menunjukkan Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
bahwa kadar abu tidak larut asam telah Setelah didapatkan ramuan obat
memenuhi standarisasi yang terdapat tradisional kemudian dilakukan analisis
dalam Farmakope Indonesia Edisi V kandungan senyawa kimia dari ramuan
(2014) yaitu kadar abu tidak larut asam akar manis yang meliputi metabolit
tidak lebih dari 2,0%. Kadar abu tidak sekunder dengan metode skrining
larut asam bertujuan untuk mengetahui fitokimia. Hasil skrining fitokimia
jumlah abu yang diperoleh dari faktor menunjukkan bahwa ramuan akar manis
eksternal, bersumber dari pasir atau tanah mengandung fenol, tanin dan saponin.
silikat (Departemen Kesehatan Republik Pada pengujian tanin didapatkan hasil
Indonesia, 2000). Penetapan kadar sari yang positif dengan menggunakan pereaksi
larut air, analisis dilakukan untuk FeCl3 5% menunjukkan larutan uji positif
memberikan gambaran awal jumlah yaitu berwarna hijau kehitaman. Hal ini
senyawa yang dapat tersari dengan pelarut juga merupakan cara untuk mendeteksi
air dari suatu simplisia (Departemen senyawa fenol, yaitu dengan
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Dari menambahkan pereaksi besi (III) klorida
hasil pengujian menunjukkan kadar 5% menunjukkan larutan uji positif yaitu
senyawa yang larut dalam air pada akar berwarna hijau kehitaman. Hasil uji
manis sebesar 24,1343%±0,0309. Hasil saponin dari ramuan akar manis dengan
menunjukkan bahwa kadar senyawa larut menggunakan air (10 mL) menunjukkan
air telah memenuhi standarisasi yang hasil positif dengan timbulnya buih pada
terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi larutan uji setinggi 2 cm setelah
V (2014) yaitu tidak kurang dari 20 %. penambahan asam klorida 2 N. Hasil uji
Pembuatan ramuan obat tradisional alkaloid dari ramuan akar manis dengan
dilakukan dengan metode rebusan tidak menggunakan reagen Mayer menunjukkan

6
hasil negatif dan hasil uji alkaloid dari dan didapat persaman regresi linier y =
ramuan akar manis dengan menggunakan 0,01119x + 0,0242 (Gambar 2).
reagen Bouchardat LP menunjukkan hasil Larutan pembanding yang
negatif. Hasil uji glikosida dari ramuan digunakan adalah asam galat yang
akar manis dengan menggunakan 5 mL as. merupakan salah satu golongan senyawa
Asetat anhidrat + 10 tetes asam sulfat fenol alami turunan asam hidroksibenzoat.
menunjukkan hasil negatif (Lampiran 1, Senyawa ini stabil dan murni, lebih murah
Tabel IV), dan hasil uji glikosida dengan dan mudah didapat. Pada penetapan kadar
menggunakan 2 mL air suling + 5 tetes fenolik total dilakukan 3 kali pengulangan,
Molish LP + asam sulfat menunjukkan ditentukan dengan cara mengukur serapan
hasil negatif. Hasil uji flavonoid dari yang merupakan hasil reagen Folin-
ramuan akar manis menggunakan pereaksi Ciocalteu dengan sampel, menggunakan
etanol (95%) P+ 0,5 g serbuk seng + 2 mL persamaan regresi linier dari kurva
HCl 2N dan 10 tetes HCl pekat kalibrasi asam galat. Diperoleh absorban
menunjukkan hasil negatif, dan hasil uji pada akar manis 0,505, 0,515, 0,519 dan
flavonoid dari ramuan akar manis dengan diperoleh rata-rata kadar fenol total
menggunakan pereaksi etanol (95%) P + ramuan akar manis 0,00479%±0,00006.
0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes HCl
pekat menunjukkan hasil negatif.
Setelah diperoleh hasil analisis
kandungan senyawa kimia dari ramuan
akar manis selanjutnya dilakukan
penetapan kadar dari metabolit sekunder
yang merupakan uji kuantitatif untuk
mengetahui kadar total suatu senyawa
yang terkandung dalam ramuan akar
manis. Penetapan kadar fenol total ramuan
akar manis menggunakan metode Folin Gambar 1. Spektrum Panjang gelombang
Ciocalteu. Reagen Folin-Ciocalteu maksimum asam galat+folin ciocalteu
digunakan karna kadar senyawa fenolik pada konsentrasi 40 µg/mL panjang
dapat bereaksi dengan Folin membentuk gelombang 733,5 nm
larutan berwarna yang dapat diukur
absorbansinya. Prinsip dari Folin-
1 y = 0,01119x + 0,0242
Ciocalteu adalah terbentuknya senyawa
Absorban

r= 0,9997
kompleks berwarna biru pekat yang dapat 0,5
diukur pada panjang gelombang 733,5 nm.
0
Pertama dilakukan penetapan panjang 0 20 40 60 80
gelombang maksimum asam galat pada
Konsentrasi (µg/mL)
konsentrasi 40 g/mL diperoleh panjang
gelombang 733,5 nm (Gambar 1).
Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar Gambar 2. kurva kalibrasi larutan standar
fenolik total, terlebih dahulu dibuat kurva asam galat+Folin Ciocalteu
kalibrasi larutan standar asam galat dengan
konsentrasi 20, 30, 40, 50, dan 60 g/mL. Penetapan kadar tanin total
Pembuatan kurva kalibrasi ini berguna dilakukan dengan menggunakan metode
untuk membantu menentukan kadar fenol permanganometri. Metode ini berdasarkan
dalam sampel melalui persamaan regresi proses oksidasi-reduksi atau redoks. Pada
dari kurva kalibrasi. Dari pemeriksaan penelitian ini digunakan KMn04 sebagai
larutan standar asam galat diperoleh standar zat pengoksidasi, karena termasuk
absorban 0,247, 0,361, 0,475, 0,578, 0,698 oksidator kuat dan sebagai larutan baku

7
primer adalah asam oksalat. Penetapan Purwanto et al (2018) kandungan bahan
kadar tannin dilakukan dengan menimbang aktif yang berkhasiat untuk meringankan
sampel akar manis, lalu dipanaskan agar gejala batuk adalah kandungan glycrrhizin
tannin dapat tersari dalam air, karena dan glycyrrhetenic acid.
dasarnya tanin larut dalam air. Dilakukan
pendinginan, setelah itu disaring dan KESIMPULAN
diambil filtratnya, proses tersebut diulang Berdasarkan penelitian yang telah
sampai ampas tidak menghasilkan warna dilakukan tentang analisis kualitatif dan
hijau kehitaman apabila diberi larutan besi kuantitatif dari ramuan akar manis dapat
(III) ammonium sulfat, hal tersebut disimpulkan bahwa:
menandakan seluruh tannin sudah tersari. 1. Hasil analisis kualitatif pada ramuan
Dinginkan cairan dan ditambah aquadest akar manis menunjukkan hasil positif
hingga 250 ml. Pipet 12,5 ml larutan pada senyawa fenol, tanin dan saponin.
kedalam erlenmeyer, ditambah indikator 2. Hasil analisis kuantitatif senyawa fenol
asam indigo sulfonat LP sebanyak 12,5 ml kadarnya sebesar 0,00479%±0,00006,
dan dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N tanin kadarnya 0,0376%±0,0021, dan
yang sebelumnya sudah dibakukan dengan saponin kadarnya 5,9568%±0,0513.
asam oksalat. Titik akhir ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi kuning DAFTAR PUSTAKA
emas. Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Setelah itu didapatkan normalitas Republik Indonesia. (2008).
KMn04 yaitu 0,1007 N. Proses selanjutnya Acuan Sediaan Herbal
yaitu penetapan kadar tanin dari ramuan Volume Ke Empat Edisi
akar manis menggunakan KMn04. Volume Pertama. Jakarta: Badan
titrasi blanko dijadikan sebagai faktor Pengawas Obat Dan
pengurangan pada volume titrasi sampel. Makanan Republik
Dari hasil titrasi tersebut didapatkan kadar Indonesia.
tanin 0,0376%±0,0021.
Penetapan kadar saponin Banu, K. Sahira & Cathrine.L. (2015).
menggunakan metode gravimetri yaitu General Techniques Involved
suatu metode analisis yang didasarkan In Phytochemical Analysis.
pada pengukuran berat, yang melibatkan : International Journal of
pembentukan, pengukuran berat ataupun Advanced Research in
isolasi dari suatu endapan. Penetapan Chemical Sciene, 2 (4): 25-
kadar saponin dihitung dari endapan yang 32.
dihasilkan pada kertas yang sudah
diketahui bobotnya. Hasil penentuan kadar Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur
total saponin akar manis 5,9568%±0,0513. Senyawa Organik Scara
Akar manis (Glycyrrhiza glabra Spektroskopis. Padang:
Linn.) adalah salah satu tanaman dari Andalas University Press.
famili Leguminoseae. Khasiat tanaman ini
yang digunakan sebagai obat batuk dengan Damle, M. (2014). Glycyrrhiza glabra
dosis 1x10 gram akar/hari (Keputusan (liquorice) – A Potent
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Medicinal Herb.
Nomor HK.01.07/MENKES/187/2017). Internasional Journal Of
Setelah di Uji kualitatif dan kuantitatif Herbal Medicine; 2(2):132-
ramuan akar manis diduga yang dapat 136.
mengurangi batuk adalah saponin. Saponin
dalam akar manis yang lebih dikenal
dengan glycyrrhizin. Menurut penelitian

8
Day, R. A. & Underwood, A. L. (2002). Hagen, P. T. (2002). Mayo Clinic
Analisis Kimia Kuantitatif. Pedoman Perawatan Sendiri
Jakarta: Erlangga. Jawaban Masalah Kesehatan
Sehari-hari. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Penerbit PT Intisari
Indonesia. (1989). Materia Mediatama.
Medika Indonesia jilid V.
Jakarta: Departemen Hanani, E. (2017). Analisis Fitokimia.
Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku

Departemen Kesehatan Republik Kedokteran EGC.


Indonesia. (1995). Materia
Medika Indonesia jilid VI. Kementerian Kesehatan Republik
Jakarta: Departemen Indonesia. (2014).
Kesehatan. Farmakope Indonesi Edisi V.
Jakarta: Kementerian
Departemen Kesehatan Republik Kesehatan Republik
Indonesia. (2000). Parameter Indonesia.
Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Direktorat Jendral Indonesia (2011). Suplemen
Pengawasan obat dan II Farmakope Herbal
Makanan. Indonesia (Edisi I). Jakarta:
Kementerian Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Republik Indonesia.
Indonesia. (2008).
Farmakope Herbal Indonesia Mengel, M. B. & Schwiebert, L. P. (2001).
edisi I. Jakarta: Direktorat Referensi Manual
Jendral Pengawasan obat dan Kedokteran Keluarga.
Makanan. Jakarta: Hipokrates.

Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


Pengawas Obat Dan (2017). Formularium
Makanan RI (2012). Acuan Ramuan Obat Tradisional
Sediaan Herbal Volume Ke 7 Indonesia. Jakarta:
Edisi 1. Jakarta: Badan Departemen Kesehatan
Pengawasan Obat Dan Republik Indonesia.
Makanan Republik
Indonesia. Mien, J. D., Carolin, A. W., & Firhani, A.
P. (2015). Penetapan Kadar
Fryer, H. J.M. (1986). Folin-Ciocalteau’s Saponin Pada Ekstrak Daun
Phenol Reagent, Anal Lidah Mertua (Sansevieria
Biochem., 153,262-266. Trifasciata Prain Varietas S.
Laurentii) Secara Gravimetri.
Gandjar, I. G., Dea. & Rohman, A. (2007). Jurnal ilmu dan teknologi
Kimia Farmasi Analisis. kesehatan, 2(2): 65-69.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ministry of Health Republic of Indonesia.
(2010). Guidelines For The

9
Use Of Herbal Medicine In Oxidant Potential Of
Family Health Care. Jakarta: Glycyrrhiza glabra Root
Ministry of Health Republic Extracts. Journal Of
of Indonesia. Environmental Research And
Development, 2 (4A): 1552-
Nitalikar, M. M., Munde, K. C., Dhore, B. 1558.
V., & Shikalgar, S. N.
(2010). Studies Of Vibha, J. B., Choudhary, K., Sing, M.,
Antibacterial Activities Of Rathore, M. S., &
Glycyrrhiza glabra Root Schekhawat. (2009). A Study
Extract. Internasional journal On Pharmacokinetics And
of phamtech research, 2 (1); Therapeutik Efficacy Of
899-901. Glycyrrhiza glabra: A
Mirecle Medicinal Herb.
Purwanto, I. F., Ario, I., & Lusiana, A. Botany Reseach
(2018). Kombinasi Internasional, 2(3):157-163
Akupuntur Serta Herbal
Kunyit-Akar Manis Pada
Terapi Batuk Kronis. Journal
Of Vocational Health Studies,
01;121-125

Santoso, J. (2017). Efektivitas Infusa Akar


Manis Sebagai Anti Tukak
Lambung Tikus Yang
Diinduksi Asetosal. Jurnal
Kebidanan Dan Kesehatan,
2 (1);1-59.

Sogandi., Darma, W. S. T. & Jannah, R.


(2019). Potensi Senyawa
Antibakteri Dari Ekstrak
Akar Manis (Glycyrrhiza
glabra L) terhadap Bacillus
cereus. Jurnal Kimia Sains
Dan Aplikasi 22(4): 105-111.

Sulastri, T. (2009). Analisis Kadar Tanin


Ekstrak Air Dan Etanol Pada
Biji Pinang Sirih (Areca
catechu. L). Jurnal Chemica,
10(1): 59-63.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan


Kimia. Universitas Indonesia.

Varsha, S., Agrawal, R. C., & Sonam, P.


(2013). Phytochemical
Screening And Determination
Of Anti-Bacterial And Anti-

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai