Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331555767

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA KIMIA


DARI EKSTRAK HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI DAUN ALPUKAT
(Persea americana Mill)

Preprint · March 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.19403.03367

CITATIONS READS

0 4,670

3 authors, including:

Harrizul Rivai Liza Asbari Hasni


Universitas Andalas 2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   
170 PUBLICATIONS   165 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pharmaceutical Care View project

Development and Validation of Omeprazole Analysis Methods in Capsules with Absorbance Methods and Areas under Curves Methods with UV-Vis Spectrophotometry
View project

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA KIMIA
DARI EKSTRAK HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI DAUN ALPUKAT
(Persea americana Mill)

Harrizul Rivai 1), Liza Asbari Hasni 2), Zulharmita 2)


1)
Fakultas Farmasi Universitas (UNAND) Andalas Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFRM) Padang
Email: lizahassofyian@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan senyawa kimia dari ekstrak heksan,
aseton, etanol, dan air dari daun alpukat (Persea americana Mill), dengan tujuan untuk menentukan kandungan
dan kadar senyawa kimia yang terdapat dalam masing-masing ekstrak tersebut. Penelitian ini menggunakan dua
metode ekstraksi yaitu metode maserasi untuk pelarut heksan, aseton, etanol dan metode infusa untuk pelarut
air. Hasil analisis kualitatif yang positif pada ekstrak heksan mengandung senyawa kimia flavonoid dan
alkaloid. Ekstrak aseton mengandung senyawa kimia flavonoid, fenol, tanin, dan alkaloid. Ekstrak etanol
mengandung senyawa kimia flavonoid, fenol, tanin, alkaloid, dan saponin. Ekstrak air mengandung senyawa
kimia flavonoid, fenol, tanin, dan alkaloid. Hasil analisis kuantitatif kadar senyawa flavonoid pada ekstrak
heksan, aseton, etanol, dan air masing-masing 0,6 %; 0,3 %; 0,3 %; dan 0,5 %. Kadar senyawa fenol pada
ekstrak aseton, etanol, dan air masing-masing 5,1 %; 3,9 %; dan 3,7 %. Kadar senyawa tanin pada ekstrak
aseton, etanol, dan air masing-masing 0,3 %; 0,2 %; dan 0,1 %. Kadar senyawa alkaloid pada ekstrak heksan,
aseton, etanol dan air masing-masing 0,1 %; 13,6 %; 15,6 %; dan 5,5 %. Kadar senyawa saponin pada ekstrak
etanol 3,3 %.

kata kunci: ekstrak daun alpukat, spektrofotometri Uv-Vis, gravimetri.

ABSTRACT

The study is about qualitative and quantitative analysis of the chemical compounds of hexane, acetone,
ethanol, and water extracts from avocado leaves (Persea americana Mill), with the aim of determining the
content and levels of chemical compounds contained in each extract. This study uses two extraction methods,
namely maceration method for hexane, acetone, ethanol solvent and infusion method for water solvent. The
results of a positive qualitative analysis of hexane extract contain chemical compounds of flavonoids and
alkaloids. Acetone extract contains chemical compounds of flavonoids, phenols, tannins, and alkaloids. Ethanol
extract contains chemical compounds of flavonoids, phenols, tannins, alkaloids, and saponins. Water extracts
contain chemical compounds of flavonoids, phenols, tannins, and alkaloids. The results of quantitative analysis
of flavonoid compounds respectively from hexane, acetone, ethanol, and water extracts were 0.6 %; 0.3 %; 0.3
%; and 0.5 %. Phenol compounds respectively from acetone, ethanol, and water extracts were 5.1 %; 3.9 %;
and 3.7 %. Tannin compounds respectively from acetone, ethanol, and water extracts were 0.3 %; 0.2 %; and
0.1 %. Alkaloid compounds respectively from hexane, acetone, ethanol, and water extracts were 0.1 %; 13.6 %;
15.6 %; and 5.5 %. Saponin compounds ethanol extracts were 3.3 %.

Keywords: avocado leaf extract, spektrofotometri Uv-Vis, gravimetri.

PENDAHULUAN ditentukan kadar kandungan senyawa


kimia yang terdapat dalam daun alpukat.
Tanaman alpukat (Percea americana Daun alpukat memiliki beberapa
Mill) merupakan salah satu tanaman yang kandungan senyawa kimia yang sangat
memiliki manfaat sebagai obat tradisional. bermanfaat bagi kesehatan. Berdasarkan
Hampir semua bagian dari tanaman ini penelitian terdahulu, Kamagate et al.,
memiliki khasiat sebagai sumber obat- (2016) dalam uji skrining fitokimia pada
obatan, diantaranya daun alpukat yang daun Persea americana Mill yang
dapat digunakan untuk pengobatan herbal dilakukan dengan metode maserasi untuk
dislipidemia (Peraturan Menteri pelarut metanol dan etanol, serta dengan
Kesehatan, 2016). Maka dari itu, perlu metode dekokta untuk pelarut air,
diidentifikasi adanya senyawa saponin, digunakan sebagai pelarut inert dalam
polifenol, flavonoid, alkaloid, sterol atau reaksi organik (Aziz et al., 2009). Aseton
politerpenoid, dan kumarin. Selain itu pada adalah pengekstraksi yang sangat berguna,
ekstrak air daun Persea americana Mill yang mampu melarutkan banyak
juga diidentifikasi adanya kandungan tanin komponen hidrofilik dan lipofilik, dapat
sedangkan pada ekstrak etanol dan ekstrak larut dengan air, mudah menguap, dan
metanol daun Persea americana Mill toksisitas rendah. Etanol memiliki aktivitas
diidentifikasi adanya kandungan tanin ekstrak yang lebih tinggi dibandingkan
katekin (Kamagate et al., 2016). Boadi et ekstrak air. Hal ini dapat dilihat pada
al., (2015) juga mengidentifikasi adanya jumlah polifenol yang lebih banyak pada
senyawa glikosida, alkaloid, tanin, ekstrak etanol dibandingkan pada ekstrak
saponin, flavonoid, terpenoid, dan steroid air. Air bersifat universal yang mampu
dari ekstrak metanol, kloroform, etil asetat, mengekstrak semua bagian tanaman.
dan petroleum eter dari daun alpukat yang Namun, air tidak memiliki aktivitas
proses ekstraksinya dilakukan dengan antimikroba dan senyawa fenol yang ada
metode soxhletasi. dalam air hanya sebagai antioksidan
Selain hasil penelitian mengenai (Tiwari et al., 2011).
analisis kualitatif dari ekstrak daun Persea Berdasarkan uraian diatas, peneliti
americana Mill, ada juga hasil penelitian tertarik untuk melakukan uji analisis
mengenai analisis kuantitatif dari ekstrak kualitatif dan kuantitatif kandungan
daun Persea americana Mill. Diantaranya senyawa kimia dari ekstrak heksan, aseton,
analisis kuantitatif kadar senyawa etanol, dan air dari daun alpukat (Persea
polifenol total yang diperoleh dari masing- americanaMill). Dengan membandingkan
masing ekstrak air, ekstrak etanol, dan kandungan senyawa kimia serta kadar
ekstrak metanol daun Persea americana kandungan kimia yang diperoleh dari
Mill yang diidentifikasi dengan metode masing-masing ekstrak tersebut.
kolorimetri Folin-Ciocalteu menunjukkan
nilai absorbansi 2707,3 ± 155,4 untuk METODE PENELITIAN
ekstrak air; 2952,7 ± 166,0 untuk ekstrak
etanol dan 1873,1 ± 63,5 untuk ekstrak Alat
metanol (GAE) µg/g dengan ekivalen Alat yang digunakan dalam
asam galat. Untuk kadar senyawa penelitian ini adalah spektrofotometer
flavonoid total yang diidentifikasi dengan Ultraviolet-Visible double beam
metode spektrofotometri menunjukkan (Shimadzu 1800), sonikator (Branson
persentase kandungannya yaitu: 0,543 ± 1800), penguap putar (IKA), oven
0,007; 0,582 ± 0,012 dan 0,474 ± 0,007 % (Memmert), lampu ultraviolet (Camag),
dari masing-masing ekstrak air, ekstrak wadah maserasi (botol gelap), timbangan
etanol, dan ekstrak metanol daun alpukat analitik (Precisa), corong, krus porselen,
(Kamagate et al., 2016). cawan penguap, tabung reaksi (Iwaki),
Ekstraksi atau penyarian merupakan corong pisah (Iwaki), Erlenmeyer (Iwaki),
proses pemisahan senyawa dari matriks labu ukur (Iwaki), gelas piala (Iwaki),
atau simplisia dengan menggunakan pipet ukur (Iwaki), kertas saring Whatman
pelarut yang sesuai. Tujuannya adalah No. 42 (GE Healthcare Life Sciences).
untuk menarik atau memisahkan senyawa
Bahan
dari campurannya atau simplisia. Pelarut
yang digunakan tergantung pada polaritas Bahan yang digunakan dalam
senyawa yang akan disari, mulai dari yang penelitian ini adalah serbuk simplisia
bersifat nonpolar hingga polar (Hanani, kering daun alpukat (Persea amaricana
2015). Heksan merupakan pelarut yang Mill) yang dibeli di PT Temu Kencono,
bersifat sangat tidak polar yang biasanya heksan p.a (EMSURE), aseton (Merck),

2
etanol p.a (EMSURE), air suling (CV. ekstraksi dengan menggunakan pelarut air,
NOVALINDO), amoniak (EMSURE), pada suhu 96-98 ºC selama 15-20 menit
TLC silica gel 60 F254 20 × 20 cm (Merck), (dihitung setelah suhu 96 ºC tercapai).
kuersetin (Sigma), asam galat (Sigma), Bejana infusa tercelupkan dalam tangas
katekin (Sigma), dan semua pereaksi dibeli air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang
dari Merck: alumunium klorida, bersifat lunak, seperti bunga dan daun
kloroform, metanol, etil asetat, asam (Hanani, 2010). Dengan cara timbang
klorida, α-naftol, asam sulfat, rodamin B, sebanyak 50 gram simplisia daun alpukat
serbuk seng, serbuk magnesium, serbuk dan dimasukkan ke dalam panci infus dan
asam borat, serbuk asam oksalat, besi (III) ditambahkan dengan pelarut air suling
klorida, vanilin, gelatin, iodium, kalium sebanyak 500 mL, lalu masukkan ke dalam
iodida, raksa (II) klorida, bismut nitrat, penangas air selama 15-20 menit pada
asam nitrat, amonium molibdat, eter, suhu 98 ºC, lalu saring menggunakan kain
kalium permanganat, asam asetat flanel cukupkan volume hingga diperoleh
anhidrida, natrium hidroksida, n-butanol, ekstrak air daun alpukat sebanyak 500 mL.
dietil eter, kertas pH.
Analisis Kualitatif dengan Skrining
Standarisasi Simplisia Daun Alpukat Fitokimia
(Persea americana Mill) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). 1. Uji Asam amino
a. Larutan 0,1 % Ninhydrin-aseton
a) Mikroskopik Larutan pereaksi dibuat segar dan
b) Penetapan Susut Pengeringan dilakukan dengan sedikit pemanasan.
c) Penetapan Kadar Abu Total Tambahkan beberapa tetes larutan 0,1
d) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut % ninhydrin-aseton ke dalam
Asam beberapa tetes ekstrak. Umumnya
e) Penetapan Kadar Sari Larut Air asam amino memberikan warna ungu
f) Penetapan Kadar Sari Larut Etanol hingga biru keabu-abuan, kecuali
prolin yang memberikan warna
kuning (Hanani, 2015).
Pembuatan Ekstrak 2. Uji Karbohidrat
a. Larutan Fehling A dan Larutan
Pembuatan ekstrak heksan, aseton,
Fehling B
dan etanol. Masukkan 50 gram serbuk
Identifikasi dilakukan dengan
kering simplisia daun alpukat kedalam
penambahan larutan Fehling A dan
maserator, tambahkan 500 mL pelarut
Fehling B dalam jumlah yang sama
(perbandingan 1:10 w/v). Direndam
banyak ke dalam larutan uji, lalu akan
selama 6 jam pertama sambil sesekali
terjadi reduksi (kadang-kadang
diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam.
diperlukan pemanasan), menghasilkan
Maserat dipisahkan dengan cara filtrasi
endapan kupro oksida bewarna merah
(penyaringan) menggunakan kain flanel,
bata (Hanani, 2015).
proses penyaringan ini diulang 2 kali
b. Reaksi Molisch
dengan menggunakan jenis dan jumlah
Semua karbohidrat memberikan warna
pelarut yang sama. Semua maserat
ungu apabila direaksikan dengan α-
dikumpulkan, kemudian uapkan dengan
naftol dan asam nitrat. Terbentuk
alat penguap putar (rotary evaporator)
cincin ungu menandakan adanya
pada suhu di bawah ± 40 ºC sehingga
karbohidrat (Hanani, 2015).
diperoleh kembali ekstrak cair sebanyak
500 mL.
Selanjutnya pembuatan infusa
daun alpukat, metode infusa adalah cara

3
3. Uji Asam Lemak dan serbuk halus asam oksalat, panaskan
a. Larutan Asam Sulfat 25 % di atas penangas air dan hindari
Tambahkan beberapa tetes asam asam pemanasan yang berlebihan. Campur sisa
sulfat 25 % ke dalam beberapa tetes yang diperoleh dengan 10 mL eter. Amati
ekstrak kemudian lakukan pemanasan dengan sinar ultraviolet 366 nm larutan
sehingga terbentuk warna coklat muda berflouresensi kuning intensif
(Hanani, 2015). menunjukkan adanya flavonoid
b. Larutan 0,5 % Rodamin B (Departemen Kesehatan Republik
Tambahkan beberapa tetes larutan Indonesia, 1995).
rodamin B ke dalam beberapa tetes 5. Uji Fenol
ekstrak sehingga terbentuk warna a. Larutan Garam Besi (III) klorida
kuning atau biru keunguan dengan Tambahkan beberapa larutan garam
latar belakang merah muda (Hanani, besi (III) klorida ke dalam beberapa tetes
2015). ekstrak jika memberikan warna hijau
4. Uji Flavonoid hingga biru hitam menunjukkan adanya
 Larutan Percobaan fenol (Hanani, 2015).
Ambil 10 mL ekstrak cair tambahkan b. Larutan Vanilin Asam Sulfat
10 mL metanol refluks selama 10 menit. Tambahkan beberapa tetes larutan
Saring panas melalui kertas saring kecil vanilin asam sulfat kedalam beberapa tetes
berlipat, encerkan dengan 10 mL air. ekstrak. Jika terjadi perubahan warna
Setelah dingin tambahkan 5 mL eter, maka menunjukkan adanya fenol (Hanani,
kocok hati-hati, diamkan. Ambil lapisan 2015).
metanol, uapkan pada suhu 40 ºC. Sisa c. Larutan Vanilin Asam Klorida
dilarutkan dalam 5 mL etil asetat Tambahkan beberapa tetes larutan
kemudian saring (Departemen Kesehatan vanilin asam klorida kedalam beberapa
Republik Indonesia, 1995). tetes ekstrak. Jika terjadi perubahan warna
 Cara percobaan maka menunjukkan adanya fenol (Hanani,
Cara I: Uapkan hingga kering 1 mL 2015).
larutan ekstrak, sisa dilarutkan dalam 1 mL d. Folin-Ciocalteu
sampai 2 mL etanol (95 %), tambahkan Tambahkan beberapa tetes larutan
0,5 gram serbuk seng dan 2 mL asam Folin-Ciocalteu ke dalam beberapa tetes
klorida 2 N diamkan selama 1 menit. ekstrak. Jika terjadi perubahan warna
Tambahkan 10 tetes asam klorida pekat. maka menunjukkan adanya fenol (Hanani,
Jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi 2015).
warna merah intensif. Menunjukkan 6. Uji Tanin
adanya flavonoid (Departemen Kesehatan a. Larutan Garam Feri (Besi)
Republik Indonesia, 1995). Tambahkan beberapa tetes larutan
Cara II: Uapkan hingga kering 1 mL garam feri (besi) ke dalam beberapa tetes
ekstrak, sisa dilarutkan dalam 1 mL etanol ekstrak apabila memberikan endapan
(95 %). Tambahkan 0,1 gram serbuk bewarna biru hitam menunjukkan adanya
magnesium dan 10 tetes asam klorida galotanin dan elagitanin, sedangkan tanin
pekat. Jika terjadi warna merah jingga terkondensasi menimbulkan warna hijau
sampai merah ungu, menunjukkan adanya coklat (Hanani, 2015).
flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga b. Larutan 1 % Gelatin dalam 10 %
menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan Natrium Klorida
auron (Departemen Kesehatan Republik Tambahkan beberapa tetes larutan 1 %
Indonesia, 1995). gelatin dalam 10 % natrium klorida ke
Cara III: Uapkan hingga kering 1 mL dalam beberapa tetes ekstrak jika
ekstrak. Basahkan sisa dengan aseton, menimbulkan endapan menunjukkan
tambahkan sedikit serbuk halus asam borat adanya tanin (Hanani, 2015).

4
7. Uji Alkaloid ekstrak, jika terbentuk perubahan warna
 Larutan percobaan menunjukkan adanya alkaloid
Ambil masing-masing 10 mL ekstrak (Departemen Kesehatan Republik
cair, tambahkan 1 mL asam klorida 2 N Indonesia, 1995).
dan 9 mL air, panaskan di atas penangas c. Larutan Asam Sulfat Pekat
air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Tambahkan beberapa tetes larutan asam
 Reaksi Pengendapan sulfat pekat ke dalam beberapa tetes
a. Pereaksi Bouchardat ekstrak, jika terbentuk perubahan warna
Tambahkan beberapa tetes pereaksi menunjukkan adanya alkaloid
Bouchardat ke dalam beberapa tetes (Departemen Kesehatan Republik
ekstrak, jika terbentuk endapan Indonesia, 1995).
menunjukkan adanya alkaloid d. Larutan Frohde
(Departemen Kesehatan Republik Tambahkan beberapa tetes larutan
Indonesia, 1995). Frohde ke dalam beberapa tetes ekstrak,
b. Pereaksi Mayer jika terbentuk perubahan warna
Tambahkan beberapa tetes pereaksi menunjukkan adanya alkaloid
Mayer ke dalam beberapa tetes ekstrak, (Departemen Kesehatan Republik
jika terbentuk endapan menunjukkan Indonesia, 1995).
adanya alkaloid (Departemen Kesehatan 8. Uji Antrakuinon
Republik Indonesia, 1995). a. Ambil 5 mL ekstrak kemudian
c. Pereaksi Wagner tambahkan 12,5 mL asam klorida 2 N lalu
Tambahkan beberapa tetes pereaksi panaskan di atas penangas air selama 15
Wagner ke dalam beberapa tetes ekstrak, menit. Dalam keadaan panas, larutan
jika terbentuk endapan menunjukkan disaring kemudian didinginkan dan
adanya alkaloid (Departemen Kesehatan dikocok dengan 20 mL eter. Lapisan eter
Republik Indonesia, 1995). dipisahkan dan dikocok dengan 15 mL
d. Pereaksi Dragendroff ammonia 6 N. Amati warna merah yang
Tambahkan beberapa tetes pereaksi timbul (Hanani, 2015).
Dragendroff ke dalam beberapa tetes 9. Uji Minyak Atsiri
ekstrak, jika terbentuk endapan a. Larutan Kalium Permanganat
menunjukkan adanya alkaloid Tambahkan beberapa tetes larutan
(Departemen Kesehatan Republik kalium permanganat ke dalam beberapa
Indonesia, 1995). tetes ekstrak, warna akan menjadi pucat
e. Pereaksi Hager atau hilang menunjukkan adanya minyak
Tambahkan beberapa tetes pereaksi atsiri (Hanani, 2015).
Hager ke dalam beberapa tetes ekstrak, b. Larutan Asam Asetat Anhidrida
jika terbentuk endapan menunjukkan Tambahkan beberapa tetes asam asetat
adanya alkaloid (Departemen Kesehatan anhidrida ke dalam bebrapa tetes ekstrak
Republik Indonesia, 1995). kemudian tambahkan 1 mL asam sulfat
 Reaksi warna pekat sehingga timbul warna hijau biru
a. Larutan Erdman menunjukkan adanya minyak atsiri
Tambahkan beberapa tetes larutan (Hanani, 2015).
Erdman ke dalam beberapa tetes ekstrak, 10. Uji Saponin
jika terbentuk perubahan warna a. Uji Busa
menunjukkan adanya alkaloid Ambil 1 mL ekstrak tambahkan 10 mL
(Departemen Kesehatan Republik air kemudian kocok kuat selama 10 menit,
Indonesia, 1995). apabila terbentuk buih yang stabil selama
b. Larutan Asam Nitrat Pekat tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10
Tambahkan beberapa tetes larutan asam cm dan pada penambahkan 1 tetes asam
nitrat pekat ke dalam beberapa tetes klorida 2 N buih tidak hilang menunjukkan

5
adanya saponin (Departemen Kesehatan 60 ppm dengan etanol 80 % sebagai
Republik Indonesia, 1995). blangko pada panjang gelombang 440 nm
11. Uji glikosida jantung (Kementerian Kesehatan Republik
a. Pereaksi Baljet Indonesia, 2010).
Larutkan 0,1 mL ekstrak dengan 2,9 2. Penetapan Kadar Fenol Total
mL metanol tambahkan pereaksi Baljet a. Pembuatan larutan uji
terbentuk warna jingga beberapa menit, Pipet masing-masing 1 mL ekstrak cair,
menunjukkan adanya glikosida dan encerkan dengan metanol sampai tanda
aglikon kardenolida (Departemen batas di dalam labu ukur 10 mL.
Kesehatan Republik Indonesia, 1995). b. Pembuatan larutan pembanding
b. Pereaksi Keller-Kiliani Timbang seksama kurang lebih 10 mg
Uapkan 0,2 mL ekstrak diatas penangas pembanding asam galat, larutkan dengan
air. Larutkan sisa dengan 3 mL asam asetat metanol sampai tanda batas di dalam labu
dengan sedikit pemanasan, lalu dinginkan. ukur 10 mL, encerkan secara kuantitatif
Teteskan besi (III) klorida 0,3 M, dan jika perlu bertahap dengan metanol
kemudian tambahkan asam sulfat dan 1 dengan kadar 30, 40, 50, 60, dan 70
tetes besi (III) klorida 0,3 M, apabila µg/mL.
terbentuk cicin bewarna merah coklat pada c. Pengukuran
batas carian, setelah beberapa menit di atas Pipet masing-masing 1 mL larutan uji
cicin bewarna biru hijau menunjukkan dan enceran larutan pembanding dalam
adanya glikosida dan glikon 2-desoksi gula tabung reaksi, tambahkan 5 mL enceran
(Departemen Kesehatan Republik Folin-Ciocalteu fenol LP (7,5 % dalam
Indonesia, 1995). air). Diamkan selama 8 menit, tambahkan
4 ml natrium hidroksida 1 %, diamkan
Analisis Kuantitatif Kadar Total selama 1 jam. Untuk pengukuran serapan
Golongan Kandungan Senyawa Kimia panjang gelombang maksimum dilakukan
pada konsentrasi pembanding 50 ppm
1. Penetapan Kadar Flavonoid Total dengan metanol sebagai blangko pada
a. Larutan untuk ekstrak cair panjang gelombang 749 nm, buat kurva
Pipet masing-masing 1 mL ekstrak cair, kalibrasi dan hitung kadar fenol total
encerkan dengan etanol 80 % sampai tanda (Kementerian Kesehatan Republik
batas di dalam labu ukur 10 mL. indonesia, 2010).
b. Larutan pembanding 3. Penetapan Kadar Tanin Total
Timbang seksama kurang lebih 10 mg a. Larutan pembanding
pembanding kuersetin, larutkan dengan Keringkan pembanding katekin dalam
etanol 80 % sampai tanda batas di dalam oven pada suhu 105 °C sampai bobot
labu ukur 10 mL, encerkan secara tetap. Timbang seksama lebih kurang 10
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan mg, masukkan ke dalam labu terukur 10
etanol 80 % dengan kadar 20, 40, 60, 80, mL, larutkan dalam etil asetat, sonikasi
dan 100 µg/mL. selama 5 menit. Pipet 2 mL larutan,
c. Pengukuran masukkan ke dalam labu erlenmeyer
Pipet secara terpisah 1 mL larutan uji bersumbat kaca 100 mL, tambahkan 50
dan larutan pembanding tambahkan pada mL etil asetat, sonikasi kembali selama 5
masing-masing larutan tersebut 1,5 mL menit.
etanol, 0,1 mL aluminium klorida 10 %, b. Larutan uji
0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL air Ambil 20 mL ekstrak cair masukkan ke
suling. Kocok dan diamkan selama 30 dalam labu terukur 50 mL, larutkan dalam
menit pada suhu ruang. Untuk pengukuran etil asetat, sonikasi selama 5 menit. Pipet 2
serapan panjang gelombang maksimum mL larutan, masukkan ke dalam labu
dilakukan pada konsentrasi pembanding erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL,

6
tambahkan 50 mL etil asetat, sonikasi sebagai saponin total (skema dapat dilihat
kembali selama 5 menit. pada Gambar 57) (Edeoga et al, 2005).
c. Pengukuran
Ukur serapan larutan pembanding, HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan uji, dan larutan blangko secara
spektrofotometri pada panjang gelombang Standarisasi Simplisia Daun Alpukat
280 nm. Gunakan etil asetat sebagai (Persea americana Mill)
blangko. Hitung persentase katekin dalam  Pemeriksaan mikroskopik
ekstrak pada panjang gelombang 280 nm Dari hasil yang didapat yaitu epidermis
(Kementerian Kesehatan Republik atas dan tulang daun, epidermis bawah
Indonesia, 2010). dengan stomata tipe aniositik, rambut
3. Penetapan Kadar Alkaloid Total penutup dan idioblast kristal, epidermis,
Ambil 20 mL ekstrak cair, sari mesofil, dan kelenjar minyak, serta
menggunakan 100 mL metanol dan 10 mL mesofil, sel minyak, dan berkas
amoniak, panaskan di atas tangas air pengangkut. Pemeriksaan tersebut sesuai
selama 30 menit, saring. Ulangi 2 kali dengan standarisasi yang terdapat dalam
penyarian menggunakan jenis dan jumlah Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
pelarut yang sama. Tambahkan 50 mL (2010).
asam klorida 1 N pada kumpulan filtrat,  Susut pengeringan
uapkan hingga volume kurang lebih 25 Hasil 8,6431 % ± 0,0299 % memenuhi
mL, saring ke dalam corong pisah. standarisasi yang terdapat dalam
Basakan filtrat dengan amoniak sampai pH Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
± 10, sari 3 kali dengan 25 mL kloroform, (2010), dimana nilai susut pengeringan
kumpulkan dan uapkan fase kloroform tidak lebih dari 10 %.
pada suhu 50 °C, kemudian keringkan  Kadar abu total
pada suhu 100 °C hingga bobot tetap. Hasil 3,3164 % ± 0,0040 % memenuhi
Hitung sisa pengeringan sebagai alkaloid standarisasi yang terdapat dalam
total (skema dapat dilihat pada Gambar Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
56) (Kementerian Kesehatan Republik (2010), dimana nilai kadar abu total tidak
Indonesia, 2010). lebih dari 4,2 %.
4. Penetapan Kadar Saponin Total  Kadar abu tidak larut asam
Ambil 200 mL ekstrak cair, sari Hasil 0,4011 % ± 0,1358 % memenuhi
menggunakan 100 mL etanol 20 % dalam standarisasi yang terdapat dalam
air, panaskan di atas penangas air selama 4 Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
jam pada suhu 55 °C sambil sesekali (2010), dimana nilai kadar abu tidak larut
diaduk, saring. Sisanya disari kembali asam tidak lebih dari 1,1 %.
dengan 200 mL etanol 20 % dalam air,  Kadar sari larut air
saring. Gabungkan kedua ekstrak Hasil 22,3791 % ± 0,0221 % memenuhi
kemudian uapkan sampai 40 mL di atas standarisasi yang terdapat dalam
penangas air pada suhu 90 °C. Kemudian Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
ekstrak dimasukkan ke dalam corong pisah (2010), dimana nilai kadar sari larut air
250 mL ditambah 20 mL dietil eter, kocok tidak kurang dari 20,2 %.
kuat. Lapisan air disimpan, lapisan eter  Kadar sari larut etanol
yang tersisa ditambah 20 mL dietil eter, Hasil 19,7912 % ± 0,1109 % memenuhi
kocok. Ulangi lagi sampai lapisan air standarisasi yang terdapat dalam
jernih. Gabungkan lapisan air kemudian Farmakope Herbal Indonesia Suplemen I
tambahkan 60 mL n-butanol, cuci dengan (2010), dimana nilai kadar sari larut air
10 mL natrium klorida 5 %. Ambil lapisan tidak kurang dari 18,9 %.
n-butanol kemudian uapkan sampai kering
pada suhu 60 °C. Hitung sisa pengeringan

7
Analisis kandungan Kimia
Kandungan Hasil Ekstrak
Pereaksi
Kimia Heksan Aseton Etanol Air
1 2 3 4 5 6
Asam Amino 0,1 % Nindyrin-aseton (-) (-) (-) (-)
Karbohidrat Fehling
(-) (-) (-) (-)
( A & B)
Molisch (-) (-) (-) (-)
Asam Lemak Asam sulfat 25% (-) (-) (-) (-)
Rodamin B (-) (-) (-) (-)
Flavonoid Serbuk seng + asam klorida 2 N
(-) (-) (-) (-)
+ asam klorida pekat
Serbuk magnesium + asam
(-) (-) (-) (+)
klorida pekat
Sampel + aseton + asam borat
(+) (+) (+) (-)
+ asam oksalat + eter  UV366
Fenol Larutan garam besi (III) klorida (-) (+) (+) (+)
Vanilin-asam sulfat pekat (-) (+) (+) (+)
Vanilin-asam klorida pekat (-) (+) (+) (+)
Folin Ciocalteu (-) (+) (+) (+)
Tanin Larutan garam besi (-) (+) (+) (+)
Larutan gelatin (-) (+) (+) (+)
Alkaloid Reaksi Pengedapan
Bouchardat (-) (+) (+) (+)
Mayer (-) (+) (+) (-)
Wagner (-) (+) (+) (+)
Dragendroff (-) (+) (+) (-)
Hager (-) (+) (+) (-)
Reaksi Warna
Erdman LP (-) (+) (+) (+)
Asam nitrat pekat (+) (+) (+) (+)
Asam sulfat pekat (+) (+) (+) (+)
Frohde LP (-) (+) (+) (-)
Antrakuinon Sampel + asam klorida 2 N 
(-) (-) (-) (-)
panaskan + eter + amoniak 6 N
Minyak Atsiri Kalium permanganat (-) (-) (-) (-)
Asam asetat anhidrida (-) (-) (-) (-)
Saponin Pembuihan (-) (-) (+) (-)
Glikosida Baljet (-) (-) (-) (-)
Jantung Keller – Killiani (-) (-) (-) (-)

Uji asam amino yang telah dilakukan Uji karbohidrat yang telah dilakukan
pada ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air pada ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air
daun alpukat dengan larutan 0,1 % daun alpukat dengan larutan Fehling
ninhydrin-aseton memberikan hasil yang memberikan hasil yang negatif pada
negatif pada ekstrak. Tidak munculnya ekstrak. Tidak munculnya endapan kupro
warna ungu hingga biru keabu-abuan pada warna merah bata pada ekstrak yang
ekstrak yang menunjukkan tidak adanya menunjukkan tidak adanya karbohidrat.
asam amino. Warna kuning juga tidak Kemudian uji yang dilakukan dengan
muncul pada ekstrak yang menunjukkan reaksi Molish juga memberikan hasil yang
tidak adanya asam amino jenis prolin. Hal negatif pada ekstrak heksan, aseton,
ini membuktikan bahwa tidak adanya asam etanol, dan air daun alpukat. Tidak muncul
amino dalam keempat ekstrak daun cincin ungu pada kedua batas cairan saat
alpukat. penambahan asam sulfat setetes demi

8
setetes melalui dinding tabung. Hal ini flavon, kalkon, dan auron. Namun, pada
membuktikan bahwa tidak adanya ekstrak heksan, aseton, dan etanol daun
karbohidrat dalam keempat ekstrak daun alpukat tidak muncul warna kuning jingga
alpukat. yang menunjukkan tidak adanya flavonoid
Uji asam lemak yang telah dilakukan jenis flavon, kalkon, dan auron.
pada ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air Selanjutnya uji flavonoid menggunakan
daun alpukat dengan larutan asam sulfat Cara III memberikan hasil yang positif
25 % memberikan hasil yang negatif pada pada ektsrak heksan, aseton, dan etanol
ekstrak. Tidak munculnya warna coklat daun alpukat, dimana muncul warna
muda pada ekstrak yang menunjukkan berflorurensi saat diamati dengan sinar
tidak adanya asam lemak, serta warna ultraviolet 366 nm yang menunjukkan
coklat merah dan merah terang juga tidak adanya flavonoid. Namun, pada ekstrak air
muncul pada ekstrak yang menunjukkan daun alpukat warna berflorurensi tidak
tidak adanya asam lemak jenis glikolipid muncul saat diamati dengan sinar
dan sulfolipid. Kemudian uji asam lemak ultraviolet 366 nm yang menunjukkan
juga dilakukan dengan larutan 0,5 % tidak adanya flavonoid.
rodamin B dalam etanol memberikan hasil Uji fenol yang telah dilakukan dengan
yang negatif pada ekstrak heksan, aseton, menggunakan larutan garam besi (III)
etanol, dan air daun alpukat. Dengan klorida dalam air yang ditambahkan pada
menggunakan latar belakang merah muda masing-masing ekstrak daun alpukat
warna kuning atau ungu kebiruan tidak memberikan hasil yang positif pada
muncul pada ekstrak yang menunjukkan ekstrak aseton, etanol, dan air daun
tidak adanya asam lemak dalam keempat alpukat. Perubahan warna terjadi karena
ekstrak daun alpukat. adanya gugus hidroksil yang ada pada
Uji flavonoid yang telah dilakukan pada senyawa fenol yang diekstraksi dengan
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air pelarut aseton, etanol, air sehingga muncul
daun alpukat menggunakan cara-cara yang warna hijau hingga biru hitam pada
tertera pada Materia Medika Indonesia ekstrak yang menunjukkan adanya fenol
(1995). Dengan menggunakan Cara I (Sangi, et al., 2012). Namun, pada ekstrak
memberikan hasil yang negatif pada heksan daun alpukat tidak muncul warna
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air hijau hingga biru hitam yang menunjukan
daun alpukat. Tidak muncul pada ekstrak tidak adanya fenol, karena tidak adanya
yang menunjukkan tidak adanya flavonoid gugus hidroksil yang ada pada senyawa
jenis glikosida 3-flavonol. Kemudian uji fenol yang diekstraksi dengan pelarut
flavonoid menggunakan Cara II dengan heksan.
penambahan serbuk magnesium dan asam Kemudian uji dengan pereaksi warna
klorida pada pengujian flavonoid akan menggunakan larutan vanilin asam sulfat
menyebabkan tereduksinya senyawa pekat, memberikan hasil yang positif pada
flavonoid yang ada sehingga menimbulkan ekstrak aseton, etanol, dan air daun
reaksi warna merah yang merupakan ciri alpukat. Terjadinya perubahan warna pada
adanya flavonoid (Robinson, 1995). ekstrak yang menunjukkan adanya fenol.
Namun, pada uji ini serbuk magnesium Namun, pada ekstrak heksan daun alpukat
tidak memberikan reaksi reduksi senyawa tidak terjadi perubahan warna yang
flavonoid sehingga larutan uji tidak menunjukkan tidak adanya fenol. Uji
memberikan perubahan warna pada dengan larutan vanilin asam klorida pekat
ekstrak yang menunjukkan tidak adanya memberikan hasil yang positif pada
flavonoid. Tetapi, pada uji ini muncul ekstrak aseton, etanol, dan air daun
warna kuning jingga pada ekstrak air daun alpukat. Terjadinya perubahan warna pada
alpukat yang memberikan hasil positif, ekstrak yang menunjukkan adanya fenol.
yang menunjukkan adanya flavonoid jenis Namun, pada ekstrak heksan daun alpukat

9
tidak terjadi perubahan warna yang tetraiodomerkurat (II) membentuk
menunjukkan tidak adanya fenol. Uji kompleks kalium-alkaloid yang
dengan reaksi Folin-Ciocalteu memberikan mengendap menunjukkan adanya alkaloid
hasil yang positif pada ekstrak aseton, (Marliana et al., 2005). Namun, pada
etanol, dan air daun alpukat. Terjadinya ekstrak heksan dan air daun alpukat tidak
perubahan warna pada ekstrak yang ada muncul endapan yang menunjukkan
menunjukkan adanya fenol. Namun, pada tidak adanya alkaloid. Uji alkaloid dengan
ekstrak heksan tidak terjadi perubahan pereaksi Wagner memberikan hasil yang
warna yang menunjukkan tidak adanya positif pada ekstrak aseton, etanol, dan air
fenol. daun alpukat. Ion logam K+ akan
Uji tanin yang telah dilakukan pada membentuk ikatan kovalen koordinat
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air dengan nitrogen pada alkaloid membentuk
daun alpukat dengan menggunakan larutan kompleks kalium-alkaloid yang
garam besi (III) klorida memberikan hasil mengendap menunjukkan adanya alkaloid
yang postif pada ekstrak aseton, etanol, (Marliana et al., 2005). Namun, pada
dan air daun alpukat. Perubahan warna ekstrak air daun alpukat tidak ada muncul
terjadi karena adanya gugus hidroksil yang endapan yang menunjukkan tidak adanya
ada pada senyawa tanin sehingga muncul alkaloid. Uji alkaloid dengan pereaksi
endapan berwarna biru hitam yang Dradendroff memberikan hasil yang
menunjukkan adanya tanin jenis galotanin positif pada ekstrak aseton dan etanol daun
dan elagitanin (Sangi, et al., 2012). alpukat. Nitrogen digunakan untuk
Namun, pada ekstrak heksan tidak muncul membentuk ikatan kovalen koordinat
endapan warna biru hitam atau warna hijau dengan K+ yang merupakan ion logam
coklat yang menunjukkan tidak adanya sehingga terbentuk endapan jingga pada
tanin jenis galotanin dan elagitanin atau ekstrak yang menunjukkan adanya
tanin terkondensasi. Uji dengan larutan 1 alkaloid (Marliana et al., 2005). Namun,
% gelatin dalam 10 % natrium hidroksida pada ekstrak heksan dan air daun alpukat
memberikan hasil yang positif pada tidak ada muncul endapan yang
ekstrak aseton, etanol, dan air daun menunjukkan tidak adanya alkaloid. Uji
alpukat. Munculnya endapan pada ekstrak alkaloid dengan pereaksi Hager
yang menunjukkan adanya tanin. Namun, memberikan hasil yang positif pada
pada ekstrak heksan tidak ada muncul ekstrak aseton dan etanol. Munculnya
endapan yang menunjukkan tidak adanya endapan pada ekstrak yang menunjukkan
tanin. adanya alkaloid. Namun, pada ekstrak
Uji alkaloid yang telah dilakukan pada heksan dan air daun alpukat tidak ada
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air muncul endapan yang menunjukan tidak
daun alpukat dengan menggunakan reaksi adanya alkaloid.
pengendapan, diantaranya menggunakan Untuk uji alkaloid dengan reaksi warna
reaksi Bouchardat memberikan hasil yang yang telah dilakukan pada ekstrak heksan,
positif pada ekstrak aseton, etanol, dan air aseton, etanol, dan air daun alpukat
daun alpukat. Munculnya endapan pada diantaranya dengan larutan Erdman
ekstrak yang menunjukkan adanya memberikan hasil yang positif pada
alkaloid. Namun, pada ekstrak heksan ekstrak aseton, etanol, dan air daun
tidak ada muncul endapan yang alpukat. Terjadinya perubahan warna pada
menunjukkan tidak adanya alkaloid. Uji ekstrak yang menunjukkan adanya
alkaloid dengan pereaksi Mayer alkaloid. Namun, pada ekstrak heksan
memberikan hasil yang positif pada daun alpukat tidak terjadi perubahan warna
ekstrak aseton dan etanol daun alpukat. yang menunjukkan tidak adanya alkaloid.
Nitrogen pada alkaloid akan bereaksi Uji alkaloid dengan larutan asam nitrat
dengan ion logam K+ dari kalium pekat memberikan hasil yang positif pada

10
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air hasil positif pada ekstrak etanol daun
daun alpukat. Terjadinya perubahan warna alpukat. Timbulnya buih stabil setinggi 1,5
pada ekstrak yang menunjukkan adanya cm selama 10 menit setelah ditambahkan
alkaloid. Uji alkaloid dengan larutan asam asam klorida 2 N yang menunjukan
sulfat pekat juga memberikan hasil yang adanya saponin. Sedangkan pada ekstrak
positif pada ekstrak heksan, aseton, etanol, heksan, aseton, dan air tidak muncul buih
dan air daun alpukat. Terjadinya yang stabil yang menunjukan tidak adanya
perubahan warna pada ekstrak yang saponin.
menunjukkan adanya alkaloid. Uji alkaloid Uji glikosida jantung yang telah
dengan larutan Frohde memberikan hasil dilakukan pada ekstrak heksan, aseton,
yang positif pada ekstrak aseton dan etanol etanol, dan air daun alpukat dengan
daun alpukat. Terjadinya perubahan warna menggunakan reaksi Baljet, memberikan
pada ekstrak yang menunjukkan adanya hasil yang negatif pada keempat ekstrak
alkaloid. Namun, pada ekstrak heksan dan daun alpukat. Tidak munculnya warna
air daun alpukat tidak terjadinya jingga pada keempat ekstrak daun alpukat
perubahan yang menunjukan tidak adanya yang menunjukan tidak adanya glikosida
akaloid. jantung jenis glikosida dan aglikon
Uji antrakuinon yang telah dilakukan kardenolida. Uji glikosida jantung juga
pada ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air dilakukan dengan rekasi Keller-Kiliani,
daun alpukat dengan menggunakan asam memberikan hasil yang negatif pada
klorida 2 N, memberikan hasil yang keempat ekstrak daun alpukat. Tidak
negatif pada keempat ekstrak daun timbulnya cincin berwarna biru hijau pada
alpukat. Tidak munculnya warna merah keempat ekstrak daun alpukat yang
pada keempat ekstrak daun alpukat. Hal ini menunjukan tidak adanya glikosida
membuktikan bahwa tidak adanya jantung. Hal ini membuktikan bahwa tidak
antrakuinon dalam keempat ekstrak daun adanya glikosida jantung dalam keempat
alpukat. ekstrak daun alpukat.
Uji minyak atsiri yang telah dilakukan
pada ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air Pembahasan Kadar Senyawa Kimia
daun alpukat dengan menggunakan larutan Penetapan kadar flavonoid total dari
kalium permanganat, memberikan hasil ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air
yang negatif pada keempat ekstrak daun daun alpukat (Persea americana Mill)
alpukat. Warna kalium permanganat tidak dilakukan dengan menggunakan metode
menjadi pucat atau hilang saat kolorimetri aluminium klorida secara
ditambahkan kedalam ekstrak daun spektrofotometri Ultraviolet-Visible yang
alpukat yang menunjukan tidak adanya dihitung sebagai kuersetin. Prinsip
minyak atsiri pada keempat ekstrak. Uji penetapan kadar flavonoid dengan metode
minyak atsiri juga dilakukan dengan aluminium klorida adalah pengukuran
larutan asam asetat anhidrida, memberikan berdasarkan pembentukan warna dan
hasil yang negatif pada keempat ekstrak terjadinya pembentukan kompleks antara
daun alpukat. Tidak timbulnya warna hijau aluminium klorida dengan gugus keto pada
biru pada keempat ekstrak daun alpukat atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-
yang menunjukan tidak adanya minyak 3 atau C-5. Flavonoid mengandung sistem
atsiri. Hal ini membuktikan bahwa tidak aromatik yang terkonjungasi sehingga
adanya minyak atsiri dalam keempat menunjukkan pita serapan kuat pada
ekstrak daun alpukat. daerah spektrum sinar tampak (Harborne,
Uji saponin yang telah dilakukan pada 1987).
ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air Aluminium klorida yang digunakan
daun alpukat dengan melakukan uji berfungsi untuk memberikan efek
pembuihan (uji busa), yang memberikan batokromik dengan melakukan

11
penggeseran kearah panjang gelombang peningkatan intensitas larutan standar
yang lebih panjang, sehingga merubah kuersetin menghasilkan warna kuning
panjang gelombang standar kuersetin (Chang et al., 2002). Panjang gelombang
untuk masuk ke dalam range panjang maksimum yang dihasilkan dari
gelombang Ultraviolet-Visible, sehingga pengukuran kuersetin adalah 440 nm.
menghasilkan efek hiperkromik

Gambar 1. Spektrum larutan 60 ppm kuersetin dalam etanol 80 % dengan pereaksi aluminium
klorida.
Kurva kalibrasi larutan kuersetin dalam etanol
80 % dengan pereaksi alumnium klorida
1
y = 0,007x + 0,111
0,9 R = 0,999
0,8
0,7
absorban

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 50 100 150
konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan kuersetin dalam etanol 80 % dengan pereaksi aluminium
klorida pada berbagai macam konsentrasi pada panjang gelombang maksimum 749 nm.
Berdasarkan kurva kalibrasi pada Penetapan kadar fenol total
Gambar 2 diperoleh persamaan regresi y = menggunakan spektrofotometri
0,007x + 0,111, dengan koefisien korelasi Ultraviolet-Visible dengan metode Folin-
R = 0,999, dengan perolehan kadar Ciocalteu. Reagen Folin-Ciocalteu
flavonoid total masing-masing pada digunakan karena senyawa fenolik dapat
ekstrak heksan 0,6 %; ekstrak aseton 0,3 bereaksi dengan Folin membentuk larutan
%; ekstrak etanol 0,3 %; dan ekstrak air berwarna biru yang dapat diukur
0,5 %. absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum 749 nm.

12
Gambar 3. Spektrum larutan 50 ppm asam galat dalam metanol dengan pereaksi Folin
Ciocalteu dan natrium hidroksida.
Senyawa fenolik bereaksi dengan & Syafrianti, 2017). Pada penetapan kadar
reagen Folin-Ciocalteu hanya dalam fenol total pembanding yang digunakan
suasana basa agar terjadi disosiasi proton adalah asam galat yang merupakan
pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. senyawa golongan fenolat yang bersifat
Untuk membuat kondisi basa maka stabil dan murni.
digunakan natrium hidroksida 1 % (Tahir
Kurva kalibrasi larutan asam galat dalam
metanol dengan pereaksi Folin Ciocalteu dan
natrium hidroksida
0,8
y = 0,010x - 0,030
0,7 R = 0,999
0,6
Absorban

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4. Kurva kalibrasi larutan asam galat dalam metanol dengan pereaksi Folin Ciocalteu
dan natrium hidroksida pada panjang gelombang maksimum 440 nm.
Berdasarkan kurva kalibrasi pada Gambar yang digunakan yaitu katekin. Ekstrak
4 diperoleh persamaan regresi y = 0,010x - yang sudah diencerkan kemudian
0,030 dengan koefisien korelasi R = dimasukkan ke dalam alat sonikator
0,999, dengan perolehan kadar fenol total selamat 5 menit. Tujuannya adalah untuk
masing-masing pada ekstrak aseton 5,1 %; meningkatkan permeabilitas dinding sel
ekstrak etanol 3,9 %; dan ekstrak air 3,7 sehingga isi sel keluar. Frekuensi getaran
%. mempengaruhi hasil ekstraksi (Hanani,
Penetapan kadar tanin total dilakukan 2015). Hasil pengukuran serapan larutan
dengan menggunakan spektrofotometri pembanding pada panjang gelombang
Ultraviolet-Visible dengan pembanding maksimum 280 nm yaitu 0,513.

13
Gambar 5. Spektrum larutan katekin dalam etil asetat.
Hasil pengukuran serapan larutan uji etanol diperolah kadar sebesar 15,6 %;
ekstrak aseton 0,830 dengan kadar yang ekstrak air diperolah kadar sebesar 5,5 %.
diperoleh 0,3 %; serapan larutan uji
ekstrak etanol 0,489 dengan kadar yang Penetapan kadar saponin
diperoleh 0,2 %; serapan larutan uji dilakukan dengan cara gravimetri. Metode
ekstrak air 0,138 dengan kadar yang gravimetri adalah salah satu metode
diperoleh 0,1 %. penentuan secara kualitatif dengan cara
mengukur berat komponen dalam keadaan
Penetapan kadar alkaloid total murni setelah melalui proses pemisahan
dilakukan dengan metode gravimetri. (Hanani, 2015). Ekstrak disari dengan
Metode gravimetri adalah salah satu etanol 20 % dalam air. Etanol merupakan
metode penentuan secara kuantitatif pelarut umum yang dapat menarik hampir
dengan cara mengukur berat komponen sebagian besar senyawa kimia, sedangkan
dalam keadaan murni setelah melalui air digunakan untuk menarik saponin
proses pemisahan (Hanani, 2015). karena saponin mudah larut dalam air dan
Amoniak digunakan untuk melepaskan tidak larut dalam eter (Hanani, 2015).
ikatan alkaloid dengan asamnya sehingga Berdasarkan hasil perhitungan kadar
alkaloid kembali berada dalam kondisi saponin total dalam ekstrak etanol
bebas. Akan terbentuk dua lapisan yaitu diperoleh nilai 3,3 %.
lapisan asam dan lapisan kloroform.
Amoniak akan bereaksi dengan asam KESIMPULAN
klorida dan membentuk garam yang larut Pada penelitian ini telah berhasil
dalam air sedangkan alkaloid kembali mengidentifikasi kandungan senyawa
dalam bentuk basa dan tidak larut dalam kimia dari ekstrak heksan yaitu flavonoid
air tetapi mudah larut dalam kloroform. dan alkaloid. Kandungan senyawa kimia
Alkaloid dalam keadaan bebas dapat dari ekstrak aseton yaitu flavonoid, fenol,
diekstraksi dengan pelarut kloroform, tanin, dan alkaloid. Kandungan senyawa
sehingga dihasilkan ekstrak kloroform kimia dari ekstrak etanol yaitu flavonoid,
yang merupakan alkaloid total. fenol, tanin, alkaloid, dan saponin.
Berdasarkan hasil perhitungan kadar Kandungan senyawa kimia dari ekstrak air
alkaloid total ekstrak heksan diperolah yaitu flavonoid, fenol, tanin, dan alkaloid.
kadar sebesar 0,1 %; ekstrak aseton Kadar flavonoid total pada ekstrak
diperolah kadar sebesar 13,6 %; ekstrak heksan sebesar 0,6 %; ekstrak aseton

14
sebesar 0,3 %; ekstrak etanol sebesar 0,3 Methods. Journal of Food and
%; dan ekstrak air sebesar 0,5 %. Kadar Drugs Analysis. 10 (3), 178-182.
fenol total pada ekstrak aseton sebesar 5,1
%; ekstrak etanol sebesar 3,9 %; dan Edeoga, H. O., Okwu, D. E., & Mbeabie,
ekstrak air sebesar 3,7 %. Kadar tanin total B. O. (2005). Phytochemical
pada ekstrak aseton sebesar 0,3 %; ekstrak Constituents of Some Nigerian
etanol sebesar 0,2%; dan ekstrak air Medicinal Plants. African Journal of
sebesar 0,1 %. Kadar alkaloid total pada Biotechnology. 4 (7), 685-688.
ekstrak heksan 0,1 %; ekstrak aseton 13,6 Hanani, E. (2015). Analisis fitokimia.
%; ekstrak etanol 15,6 %; dan ekstrak air Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
5,5 %. Kadar saponin total pada ekstrak
etanol sebesar 3,3 %. Harborne, J., B. (1987). Metode Fitokimia.
Penentuan Cara Modern
SARAN Menganalisa Tumbuhan. Bandung:
Disarankan kepada peneliti selanjutnya Penerbit ITB
agar melakukan identifikasi lebih lanjut
terhadap jenis kandungan senyawa kimia Kamagate, M., Kouame, N. M., Koffi, E.,
dari ekstrak heksan, aseton, etanol dan air Kadja, A. B., Camille, K., Yao, N.
dari daun alpukat (Persea americana A. R., Balayssac, E., Potey-Daubrey,
Mill). T., N’zoue, K. S., & Kacou – Die, H.
M., (2016)., Acute toxicity and
DAFTAR PUSTAKA hypoglycaemic activity of the leaf
Aziz, T., Cindo, R., & Fresca, A. (2009). exstracts of Persea americana Mill.
Pengaruh Pelarut Heksana dan (Lauraceae) in wistar rats. African
Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Journal of Pharmachy and
Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi Pharmacology. 10 (33), 690-698.
Minyak Kopi. Jurnal Teknik
Kimia.16 (1), 1-8. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2010). Farmakope
Badan Pengawas Obat dan Makanan Herbal Indonesia. (Suplemen I).
Republik Indonesia. (2008). Jakarta: Departemen Kesehatan
Taksonomi koleksi tanaman obat Republik Indonesia.
kebun tanaman obat Citeureup.
Jakarta: Direktorat Obat Asli Marliana, S., D., Suryanti, V., & Suyono.
Indonesia. (2005). Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Boadi, N. O., Saah, S. A., Mensha, J. K., Komponen Kimia Buah Labu Siam
Addai-Arhinand, S., & Mensha, M. (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
B. (2015). Phytoconstituents, Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1),
Antimicrobial and Antioxidant 26-31
Properties of The Leaves of Persea
Americana Mill Cultivated In Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6.
Ghana. Journal of Medicinal Plants (2016). Tentang Formularium Obat
Research. 9 (36), 933-939. Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik
Chang, C., Yang, M., Wen, H., & Chern, Indonesia.
J., (2002). Estimation of Total
Flavonoid Content in Propolis by Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Two Complementary Colorimetric Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:
Penerbit ITB

15
Sangi, M., S., Momuat, L., I., &
Kumaunang, M. (2012). Uji
Toksisitas dan Skrining Fitokimia
Tepung Gabah Pelepah Aren
(Arenga pinnata). Jurnal Ilmiah
Sains. 12 (2), 127-134.

Tahir, M., Muflihunna, A., & Syafrianti.


(2017). Penentuan Kadar Fenolik
Total Ekstrak Etanol Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 4 (1).
215-218.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G.,


& Kaur, H. (2011). Phytochemical
screening and extraction: A review.
International Pharmaceutica
Sciencia. 1 (1), 98-106.

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai