MEMBACA
Maranti Oktaviani, S.Pd
Literasi membaca
Fiksi Nonfiksi
Legenda Iklan
Fabel Dokumen perusahaan (undangan, dll)
Mitos Berita
Fiksi ilmiah Artikel
Puisi/prosa Laporan
Drama Pidato
Nobel Buku pelajaran
Pantun Pamflet
Cerita bergambar Brosur
Catatan perjalanan Buletin
Biografi/autobiografi Infografik
Ulasan
Jurnal ilmiah
Laporan penelitian
Proses
Yang di ujikan dari soal membaca fiksi dan nonfiksi
Menemukan Mengevaluasi
informasi Memahami dan
merefleksi
Cermati potongan bait puisi berikut!
Seorang gadis cilik memgang sepiring nais putih dengan ikan asin kecil di atasnya. Seorang ibu tersenyum
memandangi anak gadisnya yang tersentum lebar dengan mata berbinar. Keadaan saat ini memang makin sulit
apalagi tidak banyak orang yang berani keluar rumah untuk sekedar membeli minum atau jajan. Akibatnya, tidak
banyak juga rongsokan yang terkumpul untuk dapat ditukarkan dengan sebungkus nasi. Sudah lama juga kedai Bu
siti tutup sehingga si Ibu tidak lagi bias sekadar membantu mencuci piring di sana atau mengambilkan belanjaan
bahan masakan untuk warung drai pasar besar.
Sejak tadi pagi, si Gadis Kecil nemang sudah mengeluh lapar. Beurntung sekali malam itu Tuhan memberi mereka
sedikit rezeki. Bukan karena ingin mengurangi makan malam si Gadis, namun memang mungkin sesuap nasi harus
masuk ke perutnya agar si Ibu tetap bias bekerja esok hari. Dengan pelan dan sedikit ragu, Ibu berbisik pada si Gadis,
“Sayang, bolehkah Ibu meminta sesuap nasi saja?”
si Gadis Kecil terdiam, memangdang ibunya sebentar, kemudian mengambil sesendok nasi dan memakannya.
Beberapa saat kemudian, si Gadis Kecil mengambil sesendok nasi lagi dengan secuil ikan asin, dan kembali
memakannya. Si Ibu tetap mencoba tersenyum untuk menutupi sedikit kekecewaannya. Bukan dari pagi tadi saja si
Ibumenahan rasa laparnya karena dari semalam pun hanya ada seporsi nasi yang memang hanya cukup untuk buah
hatinya.
Usai mengecap nasi dan secuil ikan asin yang disendoknya, si Gadis Kecil menyuapkan sesendok penuh nasi
bersama sepotong ikan asin untuk ibunya, “Ibu, makanlah… nasi dingin saja hambar rasanya, apalagi nasinya sudah
mulai keras. Ternyata dengan ikan asin, nasinya jadi terasa sangat nikmat.
Ibrahim Gibra
Ternate, 6 Juni 2020
Pemanfaatan Sumber Daya Laut Indonesia
800
700
600
500
400
300
200
100
0
luas perairan (juta ha) potensi produksi (jt ton/th) Tingkat pemanfaatan (%)
nelayanku baru pulang dari laut malam, dan kutanya dia tentang kesehtiaan seutas umpan
saat arus meniti cadiknya, tersebab cahaya bulan jatuh di atas ombak
ia bilang, “aku baru saja mengirim umpan balik” tak mungkin tertipu muslihat arus
tak mungkin lagi, sebab umpan yang kuberikan adalah mimpi anak nelayan yang ingin menemukan laut
nelayanku baru pulang dari bayan petang, dan kutanya dia tentang tabiat arus
dia bilang, “tak boleh lagi alurs membelokkan kail dari ikan-ikan yang tertipu dan kali ini kukirim umpan terbaik dari anak-anak
nelayan yang sudah mulai pandai menyusun mimpinya”
nelayanku baru pulang dari condong bulan, dan kutanya dia, masih adakah laut di dalam ikan?
Dai bilang, “telah kukirim umpan terbaik agar dengan laut itu, anak-anak nelayan berenang ke seberang menjadi pandai, biar
arus tak punya kesempatan lagi menipu umpanku karena bulan rapuh di ujung cadik
nelayanku baru menyandarkan cadiknya di pantai tapi bisakah anak-anak nelayan membaca laut di dalam ikan?
Sedang buku catatan dan uang jajan tersangkut di ujung arus?
Ibrahim Gibra
Ternate, 6 Juni 2020
Diantara pernyataan berikut, manakah yang tidak mendukung asumsi, ideologi, atau nilai yang ingin
disampaikan oleh penulis tersebut?
a. Puisi tersebut menggambarkan kegelisahan nelayan terhadap hasil tangkapan ikan mereka yang mulai
menurun
b. Bair “ia bilang, “aku baru saja mengirim umpan terbaik // tak mungkin tertipu muslihat arus // tak mungkin
lagi, sebab umpan yang kuberikan // adalah mimpin anak nelayan yang ingin menemukan laut // di dalam
ikan”” mencerminkan sang nelayan yang kecewa karena tidak membawa ikan saat pulang
c. Bair “dia bilang, “tak boleh lagi arus // membelokkan kail dari ikan-ikan yang tertipu // dan kali ini kukirim
umpan terbaik // dari anak-anak nelayan yang sudah mulai // pandai menyusun mimpinya”” menyiratkan
mimpi sang nelayan untuk kembali melaut besok hari dan membawa pulang hasil yang lebih baik dari hari
ini
d. Bait “tapi bisakah anak-anak nelayan membaca laut di dalam ikan?” menyiratkan harpan yang
besar terhadap hasil laut yang nelayan
e. Bait “sedang buku catatan dan uang jajan tersangkut di ujung arus?” mengekspresikan kekhawatiran yang
mendalam tentang ketidakpastian masa depan anak-anak nelayan