Anda di halaman 1dari 5

Nama : Asri Dwi Rahma

Kelas : 7D
NPM : 032118081

1. Uraian Ringkasan Fungsi Sastra


Ada beberapa fungsi sastra yang terkandung di dalam cerpen pelajaran
mengarang karya Seno Gumira Ajidarma seperti fungsi didaktif, fungsi moralitas dan
fungsi religius. Untuk fungsi didaktif dalam cerpen ini terdapat nilai-nilai kebaikan
yang bisa kita ambil khususnya bagi seorang anak, anak tersebut tetap melanjutkan
tugasnya sebagai seorang pelajar meskipun mengalami keluarga yang berantakan
dan tetap bersikap baik. Kemudian fungsi moralitas pada cerpen ini ditunjukan pada
saat sandra yang masih duduk dibangku sekolah dasar namun memiliki moral yang
tinggi, meskipun iya merasakan hancurnya keluarga dan mengetahui bagaiman
perilaku sang ibu kepadanya, namun iya masih tetap menghormati dan berbakti
kepada sang ibu, karena bagaimanapun ibu kita tetaplah ibu kita, dia yang
mengandung dan melahirkan kita sudah sepantasnya kita berbakti kepada ibu. Lalu
fungsi religius pada cerpen ini secara tidak langsung ditunjukan oleh tokoh ibu
sandra, yang dimana sang ibu merupakan seorang pemabuk dan pelacur, tentunya
itu sangat bertentangan dengan ajaran agama manapun.

2. Posisi Pengarang
Seno Gumira Ajidarma adalah putra dari Prof. Dr. M.S.A Sastroamidjojo,
seorang guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Tapi, lain ayah, lain
pula si anak. Seno Gumira Ajidarma bertolak belakang dengan pemikiran sang ayah.
Ketika SMA, ia sengaja memilih SMA Santo Thomas yang boleh tidak pakai
seragam. Komunitas yang dipilih sesuai dengan jiwanya. Bukan teman-teman di
lingkungan elite perumahan dosen Bulaksumur (UGM), rumah orang tuanya. Tapi,
komunitas anak-anak jalanan yang suka tawuran dan ngebut di Malioboro. Dia juga
ikut teater Alam pimpinan Azwar A.N selama dua tahun.
Tertarik puisi-puisi karya Remy Sylado di majalah Aktuil Bandung, Seno pun
mengirimkan puisi-puisinya dan dimuat. Teman-teman Seno mengatakan Seno
sebagai penyair kontemporer. Seno tertantang untuk mengirim puisinya ke majalah
sastra Horison. Kemudian, Seno menulis cerpen dan esai tentang teater.
Pada usia 19 tahun, Seno bekerja sebagai wartawan, menikah, dan pada tahun itu
juga Seno masuk Institut Kesenian Jakarta, jurusan sinematografi.
Dia menjadi seniman karena terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara, hura-
hura, nyentrik, rambut boleh gondrong.

3. Sinopsis
Cerpen ini diawali oleh seorang anak kelas 5 SD yang bernama Sandra. Dia
memiliki keluarga yang broken home dengan ibu kandungnya sendiri berstatus
sebagai Pelacur. Hal tersebut yang membuat Sandra kesulitan dalam Pelajaran
Mengarang yang diberikan oleh Ibu guru Tati. Karena kenyataannya, judul yang
diberikan tidak sesuai dengan kenyataan yang dialami Sandra.
Lima belas menit pelajaran Sandra masih memikirkan apa yang harus dibuatnya.
Dia teringat akan sebuah judul Liburan ke rumah Nenek. Namun, yang ada dalam
bayangannya hanyalah sebuah ruangan gelap, banyak wanita, dan dan ada wanita
dan pria yang berpelukan sampai lengket. Itulah tempat si Mami, yang dianggap
oleh Sandra sebagai neneknya. Orang tua yang menor.
Sandra pun kembali termenung yang teringat olehnya hanyalah rumah dengan
botol yang selalu berserakan dimana-mana. Setiap pulang kerja ibunya selalu
mabuk dan dan saat itulah Sandra dimarahi oleh ibunya. Sandra tahu bahwa ibunya
sangat menyayanginya. Jika libur, Sandra selalu di bawa ke taman bermain, dan
sebelum tidur dibacakan dongeng, dan setiap akan tidur ibunya selalu mencium
keningnya. Satu hal yang selalu di ingat oleh Sandra, saat pager ibunya berbunyi,
kalau ibunya sedang berdandan, Sandra di suruh membaca apa isi pesan yang ada
di pager tersebut.     

4. Pendekatan Tematik
Pendekatan yang saya gunakan disini adalah pendekatan tematik, kenapa
saya menggunakan pendekatan ini? Karena menurut saya pribadi cerpen ini memilik
tema yang sangat menarik dimana seorang anak kecil yang masih duduk dibangku
sekolah dasar sudah mengalami masalah keluarga atau yang sering kita kenal
dengan sebutan broken home, anak itu bernama Sandra, tentunya kita semua tahu
bahwa masalah tersebut tidak hanya di alami oleh Sandra seorang, melainkan oleh
orang-orang yang ada disekitar kita, maka dari itu tema cerpen ini sangat erat
dengan kehidupan sehari-hari yang kita jalani.
Masalah yang dialami sandra bukan lah masalah kecil, bahkan terlalu rumit
untuk dialami oleh seorang siswa sekolah dasar, orang dewasa pun belum tentu
bisa melaluinya, namun sandra dengan tegar berusaha kuat untuk melewati
semuanya dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang pelajar, sementara
sang ibu memilih jalan yang salah dengan menjadi seorang pemabuk dan pelacur,
apapun alasan nya pilihin ibu sandra bukan lah satu hal yang untuk di tiru, apalagi
sampai menelantarkan seorang anak.
Bukan hanya menelantarkan anak, sang ibu pun sering berperilaku kasar
terhadap Sandra dan tidak jarang juga melontarkan kata-kata yang tidak seharusnya
didengar anak kecil, meskipun demikian Sandra tetap berbakti kepada sang ibu,
tidak pernah sekalipun ia melawan apalagi melontarkan kata-kata kasar, sungguh
tema cerita yang sangat bagus dan menarik dimana kita semua atau lebih tepatnya
para pembaca di suguhkan sebuah moral yang amat tinggi dari seorang siswa
sekolah dasar.

5. Analisis
Tema yang diangkat adalah kehidupan seorang anak kecil yang memiliki
seorang ibu pelacur. Anak seorang pelacur yang tak bisa menyelesaikan tugasnya,
tugas mengarangnya yang berhubungan dengan keluarga yang tak pernah ia miliki
seperti anak seumuran dengannya. kesimpulannya, tema cerpen Pelajaran
Mengarang adalah diskriminasi perlakuan sosial. Karena anak yang seharusnya
menikmati masa kecil denagn bahagia harus mengurusi muntah ibunya ,kaleng dan
botol minuman bekas ibunya setelah menerima tamunya dirumah. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan di bawah ini adalah sebagai berikut :
“Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis
sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar
ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan
kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya,
karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang
Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati
dengan benci”.
“Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa
mendapat kesulitan besar, karena ia harus betul-betul mengarang. Ia tidak bisa
bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apapaun yang
ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang
mereka alami. Tapi, Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra
mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan”.
“Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya
mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-
kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas
tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke
mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah
manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari
sekolah”.
“ tika berpikir tentang keluarga kami yang bahagia, Sandra hanya
mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-
kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas
tempat tidur. Tumpahan bir berceceran di atas kasur yang sepreinya terseret entah
ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah
manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan seketika sandra pulang dari
sekolah. ”
“ Lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu tamu Mama!. ”
Kutipan diatas menunjukan bagaimana Sandra dapat menulis karangan
tentang kebahagiaan keluarga, jika kehidupan sehari-hari yang Ia alami sama sekali
tidak menunjukan kebahagiaan yang semestinya diciptakan dalam lingkungan
keluarga. Keadaan rumah yang berantakan dengan benda-benda yang tidak
seharusnya ia jumpai di masa anak-anak sehingga ia tidak mempunyai keluarga
yang harmonis, hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak.

6. Kesimpulan
Dari cerpen Pelajaran Mengarang ini dapat disimpulkan bahwa kita bisa
merasakan bagaimana kesedihan yang dialami Sandra yang hidup dalam
lingkungan yang tidak baik, yang memiliki Ibu seorang pelacur. Setelah membaca
cerpen ini pasti pembaca akan bisa merasakan simpatik terhadap Sandra karena
sikap dan sifat Sandra yang selalu sabar dan tetap menghormati Ibunya walau
kadang kala Ibunya itu mengeluarkan kalimat-kalimat yang kasar terhadapnya.
Kita juga bisa mengetahui bagaimana seharusnya orang tua bisa menjaga
merawat dan membesarkan anak nya dengan baik agar tidak terjerumus kejalan
yang salah seperti yang terjadi kepada ibu Sandra, disini juga kita bisa melihat
bagaimana cara seorang anak tetap patuh kepada ibunya meskipun ia seringkali
mendapati kata-kata kasar dan perlakuan tidak sepantasnya dari sang ibu, karena
bagaimanapun ibu tetaplah ibu kita dia satu-satunya orang yang melahirkan kita.
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama yang di dapat seorang anak,
perannya sangat kuat dalam pembentukan karakter anak, keadaan keluarga yang
berantakan yang di alami Sandra membawa dampak yang negatif bagi
perkembangannya, seperti ketika tiba pelajaran mengarang yang diberikan oleh Ibu
Guru Tati tentang 3 judul tersebut, Sandra tidak mampu mengarang karena dia
memang benar-benar tidak merasakan hal seperti itu di dalam kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai