Anda di halaman 1dari 9

Senja: “Langit jingga tampak berbias indah menyambut malam.

Malam hari: “Malam itu Ibu berkali-kali menumpahkan kalimat-kalimat pedasnya


padaku.”MAKALAH RANGKUMAN CERITA

“Cerpen Rembulan di Mata Ibu”

Karya : Asma Nadia

Oleh

Kelompok 6 (Alya, Nafisa, Dwi, Khaila N)

Kelas : IX C

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

SMP AL-AQSYAR ISLAMIC SCHOOL


SINOPSIS CERITA

Judul : Rembulan di Mata Ibu

Pengarang : Asma Nadia

Cerita ini mengkisahkan tentang Diah si gadis desa yang hidup bersama 3 orang kakak
perempunnya dan juga seorang. akantetapi, Diah selalu merasa bahwa ibunya sendiri sangatlah
membencinya, dan itu membuat sedikit demi sedikit kesabarnnya mulai habis. Tapi, ia memutuskan
untuk pergi merantau kekota meninggalkan keluarganya dan tentu hal itu tak disetujui oleh sang ibu
karna ibunya berpikiran bahwa setinggi- tingginya seorang wanita dalam karirnya toh ia akan tetap
bekerja didapur.

Dan hal itu tentu tak digubris sedikitpun oleh Diah, ia tetap melangsungkan niatnya tersebut dan
alhasil ia sukses menjadi orang sukses, namun itu tak membutnya menjadi seorang sombong justru
dalam keadaan seperti ia semakn merindukan bahkan menyayangi ibu keluarganya, terlebih ibunya
tercinta. Dan diakhir cerita Diah tahu bahwa selama ini ibunya berlaku demikian hanya untuk
membuatnya menjadi gadis yang tangguh, iabunya tak ingin Diah menjadi gadis desa yang bodoh
seperti ibunya.
UNSUR INTRINSIK

A. TEMA CERITA

Tema dari cerita tersebut adalah Kasih Sayang Seorang Ibu. karena kisah ini mengkisahkan kasih
sayang yang sungguh dari seorang ibu sampai ia mendidik anaknya begitu keras agar anaknya dapat
melewati pahitnya kehidupan.

B. TOKOH
a. Diah
b. Ibu
c. Mbak Sri
d. Mba Ningsih
e. Mba Rahayu
f. Laili

C. PENOKOHAN
 Diah

. Sabar: “Seperti biasa aku selalu berusaha menahan diri.”

. Pasrah: “Perlahan aku malah berhenti berusaha menenangkan hatinya. Aku capek.”

· Berjiwa sosial: “Kalau kami, anak-anak muda yang berkumpul di sana sedang mencoba
menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan desa.”

· Gemar membaca: “Ibu tak pernah menghargai kesukaanku membaca.”

· Bersemangat: “… dengan peluang bea siswa, kugempur habis kemampuanku, agar kesempatan
itu tak lepas dari tangan.”

· Kurang berfikir panjang: “Ibu tak pernah menangkap sinar kasih di mataku, apalagi
membalasnya dengan pelukan hangat. Ibu tak pernah peduli padaku!”

· Egois: “Aku belajar menyingkirkan kebutuhanku akan kasih sayang dan sikap keibuan darinya.
Aku belajar melupakan ... Ibu!”

· Rajin beribadah: “…dalam shalat-shalat yang kulalui.”

· Keras kepala: “Kutatap mata Ibu dengan sikap menantang”

· Lancang: “Karena Ibu picik! Itu sebabnya!”

b. Ibu

· Kuat: “Ibu bahkan tak pernah kelihatan lelah di malam hari.”

· Keras: “Maafkan Ibu jika selama ini keras padamu Diah!”

· Ucapannya pedas: “Kau tak kan berhasil Diah! Tak usah capek-capek! Wanita akan kembali ke
dapur, apa pun kedudukannya!”
· Penyayang: “Kadang Ibu pandangi, jika Ibu kangen kamu.”

· Rela berkorban: “Ibu tak butuh uang sebanyak itu, Diah! Lagi pula ... Ibu khawatir tak bisa lagi
memberimu uang.”

c. Laili

· Baik: “Wajah tulus sahabat baikku itu memancar di balik kerudung coklat yang dikenakannya.”

· Bijaksana: “…Itu karunia Allah yang diberikan pada setiap Ibu. Rasa kasih, mengayomi, dan
melindungi!” jawab Laili hati-hati.”

· Pengertian: “Kamu haru pulang secepatnya, Di! Biar aku yang memesankan tiket kereta.”

· Perhatian: “Jangan lupa bawa oleh-oleh untuk Ibumu.”

d. Mbak Sri

· Perhatian: “Mbak Sri bilang, setahun belakangan ini Ibu beberapa kali jatuh sakit.”

· Bijak: “ Sebetulnya Ibu sangat kangen padamu Diah, tapi Ibu lebih mementingkan kuliahmu.”

e. Mbak Ningsih

· Bijaksana: “Ibu tak ingin mengganggu kuliahmu, Diah!”

f. Mbak Rahayu

· Bijaksana: “Ibu sering bertanya pada kami Diah, berkali-kali malah. Sudah tahun ke berapa
kuliahmu Dialek yang digunakan pada cerita ini adalah dialek Jawa. Disebut dialek karena hanya
beberapa kata yang menggunakan bahasa daerah.

D. LATAR

Tempat :

 Padang rumput: “… kemarin aku masih melihatnya berjalan memberi makan ternak-ternak
kami sendirian. Melalui padang rumput yang luas.”
 Kamar: “Kubuka pintu kamar Ibu”
 Di beranda rumah: “Bersama-sama, kami menghabiskan waktu yang tak terlupakan di
beranda”

Waktu :

 Senja: “Langit jingga tampak berbias indah menyambut malam.”


 Malam hari: “Malam itu Ibu berkali-kali menumpahkan kalimat-kalimat pedasnya padaku.”

Suasana :
 Sedih: “Aku mengusap air mata yang menitik”
 Tegang: “Seharusnya Ibu bangga padaku! Seharusnya Ibu menyemangati, bukan malah terus-
terusan mengejekku, Bu! Sekarang Diah tahu kenapa Bapak meninggalkan Ibu!” kataku
berani.
 Bahagia: “Semua kehampaan, kebencian, dan kekesalanku pada wanita tua itu tiba-tiba
terbang ke awan. Aku tak lagi membencinya! Tanpa ragu kupeluk Ibu erat.”

E. ALUR
Alur yang digunakan pada cerpen ini adalah alur campuran
 ORIENTASI
Berkisah tentang bagaimana seorang anak memandang kasih sayang dan perhatian
seorang ibu, serta bagaimana ibu itu sendiri mengungkapkan cinta dan
pengorbanannya melalui simbol rembulan. Namun, untuk detail lebih lanjut, Anda
perlu mencari cerpen tersebut atau memberikan informasi tambahan tentang cerita
tersebut.
 KOMPLIKASI
seorang anak perempuan yang bernama Diah, sebagai tokoh utama, dan ibunya(Ibu
nya Diah) yang saling bersitegang setiap kali bertemu di dalam rumah. Setiap apa
yang dilakukan oleh Diah, dari mulai pakaian, ucapan, dan tingkah laku, tidak pernah
mendapatkan pujian dari sang ibu. Bahkan, ibunya selalu mencelanya dengan kata-
kata yang melukai perasaannya. Salah satu contonya yaitu ketika Diah mengikuti
kegiatan organisasi pemuda desa, ibunya selalu berkata bahwa kegiatan tersebut
tidak ada gunanya. Pernah sekali, Diah berusaha menyenangkan hati ibunya, dengan
cara memasakkan makanan untuknya. Namun, tak ada ungkapan terima kasih yang
keluar dari mulut ibunya, yang keluar hanyalah kata-kata bahwa Diah hanya belajar
dan terus belajar dan tidak pernah mencoba memasak.
 PUNCAK KONFLIK
Hati Diah pun lelah mendengar kata-kata tajam yang menusuk. Hingga akhirnya,
terdapat kesempatan bagi Diah untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Ia belajar
dengan sekuat tenaga agar bisa menjauh dari ibunya. Diah pun berhasil pergi
melanjutkan pendidikannya. Hingga akhirnya ia sukses menjadi penulis dan
menghasilkan uang yang dikirimkan setiap bulan untuk ibunya.
 RESOLUSI
Suatu hari, kakaknya, yang tinggal di desa mengirimkan surat mengenai ibunya yang
sakit. Diah pun tertegun. Ia akhirnya memtuskan kembali ke rumahnya dulu untuk
melihat ibunya walaupun masih dalam perasaan sedikit benci terhadap ibunya.
Pertemuan keduanya bergitu mengharukan, yang mana ibunya selalu mendoakan
setiap langkah yang Diah lakukan. Selama ini beliau keras terhadap Diah, agar Diah
siap mengahadapi sulitnya hidup, dan menjadi wanita yang tegar yang tidak akan
kalah dengan kesulitan yang menghadang. Beliau juga selalu menyimpan uang yang
Diah berikan. Ibunya tidak pernah memakai uang tersebut sedikitpun. Uang itu
ditujukan untuk pernikahan Diah. Diah kaget, bahwa selama ini ibunya selalu
memperhatikannya dan menyayanginya.
F. GAYA BAHASA

Dialek yang digunakan pada cerita ini adalah dialek Jawa. Disebut dialek karena hanya beberapa
kata yang menggunakan bahasa daerah.

“Kamu kelihatan kurusan Nduk”

Adapun majasnya sebagai berikut :

 Majas Metafora
Majas metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti
namanya dengan benda yang menggantinya. Dengan kata lain pemakaian kata atau
kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan.
“Kau harus punya hati sekeras baja untuk menapaki hidup”
“Kata-kata Ibu berikutnya bagai telaga sejuk mengaliri relung-relung hatiku.”
“Ibu ingin anak bungsu Ibu mnjadi sosok yang berbeda. Seperti rembulan merah jambu
(purnama)”
Majas perumpamaan
“Beliau lebih keras dari karang”
 Majas sarkasme
Majas sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh
orang yang sedang marah.
“perempuan macam kau Diah hanya akan menjadi santapan laki-laki!”
 Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan
maksud memberikan kesan mendalam.
“Darahku seperti mendidih mendengar kalimat-kalimat Ibu.”
 Majas personifikasi
Menyatakan sesuatu tidak hidup seolah-olah menjadi hidup.
“Langit jingga tampak berbias indah menyambut malam.”
G. SUDUT PANDANG

Pada novel “Rembulan Di Mata Ibu” sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut
pandang orang pertama akuan.

“Kupandangi telegram yang barusan kubaca.”

H. AMANAT

a. Jangan pernah membenci orang tua, terlebih ibu yang telah melahirkan kita.

b. Jangan pernah berkata kasar, membentak, menatap sinis, membuat hati orang tua kita terluka
atas apa yang kita lakukan.

c. Turutilah apa yang diinginkan orang tua, karena tidak ada orang tua yang mau
menjerumuskan anaknya ke tempat yang salah.

d. Jangan pernah sekalipun menjawab perkataan orang tua, karena itu bisa melukai hatinya.
I. BIOGRAFI PENGARANG

Asmarani Rosalba yang dikenal dengan nama pena Asma Nadia adalah seorang penulis novel dan
cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan manajer dari Asma Nadia
Publishing House.

Lahir:
26 Maret 1972, Jakarta, Indonesia
Pekerjaan:
Penulis novel, cerpen, dan lagu
tahun aktif:
1990-an – sekarang
Pasangan:
Isa Alamsyah (m. 1995)
Orang tua:
Maria Eri Susianti (Ibu)
Amin Usman (Bapak)

Karya buku :
-Bidadari untuk Dewa
-Assalamualaikum, Beijing!
-Surga yang Tak Dirindukan yang diadaptasi menjadi film Surga yang Tak Dirindukan dan serial
Surga yang Tak Dirindukan the Series.
-Salon Kepribadian
-Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera).
-Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta.
-Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award.
-Rembulan di Mata Ibu (2001), novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai
buku remaja terbaik nasional.
-Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI pada tahun 2002.
-101 Dating: Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI pada tahun 2005.
-Jangan Jadi Muslimah Nyebelin! (nonfiksi, best seller).
-Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji
dan serial Emak Ijah Pengen ke Mekah.
-Jilbab Traveler
-Muhasabah Cinta Seorang Istri
-Catatan Hati Bunda
-Jendela Rara, telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela
-Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi serial Catatan Hati Seorang
Istri yang ditayangkan RCTI.
-Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi serial Aisyah Putri the Series: Jilbab in Love:
•Aisyah Putri: Operasi Milenia
•Aisyah Putri: Chat On-Line!
•Aisyah Putri: Mr. Penyair
•Aisyah Putri: Teror Jelangkung Keren
•Aisyah Putri: Hidayah Buat Sang Bodyguard
•Aisyah Putri: My Pinky Moments.
-Sakinah Bersamamu yang diadaptasi menjadi serial Sakinah Bersamamu
-Istri Kedua yang diadaptasi menjadi serial Istri Kedua.
-Jangan Bercerai Bunda yang diadaptasi menjadi serial Jangan Bercerai Bunda
Karya yang ditulis bersama penulis lain.
-The Jilbab Traveler
-Catatan Hati Ibunda
-La Tahzan for Hijabers
Ketika Penulis Jatuh Cinta
Kisah Kasih dari Negeri Pengantin.
-Jilbab Pertamaku
-Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman
-Jatuh Bangun Cintaku
-Gara-gara Jilbabku
-Galz Please Don’t Cry
-The Real Dezperate Housewives
-Ketika Aa Menikah Lagi
-Karenamu Aku Cemburu
-Catatan Hati di Setiap Sujudku
-Badman: Bidin
-Suparman Pulang Kampung
-Pura-Pura Ninja
-Catatan Hati di Setiap Sujudku
-Mengejar-ngejar Mimpi
-Dikejar-kejar Mimpi
-Gara-gara Indonesia
-Diary Doa Aisyah Putri
-Dia Siapa
Karya terkenal
-Assalamualaikum, Beijing!
-Surga Yang Tak Dirindukan
penghargaan
Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera).

J. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM CERPEN


 Nilai budaya,
 Nilai sosial,
 Nilai moral,
 Nilai keagamaan,
 Nilai pendidikan.
Kita harus patuh pada orang tua jangan selalu membantah perkataan orang tua karena sudah
diajarkan di agama bahwa kita dilarang untuk melawan orang tua terutama ibu

Anda mungkin juga menyukai