Anda di halaman 1dari 15

Nama : Bryan Yoga Adhi N.

Kelas : XII MIPA 4

Nomer : 05

Analisis Novel

I. Identitas Buku

Judul buku : Merpati Tak Pernah Ingkar Janji

Pengarang : Mira W.

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Kota terbitan : Jakarta

Tahun terbitan : Desember 2009

Jumlah halaman : i s.d iv + 192

Edisi / cetakan : cetakan ke-delapan


II. Sinopsis

Sejak kecil Maria diarahkan ayahnya, Pak Han-do-yo, untuk menjadi biarawati
dan dididik di ru-mah. Baru pada usianya yang menjelang 16 ta-hun, ia dibawa ke
sekolah khusus putri yang di-asuh biarawati. Pada mulanya Maria yang po-los dan
canggung sulit menyesuaikan diri de-ngan teman-teman sekelasnya yang no-ta-be-ne
remaja gaul metropolitan. Mereka suka meng-usili Maria sampai guru pun turun
ta-ngan. Lama-lama tumbuh simpati mereka pa-da Maria. Apalagi Maria tenyata
berbakat da-lam bermain voli dan menjadi bintang la-pang-an dalam pertandingan
melawan sekolah lain. Da-lam pertandingan tersebut, Maria bertemu de-ngan Guntur.
Guntur pemuda kaya namun be-randal yang terkenal suka mempermainkan
pe-rempuan. Pada mulanya Guntur mendekati Ma-ria hanya karena penasaran akan
sifatnya yang unik. Namun lama-lama Guntur pun ber-sim-pati pada Maria apalagi
karena gadis itu sa-ngat dikekang oleh ayahnya. Bersama te-man-teman sekelas Maria,
Guntur ingin me-na-rik gadis itu ke dalam pergaulan mereka. Saat Ma-ria ulang tahun,
teman-teman sekelasnya mem-beri hadiah berupa pakaian dalam dan bi-kini pada gadis
itu. Mereka mengundang Ma-ria ke pesta, lalu Guntur yang meng-an-tar-jem-put dan
berdansa dengan gadis itu. Bah-kan sewaktu Maria dirawat di rumah sakit dan ham-pir
sembuh, Guntur bersekongkol de-ngan te-man-teman sekelas Maria untuk me-la-ri-kan
ga-dis itu agar bisa dibawa jalan-jalan ke-li-ling ko-ta sejenak. Pak Handoyo rupanya
tidak bi-sa me-nerima maksud baik teman-teman se-ke-las Ma-ria dan Guntur. Maria
kembali di-pi-ngit dan di-larang bersekolah. Maria pun kabur dan ting-gal sementara di
rumah temannya. Se-men-tara itu, Pak Handoyo menemukan foto Ma-ria saat sedang
berdansa dengan Guntur di pes-ta. Ia marah lalu mencari Guntur karena me-nyangka
pemuda itu yang melarikan pu-tri-nya. Di rumah Guntur, teman-teman pemuda itu juga
sedang berkumpul. Keributan antara Pak Handoyo dan Guntur memancing salah
se-o--rang teman Guntur untuk menembakkan pis-tol yang dibawanya. Peluru mengenai
Guntur dan akibatnya pemuda itu mengalami koma. Ma-ria yang kemudian mengetahui
peristiwa itu kemudian berjanji kepada Tuhan. Apabila Gun-tur dapat diselamatkan, ia
akan meng-ab-di-kan segenap hidupnya kepada-Nya. Be-be-ra-pa belas tahun
kemudian, Maria telah men-jadi bi-arawati dan dipercaya untuk me-nge-lola se-bu-ah
rumah sakit di daerah ter-pen-cil. Di da-e-rah itu pula Guntur yang telah men-ja-di
in-si-nyur sedang bertugas.

III. Unsur Intrinsik

A. Tema : Cinta yang tak sampai

Karena , dikisahkan seorang gadis yang polos. Ia didekati oleh seorang laki-laki ,lama

kelamaan mereka aling jatuh cinta namun diakhir novel mereka tidak bisa bersama karena suatu

hal.

B. Tokoh :

1. Tokoh Utama

a. Maria Puspitasari : protagonis

b. Guntur : protagonis

c. Pak Handoyo : antagonis

d. Suster Cecilia : tritagonis

e. Bu Harti : tritagonis

f. Bu Tari : tritagonis

g. Nurul : tritagonis

h. Tina : tritagonis

i. Endang : tritagonis

j. Rena : tritagonis

k. Rena : tritagonis

l. Luna : tritagonis

m. Johan : tritagonis
n. Dedi : tritagonis

o. Rusman : tritagonis

2. Tokoh Tambahan

a. Pak Zachrian

b. Suster Veronica

c. Pak Mathias

C. Penokohan

1. Maria Puspitasari

Dalam gambaran fisiknya, Maria sama seperti lainnya, tetapi penampilannya kuno,

sikapnya juga rikuh, tidak seperti kebanyakan anak perempuan lainnya. Hal itu terlihat jelas

dalam paparan narasi berikut:

Penampilannya teramat sederhana. Wajahnya tidak jelek. Tapi menampilkan kesan duka.

Tertekan. Depresi.

Matanya yang redup dan selalu bersorot resah, dibingkai kacamata yang minta ampun

kunonya. Sama purbanya dengan sepatu kets putih yang dipakainya. Sementara rambutnya

yang panjang sampai ke pinggang, dijalin dua begitu saja.

Sikapnya rikuh. Serba salah. Seolah-olah dia takut menggaruk hidungnya saja sudah

melanggar hukum. Dia melangkah seperti dayang di belakang ayahnya. Langkahnya tertatih-

tatih. Kepalanya tertunduk seperti mencari kutu di lantai. Dan semua gerakannya serbagugup.

Dalam hal perasaan, Maria mengalami apa yang namanya memikirkan lawan jenis. Ia

memikirkan Guntur, seorang anak laki-laki yang memegang kakinya waktu ia selesai
bertanding basket. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Guntur, dan Guntur lah teman laki-laki

yang pertama kali muncul dalam kehidupannya.

Ah, panas muka Maria membayangkannya. Inilah pertama kali ia membayangkan wajah

seorang laki-laki!

Dan kata Ayah itu dosa! Dia tidak boleh membayangkan wajah seorang laki-laki! Tidak boleh!

Tapi…. Mengapa wajah itu selalu muncul lagi di depan matanya? Senyumnya memang kurang

ajar. Tapi menarik. Matanya memang lancang. Tapi memikat. Lain dari yang lain. Diam-diam

Maria mengaguminya. Dia memang beda. Siapa namanya tadi?

Selain itu, dalam gambaran psikologi, Maria adalah seorang anak perempuan yang taat

pada agamanya, tidak pernah ia melakukan kesalahan yang tidak ia ikuti dengan memohon

ampunan tuhannya. Setiap kali ia merasa berbuat dosa atau sesuatu yang selama ini tidak pernah

ia lakukan maka ia akan langsung meminta ampun pada tuhannya. Hal lihat ini terlihat dalam

paparan berikut:

Dan tiba-tiba Maria merasa berdosa. Dia telah meraba-raba dada dan pahanya sendiri!

Memuja da menikmati tubuhnya sendiri!

Tak tertahankan lagi Maria melompat dari tempat tidurnya. Berlutut dan berdoa. Minta ampun

pada Tuhan.

Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

2. Pak Handoyo

Adapun penggambaran Pak Handoyo adalah menurut pikiran tokoh lain, yaitu Maria.

Menurut Maria, ayahnya selalu menyuruhnya untuk mempersembahkan hidupnya pada tuhan.

Ia tidak boleh berbuat dosa apapun. Ayahnya demikian karena dulu ia adalah mantan pastor

yang taat beragama.


Padahal Ayah selalu berpesan, tubuh adalah milik Tuhan yang harus selalu dijaga dan

dihormati. Tidak boleh dinodai oleh pikiran dan perbuatan!

Pak Handoyo juga menakutkan ketika ia marah. Bahkan ia tidak segan-segan bermain

tangan terhadap Maria. Ia memang tidak pernah bersikap manis. Memanjakan hanya aka

merusak jiwa anak. Itu prinsipnya. Hal ini tercermin dalam paparan paragraf berikut:

Maria terpaksa membuka matanya dengan ketakutan. Dia ngeri sekali melihat mata ayahnya

yang membelalak marah. Betapa panasnya sorot matanya. Sepanas itukah neraka?

“Kurang ajar!” Pak Handoyo menampar muka anaknya dengan sengit. “Baru setengah tahun

sekolah, kamu sudah rusak! Sudah berani bikin malu ayah!”

Pak Handoyo mengoyakkan bikini itu dengan geram. Menginjak-injaknya seolah-olah benda

itu barang laknat pembawa sisal.

Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

3. Guntur

Guntur anak tunggal. Kedua orang tuanya sibuk bekerja. Ayahnya eksekutif puncak di

sebuah perusahaan sekuritas. Ibunya wanita karier yang kreatif dalam mengelola barang sisa

yang tampaknya tidak berharga. Perusahaanya bergerak dalam daur ulang sampah plastik.

Sandal jepit dan aksesoris buatannya sudah merambah pasar dunia ketiga. Guntur diberi semua

kebebasan yang dibutuhkannya. Kebebasan bergaul. Dan kebebasan membelanjakan uang.

Tidak heran kalau dalam usia yang terbilang muda, dia sudah menjelajahi aneka ragam corak

pergaulan remaja. Selain itu Guntur adalah seorang atheis, seorang yang tidak percaya akan

tuhan.
Hal itu ia warisi dari kedua orang tuanya yang juga tidak percaya ada tuhan. Hal ini bias

terlihat dalam paparan berikut:

Menurut pendapatnya, itu diturunkan dari ayahnya, Tuhan itu cuma tempat pelarian buat

orang-orang lemah dan bodoh. Orang pintar seperti ayahnya, tidak percaya Tuhan. Tidak

percaya ada hidup kedua. Tidak percaya ada surge dan neraka.

“Itu cuma hiburan buat orang yang hampir mati,”

Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

4. Suster Cecilia

Suster Cecilia adalah guru Maria. Dia adalah guru yang sangat sabar dalam menjawab

pertanyaan dari Maria. Maria menanyakan hal apapun yang berhubungan dengan Tuhan atau

bahkan hanya hal sepele seperti menanyakan tentang petemanan dengan lawan jenis, suster

Cecilia menjawabnya dengan penuh kesabaran dan pengertian. Sehingga Maria tidak merasa

gundah lagi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya. Selain itu, Suster

Cecilia juga sabar dalam menghadapi kemarahan Pak Handoyo dan menjelaskan hal yang

sebenarnya terjadi.

“Bikini itu hadiah ulang tahun dari teman-temannya.” Sepanjang perjalanan pulang

hanya kata-kata Suster Cecilia yang berdengung di telinga Pak Handoyo. “Maria tidak pernah

memintaya. Dan dia belum pernah memakainya.”

Tehnik penokohan : dramatik

5. Bu Tari

Bu Tari adalah guru Maria. Ia memiliki sikap yang lembut. Ini tercermin ketika Maria

menangis karena dijaili teman-temannya, Bu Tari menanyakan Maria dengan lembut.


“Lho, mengapa kamu menangis?” Tanya Bu Tari heran. “Teman-temanmu

nakal?”

Selain lembut, Bu Tari juga memiliki sikap yang tegas. Ketika kelas gaduh, suara Bu

Tari berhasil meredam kegaduhan murid-murid.

“Sekali lagi kalian kurang ajar begini, Ibu suruh keluar!”

Seluruh kelas mendadak sepi. Rupanya ancaman Bu Tari ampuh juga.

Tehnik penokohan : Dramatik

6. Bu Harti

Bu Harti adalah guru olahraga Maria. Ia baik hati. Pada waktu Maria shock karena ulah

teman-temannya di ruang ganti, Bu Hari mengizinkan Maria untuk tidak mengikuti kegiatan

olahraga.

“Maria! Kenapa nangis? Kamu sakit perut? Tidak bisa ikut oahraga? Tidak ada

jawaban. Sia-sia Bu Harti berusaha mengorek pengaduan Maria. …. Hari itu dia memang

dibebaskan tidak ikut pelajaran olahraga.

Selain itu, Bu Harti juga gemas dan berhati-hati dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan Maria saat ia sedang bertanding basket. Ia sempat emosi menghadapi Maria, namun

akhirnya ia menyemangati Maria dengan menyuruhnya bermain sebagus mungkin, dan

memintta pertolongan Tuhan. Tetapi karena itu lah akhirnya Maria bertanya dan Bu Harti harus

berhati-hati dalam menjawab pertanyaan Maria. Seperti pada paparan berikut:

“Apa Tuhan sempat mengurusi hal-hal kecil begini, Bu?”

“Hal-hal kecil katamu? SMA kita sudah diambang juara! Kamu anggap kecil

kegagalan jerih payah Ibu dan teman-temanmu hanya karena kepandiranmu? Tidak bisa

mengatasi emosi diteror lawan?


Nurul

Nurul adalah teman Maria. Pada awal maria masuk sekolah, Nurul yang pertama

menyapanya dengan perkataan dan perilaku yang tidak mengenakkan. Berikut ini adalah

paparan tentang fisik Nurul.

Dia sudah duduk di kursi kosong di samping Endang ketika seorang gadis cantik

berambut pendek menghampiri mejanya.

Pada awalnya Nurul galak kepada Maria. Tetapi pada akhirnya Nurul menjadi teman

yang baik bagi Maria.

“Bangun!” bentak Nurul Galak. “Berani-beraninya lu duduk di bangku gue!”

Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

7. Tina

Tina adalah teman Maria. Ia mungkin bisa dikatkan usil juga. Karena pada saat di ruang

ganti, ia langsung menunjukkan adanya dadanya pada Maria setelah mendengar ide Luna.

“Nggak usah malu-malu deh!” sengaja tina mencopot baju olahraganya lagi.

Dbusungkannya dadanya ke depan Maria. Begitu dekatnya sampai Maria bias melihat betapa

bagusnya bra Tina. Dan betapa indahnya bukit yang terlindung di baliknya.

…. “Ah, dia cuma belom biasa aja!” dengan lancang Tina meraih tangan Maria. Dan

meletakkannya di dadanya. “Raba deh, Mar! Biar lu gak norak lagi!”

Tehnik penokohan : Dramatik

8. Endang

Endang adalah teman Maria. Ketika hubungan Maria dengan teman-temannya

membaik, Endang sengaja bertanya kepada Maria, yang akhirnya dijawab dengan sekenanya
dan berbohong. Ia mengatakan pada Maria, “Tidak apa-apa, Mar, bergaul dengan cowok.

Tidak dosa.”

Tehnik penokohan : Dramatik

9. Rena

Rena adalah teman Maria. Sebelum ia mengenal Maria, ia tidak berbuat baik pada

Maria. Contohnya saja pada awal Maria masuk sekolah, ia menjegal kaki Maria sampai ia

terjatuh. Seperti dalam paparan berikut:

…. Tetapi selangkah lagi sebelum sampai, gadis yang duduk di depannya tiba-tiba

menjulurkan kakinya dan menjegalnya. …. Dan gadis montok yang duduk di belakang meja itu

denga gesit mendorongnya.

“Idiiih,lu apa-apaan sih?” teriaknya berlagak marah.

…. Gadis yang menjegalnya itu malah tertawa terbahak-bahak. Begitu gembiranya

seolah-olah dia mendapat piala kejuaraan bulu tangkis antar-SMA.

“Kalau mau jadi warga kelas ini, mesti kenalan dulu sama lantainya!”

Tehnik penokohan : Dramatik

10. Luna

Luna adalah teman Maria. Ia teman sebangku Maria saat Maria masuk sekolah hari

pertama. Ia tidak begitu suka dengan Maria. Hal ini terlihat jelas dalam paparan berikut:

“Halo!” sapa teman sebangkunya. Wajahnya cantik. Tapi senyumnya bengis seperti

iblis. “Siapa namamu?”

…. “Kelas kita punya aturan baku. Kamu harus berlutut sambil menyebutkan namamu

di depan setiap temanmu. Baru kamu dibaptis menjadi salah seorang di antara kami.”
Ketika di ruang ganti, Luna malah mengusulkan ide gila yang akhirnya membuat Maria

tidak akan melupakan peristiwa tersebut.

“Ah, dia cuma kuper!” tukas Luna, yang paling gila di antara mereka. “Gue tahu cara

paling tokcer buat menyembuhkannya! Lu pada ikutin aksi gue deh.”

Luna langsung melepas seluruh pakaianya.

Selain itu Luna juga usil. Ini tercermin secara tersurat dalam kejadian yang dialami

oleh tokoh utama. Luna berpura-pura menraktir Maria bakso, tetapi dengan niat berbuat usil

pada Maria dengan menaruh tikus plastik ke dalam mangkuknya.

Dan kata-katanya belum selesai. Maria yang sedang mengangkat bakso besar itu ke

permukaan itu memekik ngeri. Mukanya memucat. Dan terkulai lemas sebelum teman-

temannya menyadari apa yang terjadi.

Maria jatuh terduduk di tanah. Mangkuk terlepas dari tangannya.

Nurul-lah yang mengangkat tikus kecil dari karet itu.

Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

11. Elita

Elita adalah teman Maria. Ia tidak sejahat dan seusil teman-teman Maria yang lain.

Dalam hal ini watak Elita dijelaskan dengan pikiran orang lain terhadap tokoh, yaitu Maria,

sebagai berikut:

…. Agak menyesal karena mengecewakan Elita. Padahal selama ini dia yang paling

baik.

“nggak apa-apa. Ntar gue ajarin. Berenang melatih fisk kita sebelum pertandingan.”

Di lapangan, gadis ini tampak keras dan dingin. Tapi diluar itu sebenarnya hatinya

lembut dan baik.


Tehnik penokohan : Analitik/ langsung

12. Johan

Johan hanya tokoh pelengkap saja. Dalam novel dia hanya muncul paling tidak beberapa

kali, salah satunya saat pertandingan basket.

“Mana jagoanmu, Ren?”ejek Johan sinis. “Mana tu dribel yang maut?”

Tehnik penokohan : dramatik

13. Dedi

Dedi juga sama seperti Johan. Dia hanya tokoh pelengkap saja. Dedi menyukai Elita,

kapten tim basket di sekolah Maria.

“Dia mau main apa cuma jual tampang?” dedi ikut-ikutan kesal karena tim ceweknya

kalah.

Tehnik penokohan : Dramatik

D. Alur

Alur campuran

Alur maju karena pada cerita tersebut menceritakan kehidupan sehari-hari

Alur mundur pada saat Pak Handoyo mengingat kembali kematian Ibu Maria

E. Setting

1. Wujud

Dari dalam novel Merpati Tak Pernah Ingkar Janji karya Mira W. setting tempat yang

digunakan banyak sekali. Setting tempat antara lain di rumah, kelas, toilet, sekolah, lapangan

basket, kolam renang, mall, gang sempit, depan rumah Guntur, rumah Elita, rumah sakit, dan

biara.
2) Setting Waktu

Setting waktu yang digunakan dalam novel ini juga beragam. Tak hanya pagi, siang,

dan sore, malam pun juga digunakan. Selain itu, setting waktu dalam novel ini berupa masa

kini dan masa depan yaitu masa ketika Maria sudah menjadi suster..

3) Setting Suasana

Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca

mengikuti kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca dibawa

larut dalam suasana cerita. Setting suasana berupa suasana sosiokultural tentang tata cara hidup

dan keyakinan yang dialami dalam cerita ini. Yang paling kental adalah keyakinan Maria, si

tokoh utama, yang akhirnya bisa membawa tokoh-tokoh dalam cerita menjadi terbiasa dengan

tata cara hidupnya.

F. Point of view

Author obsevan

Karena dalam novel merpati tak pernah ingkar janji ini pengarang berada dalam luar

cerita dan menceritakan tentang kisah orang lain.

G. Amanat / pesan
Tidak semua yang kamu inginkan dapat terwujud kalua itu memang sudah takdir walau

seberapa keraspun kamu berusaha, tetapi tidak perlu khawatir karena tuhan pasti sudah

menyiapkan penggantinya .

H. Bahasa

Menggunakan Bahasa sehari hari sehingga mudah untuk dipahami.

IV. Unsur Ekstrinsik

A. Nilai Sosial

 Toleransi

Terlihat dari teman-teman maria yang menghargai dia meskipun pada awalnya

sering mencemooh

 Memaafkan

Terlihat dari maria yang perlahan lahan mulai melupakan serta memaafkan teman

temannya yang dulu pernah mencemoohnya.

B. Nilai edukasi

Terlihat dari maria yang sangat berprestasi pada bidang olahraga basket.

C. Nilai agama

Novel ini sangat kental dengan kegamaan karena pada dasarnya cerita ini mengisahkan

tentang seorang calon biarawati yang diserahkan pad Tuhan sejak kecil.
V. Penutup

Banyak sekali pengalaman yang didapat setelah membaca novel ini terutama

pengalaman tentang kehidupan dimana sifat egois dari manusia malah akan berdampak

buruk untuk kedepannya seperti yang diterima oleh pak Handoyo yang pada akhir novel

Ia dipenjara. Ditambah lagi novel ini kental akan unsur keagamaan yang sangat cocok

bagi beragama kristen katolik.

Saran

Menurut saya novel ini sudah sangat baik, namun ada sedikit hal yang yang

kurang pantas seperti pada saat bab 2 banyak ditemukan kalimat-kalimat yang hampir

menyentuh hal berbau pornografi meskipun hal tersebut sudah diganti dengan bahasa

yang lebih halus namun saya sebagia pembaca masih mengetahui maksud kalimat

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai