Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK BAHASA INDONESIA

Nama Anggota

Fahrizal Sanjaya Farhan Nugraha Muhammad Wasilul Ahmad Fariz Adi Suseno Kelas X-G :

Siang disebuah Restoran


Pada siang hari disebuah restoran, dimana Rina sedang berbincang dengan seorang laki laki. Laki laki tersebut Donny namanya. Rina dan Donny adalah sepasang kekasih. Akan tetapi, Donny sudah mempunyai istri dan anak. Dalam Perbincangan itu Rina ingin mengatakan bahwa ia ingin memutuskan hubungannya dengan Donny, dikarenakan Donny sudah beristri dan sudah mempunyai anak. Akan tetapi, Donny menginginkan hubungannya berlanjut dengan Rina. Rina beranggapan, bahwa dia bukan perempuan murahan yang mau dijadikan pelarian oleh seorang lelaki yang sudah beristri dan beranak. Meski demikian, Donny tetap teguh dengan pendiriannya yaitu, melanjutkan hubungannya dengan Rina. Donny mencoba menjelaskan bahwa ia sudah tak sepaham dengan istrinya tersebut sehingga ia sudah tak nyaman lagi dengan istrinya. Tetapi Rina mengelak pernyataan tersebut, karena perkataan Donny tidak sesuai dengan kenyataan. Donny berbohong kepada Rina, Donny mengatakan sebulan yang lalu masih berlibur dengan keluarganya tetapi Donny malah bilang kepada Rina akan tugas ke Singapura. Seminggu kemudian Donny berpegangan dengan mesra dengan istrinya di sebuah supermarket. Itu yang membuat Rina ingin memutuskan hubungannya dengan Donny. Rinapun pergi dari restoran tersebut dengan perasaan yang sangat sedih. Sesampainya didepan restoran, Rina pulang kerumahnya dengan menggunakan taksi. Didalam taksi Rina menangis karena mendengarkan lagu yang mengingatkan kisah ia bersama donny

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema : Perselingkuhan Donny dengan Rina yang berakhir dengan perpisahan Alur Latar tempat Latar Waktu Sudut Pandang Penokohan : Alur maju mundur : Sebuah Restoran : Pada Siang Hari : Sudut Pandang Orang ketiga : Rina berpendirian teguh Donny pembohong dan tidak mudah putus asa

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral :

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Rumah yang bercahaya


Sebuah rumah terdapat lelaki tua, lelaki tua itu ingin mati di rumahnya yang bersih dan bercahaya karena kebersihannya. Ia berusia hamper 70 tahun, dan ia merasa maut bertambah semakin dekat. Bahkan, ia pernah meliahat tamu lekat lekat dari ambang pintu. Lalu lenyap seperti member isyarat. Dan ia yakin kali ini kehadirannya bukan lagi member isyarat, tapi akan menjemput. Lelaku tua itupun bersedia dijemput, tetapi entah kapan. Ia tidak mau rumahnya kotor dan berbau tak sedap. Tamu itu harus disambut dengan sebaik baiknya. Ia sering menyaksikan mereka yang berangkat dijemput ajalnya. Sering ia juga menyaksikan orang orang tersiksa oleh bau yang tak sedap serta kotoran dari dalam rumah orang yang meninggal. Ia tak mau kemalangan serupa menimpa dirinya. Ia menggigil membayangkan orang tersiksa karena sesuatu yang buruk berasa; dari rumahnya, jurstru saat kepergiannya pula. Ia ingin orang bebas dari bau yang tak sedap dan kotoran dimana mana. Dia merasa harus bersiaga dan berbenah. Tetapi sungguh berat merawat rumah diusia senja. Lelaki tua itu merasakan benar beratnya melakukan semua itu. Hanya tekad yang senantiasa membuat ia semangat dan bertahan. Untunglah, ia tak terlalu asing dengan pekerjaannya itu. Karena puluhan almarhum istrinya itu tak pernah berhenti membershikan rumah, dan menghias rumahnya dengan bunga bunga. Harum bunga itu sampai tercium kerumah tetangga. Ia jadi ingat semasa istrinya masih hidup, yang mengurus ia dari berangkat kerja sampai pulang kerja. Bahkan membersihkan rumahnya selama berpuluh puluh tahun. Pada suatu hari lelaki tua itupun jatuh sakit sakitan. Menurut dokter, penyebabnya adalah kecapaian, serta akibat dari tubuh yang telah lapuk. Ketiga anaknya berdatangan bersama suami atau istri mereka. Rumahnya jadi ramai dengan anak cucunya, sehingga membuat lelaki tua itu bersemangat kembali membersihkan rumahnya lagi. Akan tetapi, ia dilarang dengan anak karena kondisinya masih lemah suapaya agar berbaring saja ditempat tidur. Anaknya tak bisa berada dirumahnya karena harus mengurusinya keluarganya. Tetapi lelaki tua itu tidak kecewa atas pernyataan anak tersebut. Bahkan ia malah menyuruh rawat rumahmu baik baik. Sontak, perkatan lelaki tua itu membuat anak dan menantunya semua menangis. Dan malamnya mereka tidur bergantian berjaga jaga. Keesokan harinya lelaki tua itu menanti tamu yang ingin menjemputnya. Tetapi, tamu itu tidak datang juga sampai keesokan harinya lagi.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema : Lelaki tua yang ingin rumahnya bersih sebelum ia dijemput ajalnya Alur : Alur maju mundur

Latar tempat Sudut Pandang Penokohan

: Rumah lelaki tua : Sudut pandang orang ketiga serba tahu : Lelaki tua pantang menyerah dan semangat Anak lelaki tua penyayang dan berbakti pada orang tua

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral :

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Siumbat Muda Gadis Durhaka


Pada sebuah kisah, hiduplah seorang janda dan seorang putrinya yang cantik. Mereka tinggal di tepi Sungai Siak. Putri tersebut bernama Umbat Muda. Ia sudah lama tidak mempunyai ayah akan tetapi, ayahnya meninggalkan warisan yang banyak. Meskipun demikian, tetap saja setiap hari ibu si Umbat muda bekerha menenun kain. Si Umbat muda adalah gadis yang paling cantik di desanya itu. Bahkan tidak ada yang menandingi kecantikannya itu. Oleh karena itulah, ibunya selalu memanjakannya. Karena selalu dimanjakan Umbat Muda menjadi gadis yang pemalas. Sepanjang hari pekerjaannya hanya bersolek saja. Ia juga tidak mau mengenakan baju yang murah harganya. Dan kain kain yang disukainya adalah sutra yang bagus. Harta warisan ayahya dipakai untuk membeli pakaian dan perhiasan. Sementara itu, ibunya sendiri dibiarkan. Bahkan untuk keperluan makan sehari hari, ibunya harus bekerja keras. Sampai sampai tidak dapat beristirahat. Kalaupun bersitirahat si Umbat selalu memrahinya. Si Umbat selalu bersikap kasar pada ibunya. Meskipun demikian, ibunya tidak pernah memarahinya. Ia tidak berani membantah manakala anaknya itu menyuruh dan memarahinya. Bahkan suatu ketika sedang bersolek, sisir Umbat terjatuh dan berteriak untuk menuruh ibunya untuk mengambil sisir yang jatuh itu. Tidak seperti biasa, ibuya tidak lekas beranjak mengambil sisir yang jatuh itu. Umbat pun murka dan menyuruh ibunya tidur diluar rumah. Merasa tersiksa ibunya pun meminta maaf pada Umbat. Karena kejadian itu, Umbat sangat disegani di keluarganya. Pada suatu hari, seorang bangsawan mengadakan pesta. Ia mengundang para pemuka, kepala suku, dan orang kaya. Ia juga mengumdang Umbat Muda. Medapat undangan itu, Umbat makin tersanjung. Umbat pergi kepesta tersebut dengan mengenakan baju yang sangat mahal dan mewah. Ditempat pesta, semua undangan berdecak kagum dengan kedatangan Umbat Muda dan ibunya bagaikan putrid raja. Sedangkan ibunya mengenakan pakaian seadanya seperti seorang pembantu. Ketika pulang, ibu dan anak itu menyebrangi sebuah sungai. Tiba tiba gelang susun emasyang dimiliki Umbat jatuh. Ia pun menyuruh ibunya untuk mengambil. Akan tetapi, ibunya enggan karena takut terperosok ke sungai. Ibunya pun dipukul oleh Umbat dengan Ranting pohon. Bersamaan dengan itu, tiba tiba air sungai beriak sangat besar dan air menggelagak setinggi pohon kelapa dan menyambar Umbat. Si Umbat muda itu menjerit keras dan terperosok ke sungai. Apa daya sang ibu tak bisa menolong. Dan Umbat pun tenggelam.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema Alur Latar tempat Sudut Pandang Penokohan : Seorang anak perempuan yang durhaka pada ibunya : Alur maju : Tepi sungai Siak : Sudut pandang orang ketiga : Si Umbat Muda Durhaka, pemalas, dan pemarah Ibu Umbat Muda Sabar

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral :

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Ratu Laut Selatan


Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan Pulau Jawa terdapat seorang ratu berparas cantik. Ia bernama Nyi Roro Kidul. Ia bertahta di sebuah kerajaan yang sangat besar. Konon ceritanya, pada mulanya ia adalah seorang wanita yang berwajah cantik, namanya adalah Kadita. Karena kecantikannya, ia sering disebut Dewi Srengenge yang berarti dewi matahari. Kadita adalah anak perempuan dari Raja Munding Wangi. Setiap harinya raja Munding Wangi murung. Hal itu dikarenakan tidak adanya anak laki laki yang dapat dipersiapkan untuk menduduki tahta kerajaannya kelak. Untungnya setelah raja menikah dengan Dewi Mutiara lahirlah seorang anak laki laki. Akan tetapi, begitu mendapat perhatian yang lebih dari Raja Munding Wangi, Dewi Mutiara mulai mengajukan berbagai tuntutan. Yaitu diantaranya, anak lelakinya harus memegang tahta kerajaan kelak dan anak perempuannya harus diusir dari istana kerajaan. Permintaan pertama dapat dikabulkan. Akan tetapi permintaan yang kedua raja Munding Wangi keberatan dan enggan mengabulkan permintaan tersebut. Seiring dengan penolakan tersebut, Dwi Mutiara menyusun rencana untuk mengusir Kadita. Dewi Mutiarapun memerintah tukang sihir untuk mengguna gunai Dewi Kadita. Tanpa kesulitan mereka mencampurkan ramuan guna guna tersebut kedalam makanan Dewi Kadita. Malam harinya ketika Dewi Kadita tertidur lelap, sehembus angin masuk kedalam kamarnya. Dewi Kadita pun terbangun, dan tiba tiba seluruh badannya penuh dengan kudis, nanah dan berbau busuk. Saat raja mendengar berita ini, raja menduga istrinyalah yang mengguna gunai anak perempuannya itu. Atas desakan oatih, putrinya pun dibuang jauh agar tidak menjadikan aib kerajaannya. Maka berangkatlah Kadita keluar istana, bagaikan pengemis yagn diusir dari rumah orang kaya. Dewi Kadita sangat sedih. Tetapi, dalam hati Kadita percaya bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan dirinya teraniaya oleh makhluk sesamanya. Ajabnya pun pasti akan tiba. Dengan ikhlas Dewi Kadita menerima cobaan berat tersebut. Siang malam selama seminggu ia berjalan, dan akhirnya ia tiba di pantai laut selatan. Ia kemudian menatap laut berjam jam lamaya. Lalu terdengar suara agar Dewi Kadita menceburkan diri ke laut. Permintaannya pun ia turuti. Seiring dengan panggilan itu, begitu tersentuh air tubuhnya pulih kembali seperti dulu. Jadilah ia wanita yang berwajah sangat cantik seperti dulu, bahkan ia mendirikan kerajaan yang baru dan menguasai seluruh lautan.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema : Seorang anak yang cantik jelita yang dibuang oleh keluarganya pada sebuah kerajaan Alur : Alur mundur

Latar tempat Sudut Pandang Penokohan

: Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan Pulau Jawa : Sudut pandang orang ke tiga : Raja Munding Wangi Bijaksana Dewi Kadita Sabar, tidak pedendam dan tabah Dewi Mutiara jahat, dan licik

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral :

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Asal Muasal Candi Rara Jongrang


Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan. Kerajaan tersebut bernama prambanan. Penguasa kerajaan tersebut adalah Ratu Baka yang bertubuh tinggi besar bagaikan raksasa. Akan tetapi, meskipun demikian ia memiliki putri yang cantik. Putrinya bernama Rara Jongrang. Pada suatu hari Kerajaan Prambanan diserang oleh kerajaan Pengging. Banyak prajurit Pengging yang tewas di Prambanan. Sebagian pasukan yang masih hidup ditarik kembali ke Pengging. Kegagalan pasukan Pengging membuat kesal putra Raja yang bernama Jaka Bandung. Ia pun pergi ke Prambanan untuk membalas kekalahan ayahandanya. Ditengah perjalanan, ia bertemu dengan penjahat raksasa yang berama Bandawasa. Keduanya berkelahi dan Jaka Bandung menang. Roh bandawasa menyusup dan menyatu kedalam tubuh Jaka bandung. Ia pun lantas menggunakan nama Jaka Bandung Bandawasa. Setelah itu, ia meneruskan perjalananya hingga ke Prambanan. Sesampainya disana, ia berhadapan dengan prajurit yang ingin menangkapnya. Jaka Bandung Bandawasa pun membunuh ratusan prajurit dan Ratu Baka pun Ikut terbunuh. Setelah itu, Jaka Bandungpun menyelinap ke depan istana melalu taman kepunten. Kebetulan Rara Jonggrang berada di taman. Jaka bandung terbelalak melihat kejelitaan Rara Jonggrang. Dari situlah, ia jatuh cinta dan ingin mempersunting Rara Jonggrang. Akan tetapi, Rara Jonggrang menolak untuk dipersunting oleh Jaka Bandung. Jaka Bandung pun memaksa Rara Jonggrang dengan jalan kekerasan. Rara jonggrang meminta waktu untuk berpikir. Semalam suntuk Rara jonggrang memikirkan bagaimana caranya untuk menolak permintaan Jaka Bandung Bandawasa. Kemudian ditemukan akal. Keesokan harinya, Jaka Bandung datang. Rara jonggrang mau dipersunting asalkan ia membangun 1000 candi dalam satu malam. Bandung bandawasa pun menerima persyaratan itu, dan malamya ia memulai membangun candi. Diluar dugaan, ternyata dengan kesaktiannya Bandung Bandawasa mampu mewujudkan pembangunan candi candi tersebut. Rara Jongrangpun mulai resah dan kebingungan, dan ditemukannya akal. Ia penyuruh pembantu pembantu untuk membangunkan gadis gadis agar menumbuk padi sebelum fajar. Saat itu, ayam ayam pun berkokok. Mendengar kokok ayam itu, jin jin yang membantu Bandung Bandawasa meninggalkan tempat itu. Setelah dihitung hitung. Bandung Bandawasa baru mengerjakan 99 candi. Bandung Bandawasapun marah, karena ia mengetahui kegagalannya itu karena ulah Rara Jonggrang. Maka dikutuklah Rara Jonggrang menjadi Batu dan gadis gadis di sekelilingnya pun ikut menjadi batu.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema : Kisah percintaan Bandung Bandawasa dengan Rara Jonggrang Alur Latar tempat Sudut Pandang Penokohan : Alur Campuran : Kerajaan Prambanan dan taman Kepunten : Sudut pandang orang ketiga : Bandung Bandawasa pantang menyerah Rara Jonggrang Cerdik Raja Baka Bijaksana

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral :

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat


Jibril adalah malaikat yang suka berbagi bagi dan suka berjalan di antara pepohonan. Tanda tanda Malaikat jibril datang bisa berupa angin yang mendesir, pohon yang bergoyang. Yang paling berat, saat wahyu yang dipercayakan Tuhan kepadaku. Wahyu adalah kalimat yang berbobot tetapi ringan jinjingannya. Pada suatu hari, ia melihat sebuah sekolah dasar yang didalamnya terdapat anak anak yang sedang bermain layang layang. Dan ia tukikkan layang layang anak itu hingga terjatuh diatas atap sekolah sampai membuat lubang diatas atap sekolah tersebut. Dan ia turunkan hujan setempat melalui lubang lubang yang terdapat di atas atap sekolah itu. Kemudian ia betulkan lagi atap yang berlubang itu akibat terkena layang layang anak anak sekolah. Tukang kebun yang seharusnya membetulkan atap itupun bingung, karena tidak ada atap yang berlubang atau lantai lantai yang penuh dengan kepingan pencahan genting. Tukang kebun tersebut di Tanyai oleh malaikat Jibril yang berupa suara saja dan tidak ada wujud rupanya. Tukang kebunpun cepat cepat pergi dari sana. Malaikat Jibril dapat berupa angin, embun dan asap. Malaikat jibril yang menghantarkan panas, dingin. Dan malaikat Jibril juga mengirimkan kesejukan, pikiran segar dan mengajak untuk giat belajar. Diwaktu belajar, malaikat Jibril disamping kita yang sedang belajar. Malaikat Jibril lah yang membuat anak anak dapat membaca dan bernyanyi. Pada suatu malam, malaikat Jibril mendatangi tukang kebun melalui mimpi. Malaikat jibril mengatakan bahwa ia ingin bermain dengan anak anak semua. Pagiharinya ia menemui guru sekolah dan mengatakan bahwa malaikat Jibril lah yang memecahkan genting dan guru itupun tidak menghiraukannya. Lalu pada sianghari, tukang kebun itu pergi kebukit. Ia membuat jarring dan sabut kelapa yag dipilinnya kecil kecil merupakan tali yang panjang. Tentu saja malaikat Jibril membantunya. selama satu minggu siang malam jaring itu besar. Pada hari kedelapan, jaring itupun dipasang di bukit. Ketika guru guru dan murid belajar di alam terbuka. Merekapun melihat tukang kebun itu bekerja sendirian. Merekapun mendekat. Guru itu merasa aneh karena ia mengatakan bahwa jarring yang dibuatnya itu akan digunakan untuk menjaring malaikat jibril. Sepulang dari sekolah, semua anak anak diam diam mengelilingi jaring yang telah dibuat oleh tukang kebun itu. Melihat jarring tersebut sudah dipasang malaikat Jibril dengan sengaja terus menubruk nubruk jarring yang telah dibuat tukang kebun hingga ia tersangkut didalamnya. Anak anak yang melihat kejadian tersebut pada mulanya hanya merasa heran. Dan mereka tidak takut sama sekali dengan malaikat Jibril. Merekapun mulai bernyanyi nyanyi sambil memutari jaring itu. Dan dijawablah nyanyian mereka oleh malaikat Jibril. Dan mereka menjawab lagi dengan nyanyian. Ketika tukang kebun datang, ia pun kaget dan tidak percaya bahwa mimpinya semalam untuk menjaring malaikat Jibril jadi kenyataan. Sementara itu anak anak masih bernyanyi dan menari nari disekitar jaring, malaikat Jibril meninggalkan mereka dan mengganti dirinya dengan daun pisang.

Anak anak sekolah itupun sontak menangis. Dialah jibril yang tidak mungkin meninggalkan anak anak manis itu tanpa memberikan apa apa sebagai tanda kasih sayang. Dialah jibril.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen tersebut

Unsur Intrinsik
Tema Alur Latar tempat Sudut Pandang Penokohan : Malaikat Jibril yang penyayang : Alur maju : Sekolah dan pada sebuh bukit : Sudut pandang orang ketiga serba tahu : Malaikat Jibril penyayang dan cerdik Anak anak Sekolah periang Tukang Kebun Cerdik dan Pantang menyerah

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral

Nilai Agama

Nilai Budaya

Nilai Sosial

Anda mungkin juga menyukai