Anda di halaman 1dari 5

Diare Akut

NO. DOKUMEN NO. TERBIT / REVISI HALAMAN


1/3

RSUP Dr. M.
DJAMIL PADANG
TANGGAL TERBIT / DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
PANDUAN REVISI
PRAKTEK KLINIK
Dr. dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARS
NIP. 196211221989031001
PENGERTIAN Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
ANAMNESA - Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan darah dalam tinja.
- Muntah: ada atau tidak, frekuensi dan volumenya
- Nyeri perut, demam
- Buang air kecil: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam
6-8 jam terakhir
- Rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, kejang,
kembung, sesak
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
- Penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media,
campak
PEMERIKSAAN FISIK - Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital, berat badan
- Tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor
kulit abdomen, dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun
besar cekung, mata cekung, ada atau tidaknya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti
napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung
(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
- Bising usus
- Perfusi dan refilling kapiler
- Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai,
Umum atau tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada Ada Sangat Kering


Mulut dan Lidah Ada Tidak Ada Sangat Kering
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali
sangat lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Ringan Sedang Berat
Pemeriksaan
Terapi Rencara terapi Rencana terapi B Rencana
A terapi C
PEMERIKSAAN - Pemeriksaan tinja. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja
PENUNJANG (tingkat evidens VI rekomendasi A):
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
- Darah: darah perifer, elektrolit serum, analisis gas darah, glukosa
darah. (tingkat evidens VI rekomendasi B)
KRITERIA Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
DIAGNOSIS pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS KERJA Diare akut
DIAGNOSA
BANDING
TERAPI - Lintas diare: (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5)
Edukasi (tingkat evidens VI rekomendasi A)
- Terapi Cairan : (tingkat evidens VI rekomendasi A)
- Tanpa dehidrasi
- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT
diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan
usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5
tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun
semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai
kemauan anak
- ASI harus tetap diberikan
- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus,
diare frekuen dan profus)
- Diare ringan-sedang
- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak
75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan
yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare
cair.
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah
setiap dberi minum walaupun telah diberikan dengan cara
sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan
intravena yang diberikan adalah Ringer laktat atau KaEN 3B
atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
- Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari
- Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari
- Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari
- Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses
rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan
rehidrasi kepada orang tua
- Dehidrasi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer laktat
atau ringer asetat 100 ml/kgBB dengan cara pemberian:
- Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam
pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
- Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
- Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses
rehidrasi
- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
- Hipernatremia (Na > 155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan
pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na
tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
menyebabkan edema otak
- Hiponatremia (Na < 130 mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai,
apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0,6 x
berat badan, diberikan dalam 24 jam
- Hiperkalemia (K > 5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10%
sebanyak 0,5-1 ml/kgBB IV secara perlahan-lahan dalam 5-10
menit, sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.
- Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium:
- Kadar K 2,5 – 3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kgBB per
oral per hari dibagi 3 dosis
- Kadar K < 2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena
dengan dosis:
- 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama
- 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x
BB dalam 20 jam berikutnya
- Seng (tingkat evidens I rekomendasi A)
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan
frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng
elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis:
- Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari
- Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari
- Nutrisi (tingkat evidens VI rekomendasi A)
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat
badan badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang.
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan
diberikan terutama pisang.
- Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik (tingkat evidens VI rekomendasi A)
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak
rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium
difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak
rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap
antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai
dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan
dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini,
yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai
lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka
lini ketiga adalah sefiksim.
EDUKASI - Jelaskan mengenai diagnosis, tatalaksana, dan prognosis
pasien
- Pencegahan Diare
- Pemberian ASI
- Memperbaiki cara penyapihan
- Menggunakan air bersih
- Mencuci tangan dengan sabun/air mengalir
- Menggunakan jamban tertutup
- Membuang tinja bayi secara baik dan benar
- Imunisasi campak
- Pencegahan dehidrasi
- Bagaimana mencampur oralit
- Bagaimana memberikan oralit
- Cairan rumah tangga yang lain
- Meneruskan pemberian ASI
- Pemberian makanan sebelum dan sesudah diare
- Kapan harus kembali
- Tanda dehidrasi
LAMA PERAWATAN 3 Hari
PROGNOSIS Tergantung penyulit
TINGKAT EVIDENS I, VI
TINGKAT A, B
REKOMENDASI
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN 1. Patel A, Dibley MJ, Mamtani M, Badhoniya N, Kulkarni H. Zinc
and copper supplementation in acute diarrhea in children: a
double-blind randomized controlled trial. BioMed Central.
2009;7:22
2. Lindquist ED, George CM, Perin J, Neiswender KJ, Norman
WR, Davis TP, et al. A cluster randomized controlled trial to
reduce childhood diarrhea using hollow fiber water filter and/or
hygiene-sanitation educational interventions. Am J Trop Med
Hyg. 2014 Jul;91(1):190-7
3. Luby SP, Agboatwalla M, Painter J. Effect of Intensive
Handwashing Promotion on Childhood Diarrhea in High-Risk
Communities in Pakistan: A Randomized Controlled Trial.
JAMA. 2004;291(21):2547-54
4. Guandalini S, Kahn SA. Acute diarhhea. In: (Kelinman RE,
Sanderson IR, Goulet O, Sherman PM, Mieli-Vergani G,
Shneider B) Walker’s Pediatric Gastrointestinal Disease
volume 2. Hamilton: BC Decker Inc. 2008. Pp:253-64.
5. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Juffrie M,
Soenarto S, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani N. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid 1. Jakarta: IDAI, 2010.
Pp:87-120.
6. Pudjiadi AH, Hegar B, Handyastuti S, Idris NS, Gandaputra
EP, Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis IDAI jilid 1.
2010.
7. Dit. Jen PP dan PL Dep. Kes. RI. Buku Saku Lintas Diare.
2011.
8. Guarino A, Albano F, Ashkenazi S, Gendrel D, Hoekstra JH,
Shamir R, et al. European Society for Paediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society
for Paediatric Infectious Diseases Evidence-based Guidelines
for the Management of Acute Gastroenteritis in Children in
Europe. Journal of Pediatric, Gastroenterology and Nutrition.
2008;46:81--184

DIBUAT OLEH DITINJAU OLEH DISAHKAN OLEH

NAMA Dr. Yusri Dianne Dr. Yan Edward, Sp THT- Dr.A.M.Hanif, SpPD
Jurnalis, SpA(K) KL (K) KKV,MARS
JABATAN Dokter Spesialis Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Anak Keperawatan
TANDA TANGAN

BAGIAN / UNIT JML PERSONEL TANDA TANGAN TANGGAL

Seksi SPO,
Kebijakan dan
Document Control

Anda mungkin juga menyukai