Anda di halaman 1dari 17

Case Report Session

TONSILITIS AKUT

Oleh:
Annisa Suhaimi 1740312047

Preseptor:
dr. Citra Manela, Sp. F

KEPANITERAAN KLINIK FOME III


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS KURANJI
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ............................................................................................ 2
2.2. Klasifikasi ....................................................................................... 2
2.3 Etiologi ............................................................................................. 3
2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................... 4
2.5 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 4
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 5
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 5
2.8 Konseling dan Edukasi ................................................................... 6
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................. 7
BAB IV DISKUSI............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi Streptococcus atau
Staphylococcus.1 Tonsilitis dapat menyerang semua golongan umur.
Tonsilitis akut merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada saluran
napas bagian atas, terutama pada anak – anak. Insiden tertinggi terjadi pada usia 4
– 5 tahun. Pada usia sekolah, insiden tertingginya adalah usia 6 – 12 tahun.2
Tonsilitis akut dibagi menjadi dua yaitu tonsilitis viral dan tonsilitis
bakterial. Pada tonsilitis viral penyebab yang paling sering adalah Epstein Barr
virus, sedangkan tonsilitis bakterial disebabkan oleh kuman grup A
Streptococcus.3
Gejala tonsilitis akut berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika
penderita menelan dan nyeri sering kali dirasakan ditelinga karena tenggorokan
dan telinga memiliki persarafan yang sama. Gejala lainnya berupa demam, tidak
enak badan, sakit kepala, mual dan muntah.4

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai studi kasus tonsilitis akut.

1.1 Tujuan Penelitian


Makalah ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai tonsilitis akut.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini berupa hasil
pemeriksaan pasien, rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu
pada berbagai literatur, termasuk buku teks, dan artikel ilmiah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Tonsilitis disebabkan peradangan pada tonsil yang diakibatkan
oleh bakteri, virus, dan jamur.5 Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ),
tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba
Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlach’s tonsil).5,6

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut : 7,8
1. Tonsilitis Akut
Disebabkan oleh kuman grup A streptokokus β hemolitikus,
pneumokokus, streptokokus viridan, dan streptokokus pyogenes. Bentuk
tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan
terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga
terbentuk membran semu (pseudomembrane) yang menutupi tonsil.5
Tonsilitis akut dapat dibagi menjadi : 9
a) Acute superficial tonsilitis, biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan
biasanya merupakan perluasan dari faringitis serta hanya mengenai
lapisan lateral.
b) Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga
terisi dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning
pada tonsil.
c) Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi mengenai hampir seluru bagian
tonsil sehingga tonsil terlihat hiperemis dan membesar.

2
d) Acute membranous tonsilitis, merupakan stase lanjut dari tonsilitis
folikular dimana eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di
permukaan tonsil.5
2. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi
akut atau subklinis yang berulang.10 Ukuran tonsil membesar akibat
hiperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil,
namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan
sikatrik yang kronis.

2.3 Etiologi
Tonsil berfungsi membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui
mulut. Tonsil akan berubah menjadi tempat infeksi bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.11 Penyebab
tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta Hemolyticus, Streptococcus
viridans, dan Streptococcus pyogenes. Streptococcus pyogenes merupakan
patogen utama pada manusia yang menimbulkan invasi lokal, sistemik dan
kelainan imunologi pasca streptococcus.10
Tabel 2.1 Etiologi terjadinya tonsilitis

3
Gambar 2.1 Gambaran tonsilitis akut.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
a. nyeri tenggorok
b. nyeri telan
c. sulit menelan
d. demam
e. mual, anoreksia
f. kelenjar limfa leher membengkak
g. faring hiperemis
h. pembesaran tonsil
i. tonsil hiperemia
j. mulut berbau
k. otalgia ( sakit di telinga )
l. malaise

2.5 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-
kadang atrofi, hiperemis dan edema yang tidak jelas. Tampak detritus atau detritus
baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar getah bening leher
dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.5,12

4
Ukuran pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi : 5
a. T0 : Tonsil sudah diangkat
b. T1 : Tonsil masih di dalam fossa tonsil
c. T2 : Tonsil keluar dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara
pinggir lateral faring-uvula
d. T3 : Tonsil sudah melewati garis tengah namun tidak sampai uvula
e. T4 : Tonsil sudah mencapai uvula atau lebih.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : 4
a. Leukosit : terjadi peningkatan
b. Hemoglobin : terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

2.7 Penatalaksanaan
a. Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila
gejala berat.
b. Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin; antipiretik
dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Diberikan antibiotik peroral
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.5

Berdasarkan The America Academy of Otolaryngology-Head and neck


Surgery Clinical Indicators, pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
e. Maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial

5
f. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor
pulmonale.
g. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan
h. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
i. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus B
hemoliticus
j. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
k. Otitis media efusa/ Otitis media supuratif

2.8 Konseling dan Edukasi


Memberitahu keluarga untuk : 13
a. Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi.
b. Melakukan pengobatan yang adekuat karena resiko kekambuhan cukup tinggi.
c. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
olahraga teratur.
d. Manjaga kebersihan mulut.
e. Hgynie baik.

6
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
a. Nama : An. AH
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 4 tahun
d. Alamat : Korong Gadang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Jumlah bersaudara : 2 orang (pasien anak ke 2)
b. Status Ekonomi Keluarga :
Berasal dari golongan ekonomi menengah
Kondisi Rumah :
- Rumah permanen
- Ventilasi baik
- Listrik ada
- Sumber air : Air PDAM, Sumber air minum : air galon
- Jamban ada 1 buah, dalam rumah
- Sampah dikumpulkan dan dibakar
3. Aspek psikologis di keluarga
- Hubungan dalam keluarga baik.
4. Keluhan Utama
Pasien datang ke poli KIA Puskesmas Kuranji dengan keluhan nyeri menelan
sejak 1 hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Nyeri menelan sejak 1 hari yang lalu. Awalnya menurut ibu pasien
keluhan dirasakan setelah pasien meminum-minuman dingin. Pasien
merasakan ada yang mengganjal di tenggorok, sehingga sulit untuk
menelan.
b) Demam sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak
berkeringat banyak.
c) Sesak napas tidak ada.

7
d) Suara parau tidak ada.
e) Penurunan nafsu makan ada.
f) Riwayat mulut berbau disangkal pasien.
g) Riwayat rasa nyeri pada kedua telinga tidak ada.
h) Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
i) Riwayat gangguan pendengaran tidak ada.

6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


a) Pasien belum pernah menderita keluhan serupa sebelumnya.
b) Tidak anggota keluarga dengan keluhan yang sama.

7. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :


a) Pasien hampir setiap hari meminum minuman dingin dan berasa.

8. Riwayat Persalinan
a) Lama hamil : 38-39 minggu (cukup bulan)
b) Cara lahir : Pervaginam
c) Ditolong oleh : Bidan

9. Riwayat Makan dan Minuman


a) ASI : 0 – 24 bulan
b) Susu formula : tidak ada
c) MP-ASI : 12 bulan

10. Riwayat Imunisasi


a) BCG : 0 bulan (skar +)
b) DPT : 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
c) Hepatitis B : 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan
d) Polio : 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
e) Campak : 9 bulan,18 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap

8
11. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan Umum : sedang
- Kesadaran : CMC
- Nadi : 88x/ menit
- Nafas : 20x/menit
- Suhu : 37 0C
- BB : 12,9 kg TB : 100 cm

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik


KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
- Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
- Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak sedikit membuncit, Distensi (-),
Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-),
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : CRT < 2 detik

9
Status Lokalis THT
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Orofaring dan mulut :
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Simetris/
Simetris
Tidak
Palatum mole
Warna Hiperemis Hiperemis
+ Arkus faring
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda
Dinding Faring
Permukaan Licin
Ukuran T3 T2
Warna Hiperemis Hiperemis
Permukaan Licin LIciin
Tonsil Muara Kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak Ada
Peritonsil Abses Tidak ada Tidak ada
Perlengketan Tidak ada Tidak ada
Lokasi
Bentuk
Tumor Ukuran
Permukaan Tidak ada
Konsistensi
Karies/radiks Tidak Ada
Gigi
Kesan Oral higene cukup baik
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada

10
Gambar

12. Diagnosis Kerja


Tonsilitis akut

13. Pemeriksaan Anjuran


a) Swab tenggorok
14. Manajemen
a) Preventif :
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat yang cukup, makan
teratur, serta berolahraga.
 Menghindari makan dan makanan es / dingin dan makanan serta
minuman yang bersifat merangsang tenggorokan (makanan pedas dan
berbumbu)
 Tingkatkan higienitas mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari
terutama setelah makan permen, coklat serta makanan manis lainnya.
 Asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Makan obat secara teratur terutama konsumsi obat harus tuntas
(terutama antibiotik).

b) Promotif :
 Menjelaskan kepada orangtua pasien dengan bahasa yang dipahaminya
mengenai penyakit dan pencegahannya.
 Menjelaskan mengenai faktor risiko, pengobatan dan pencegahannya.

11
c) Kuratif :
 Parasetamol sirup (3 x 1 cth).
 Vitamin C tab 1x1 selama 5 hari.

d) Rehabilitatif :
 Istirahat cukup
 Makan makanan dan minuman yang lunak dan hangat.
 Kontrol kembali ke puskesmas setelah 5 hari untuk melihat keefektifan
pengobatan.

-
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Kuranji

Dokter : dr. Muda


Tanggal : 24 Februari 2019

R/ Paracetamol syr 120 mg/5 ml fls No I


∫ 3 dd cth I
__________________________________________
R/ Vitamin C tab No V
∫ 1 dd tab 1
__________________________________________

Pro : An. AH
Umur : 4 tahun
Alamat : Korong Gadang

12
BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien perempuan usia 4 tahun datang ke Poliklinik KIA


Puskesmas Kuranji, ditegakkan diagnosis kerja dengan tonsilitis akut. Keluhan
utama pasien yaitu nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu disertai demam.
Pasien juga merasakan nyeri tenggorok dan ada yang mengganjal di tenggorok.
Keluhan nyeri tenggorok atau nyeri saat menelan (odinofagia) merupakan gejala
yang sering dikeluhkan akibat ada kelainan atau peradangan di daerah
tonsilofaringeal.
Tonsilitis merupakan penyebab tersering peradangan pada daerah
orofaring. Gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit tonsilitis akut adalah
rasa tidak enak di tenggorokkan, sakit tenggorokkan, sulit menelan sampai sakit
saat menelan. Pada pasien ini juga ditemukan adanya nafsu makan berkurang
akibat nyeri saat menelan makanan.
Berdasarkan lama perjalanan penyakit dan penyebabnya, tonsillitis terbagi
atas tonsillitis akut dan tonsillitis kronis. Tonsilitis akut adalah radang pada tonsil
yang timbulnya cepat, atau berlangsung dalam waktu pendek, dalam kurun waktu
jam, hari hingga minggu.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis adalah paparan rokok, beberapa
jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik. Pada
pasien ini ditemukan faktor risiko tonsillitis akut yaitu suka mengkonsumsi
minuman dingin dan berasa sehingga lebih rentan terkena tonsillitis. Tonsilitis
dapat disebabkan oleh bakteri dan virus.
Dari pemeriksaan, ditemukan tonsil pasien membesar dengan ukuran T3 di
kanan dan T2 di kiri, tonsil tampak hiperemis, permukaan tonsil licin dan tidak
tampak pelebaran kripti. T3-T2 yakni tonsil kanan telah melewati garis median
namun belum melewati uvula dan tonsil kiri telah keluar dari fossa tonsil tapi
belum melewati garis median. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
parenkim atau degenerasi fibroid.
Penatalaksanaan tonsillitis akut adalah medikamentosa dan operatif.
Terapi medikamentosa ditujukan untuk mengatasi infeksi dan dapat diberikan

13
pada tonsilitis akut akibat bakteri. Antibiotik golongan penisilin merupakan
antibiotik pilihan. Namun, pada kasus ini pasien tidak diberikan antibiotik karena
dari anamnesis dan pemerikaan fisik mengarahkan pada tonsilitis akut akibat
virus. Pasien diberikan terapi simtomatis saja, berupa paracetamol 3 x 5 mg.
Upaya rehabilitatif yang dilakukan pada pasien tonsilitis akut meliputi
istirahat cukup, makan makanan lunak, hindari pencetus, hindari makanan yang
mengiritasi, menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi
serta menjaga higiene mulut.

14
Daftar Pustaka

1. Shah, K. Udayan. 2014. Tonsilitis and Peritonsilar abcess. Emedicine,


http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview
2. Babaiwa, U.F., Onyeagwara N.C., dan Akerele J.O. 2013. Bacterial tonsillar
microbiota and antibiogram in recurrent tonsillitis. Japan . Page : 1012-1105
3. Mal, R.K., A.F. Oluwasanmi, dan J.R. Mitchard. 2010. Tonsillar Crypts and
Bacterial Invasion of Tonsils: A Pilot Study. NEJM : England p: 567-569
4. Dhingra, P.L., dan Shruti Dhingra. 2005. Diseases of Ear, Nose and Throat,
Fifth Edition. New Delhi : Elseiver.
5. Soepardi, E.A. et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
hal 223-4.
6. Campisi, Paolo., dan Ted L. Tewfik. 2003. Tonsilitis and its Complications.
London :Elsevier :, Page 13-16]
7. Ludman, H., dan Patrick J.B. 2007. ABC of Ear, Nose and Throat, Fifth
Edition. Massachusetts : Blackwell Publishing Inc.
8. Darro DH.Siemens C. 2002. Indication For Tonsillectomy and
Andenoidectomy. Laryngoscope, 112 (8 Pt Suppl 100) England : NEJM : hal
: 6-10
9. Liston, S.L. 1997. Adams, Boeis dan Higler. Eds. Buku Ajar Penyakit THT
Boeis Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
10. Flint, Paul W. et al. 2010. Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery
5th edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.
11. Onerci, T.M. 2009. Diagnosis in Otorhinolaryngology, An Illustrate Guide.
New York : Springer
12. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. EGC : Jakarta. Hal. 320-2, 330, 339-40, 342.
13. Abidin Z, dkk. 2014. Panduan Praktik Klinis. IDI. Hal. 355 – 8.

15

Anda mungkin juga menyukai