Memahami perkembangan embriologi rongga mulut dan faring memungkinkan dokter mengerti
patofisiologi dari berbagai kelainan kongenital yang terjadi di daerah tersebut. Bebenpa kelainan,
seperti kisla celah brankial, kista duktus tiroglosus, atau celah palatum, sering terjadi. Yang lain, seper-
ti sindrom Treacher Collins atau tuli konduktif kongenital, jarang terjadi. Jika tidak disadari lebih dini,
beberapa kelainan kongenital seperti sindrom Pierre Robin, dapat menyebabkan serangan sumbatan
saluran napas yang intermiten dengan disertai episode anoksia dan kerusakan otak. Bab ini akan rnem-
berikan keterangan embriologi dasar yang akan membantu dalam penatalaksanaan kelainan-kelainan
yang te{adi.
EMBRIOLOGI
Rongga mulut, faring, dan esofagus berasal dan foregut embrionik. Foregut juga berkembang men-
jadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur, hipofise anterior, tiroid dan laring, trakea, bronkus, dan alveoli
paru. Mulut terbentuk dari stornodeum primitif yang merupakan gabungan ektodermal dan endoder-
mal, yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian prosesus nasalis medial dan lateral dan
prosesus maksilaris. Crlah bibir biasanya tidak terletak di garis tengah tetapi di lateral dari pro-
sesus nasalis media, yang membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkernbang dari bagian
prosesus mandibula. Otot bibir berasal dari daerah brankial kedua dan dipersarafi oleh saraf fasialis.
Batas vermilion bibir tampak seperti busur; takik pada busur ini merupakan cacat kosmetik yang sa-
ngat nyata.
Gigi berasal dari lamina dentalis, yang berkembang menjadi sementum dan enamel dari gigi tetap.
Perkembangan gigi manusia dari gigi susu sampai pertumbuhan gigi molar ketiga dewasa berhubung-
an dengan usia penderita, dan grafik dapat mengikuti pertumbuhan gigi yang normal. Terdapat bebe-
rapa macam kista dan tumor jinak maupun ganas yang berasal dari sisa lamina dentalis. Ggi diper-
sarafi oleh cabang dari saraf trigeminus cabang maksilaris dan mandibularis. Pada rahang atas, ada
beberapa variasi dan tumpang tindih pada daerah yang dipersarafi oleh cabang saraf maksilaris.
Palhtum dibentuk oleh dua bagian; premaksila yang berisi gigi seri dan berasal dari prosesus na-
salis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk oleh gabungan dari
prosesus palatum. Oleh karena itu, celah palatum terdapat di garis tengah belakang tetapi dapat terjadi
kearah premaksila depan. Pada tahap pertama, lempeng palatum terdapat di lateral lidah dan jika lidah
tidak turun maka lempeng palatum tidak dapat menyatu. Hal ini merupakan dasar di mana celah
palafum berhubungan dengan mikrognasia dari sindrom Pierre Robin.
264 BAGIAN EMPAT-RONGGA MULUT DAN FARING
ANATOMI
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di depan batas
bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Nasofaring meluas dari dasar tengkorak
sampai batas palatum mole. Orofaring meluas dari batas tadi sampai batas epiglotis, sedangkan di ba-
wah garis batas ini adalah laringofaring atau hipofaring (Gbr. 1a-1).
Rongga Mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf
fasialis. Vermilion berwarna menh karena ditutupi oleh lapisan tipis epitel skuamosa. Ruangan di an-
tara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulurn oris. Muara duktus kelenjar parotis meng-
hadap gigi molar kedua atas.
Ggi ditunjang oleh krista alveolar mandibula dibagian bawah dan krista alveolar maksila di bagian
atas. Gigi pada bayi terdiri dari dua gigi seri, satu gigi taring dan dua gigi geraham. Gigi dewasa terdiri
dari dua gigi seri dan satu gigi taring, dua gigi premolar dan tiga gigi molar. Perrnukaan oklusal dari
gigi seri berbentuk menyerupai pahat dan gigi taring tajam, sedangkan gigi premolar dan molar mem-
Naso atau
epifaring
punyai permukaan oklusal yang datar. Daerah di antara gigi molar paling belakang atas dan bawah
dikenal dengan trigonum retromolar.
Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan sebagian besar dari otot
palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dapat diangkat untuk faring bagian nasal dari rongga
mulut dan orofaring. Ketidaknlampuan palatum mole menutup akan mengakibatkan bicara yang ab-
normal (rinolalia aperta) dan kesulitan menelan. Dasar mulut diantara lidah dan gigi terdapat kelenjar
sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula. Muara duktus mandibularis terletak di depan ditepi
frenulum lidah. Kegagalan kelenjar liur untuk mengeluarkan liur menyebabkan mulut menjadi kering,
atau xerostomia. Hal ini merupakan keluhan yang menyulitkan pada beberapa pasien.
Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga bagian depan dapat digerakkan, sedang-
kan pangkalnya terfiksasi. Otot dari lidah dipenarafi oleh saraf hipoglosus. Perasaan dua pertiga lidah
bagian depan dipenarafi oleh saraf lingualis dan saraf glosofaringeus pada sepertiga lidah bagian
belakang.
Korda timpani mempenarafi cita rasa lidah dua pertiga bagian depan, se-
Str af kot da ti mp ani ya tE
nchlui tclinga bagian tengah, dangkan saraf glosofaringeus mempenarafi cita rasa lidah sepeniga bagian
mcmbrikan cita rasa, dua belakang. Cita rasa dibagi dalam daerah-daerah tertentu. Misalnya, rasa pahit
paliga bagian dcpan lidah.
Kordatinpani Juga nc,m_
dapat dirasakan pada lidah bagian belakang. Permukaan lidah bagian atas
b,P.a scrahil par asi m pati s dibagi menjadi dua perriga depan dan sepertiga bagian belakang oleh garis
kc k*njar submandhula.
dari papila sirkumvalata yang berbentuk huruf V. Foramen sekum yang terda-
pat di puncak dari huruf V merupakan tempat asal duktus tiroglosus. Fungsi
lidah untuk bicara dan menggerakkan bolus makanan pada waktu pengunyahan dan penelanan.
Faring
Di belakang mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang sfenoid dan dasar tulang oksiput
disebelah atas, kemudian bagian depan tulang atlas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain.
Nasofaring membuka kearah depan ke hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid terletak pada
mukosa atap nasofaring. Di samping, muara fuba eustakius kartilaginosa terdapat di depan lekukan
yang disebut fosa Rosenmiiller. Kedua struktur ini berada di atas batas bebas otot konstriktor faringis
superior. Otot tensor veli palatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba eus-
taki, masuk ke faring melalui ruangan ini. Otot ini membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus
tulang untuk memasuki palatum rnole. Otot tensor veli palatini dipenarafi oleh saraf mandibularis
melalui ganglion otic (Gbr. 14-2).
Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal dalam kapsulnya
terl'etak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Di depan tonsila, arkus faring anterior disusun
oleh otot palatoglosus, dan di belakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus.
)1):
)
Tonsila
faringeal
Palatum mole
Tonsila
palatina
Tonsila lingualis
Lipatan
' salfingo-
faringeal GAMBAR L&3. Gambar dari dinding faring
Fosa bagian lateral. Iroct menunjukkan struktur yang
supralonsila terdapat di sekitar tonsila.
fukus anlerior
Tonsila :a
palatina
Arkus poslerior
Plika
triangularis
Otot-otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semuanya dipersarafi oleh pleksus
faringeus.
Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang diliputi oleh epitel skuamosa yang berisi beberapa krip-
ta (Gbr. L4-3). Tampaknya tidak dapat dibuktikan adanya penurunan kekebalan yang disebabkan oleh
pengangkatan tonsila (atau adenoid). Celah di atas tonsila merupakan sisa dari endodermal muara
arkus brankial kedua; di mana fistula brankial atau sinus internal bermuara. Infeksi dapattedadi di an-
tara kapsul tonsila dan ntangan sekitar jaringan dan dapat meluas ke atas pada dasar palatum mole
sebagai abses peritonsilar.
Hipofaring terbuka ke arah depan masuk ke introitus laring (Gbr. 14 '1). Epiglotis dilekatkan pada
dasar lidah oleh dua frenulum lateral dan satu frenulum di garis tengah. Hal ini menyebabkan terben-
tukirya dua valekula disetiap sisi. Di bawah valekula adalah permukaan laringeal dari epiglotis. Di ba-
wah muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan yang disebut sinus piriformis yaitu di
antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina
krikoid, dan di bawahnya terdapat muara esofagus.
Esofagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di
Divcrliktlumknkcr
bcrkcmbang nclalui dinding belakang trakea dan di depan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens ter-
faringbag'anMakang d dapat pada alur diantara esofagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi
bawah o/iolkonstihor
laringfu infarir hn di alas
dari selubung karotis terletak dilateral esofagus. Pada lapisan otot faring ter-
ototkikofadngeus. dapat daerah trigonum yang lemah di atas otot krikofaringeus yang berkem-
bang dari krikoid dan mengelilingi esofagus bagian atas. Divertikulum yang
disebut divertikulum Tnnker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan
penelanan.
Faring merupakan daerah di mana udara melaluinya dari hidung ke laring juga dilalui oleh ma-
kanan dari rongga mulut ke esofagus. Oleh karena itu, kegagalan dari otot-otot faringeal, terutama
1+-EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI 267
- Ligamentum pterigomandibularis
Membran krikovokalis
yang menyusun ketiga otot konstriktor faringis, akan menyebabkan kesulitan dalam menelan dan
biasanya juga terjadi aspirasi air liur dan makanan ke dalam cabang trakeobronkial.
I-eher
Pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan toraks dari kepala. I-eher dibentuk
seperti jantung, di mana berasal dari di &wah foregut, yang bermigrasi ke rongga toraks dan aparatus
brankial berkembang menjadi bentuk yang sekarang. Migrasi dari jantung merupakan sebab mengapa
beberapa struldur dari leher bermigrasi terakhir. Pada masa embrio awal terdapat beberapa ton-
jolarl sepanjang tepi dari foregut yang juga dapat dilihat dari luar. Tonjolan ini adalah aparatus
brankialis.
Eklodermal dan endodermal dari arkus kedua dan ketiga dapat juga mem-
Sdunn kbhcclah
OrrnO"*,n61,1i bagian bentuk kista, sinus, dan fistula. Normal muara dari arkus kedua, ketiga dan
atas sarat hipqlosus, keempat diliputi oleh pertumbuhan dari daenh yang disebut tonjolan epipe-
rikardial. Saraf pada daerah ini adalah. saraf asesorius spinalis, dan mesen-
kimnya membentuk otot sternokleidomastoideus dan trapesius. Tonjolan epikardial menyatu dengan
arkus brankialis kedua, menutupi muara alur brankialis kedua, ketiga dan keempat sebagai kista ekto-
dermal, sinus servikalis dari His, yang normalnya menghilang. Juga otot lidah yang berasal dari mio-
tom post-brankialis, bermigrasi ke dasar mulut, melalui belakang derivat brankialis. Oleh karena itu
muara dari derivat brankialis persisten terletak di depan otot sternokleidomastoideus dan salurannya
melalui bagian atas saraf hipoglosus. Oleh karena itu dapat diduga secara tepat garis dari kista, sinus,
dan fistula bmnkialis kedua dan ketiga.
\
14--EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI 269
Fisfula brankialis kedua terbuka di depan otot sternokleidomastoideus, masuk ke leher di depan
arteri karotis komunis dan interna, biasanya di antara arteri karotis interna dan eksterna, kemudian di
atas sarafglosofaringeus dan hipoglosus ke arah tonsila. Fistula brankialis ketiga terbuka di depan otot
sternokleidomastoideus, melalui bagian belakang arteri karotis komunis dan interna dan di atas saraf
hipogl,osus tetapi di bawah saraf glosofaringeus dan stilofaringeus, masuk ke faring di atas daerah yang
dipenarafi oleh saraf laringeus superior. Tanda-tanda sisa kantong brankialis keempat dapat menetap
sebagai saluran dari faring bagian bawah sampai daerah tiroid dan kadang-kadang dapat menyebabkan
tiroiditis supuratifa.
Kelainan lain yang menarik dari aparatus brankialis terjadi jika arteri subklavia kanan mempunyai
kelainan sejak semula dan saraf laringeus rekurens melintas dari dasar kranium ke laring. Kelenjar ti-
roid tidak dapat bermigrasi dari foramen sekum, membentuk tiroid lingualis. Sisa dari semua duktus
tiroglosus dapat menetap. Pengangkatan total duktus ini termasuk juga memotong korpus hioid. Posisi
kelenjar paratiroid dapat bervariasi, dan jaringan paratiroid dapat bermigrasi bersama timus ke medias-
linum anterior.
Aliran darah faring berasal dari beberapa cabang sistim karotis eksterna. Beberapa anastomosis
tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi lainnya. Ujung cabang arteri maksilaris inter-
na, cabang toisilar arteri fasialis, cabang lingual arteri lingualis bagian dorsal, cabang arteri tiroidea
superior, dan arteri faringeal yang naik semuanya menambah jaringan anastomosis yang luas. Persa-
rafan motorik sudah dibicarakan. Penarafan sensorik nasofaring dan orofaring, seperti dasar lidah,
terutama melalui pleksus faringeal dari saraf glosofaringeal. Pada bagian bawah faring, terdapat per-
sarafan sensorik yang berasal dari saraf vagus melalui saraf laringeus superior. Aliran limfe faringeal
meliputi rantai retrofaringeal dan faringeal lateral dengan jalan selanjutnya masuk nodus servikalis
profunda. Keganasan nasofaring seringkali bermetastase ke rantai servikalis profunda.
FISIOLOGI FARING
Fungsi faring terutama"untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi. Tiga dari fungsi-
funpi ini adalah jelas. Fungsipenelanan akan dijelaskan terperinci.
Penelanan
Ganggunmcmlan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama genkan makanan
dt&uiukkan drngat baik dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui
pdavidcoaotagan faring, dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara in-
yrngdmodifrkrsi
volunter. I-angkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan
pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot
suprahioid berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring dan dengan demikian membuka hipofaring dan
sinus piriformis. Secara benamaan otot laringis intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter
untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke
bawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontnksi otot konstriktor faringis media dan superior.
Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot
krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofa-
gus dan masuk ke lambung.
27O BAGIAN EMPAT-RONGGA MULUT DAN FARING
DAERAH WAJAH
,Saralvag6
Trunk6 simpatikus servikalis
Lapisan superlisial . SaratJrenik6 pda skalerc antqior
.'Orctryoid
-- Nn dari pleksub brakialis
- Saral-saral suprakbvikuh16
Skaleffi redhdan
posterior
Saralaseorire
GAMBAR l+5. I-apisan utama dari fasia servikalis di bawah tulang hioid. Tampak hubungan dari beberapa saraf. Ruang fasia
dan fasial digambar secara skematis. (Dari Hollinshead WH: Anatomy for Surgeons. Vol. 1: The Head and Neck. New York.
Hoeber Medical Division, Flarper & Row. L982. p 27I).
14-EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOI-OGI 271
pretrakealis berubah. I-amina superfisialis fasia servikalis profunda menjadi bagian luar otot-otot
suprahioid tetapi kemudian membelah dan membungkus mandibula dan otot-otot pengunyah dan juga
membentuk kapsula kelenjar submandibula dan parotis. I-amina pretrakealis meluas di atas tulang
hioid bagian belakang hanya sebagai lamina yang mengelilingi otot-otot faring. I-amina vertebralis
tidak berubah di atas tingkat hioid, tetapi selubung karotis pada batas ini tidak mudah dikenali.
Infeksi yang dapat mengenai ruang potensial ini dibicarakan pada Bab 17.
Kepustakaan
Davis J: Embryology and anatomy of the head, neck, face, palate, nose, and paranasal sinuses. lz Paparella MM. Shumrick DA
(eds): Otolaryngology, Ed 2. Vol 1. Philadelphia, WB Saunders Co, 1980, pp 63-123.
Hollinshead JW: Anatomy for Surgeons, Vol I: The Head and Neck. New York, Harper & Row, 1968.