Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Tugas Baca
Fakultas Kedokteran September 2017
Universitas Pattimura
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Disusun Oleh: Ida Amsiyati (NIM. 2015-84-031)
Pembimbing: dr. Fitri Kadarsih Bandjar, Sp.KK, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA LABORATORIUM KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2017 Pertanyaan: 1. Jelaskan tentang terapi sinar UVA dan UVB! 2. Jelaskan tentang penggunaan kortikosteroid sistemik pada tatalaksana dermatitis kontak alergi!
1. Terapi sinar UVA dan UVB:
Definisi fototerapi berasal dari bahasa Yunani "terapi dengan cahaya" dan mengacu pada teknik terapeutik berdasarkan efek menguntungkan dari gelombang cahaya pada beberapa kondisi patologis. Hal ini sering digunakan saat ini sebagai pengobatan untuk penyakit dermatologis seperti psoriasis, jerawat, dan dermatitis atopi, serta untuk gangguan tidur dan beberapa penyakit kejiwaan.1 Kemajuan terbaru dalam imunologi molekuler dan fotobiologi menunjukkan bahwa khasiat fototerapi bersifat multifaktorial. Pertama, radiasi UV menargetkan sel-sel inflamasi pada kulit, menginduksi efek imunosupresif positif dengan mengubah produksi sitokin, menginduksi apoptosis sel T yang menginfiltrasi, dan dengan menghambat fungsi penyajian antigen dari sel Langerhans. Selain itu, radiasi UV dapat melindungi kulit dengan merangsang penebalan stratum korneum yang dapat membatasi reaksi eksim dan mencegah masuknya antigen luar. Akhirnya, kolonisasi kulit oleh Staphylococcus aureus dan Pityrosporum orbiculare dapat dicegah atau dikurangi oleh efek antibakteri dari radiasi UV. Secara khusus, radiasi pita sempit (NB) -UVB telah terbukti dapat mengurangi produksi superantigen dan mengubah tingkat mRNA dari peptida antimikroba.1 Fototerapi adalah pilihan yang efektif untuk pasien dengan penyakit dermatitis kontak alergi luas yang sulit diobati. Cahaya ultraviolet memiliki efek imunosupresif dan menghambat reaksi hipersensitivitas akibat kontak. Namun, ia memiliki potensi efek samping berupa eritema pada induksi akut, rasa terbakar atau menyengat dan meningkatkan risiko kanker kulit akibat penggunaan jangka panjang.2 Parameter dan protokol dosis mungkin berbeda, walaupun dokter mengacu pada indikasi yang termasuk dalam pedoman psoriasis dalam American Academy of Dermatology yang diterbitkan oleh Menter dkk pada tahun 2010. Pedoman ini berisi dosis spesifik untuk NB-UVB, BB-UVB, dan UVA. Dosis awal bergantung pada permukaan kulit pasien (mJ / cm2) dan berdasarkan pada jenis kulit dalam Fitzpatrick (I-VI). Pengobatan diberikan 3- 5 kali seminggu, biasanya selama 4-8 minggu, dengan kenaikan dosis setelah setiap pengobatan. Jika tidak, radiasi awal dan kenaikannya dapat ditentukan sesuai dengan dosis eritema minimal.1 Fototerapi dapat diberikan baik secara intermitten atau terus menerus sebagai terapi maintenance. Selain itu, terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi topikal, seperti emolien atau kortikosteroid. Hal ini dapat meningkatkan efek menguntungkan dan juga mengurangi penggunaan kortikosteroid dan kebutuhan imunomodulator topikal, seperti yang diverifikasi oleh banyak penelitian.1 2. Terapi Kortikosteroid Sistemik: Terapi kortikosteroid sistemik adalah alternatif terapeutik yang berguna untuk pasien dengan bentuk akut dan parah dari dermatitis kontak. Penting untuk mencoba menggunakan steroid dengan jumlah kecil (baik durasi dan maupun konsentrasi) untuk mengendalikan penyakit, sehingga mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Triamcinolone 40 mg IM dapat diberikan untuk dermatosis akut, namun, prednison oral (1 mg / kgbb/ hari) lebih umum digunakan karena memberi kemampuan untuk memantau perbaikan dermatitis kontak alergi atau keperluan untuk menurunkan dosis.2 Steroid sistemik tidak dianjurkan untuk anak-anak kecuali jika mereka memiliki penyakit komorbid (misalnya, asma eksaserbasi), atau dapat diberikan terapi jangka pendek berupa agen imunomodulator sistemik nonsteroid.3
REFERENSI
1. Patrizi A, Raone B, Ravaioli GM. Management of atopic dermatitis: safety
and efficacy of phototherapy. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology. 2015; 8: 511520. 2. Welsh E, Goldenberg A, Welsh O, Jacob SE. Contact dermatitis: therapeutics when avoidance fails. J Allergy Ther. 2014; 5(4): 1-4. 3. Sidbury R, David DM, Cohen DE, Cordoro KM, Berger TG, Bergman JN. Et all. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis. J Am Acad Dermatol. 2014;71 (2):327-49.