Anda di halaman 1dari 50

Ilmu Penyakit Saraf Journal Reading

Fakultas Kedokteran Maret 2018


Universitas Pattimura

HEAD TRAUMA

Eli Ezer Simangunsong


2017-84-043

Pembimbing:
dr. Semuel Wagiu, Sp.S, M.Ked

Bagian Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2017
2
Pendahuluan
3

 Hampir 90% meninggal sebelum sampai di RS


 75% CKR; 15% CKS; 10% CKB
 Data Amerika Serikat 1.700.000 TBI/tahun 
275.000 dirawat  52.000 meninggal
 80.000-90.000 di USA cacat jangka panjang  akibat
cedera otak
 Di Denmark 300 orang/ 1 jt pendudukCKS &
CKB/tahun > 1/3  rehabilitasi cedera otak
Pendahuluan
4

 Tujuan utama penatalaksanaan TBI mencegah


cedera otak sekunder.

Memberikan Mempertahankan Mencegah


oksigenasi TD pada level keruskan otak
adekuat yang cukup sekunder

Memperbaiki
Outcome
Pendahuluan
5

 Setelah penatalaksanaan ABCDE  lakukan


identifikasi lesi massa
 Triage penderita dengan cedera otak tergantung
pada beratnya trauma dan fasilitas yang tersedia
 Konsultasi dengan ahli bedah saraf pada awal
penatalaksanaan sangat dianjurkan
Tinjauan Anatomi
6

 Skin, Cutaneous Junction, Aponeurosis, Lost Of


Tissue, Periosteum (SCALP)
 Tulang Tengkorak
 Selaput otak
 Otak
 Sistem ventrikel
 Kompartemen intrakranial
SCALP
7

Kehilangan
Perlukaan Syok
banyak
SCALP hemoragik
darah

Transport
kematian
lama
Tulang Tengkorak
8

 Dasar tulang tengkorak tidak rata  cedera ketika


otak bergerak terhadap tengkorakakselerasi&
deselerasi
 Fossa anterior  tempat lobus frontal
 Fossa media  tempat lobus temporal
 Fossa posterior  tempat brainstem bagian bawah
dan serebellum.
9
10
Selaput Otak
11

Duramater

Arakhnoid

Piamater
Selaput Otak
12

Duramater

 Sinus sagitalis superior  perlukaan  perdarahan


masif
 Arteri meningea media  EDH
Selaput Otak
13

Arakhnoid

 Ruang subdural  bridging veins  robek 


perdarahan subdural

Piamater

 Ruang Subarakhnoid  berisi LCS  perdarahan 


mengisi sisi intraserebri.
Otak
14

Serebrum Brainstem Serebellum

• Hemisfer kiri • Midbrain • Membentuk


dan kanan • Pons koneksi
• Lobus • Medulla dengan
Frontal medulla
• Lobus spinalis dan
parietal hemisfer
serebri
• Lobus
temporal
Sistem Ventrikel
15

 Ventrikel  ruangan yang berisi LCS dan


aquaduktus di dalam otak.
 Darah dalam LCS  mengganggu reabsospsi LCS 
peningkatan TIK
 Edema dan lessi masa  mendorong ventrikel 
tidak simetris  TIK meningkat
Kompartemen Intrakranial
16

 Tentorium serebelli  membagi ruangan


intrakranial  supratentorial  infratentorial
 N III  berjalan di sepanjang tentorium serebelli
tertekan  dilatasi pupil
 Herniasi uncus  penekanan pada traktus
kortikospinalis  hemiparesis kontralateral
17
18
19
Tinjauan Fisiologis
20

 Tekanan Intrakranial
 Doktrin Monroe-Kellie
 Aliran darah otak (Cerebral Blood Flow)
Tekanan Intrakranial
21
Doktrin Monro-kellie
22

“Voleme total dari isi intrakranial harus selalu


konstan, karena kranium adalah ruangan rigid dan
tidak bisa mengembang”
Aliran Darah Otak/ Cerebral Blood Flow
23

 CBF  kebutuhan metabolik otak


 Vaskularisasi prakapiler serebral 
berkonstriksi/dilatasirespon perubahan MAP
 CPP=MAP-ICP
 MAP=50 sampai 150 mmHg autoregulasi
mempertahankan CBF agar konstan
Aliran Darah Otak/ Cerebral Blood Flow
24

 TBI mengacaukan autoregulasi tekanan


 MAP terlalu rendah iskemia dan infark
 MAP terlalu tinggi  pembengkakan otak & TIK
 Mempertahankan CPP yang normal  membantu
memperbaiki CBF, namun tidak menjamin CBF yang
adekuat
Klasifikasi Cedera Kepala
25
Klasifikasi Cedera Kepala
26
Klasifikasi Cedera Kepala
27
Tatalaksana
28
29
Tatalaksana
30
Tatalaksana
31
Tatalaksana
32
Tatalaksana
33
Tatalaksana
34
Primary Survei Dan Resusitasi
35

 Cedera otak seringkali dipengaruhi oleh gangguan


sekunder.
 Hipotensi mortalitas 2x lipat bila dibandingkan
dengan pasien tanpa hipotensi
 Hipoksia mortalitas 75%
 Stabilisasi kardiopulmonal harus dicapai cepat
Airway dan Breathing
36

 Lakukan intubasi endotrakeal sedini mungkin pada


pasien koma
 Pasien harus diventilasi dengan oksigen 100% 
sampai diperoleh hasil pengukuran gas darah
 Diharuskan SpO2 > 98%
Sirkulasi
37

 Keadaan euvolemia harus segera dicapai  bila


pasien hipotensi
 Menjaga tekanan systolik ≥ 100 mmHg untuk pasien
dengan usia 50-69 tahun, atau ≥ 110 mmHg untuk
pasien dengan usia 15-49 tahun atau ≥ 70 tahun dapat
menurunkan mortalitas dan meningkatkan outcome
Pemeriksaan Neurologis
38

 Skor GCS
 Respon cahaya pupil
 Defisit neurologis fokal
Tujuan Tatalaksana
39
Anastetik, Analgesik, dan Sedative
40

 Anastetik, analgesik, dan sedative  Hati-hati


suspect/konfirmasi cedera kepala
 Penggunaan yang berlebihan  menghambat
perbaikan pada pasien dengan cedera kepala berat
Secondary Survey & Prosedur Diagnostik
41

 Pemeriksaan serial: mis skor GCS, lateralisasi, reaksi


pupil
 CT-Scan kepala harus dilakukan segera
 CT-Scan harus diulang bila ada perubahan pasien
Tatalaksana Medikamentosa
42

 TUJUAN UTAMA: Menghindari kerusakan sekunder


dari otak yang telah mengalami trauma
 PRINSIP DASAR: Bila jaringan saraf yang telah cedera
diberikan kondisi optimal untuk penyembuhan, maka
akan terjadi perbaikan dan akan memperoleh kembali
fungsi normalnya.

Cairan Koreksi Hiperventilasi Salin


Manitol Barbiturat Antikonvulsan
intravena antikoagulan Temporer Hipertonik
Cairan Intravena
43

 Tujuan: Mempertahankan kondisi normovolemi


 Perhatian:
1. Jangan berikan cairan berlebihan
2. Jangan gunakan cairan hipotonik
3. Jangan gunakan cairan glukosa hiperglikemia
berbahaya bagi otak yang mengalami trauma
 Saran: Pergunakan cairan ringer laktat/normal saline
Koreksi Antikoagulan
44
Hiperventilasi
45

 Pertahankan kondisi Normokarbia


 Hiperventilasi  PaCO2  vasokonstriksi serebral
 iskemia serebral
 Namun bila Hiperkarbia  PaCO2 > 45 mmHg 
vasodilatasi serebral  TIK Meningkat
 Hiperventilasi  jangka waktu tertentu 
pertahankan PaCO2 kisaran 35 mmHg (35-45mmHg)
Manitol, Salin Hipertonis, & Barbiturat
46

 Tujuan: menurunkan peningkatan TIK


 Manitol & Barbiturat  pasien hipotensi
 Indikasi manitol dilatasi pupil, hemiparesis,
hilangnya kesadaran saat pasien diobservasi
 Manitol  1g/kgbb dalam waktu 5 menit
 Salin Hipertonis: konsentrasi 3% dan 23,4%
 Barbiturat tidak diindikasikan pada fase resusitasi
akut
Antikonvulsan
47

 Kejang akut pada TBI  antikonvulsan


 Tapi pemberian dini tidak mengubah outcome jangka
panjang kejang karena trauma
 Penelitian antikejang bisa mencegah perbaikan otak
 Fenitoin dan fosfenitoin  fase akut
 Dosis Dewasa: 1gr Fenitoin kecepatan 50mg/menit
 Dosis Rumatan: 100mg/8jam
Penatalaksanaan Bedah
48

 Luka di scalp
 Fraktur impresi
 Lesi massa intrakranial
 Luka tembus pada otak
Brain Death
49

Diagnosis Pem. Penunjang

GCS 3 Elektroensefalografi

Pupil Non reaktif Pemeriksaan CBF

Hilang refleks batak otak Angiografi Serebral

Tidak ada usaha nafas spontan


Terima kasih
50

Anda mungkin juga menyukai