Diterbitkan oleh:
Oktober 2020
Edisi terbatas
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh isi buku ini
dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penyusun
NAMA :
NRP :
Kontributor :
Penasehat : dr. Niniek Hardini, Sp.PA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ‘ala karena Clinical Skills
Practice (CSP) Blok Kesehatan Matra dan Manajemen Bencana pada Program Studi
Pendidikan Dokter Program Sarjana (PSPDPS) dapat kami selesaikan.
Buku Clinical Skills Practice (CSP) Blok Kesehatan Matra dan Manajemen Bencana ini
adalah bagian dari kurikulum Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta dimana
mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan klinik sesuai dengan teori yang digunakan
saat ini bagi mahasiwa kedokteran. Keterampilan klinik ini termasuk keterampilan
berkomunikasi dalam menggali data yang dibutuhkan untuk menegakkan anamnesa seorang
penderita, Pemeriksaan klinis, dan keterampilan melakukan suatu tindakan medik, dimulai
dari Blok Fundamental Biomedical Science (FBS) sebagai dasar, dilanjutkan dengan lebih
mendalam pada masing-masing Blok selanjutnya, dan penerapan pada pasien (real patients)
pada tingkat Clerkship sebelum menjadi dokter seutuhnya. Pemahaman tentang prosedur
latihan dilakukan dengan melihat demonstrasi pada suatu kuliah perkenalan (introduction)
oleh pakar atau dengan alat bantu audio visual, didukung oleh latihan yang masing-masing
kelompok dipimpin oleh seorang instruktur sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam
check list.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku ini. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih memiliki kekurangan, kami
juga mengharapkan masukan dari pihak terkait guna menyempurnakan buku ini di masa yang
akan datang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Depan 1
Kontributor 4
Kata Pengantar 5
Daftar Isi 6
Pendahuluan 7
Tujuan Pembelajaran 8
Karakteristik Mahasiswa 9
Capaian Pembelajaran 10
Tata Tertib CSP 12
Daftar Materi Skills
1. Pneumothorax 14
Patah Tulang Terbuka pada lengan atas 17
2. Luka Terbuka di Perut (usus terburai) 22
3 Multiple Trauma – Fraktur Tulang Leher – Fraktur tertutup di Paha 25
Luka Tembak Paha
4. POL 33
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat, serta meningkatnya
tuntutan masyarakat di bidang kesehatan saat ini, telah menyebabkan sistem pembelajaran
konvensional di fakultas kedokteran secara umum tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu
diperlukan berbagai inovasi guna memenuhi tuntutan tersebut. Dalam paradigma baru metode
pembelajaran mengutamakan metode diskusi sampai dengan saling mengajar, dengan metode
KBK dan PBL, pengetahuan yang paling mutakhir dapat diketahui dan dipahami mahasiswa
dengan sangat singkat melalui internet.
Clinical Skills Practice (CSP) adalah bagian dari kurikulum Fakultas Kedokteran UPN
”Veteran” Jakarta dimana mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan klinik sesuai
dengan teori yang digunakan saat ini bagi mahasiswa kedokteran. Keterampilan klinik ini
termasuk keterampilan berkomunikasi dalam menggali data yang dibutuhkan untuk
menegakkan anamnesa seorang penderita, pemeriksaan klinis, dan keterampilan melakukan
suatu tindakan medik. Pemahaman tentang prosedur latihan dilakukan dengan melihat
demonstrasi pada suatu kuliah perkenalan (introduction) oleh pakar atau dengan alat bantu
audiovisual, didukung oleh latihan yang masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang
instruktur sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam check list.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan diadakannya program ini adalah : (1). Menyiapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran
UPN ‘Veteran’ Jakarta dalam praktek, baik di tingkat internship/ koas, residensi dan dalam
praktek sebagai seorang dokter yang seutuhnya. (2). Menyiapkan mahasiswa Fakultas
Kedokteran UPN ‘Veteran’ Jakarta dalam penerapan ilmu dasar dalam tingkat kesehatan
primer.
Program keterampilan klinik dilaksanakan sejalan dengan blok yang berjalan. Topik pada
program keterampilan klinik disesuaikan dengan sistem blok di BMP. Mahasiswa harus
membaca modul skills lab tiap topik sebelum menghadiri suatu pelatihan. Aktivitas
mahasiswa dalam program keterampilan klinik dilaksanakan pada ruang laboratorium Skills
Lab yang tersedia di kampus Universitas Pembangunan Nasional UPN ‘’Veteran ‘’, Jalan
Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan, ataupun pada Laboratorium Departemen terkait/
Laboratorium terintegrasi. Program dilaksanakan tiga kali dalam seminggu pada hari yang
ditentukan selama kurang lebih tiga jam/ sesi.
Seperti halnya perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan berubah setiap
saat, modul ini pun harus terus diperbaiki secara berkala berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaannya. Selain itu, berbagai fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar dan
sumber daya manusia perlu semakin ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya untuk
CSP Blok MATRA 2020/2021 Page 8
Medical Education Unit (MEU) FKUPN “Veteran” Jakarta
KARAKTERISTIK MAHASISWA
Karakteristik mahasiswa yang layak mengikuti modul pada blok Kesehatan Matra dan
Manajemen Bencana adalah :
1. Mahasiswa yang dapat mengikuti modul adalah yang terdaftar di semester 7 dan
sudah dinyatakan lulus di blok –blok sebelumnya.
2. Berkemauan keras menjalani proses pendidikan kedokteran dengan tekun dan
bersemangat dengan tetap menjaga nilai-nilai kepantasan yang berlaku di dunia
pendidikan pada umumnya dan di Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta
khususnya
3. Mampu bekerja sendiri maupun dalam kelompok dengan tetap menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dan etika, baik dengan sesama mahasiswa, tutor, instruktur, pakar
dan seluruh karyawan civitas akademika di lingkungan FK UPN ”Veteran” Jakarta
BMP. Mahasiswa harus membaca modul skills lab tiap topik sebelum menghadiri suatu
pelatihan. Aktivitas mahasiswa dalam program keterampilan klinik dilaksanakan pada ruang
laboratorium Skills Lab yang tersedia di kampus Universitas Pembangunan Nasional UPN
‘Veteran’, Jalan Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan, ataupun pada Laboratorium
Departemen terkait/ Laboratorium terintegrasi. Program dilaksanakan sekali dalam seminggu
pada hari yang ditentukan selama kurang lebih tiga jam/sesi.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran modul Clinical Skills Practice pada setiap Blok, mahasiswa FK UPN
Veteran Jakarta mampu melakukan pemeriksaan dasar, baik dengan menggunakan teknik
wawancara/ anamnesa, pemeriksaan fisik umum, dan melakukan persiapan tindakan medik,
yang akan menjadi bagian dasar pembelajaran yang akan datang.
Keseluruhan pembelajaran dalam modul ini memiliki Level of expected ability/ Tingkat
kemampuan 4 (Piramid Miller) yang artinya: Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis
mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan,
komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di
bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan
keterampilan ini dalam konteks praktik doktersecara mandiri
Setelah menyelesaikan modul pada setiap blok, mahasiswa memiliki pengetahuan dan
keterampilan :
1. Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dalam
pengelolaan pasien pada semua pasien segala usia, dan menciptakan hubungan baik
antara dokter dengan pasein secara khusus, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan
tenaga profesi lain.
2. Melakukan prosedur klinis, menganalisis data dan mencatat informasi yang akurat,
melakukan prosedur laboratorium, dan mampu menatalaksana kedaruratan klinis pada
pasien dengan masalah dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan kinik sesuai dengan
kewenangannya
3. Menjelaskan dasar ilmiah menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar ilmu
biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat, merangkum dari interpertasi
anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai, dan
menentukan efektivitas suatu tindakan.
4. Mengetahui kemampuan dan keterbatasannya dalam mengatasi masalah emosional,
personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan
profesinya, dan bersedia belajar sepanjang hayat dalam merencanakan, menerapkan,
dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan
5. Memiliki sikap profesional, berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta
mandukung kebijakan kesehatan, bermoral dan beretika, mamahami isu-isu etik maupun
aspek medikolegal dalam praktik kedokteran, dan menerapkan program keselamatan
pasien Fakultas Kedokteran UPN
KS
MINGGU PERTAMA :
1. PNEUMOTHORAKS
Pneumothoraks adalah :
Definisi: udara bebas didalam rongga pleura
Dalam keadaan normal dalam rongga pleura tidak terdapat udara
Gejala mendadak dan makin lama makin berat, segera pasang wsd/mini wsd (kontra ventil)
Diagnosis pneumotoraks
Anamnesis :
Gejala penyakit dasar
Sesak napas mendadak
Nyeri dada
Tanpa atau dengan penyakit paru sebelumnya
Pada Pneumotoraks Ventil :
- Sesak makin lama makin hebat
- Gelisah, keringat dingin, sianosis
- Syok akibat gangguan aliran darah atau karena terjadinya perdarahan intra pleura
- Pemeriksaan fisis anda pendorongan alat mediastinum sisi yang sakit menonjol
Pemeriksaan Fisik :
PF : frekuensi nafas
PF Paru :
Inspeksi : Tertinggal pada pergerakan napas
Palpasi : Fremitus melemah
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi : Suara napas melemah/ tidak terdengar
CHEKLIST PNEUMOTHORAKS
No Keterampilan 1 2 3 Keterangan
Penanganan Pasien Pre Hospital Nakes tanpa
peralatan lengkap di TKP
Airway
2 Menilai jalan napas dengan cara : membuka
mulut, melihat dan mendengar
Breathing
3 Menilai pernapasan dengan 3 M (Look, feel dan
CSP Blok MATRA 2020/2021 Page 15
Medical Education Unit (MEU) FKUPN “Veteran” Jakarta
Circulation
4 Menilai sirkulasi dan mencari adanya tanda-
tanda syok (tek darah, nadi dll)
Melihat perubahan warna kulit (bibir dan
kuku)
Meraba akral pada telapak tangan
Meraba nadi pergelangan tangan
Melihat luka dengan perdarahan aktif
5 Menghentikan pendarahan aktif yang terlihat
bila ada perdarahan
Dapat melakukan dengan cara :
Tutup luka dengan bebat tekan / bebat cepat
6 Menilai tingkat kesadaran dgn AVPU (Awake
Verbal Pain Unresponsive)
Tujuan Pembelajaran:
- Mendiagnosis patah tulang terbuka
- Menangani patah tulang terbuka dengan pembidaian
Skenario:
Seorang laki-laki, 25 tahun, ditemukan di pinggir jalan.
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain:
a.Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.
Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.
b.Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur
serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar
c.Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d.Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih
lanjut dari fragmen fraktur.
e.Nyeri
Jika pasien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas
dan keparahan dari nyeri akan berbeda. Nyeri biasanya terus-menerus, meningkat jika
fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan
atau cedera pada struktur sekitarnya.
f.Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
g.Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi
saraf.
h.Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen
fraktur.
i.Perubahan neurovascular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang
terkait. Pasien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada
daerah distal dari fraktur
j.Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok.
Penatalaksaan fraktur
Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya
menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak.
Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang
tungkai bawah tanpa dislokasi.
Cara ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi,
biasanya dilakukan pada patah tulang radius distal.
Cara keempat adalah reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal
ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips.
Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.
Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang
secara operatif.
Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa
disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang terakhir berupa eksisi
fragmen patahan tulang dengan prostesis (Sjamsuhidayat dkk, 2010).
Penanganan Primary survey dilakukan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,
Disability Limitation, Exposure. Dan setelah aman dan pasien telah sadar dan dapat
berbicara dapat dilakukan Sekundery survey yaitu riwayat AMPLE dari pasien, yaitu
Allergies, Medication, Past Medical History, Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme
kecelakaan).
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat, dan mengurangi rasa sakit.
Prinsip pembidaian adalah :
1. Lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan mengalami cidera
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan dari tempat fraktur
Syarat-syarat pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu
pada anggota badan korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan, dan alat pengikat perlu dilepas
MINGGU KEDUA :
1. TRAUMA ABDOMEN
Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja sehingga
menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh.
Trauma yang cukup berat dapat mengakibatkan kerusakan anatomi maupun fisiologi organ
tubuh yang terkena. Trauma dapat menyebabkan gangguan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme kelainan imunologi, dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga memerlukan tindakan
pertolongan dan perbaikan pada organ yang mengalami kerusakan.
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.
Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda sehingga algoritma
penanganannya berbeda.
Trauma tajam
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yangdisebabkan oleh tusukan benda
tajam.
Trauma akibat benda tajam dikenal dalam tiga bentuk luka yaitu : luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum).
Luka tusuk maupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi
ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi
kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa
temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan
lainnya.Kerusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ yang
padat. Bila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan
menimbulkan iritasi pada peritoneum.
Pada korban penusukan atau korban kecelakaan dan usus korban terburai, jangan
memasukkan usus terburai. Memasukkan kembali usus yang terburai sangat beresiko
menyebabkan infeksi. Biarkan usus diluar, dibasahi dengan cairan steril agar tidak
mengering, sambil membawa ke RS terlengkap terdekat. Bila usus mengering sel-selnya
dapat mati, dan membusuk. Keadaan akan dipersulit bila selain usus keluar juga perdarahan
hebat. Prinsip pertolongannya adalah menekan perdarahan dan membasahi usus itu agar tidak
kering menggunakan kain yang steril yang ada ditempat atau menggunakan pembalut cepat.
Setelah survai primer selesai, lalu dilanjutkan dengan survai sekunder, yaitu penilaian
sistematis dari kepala hingga kaki, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Cedera medula spinalis (Spinal Cord Injury /SCI) terjadi pada 10% kasus dengan
cedera kepala, oleh karena itu kita harus memiliki kecurigaan pada setiap pasien dengan
kasus trauma, terutama melibatkan daerah kepala.
- Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
- Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
- Melindungi atau mempertahankan dressing lain pada tempatnya
Pembalutan dapat menggunakan beberapa alat, yaitu :
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti dasi (lebamya antara 5-
10 cm)
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril
Memasang O2 dengan :
Menyiapkan tabung O2
Menggunakan masker oksigen dengan 10 liter
4 Membebaskan jalan napas dengan cara :
1. Minta bantuan untuk memiringkan
2. Memiringkan korban tehnik log roll dengan 3
penolong
Circulation
6 Menilai sirkulasi dengan cara : (apakah ada tanda2
syok)
Melihat ada perdarahan tidak
Melihat perubahan warna kulit
Meraba akral telapak tangan
Meraba nadi pergelangan tangan
Mengukur tekanan darah
7 Menghentikan perdarahan di kepala dengan pembalut
cepat
Tehnik membuka pembalut cepat
Kerusakan jaringan tubuh akibat luka tembak bergantung pada energi kinetik yang dihasilkan
oleh peluru pada senjata api. Diagnosis dari luka tembak tetap perlu dilakukan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yakni berupa pemeriksaan darah seperti darah
lengkap, golongan darah dan crossmatch untuk persiapan transfusi darah. Kemudian,
pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan juga umum dilakukan untuk evaluasi jaringan
tubuh mana saja yang sudah mengalami kerusakan dan untuk mengestimasi derajat keparahan
dari luka tembak.
Jika dicurigai adanya trauma arteri besar maka harus dikonsultasikan segera ke dokter
spesialis bedah. Pengelolaan pendarahan arteri besar berupa tekanan langsung dan resusitasi
cairan yang agresif. Syok dapat terjadi akibat kurangnya volume darah akibat pendarahan
yang masif.
Beberapa hal yang dapat dilakukan saat ditemukannya tanda-tanda syok (nadi meningkat dan
melemah, tekanan darah menurun, akral dingin, penurunan kesadaran) adalah :
1.Amankan Airway dan Breathing dengan pemasangan alat bantu jalan nafas jika perlu dan
pemberian oksigen
2.Amankan Circulation dengan cara membebat lokasi pendarahan, pemasangan akses
vaskuler, dan terapi cairan awal. Untuk akses vaskuler, dipasang dua kateter IV ukuran
besar (minimum no 16). Tempat terbaik untuk memasang akses vena adalah divena
lengan bawah dan di kubiti, tetapi pemasangan kateter vena sentral juga diindikasikan
apabila terdapat fasilitas.Untuk terapi cairan awal, bolus cairan hangat diberikan
secepatnya. Dosis umumnya 1 hingga 2 liter untuk dewasa dan 20 ml/kg untuk anak
anak. Untuk pemilihan cairan awal digunakan cairan kristaloid seperti RL atau NS.
Respon pasien kemudian diobservasi selama pemberian cairan awal. Perhitungannya
adalah pemberian 3 L kristaloid untuk mengganti 1 L darah. Pemberian Koloid dapat
CSP Blok MATRA 2020/2021 Page 31
Medical Education Unit (MEU) FKUPN “Veteran” Jakarta
Penilaian respon pasien dapat dilakukan dengan memantau beberapa kondisi seperti :
1) tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen)
2) Produksi urin dipantau dengan memasang kateter urin. Target dari produksi urin adalah
130,5 ml/kg/jam untuk dewasa, 1 ml/kg/jam untuk anak-anak.
3) keseimbangan asam basa
5 Memasang infus :
Persiapan alat (infus set, cairan infus, jarum infus,
alkohol, povidon iodine, plester dan kassa).
Gunakan handschoen
Mengecek udara dalam selang infus
Melakukan tindakan aseptic sebelum melakukan
penusukan jarum infus
MINGGU KE EMPAT :
EVAKUASI POL (PERTOLONGAN ORANG LUKA)
b. Jenis–Jenis Pemindahan Pasien Teknik pemindahan pada pasien termasuk dalam transport
pasien, seperti pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transport seperti ambulance, dan branker yang berguna sebagai pengangkut pasien gawat
darurat.
1) Pemindahan pasien dari tempat tidur ke brankar
Pada pemindahan pasien ke brankar menggunakan penarik atau kain yang ditarik untuk
memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga pasien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan
menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada pasien membutuhkan tiga orang
penolong
2) Pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi
Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian
kepala tempat tidur. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda, penolong harus menggunakan mekanika tubuh yang
tepat.
Gambar Cara Mengendong Pasien Gambar Cara Mengendong Pasien (tanpa alat)
No Keterampilan 1 2 3 Keterangan
Sesudah korban mendapatkan pertolongan sesuai dengan luka
yang diderita, selanjutnya dilkukan evakuasi (POL)
Daftar Pustaka
1.Corso P, Finkelstein E, Miller T, Fiebelkorn I, Zaloshnja E. Incidence and lifetimecosts of
injuries in the United States.Inj Prev. Aug 2006;12(4):212-8.
2.Canale ST.Campbell's Operative Orthopaedics. 10thed. St Louis, Mo: Mosby-YearBook;
2003.
3.Court-Brown CM, Rimmer S, Prakash U, McQueen MM. The epidemiology of openlong
bone fractures.Injury. Sep 1998;29(7):529-34.
4.Norvell J G, Kulkarni R. Tibial and Fibular Fracture. Diakses
dihttp://emedicine.medscape.com/article/826304-overview. tanggal akses 11
Februari2012. Update Terakhir 16 Maret 2011
21. Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed Modul Skil lab A-JILID I
22. Rahmatisa D, Sudadi & Suryono B, Tatalaksana Jalan Napas pada Pasien dengan Fraktur
Listesis Servikal Tidak Stabil. Jurnal Neuroanestesi Indonesia. NI 2019; 8 (1): 33‒43