Oleh:
1. Abdillah KF
2. Debora Asri P
3. Iffah Dias
4. Nadya Switing
5. Amalia Nurlita
6. Aulia Medica
7. Jesica Angel
8. Ranis Puspitasari
9. Sarah Adhinigtias
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah tepi
• Anemia normositik normokrom
• Leukopenia (3.000 – 4.000/uL) pada fase demam
• Aneosinofilia pada permulaan penyakit
• Trombositopenia
• Limfositosis relatif
2. Urin
• Proteinuria
• Reaksi Diazo (Erlich)
3. Serologi ( Widal, hemaglutinasi, Elisa, dsb)
4. Bakteriologik : isolasi kuman. Sampel darah, aspirasi sumsum tulang, rose spot, urin, tinja
Sampel kultur :
Prinsip : pembentukan aglutinasi, dimana antigen S.typhi/paratyphi bila dicampurkan dengan serum
penderita demam tifoid yang mengandung antibody S.typhi/paratyphi akan terjadi aglutinasi.
Jenis Sampel : serum penderita tersangka demam tifoid. Serum tidak hemolisis
B. TUBEX-TF
Pemeriksaan diagnostic in vitro untuk mendeteksi demam tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi.
Prinsip test : TUBEX TF mendeteksi adanya antibodi IgM thd antigen LPS-O9 S.typhi di serum penderita
dengan cara menghambat reaksi antara antigen berlabel partikel lateks magnetic (brown reagent) dan
antibodi monoklonal berlabel lateks warna (blue reagents). Ikatan inhibisi dipisahkan dgn daya
magnetik. Hasil dinyatakan dalam skala warna (color scale).
Spesifisitas test :
TUBEX-TF secara spesifik mendeteksi adanya antibody IgM terhadap antigen lipopolisakarida O9 dari
S.typhi dan antigen dari Salmonella subgroup D lainnya. Dalam serum orang normal umumnya tidak
ditemukan adanya antibody-O9 S.typhi .
Hasil Reaksi
TUBEX-TF negatif
• Bila human Ab IgM S.typhi (-) : partikel indikator berlabel Mab LPS 09 (blue) akan langsung
berikatan dengan partikel magnetik berlabel Ag LPS 09 (brown) à tertarik magnet à
sedimentasi , terjadi perubahan warna dari biru ke pink/merah mud.
TUBEX-TF positif
• Bila ada human Ab IgM S.typi di serum, Ab IgM S.typhi berikatan dengan dan menhambat
ikatan antara partikel indikator (blue) dengan partikel magnetik berlabel Ag LPS LPS-09 (brown)
à sedimentasi à perubahan warna (tergantung kadar human Ab IgM S.typhi
Interpretasi hasil
1) Baca atau tetapkan score hasil reaksi dengan membandingkan warna supernatant dengan warna
pada TUBEX TF Color Scale
2) Pembacaan hasrus dilakukan dalam waktu 30 menit setelah separasi (pemisahan supernatant
dengan sedimennya )
3) Score berkisar antara 0 (clear pink) sampai 10 (biru tua)
4) Control negative harus menunjukkan score ≤ 2, control positif menunjukkan ≥ 8
Score Interpretasi
<2 Negatip à tidak menunjukkan infeksi demam tifoid. Kontrol negatip.
3 Borderline à pengukuran tidak dapat disimpulkanm ulangi test. Bila hasil
meragukan, lakukan sampling ulang beberapa hari kemudian dengan sampel
baru
4 Positip lemah à menunjukkan infeksi demam typhoid
6-10 Positip à indikasi kuat demam typhoid aktif. Kontrol positip.
Indeterminate ketidakjelasan pengukuran diakibatkan oleh :
1. Protokol test tidak diikuti dgn baik. Ulangi test
2. Kualitas sampel kurang baik. Lakukan sampling ulangi test
2) protein non struktural (7 jenis) : NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, NS5.
Note : NS1 dapat dideteksi dalam sirkulasi darah mulai hari 1-18 setelah awal timbulnya gejala dengan
puncak pada hari ke-6 samapi hari ke-10.
Diagnosis :
• Immunochromatographic assay
• Isolation of virus
• Antigen detection in fixed tissues
• RT-PCR (Reverse Transcription-PCR)
• Hemagglutination-inhibition test
Prinsip test : Mendeteksi antibodi IgG dan IgM virus dengue secara simultan dan mendeteksi semua
serotipe dengue menggunakan campuran recombinant protein envelope dengue.
Garis “C” (kontrol) -> Garis “C” harus selalu muncul pd tiap test
• Bila sampel diteteskan di sumur sampel, anti dengue IgG / IgM di serum bereaksi dgn recombinant
Dengue virus envelope protein-colloidal gold conjugates membentuk komplek Ag-Ab.
• Dengan daya kapilaritas, komplek Ag-Ab bermigrasi dan bereaksi dengan anti-human IgG dan/atau
IgM yang difiksasi di garis test dan membentuk garis-garis berwarna pink.
• Sampel : Serum atau plasma
Interpretasi Hasil :
2. Positif
•IgM (+) (infeksi dengue primer) : tampak 2 garis pink “C” dan “M”.
•IgG (+) (infeksi dengue sekunder atau pernah terinfeksi di masa lalu) : tampak 2 garis pink “C”
dan “G”.
• IgM dan IgG (+) : tampak 3 garis pink “C”, “M”, “G”.
3. Invalid : garis “C” tidak ada. Test perlu diulang
SEMANGAT """
%%%
$$$
###
MIKROBIOLOGI TROPMED 2017
Mycobacterium Tuberculosis
Be = Batang Halus
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Basil Tahan Asam
M = Pewarnaan Ziehl Nielsen
Media = Lowenstein-Jensen
Ciri ciri
• Bersifat tahan asam dan
memiliki asam mikolat
• Dinding sel tersusun dari
bahan lilin, membran
plasma teridiri dari 3
lapisan -> yang bikin tahan
asam
• Aerob obligat (tumbuh
baik dengan kadar o2 yg
tinggi)
• Masa inkubasi 12-18 jam
• Medium yang sering
digunakan Lowenstein
Jensen karna mengandung
lipid yang tinggi, MTB
bisa mengurai lipid
SKALA IUALTD
Mycobacterium Leprae
Be = Batang Ramping
Su = Bergerombol
Wa = Merah
Si = Basil Tahan Asam
M = Pewarnaan Ziehl Nielsen
Ciri Ciri
• Khas nya Packet of Cigars
(basil yang menggerombol
spt ikatan cerutu)
• Semakin tinggi
keparahannya semakin
banyak Gerombol nya
terakumulasi
• Suka menginfeksi sel
Syaraf -> bisa terhindar
dari s.imun kita
Corynebacterium Diphteriae
Be = Batang
Su = Tunggal
Wa= Ungu
Si = Gram Postif
M = Pewarnaan Gram
Media = Mclead & Telurit
Ciri ciri :
• Tidak membentuk
spora,tidak berkapsul
• Port d entrée masuk
melalui sal.nafas, hidung,
faring
• Akan membentuk titik2
putih disekitar atap2 mulut
• Memproduksi toxin yang
mempengaruhi jantung,
saraf dll (A-B type toxin)
Identifikasi
1. Pemeriksaan mikroskopis
= gram +, tdk bergerak,
tersusun seperti pagar
(Palisade)
2. Kultur = Perbenihan
menggunakan media
Telurit agar (differensial
selective ) & Mc Leod
koloni tampak bewarna
hitam
3. Media Loofter = koloni
tampak bewarna putih
Clostridium tetani
Be = Batang
Su = Berantai
Wa= Ungu
Si = Gram positif
M = Pewarnaan Gram
Ciri ciri :
• Bersifat obligat anaerob
(tidak senang O2)
• Flagel peritrik (di seluruh
tubuh)
• Spora lonjong yang lebih
besar di badan kuman
sehingga menggembung
(drum stick/spora terminal)
Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
= sesuai BESUWASIM
2. Media Agar darah =
spesimen menggunakan
Pus dan ditanam di media
agar darah yang di
inkubasi secara an aerob
Be = Batang
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negative
M = Pewarnaan gram
Ciri ciri :
• Mempunyai struktur
antigen yang teridiri dari
Antigen O = Lipopolisakarida
Antgen H = Flagellar
Antigen Vi = Kapsular
Dipakai untuk identifikasi dan
derajat virulensi
Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Sesuai Besuawsim, Flagel
Peritrik
2. Isolasi : Spesimen berupa
darah, sum sum tulang
dilanjutkan dengan
penanaman perbenihan
spesifik : SSA dan MCA
Be = Batang
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
M = Pewarnaan gram
Ciri ciri :
• Tidak berspora, tidak
berflagel
• Anaerob fakultatif
• Spesimen : tinja/usap
dubur
Identifikasi
1. Mikroskopis = batang,
gram(-)
2. Isolasi = Menggunakan
media SSA : koloni jernih,
bening agak kekuningan2
3. Reaksi biokimia = meragi
glukosa tanpa membentuk
gas dan Tidak meragi
laktosa
Vibrio Cholerae
Ciri ciri :
• Dapat menyebabkan
gastroentritis akut
Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Bentuk batang bengkok
2. Isolasi
MCA = koloni tidak
bewarna
Agar darah = zona
kehijauan disekitar koloni
yang menjadi jernih akibat
adanya hemodigesti
TCBS = koloni bewarna
kuning meragi glukosa
(V.cholera) kalau koloni
hitam (V.
parahaemolyticus)
Ciri – ciri :
• Terdapat pada sapi, domba
dan kuman
• Spora dapat bertahan
tahunan dan hinggap di
tanah
• Ditularkan melalui saliva
feses dari hewan ternak yg
terinfeksi
• Menyebabkan infeksi kulit,
paru2, usus dan selaput
otak pd manusia
• Membentuk spora non
motil, spora berbentuk
elips
Identifikasi :
1. Kultur = membentuk
medusa head colonies pada
blood agar, tidak
membentuk hemolysis
Yessina pestis
Be = Batang pendek
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
M = Pewarnaan gram
Ciri ciri :
• Menyebabkan wabah PES
di benua eropa yg dibawa
oleh tikus akibat sanitasi
yg kurang
• Anaerob fakultatif
Identifkasi :
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Bentuk batang pendek,
mempunyai kapsul
2. Kultur = tumbuh baik pada
suhu 27oC pada media
MCA = tidak bewarna
BA = abu abu
Leptopspira
Ciri ciri :
• Memiliki 2 specis
berdasarkan patogenitas
nya
L. interogans= non
patogen
L. icterohaemorrhagie =
patogen
• Berbentuk spiral
• Parasit pada tikus yg
menyebabkan leptospirosis
• Infeksi melalui kulit dan
konjungtiva
• Aerob obligat
Identifikasi :
1. Pemeriksaan mikroskopis
Bentuk ulir yang rapat dan
ujung nya membentuk kait
2. Kultur = Media semi solid
(Stuart) terbentuk
pertumbuhan difus dekat
bagian atas tabung
3. Px Lab = menggunakan
mikroskop lapangan gelap
atau immunoflouresen
atau ELISA test untuk
mengetahu antibodi
terhadap leptospira
TAMBAHAN
FARMAKOLOGI TROPMED 2017
PERSONAL DRUGS (P-DRUGS)
• Pemilihan antibiotik paling tepat untuk seorang pasien harus mencakup pengetahuan mengenai
kemajuran obat (efficacy), keamanan (safety), kecocokan (suitability), dan biaya pengobatan
(cost)
• P-drug setiap dokter dan setiap negara berbeda sebab ketersediaan dan harga obat di berbagai
negara pun berbeda-beda
• Dengan P-drug, kit atidak perlu berulang-ulang memilih obat yang baik dan tepat dalam praktek
sehari-hari dan dengan makin sering menggunakannya, kita semakin mengenal khasiat, efek
samping serta manfaatnya untuk pasien
• Seringkali cara yang digunakan untuk menentukan P-drug adalah dengan menyalin dari para
dokter senior di klinik atau dari panduan pengobatan maupun formularium tingkat nasional
maupun lokal. Cara tersebut tidak dianjurkan, alasannya:
- Tanggung jawab terakhir untuk menyelamatkan pasien ada di tangan Anda sendiri,
tidak dapat dialihkan kepada siapa pun
- Dengan menyusun daftar P-drug sendiri, Anda terbiasa menangani berbagai konsep
dan data farmakologi
- Dengan menyusun P-drug sendiri, Anda akan tahun obat penggantinya manakala
suatu obat terpilih tidak dapat digunakan
- Anda akan selalu menerima informasi tentang obat baru, efek samping baru,
indikasi baru, dsb
• Pedoman pemilihan P-drug terdiri dari 5 langkah
1. Menetapkan diagnosis
2. Menetapkan tujuan pengobatan
3. Menyusun daftar kelompok obat yang efektif
4. Memilih kelompok obat yang efektif berdasarkan kriteria
5. Memilih P-drug
• Pilihan antibiotik untuk demam tifoid yang dikenal sensitif dan efektif serta merupakan pilihan
dan dipilih dari hasil uji kepekaan
PARASITOLOGI TROPMED 2017
MALARIA
• Etiologi :
Genus Plasmodium; Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, P.ovale. Terbaru
Plasmodium knowlesi
• Distribusi :Ada di seluruh kepulauan Indonesia
• Vektor : Nyamuk Anopheles (betina)
• Daur hidup :
- Fase seksual eksogen/sporogoni di nyamuk
- Fase aseksual/skizogoni di hospes vertebrata
• Gejala klinis :
Lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, mual, muntah Demam khas: dingin-demam-
menggigil batuk kering, nyeri otot. Dapat terjadi anemia, leukopenia, hepatomegali,
splenomegali
• Pada malaria falsiparum berat dapat disertai gejala klinis : malaria otak dengan koma, anemia
berat, gagal ginjal, edema paru, hipoglikemia, syok, DIC / perdarahan spontan,kejang, asidosis,
hemoglobinuria
• Diagnosis: menemukan parasit pada sediaan darah dengan pulasan Giemsa
• Terapi :
- terapi pencegahan /profilaksis - terapi kuratif (skizontosida)
- terapi pencegahan transmisi (gametosida dan sporontosida)
Siklus Hidup Malaria
- Pada nyamuk anopheles betina yang didalamnya sudah mengandung sporozoite, saat
nyamuk betina ini menggigit manusia, selain menghisap darah manusia, nyamuk ini juga
akan mengeluarkan sporozoit dari kelenjar ludahnya.
- Sporozoit ini awalnya akan masuk ke dalam sel hati, dan menginfeksi sel hati à terjadi
pembelahan à skizon hati menjadi banyak à setelah skizon penuh, maka skizon akan
rupture à mengeluarkan merozoid à merozoite akan menginfeksi eritrosit.
- Pada siklus hati, plasmodium falciparum dan plasmodium malariae hanya sekali
bersiklus di hati dan nantinya semuanya akan ke peredaran darah dan menginfeksi
eritrosit. Sedangkan untuk plasmodium vivax dan plasmodium ovale mempunyai
stadium hipnozoit yang akan dorman di sel hati, saat host nya mengalami penurunan
system imun, maka stadium hipnozoit itu bisa aktif kembali.
- Merozoit yang menginfeksi eritrosit akan mengalami perkembangan menjadi bentuk
trophozoite (ring stage) à trophozoite matang (bentuknya tidak beraturan) à terjadi
pembelahan intinya sehingga membentuk skizon (intinya menjadi banyak) à bila sudah
penuh, eritrosit akan rupture à skizon akan menginfeksi sel darah merah yang lain
- Dari stadium trophozoite tadi, bisa juga berkembang menjadi gamet jantan (mikro
gamet) atau gamet betina(makro gamet). Yang paling terlihat berbeda adalah makro
gamet dan mikro gamet dari plasmodium falsiparum, dimana makro gamet akan terlihat
seperti pisang dan mikro gamet akan terlihat seperti sosis
- Ketika di sekitar manusia yang terjangkit malaria tersebut ada nyamuk anopheles, ketika
nyamuk itu menghisap darah pasien tersebut, nyamuk juga akan menghisap gametosit
- Gametosit akan bersatu membentuk ookinete à ookista (yang didalamnya banyak
sporozoit à ke kelenjar ludah à sporozoit siap untuk di lepaskan ke manusia yang
digigit nyamuk tersebut
DIAGNOSIS:
- Pada apusan darah: eritrosit yang terinfeksi plasmodium vivaks dan plasmodium ovale
akan membesar. Sedangkan pada plasmodium falciparum dan plasmodium malariae,
eritrosit yang terinfeksi tidak membesar.
- Untuk makro gamet P. vivaks sitoplasmanya lebih biru dan intinya lebih padat,
sedangkan mikro gamet nya sitoplasmanya lebih kemerahan dan intinya difus (tidak
jelas batas intinya)
- Perbedaan SADTipis dan SADTebal: kalau SADTipis eritrositnya masih ada dan terlihat
parasite di dalam eritrositnya, sedangkan di SADTebal, eritrositnya sudah lisis, jadi
hanya ada parasitnya.
- P. falsiparum: eritrosit tidak membesar, gambaran ringform bisa terdapat double dot /
dua inti
- Makro gamet dan mikro gamet terlihat jelas. Makro Gamet sitoplasmanya lebih
berwarna biru, berbentuk pisang, inti padat. Mikro gamet berbentuk sosis,
sitoplasmanya lebih berwarna ungu / kemerahan, dan intinya lebih difus.
- Bentuk cincin nya lebih halus dari pada stadium cincin pada plasmodium vivaks
- Eritrosit yang terinfeksi tidak membesar
- Khas: terdapat bentuk pita / band
- Khas: mature schizont berbentuk seperti bunga, intinya diluar dan pigmenya di tengah
(bentuk rosette)
- Makro gamet sitoplasmanya berwarna lebih biru dan intinya lebih padat, sedangkan
mikro gaet sitoplasmanya berwarna lebih ungu dan sitoplasmanya difus
Nyamuk Anopheles
- Anopheline: anopheles sp.
- Culicine : culex sp, dan aedes sp.
- Anopheline kalau di permukaan ai, telurnya di letakkan satu-satu, tidak bergerombol,
dan ada seperti pelampungnya di kanan dan kiri nya
- Culicine: bisa telurnya di letakkan satu-satu (aedes), bisa memnyatu membentuk seperti
rakit (culex). Telur culex berbentuk seperti peluru, dan aedes berbentuk kasar.
- Larva anopheline: sejajar dengan permukaan air
- Larva culicine: membentuk sudut dengan permukaan air
- Bentuk dewasa anopheline: ketika menghisap posisinya membentuk sudut
- Bentuk dewasa culicine: ketika menghisap posisi nya datar
- Pada betina anopheline palpusnya lebih Panjang dari pada culicine
- Membedakan jantan dan betina: dilihat dari rambut di moncongnya lebat atau tidak
(pada jantan rambutnya lebih lebat)
SCHISTOSOMIASIS
- Spesies yang sering: schistosoma japonicum, schistosoma mansoni, dan schistosoma
haematobium
- Cacing jantan di bagian luar (lebih besar, dan cacing betina di bagian dalam.
- Telur schistosoma japonicum berbentuk lebih bulat, terdapat tonjolan / bentuk duri di
salah satu dekat kutubnya,
- Telur schistosoma mansoni berbentuk lebih oval dan lonjong, dan ada tonjolan di salah
satu dekat kutub.
- Schistosoma haematobium bentuknya lonjong dan terdapat duri di satu kutub.
- Biasanya untuk mendeteksi schistosoma japonicum dan mansoni dengan pemeriksaan
feses, sedangkan untuk mendeteksi schistosoma haematobium dengan pemeriksaan
urin à lihat apakah ada gambaran telurnya.
- Hopes perantara: keong air
- Berawal dari orang yang terinfeksi buang air besar di dekat danau yang ada hospes
perantaranya yaitu keong air à telur akan keluar Bersama dengan feses / urin à
mirasidium keluar ke air dan penetrasi ke keong air
- Di badan keong air menjadi bentuk sporokista à menjadi bentuk serkaria à serkaria
akan dilepaskan oleh kerang air
- Orang yang sering berenang di danau tersebut à serkaria akan menembus kulit orang
tersebut à serkaria bermigrasi melalui pembuluh darah à sampai di system vena porta
à bentuk dewasa à bertelur à telur di vena porta bisa menyebabkan hipertensi porta
à atau telurnya akan di bawa ke vena mesenterica à duri yang terdapat di telur bisa
menembus dari vena dan masuk ke lumen usus à dikeluarkan bersama dengan feses.
FILARIASIS
- Yang sering di amati adalah perbedaan dari filaria dari 3 spesies nya
• Etiologi: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori
• Distribusi : daerah iklim tropis di dunia dan terdapat di Indonesia
• Vektor : nyamuk Culex quinquefasciatus (kota), Anopheles atau Aedes (desa)
• Daur hidup :
Tubuh nyamuk : larva stad I, II, III
SIKLUS HIDUP
- Pada
nyamuk yang sudah mengandung larva stadium 3, ketika nyamuk menghisap darah,
larvanya juga akan di masukkan kedalam manusia à masuk kedalam saluran limfe à
menjadi dewasa di saluran limfe à cacing betina akan mengeluarkan mikro filaria
- Mikro fiaria akan berpindah dari system limfatik ke peredaran darah (sehingga bisa di
lakukan pemeriksaan untuk diagnosis filariasis dengan darah tepi)
- Karena mikro filaria terdapat di pembuluh darah, maka bisa terhisap oleh nyamuk --.
Masuk ke dalam lambung nyamuk à migrasi ke otot toraks à menjadi larva stadium 1
à berkembang sampai menjadi larva stadium 3 à bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuh
à siap untuk menginfeksi manusia yang lain.
Vector filariasis
SOAL POSTEST LABACT PARASITOLOGI
PATOLOGI KLINIK FORENSIK 2017
PEMERIKSAAN URIN PADA PENYALAHGUNAAN OBAT NARKOBA
C. Kelompok NAPZA
No. Opiate Tranquilizer Barbiturat Dopaminergic Halusinogen
(sedative, stimulan
hipnotik)
1. Morfin Diazepam Asam Cocaine Pecyclidine
barbiturate
2. Codein Oxazepam Phenobarbital Benzoylecgonne Methaqualme
3. Heroine Amobarbital Amphetamin
4. Naloxone Pentobarbital Metamphetamin
5. Methadone Thiopental
6. Propoxyphen
6. Metamphetamin
- Dideteksi di urin dalam 3 – hari dan dipengaruhi pH urin
- 10 – 20% diekskresi di urin dalam bentuk utuh
E. Pemeriksaan NAPZA
1. Bahan pemeriksaan: urin, darah/serum, rambut dan keringat
2. Waktu Ekskresi NAPZA dalam urin
No. Nama Obat Waktu No. Nama Obat Waktu Ekskresi
Ekskresi
1. Kodein 48 jam 9. Barbiturat 3 minggu
(long acting)
2. Heroin 2 – 4 hari 10. Marijuana 3 hari
sekali pakai
3. Hydromorphone 2 – 4 hari 11. Pemakaian 5 – 7 hari
sedang (4x
seminggu)
4. Methadone 3 hari 12. Pemakaian 10 – 15 hari
setiap hari
5. Morfin 48 – 72 jam 13. Pemakaian >30 hari
berat dan lama
6. Benzodiazepin 3 hari
(short acting)
7. Benzodiazepin 30 hari
(long acting)
8. Barbiturat 24 jam
(short acting)
3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan Penyaring
- Immunoassay
è Cloned enzyme donor immunoassay
è Enzyme-multiplied immunoassay EMIT)
è Fluorescence Polarization Immunoassay (FPIA)
è Immunoturbidimetric assay
è Radioimmunoassay (RIA)
è Immuno-chromatography (competitive) – paling banyak digunakan
- Thin Layer Chromatography (TLC)
Pemeriksaan Konfirmasi
- Gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS)
- High-Performance Liquid Chromatography-mass Spectrometry (HPLC-MS)
- Liquid Chromatography-mass spectrometry (LC-MS)
- Jika obat bebas mengikat antibody, aktivitas enzim tinggi. Semakin banyak obat
bebas aktivitas enzim makin besar yang dideteksi dengan substrat.
- Prinsip pemeriksaan:
è Prinsip dasar: immunoassay dengan prinsip competitive binding. Metodenya
adalah immunokromatografi
- Obat dalam urin (-):
Bila di urin sampel tidak mengandung obat atau kadar obat di bawah nilai cut-off,
binding sites dari antibody spesifik tetap bebas dan akan bereaksi dengan drug-
protein conjugate dan menimbulkan tanda garis pada kartu.
- Obat dalam urin (+):
Bila obat di sampel urin kadarnya di atas nilai cut-off, binding sites dari antibody
spesifik jenuh berikatan dengan obat, sehingga tidak bereaksi dengan drug protein
conjugate, sehingga tidak terbentuk garis pada kartus uji.
- Sampel: urin sewaktu. Jika urin keruh/tidak jernih sebelum pemeriksaan, maka
dilakukan sentrifugasi/saring/didiamkan agar bahan yang menimbulkan
kekeruhan mengedap dan urin menjadi jernih.
- Cara Pemeriksaan:
è Siapkan sampel urin dan kontrol pada suhu kamar (15 – 30⁰C)
è Ambil satu “kantung” One Step Drug Screen Test Card
è Buka pembungkusnya, celupkan test card sampai pada garis-garis
bergelombang dan tidak boleh melewati tanda panah dengan posisi vertical di
urin yang diperiksa selama 10 – 15 detik
è Angkat test card dan taruh pada permukaan datar
è Baca dalam waktu 5 menit. Hasil masih stabil dalam waktu 4 jam pasca-test
- Interpretasi:
è Negatif:
Ø Garis berwarna merah harus ada di bagian kontrol (C) dan garis lainnya
harus muncul di bagian test (T).
Ø Hasil negative: obat sampel ada di bawah nilai cut-off
è Positif:
Ø 1 garis merah tampak di bagian kontrol dan tanpa garis pada bagian test
(T)
Ø Hasil positif: kadar obat di sampel urin lebih besar dari nilai cut-off
Ø Invalid: bila garis pada kontrol tidak muncul
- Tabel nilai cut-off obat pada chromatographic immunoassay
BIOLOGI MOLEKULER FORENSIK 2017
Polymerase Chain Reaction (PCR)
• PCR (reaksi rantai polymerase) adalah suatu teknik amplifikasi potongan DNA pada
daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida dengan bantuan DNA
polymerase secara in vitro.
• Prinsip dasar PCR à proses replikasi DNA dengan bantuan enzim Taq polimerase yang
tahan pemanasan tinggi dan sepasang oligonukleotida primer yang masing-masing
komplementer dengan ujung 3’ dari salah satu untai DNA sasaran.
Komponen PCR
1. DNA template atau DNA hasil ekstraksi
• diisolasi dari individu yang DNA nya akan diamplifikasi
2. Primer
• oligonukleotida pendek yang digunakan mengawali sintesis rantai DNA
• digunakan sepasang primer, yaitu primer reverse dan primer forward
• primer tersusun komplementer dari DNA template (susunan mulai dari 3’)
• Primer harus didesain spesifik dan tidak terdapat di tempat lain pada susunan
DNA untuk mencegah amplifikasi bagian lain DNA
• diperlukan informasi tentang susunan genom DNA untuk menentukan daerah
spesifik, biasanya conserved region
5. Buffer à membuat lingkungan ionic dan pH yang optimum bagi reaksi PCR.
Fungsi:
• mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum
• menstabilkan DNA polymerase
6. Ion Logam
• umumnya Mg2+
• fungsinya sebagai kofaktor bagi enzim DNA polymerase
• enzim DNA polymerase tidak dapat bekerja tanpa ion ini
• Ketiga tahapan PCR seperti yang terlihat pada gambar 1 akan diulang sebanyak 25
hingga 35 kali dan penggandaan akan dimulai dari 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, 8 menjadi
16 dan seterusnya, sehingga dapat terbentuk 1.048.576 kopi DNA target.
Tahapan Kerja PCR
1. pilih DNA target beserta urutan sequen
2. perancangan primer
3. isolasi DNA sebagai cetakan
4. siapkan PCR dalam cetakan: DNA cetakan, primer, DNA polymerase, dan dNTP
5. setting program PCR
6. reaksi PCR dalam mesin thermal cycler
7. analisis dengan gel elektroforesis
Keistimewaan PCR
1. sangat sensitif à dapat melipatgandakan 1 molekul DNA secara eksponensial
2. menggunakan komponen dalam jumlah sedikit
3. enzim DNA polymerase: enzim termostabil (enzim taq polymerase dan Thermus
aquaticus)
4. tidak perlu menambah enzim di setiap siklusnya
5. enzim tetap bekerja setelah proses denaturasi
Elektroforesis
• metoda pemisahan molekul yang bermuatan berdasarkan berat molekul tersebut
• dengan cara memasukkan molekul yang akan dipisahkan ke dalam medan listrik
• DNA yang akan dielektroforesis bermuatan negative à saat elektroforesis berlangsung,
DNA akan bergerak dari kutub negative ke kutub positif
Optimasi PCR
SOAL POST TEST LAB BIOMOL
PATOLOGI ANATOMI BLOK TROPICAL MEDICINE
• Demam
a. Mekanisme demam
infeksi mikroba
makrofag
pyrogen endogen
IL-1 dan PG E2
b. Klasifikasi demam
- Demam septik : suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke
tingkat di atas normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat
- Demam kontinyu : variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
- Demam intermitten : suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
- Demam remiten : suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu
yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.
- Demam siklik : kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
-
• Tabel
No Nama Etiologi Gejala Gambar Deskripsi
penyakit
1. DBD - Arbovirus B - Gejala umumnya timbul 4-7 -
- Vektor : Aedes hari sejak gigitan nyamuk,
aegypti dan dapat berlangsung
selama 10 hari.
- Demam , nyeri kepala berat,
nyeri sendi, otot, dan tulang;
nyeri pada bagian belakang
mata, nafsu makan
menurun, mual dan muntah,
pembesaran KBG, ruam
kemerahan sekitar 2-5 hari
setelah demam, kerusakan
pada pembuluh darah,
perdarahan dari hidung,
gusi, atau di bawah kulit.
10. Cold abcess - Bakteri : - Kista tanpa rasa sakit yang M : makrofag
Mycobacterium berada di bawah kulit, mata, L : Langerhans
tuberculosis atau jaringan dalam seperti CN : caseous necrosis
tulang belakang F : fibrosis
11. Lepra - Bakteri : - Gejala tidak langsung - Menyerang saraf tepi,
M.leprae yang muncul →muncul dalam kulit, dan mukosa
tahan asam dan satu tahun / setelah lima saluran pernafasan
tidak toksik tahun atau lebih→tanda
- Penularan : awal : kulit mengalami
droplet/percikan bercak putih, merah, rasa
dari hidung dan kesemutan bagian anggota
mulut pasien tubuh hingga tidak bisa
melakukan fungsinya