Anda di halaman 1dari 66

RANGKUMAN OSPE BLOK TROPMED - FORENSIK

-TIM OSPE 2017-

Oleh:

1. Abdillah KF
2. Debora Asri P
3. Iffah Dias
4. Nadya Switing
5. Amalia Nurlita
6. Aulia Medica
7. Jesica Angel
8. Ranis Puspitasari
9. Sarah Adhinigtias

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 'VETERAN' JAKARTA


TAHUN 2019/2020
PATOLOGI KLINIK TROPMED 2017
PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM TIFOID

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Darah tepi
• Anemia normositik normokrom
• Leukopenia (3.000 – 4.000/uL) pada fase demam
• Aneosinofilia pada permulaan penyakit
• Trombositopenia
• Limfositosis relatif
2. Urin
• Proteinuria
• Reaksi Diazo (Erlich)
3. Serologi ( Widal, hemaglutinasi, Elisa, dsb)
4. Bakteriologik : isolasi kuman. Sampel darah, aspirasi sumsum tulang, rose spot, urin, tinja

DIAGNOSIS DEMAM TIFOID

Diagnosis pasti / Standart: test biakan/kultur bakteri ditemukan S. typhi

Sampel kultur :

• darah : minggu I atau II sakit


• urin : minggu II atau III sakit
• tinja : minggu II atau III sakit
• sumsum tulang : minggu I sakit.

Sarana laboratorium menegakkan diagnosis demam tifoid


• Test serologis (mendeteksi kenaikan titer/ kadar antibodi terhadap antigen S.typhi dan
menentukan adanya antigen spesifik dari S.typhi.
• Test biakan untuk mendeteksi kuman S.typhi dari spesimen darah, urin, feses, sumsum tulang.
• Test Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi DNA spesifik S. typhi

A. TES WIDAL à Deteksi antibodi dalam serum

Prinsip : pembentukan aglutinasi, dimana antigen S.typhi/paratyphi bila dicampurkan dengan serum
penderita demam tifoid yang mengandung antibody S.typhi/paratyphi akan terjadi aglutinasi.

Guideline : penegakkan diagnosis

• Di daearh endemik, titer H dan O > 1:160 à menyokong diagnosis


• Kenaikan titer antibodi > 4x pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian à menyokong
diagnosis
• Fase akut dan fase konvalesen à pengambilan sampel tes widal
Peralatan dan bahan pemeriksaan
• serum penderita demam tifoid
• antigen somatik (O) dan flagelar (H)
• larutan NaCl 0.85% (0.9%)
• 1 microplate plastik dengan sumur-sumur kecil
• mikropipet dengan tips-nya.
• mesin penggoyang (shaker machine)

Antigen Somatik (O) Antigen Flagelar (H)


• Salmonella grup A (S.paratyphi A): A-O • Salmonella grup A : A-H
• Salmonella grup B (S.paratyphi B): B-O • Salmonella grup B : B-H
• Salmonella grup C (S.paratyphi C): C-O • Salmonella grup C : C-H
• Salmonella grup D (S. typhi) :O • Salmonella grup D (S.typhi) : H

Persiapan penderita : belum mendapat terapi antibiotik

Jenis Sampel : serum penderita tersangka demam tifoid. Serum tidak hemolisis

B. TUBEX-TF

Pemeriksaan diagnostic in vitro untuk mendeteksi demam tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi.

Metode : Immunoassay Magnetic Binding Inhibition (IMBI)

Prinsip test : TUBEX TF mendeteksi adanya antibodi IgM thd antigen LPS-O9 S.typhi di serum penderita
dengan cara menghambat reaksi antara antigen berlabel partikel lateks magnetic (brown reagent) dan
antibodi monoklonal berlabel lateks warna (blue reagents). Ikatan inhibisi dipisahkan dgn daya
magnetik. Hasil dinyatakan dalam skala warna (color scale).

Spesifisitas test :

TUBEX-TF secara spesifik mendeteksi adanya antibody IgM terhadap antigen lipopolisakarida O9 dari
S.typhi dan antigen dari Salmonella subgroup D lainnya. Dalam serum orang normal umumnya tidak
ditemukan adanya antibody-O9 S.typhi .

Spesimen ( Sampel ) TUBEX-TF

• serum atau plasma heparin.


• JANGAN menggunakan plasma EDTA atau plasma sitrat.
• Serum lipemik, hemolisis dan ikterik TIDAK BOLEH digunakan, karena warna merah dari
hemoglobin (pada hemolisis) atau bilirubin mengganggu warna yang terbentuk pada pembacaan
hasil test.
• Serum sampel disimpan pada suhu 2–8 C atau dibekukan (< -18C) bila belum akan segera
diperiksa.

Hasil Reaksi
TUBEX-TF negatif
• Bila human Ab IgM S.typhi (-) : partikel indikator berlabel Mab LPS 09 (blue) akan langsung
berikatan dengan partikel magnetik berlabel Ag LPS 09 (brown) à tertarik magnet à
sedimentasi , terjadi perubahan warna dari biru ke pink/merah mud.

TUBEX-TF positif
• Bila ada human Ab IgM S.typi di serum, Ab IgM S.typhi berikatan dengan dan menhambat
ikatan antara partikel indikator (blue) dengan partikel magnetik berlabel Ag LPS LPS-09 (brown)
à sedimentasi à perubahan warna (tergantung kadar human Ab IgM S.typhi

Interpretasi hasil
1) Baca atau tetapkan score hasil reaksi dengan membandingkan warna supernatant dengan warna
pada TUBEX TF Color Scale
2) Pembacaan hasrus dilakukan dalam waktu 30 menit setelah separasi (pemisahan supernatant
dengan sedimennya )
3) Score berkisar antara 0 (clear pink) sampai 10 (biru tua)
4) Control negative harus menunjukkan score ≤ 2, control positif menunjukkan ≥ 8

Score Interpretasi
<2 Negatip à tidak menunjukkan infeksi demam tifoid. Kontrol negatip.
3 Borderline à pengukuran tidak dapat disimpulkanm ulangi test. Bila hasil
meragukan, lakukan sampling ulang beberapa hari kemudian dengan sampel
baru
4 Positip lemah à menunjukkan infeksi demam typhoid
6-10 Positip à indikasi kuat demam typhoid aktif. Kontrol positip.
Indeterminate ketidakjelasan pengukuran diakibatkan oleh :
1. Protokol test tidak diikuti dgn baik. Ulangi test
2. Kualitas sampel kurang baik. Lakukan sampling ulangi test

PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM DENGUE

ETIOLOGI : virus Dengue, termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae.

Mempunyai 2 tipe protein :

1) protein struktural (3 macam) : protein C (core), protein M (membran), protein E (envelope)

2) protein non struktural (7 jenis) : NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, NS5.

Note : NS1 dapat dideteksi dalam sirkulasi darah mulai hari 1-18 setelah awal timbulnya gejala dengan
puncak pada hari ke-6 samapi hari ke-10.

Diagnosis :
• Immunochromatographic assay
• Isolation of virus
• Antigen detection in fixed tissues
• RT-PCR (Reverse Transcription-PCR)
• Hemagglutination-inhibition test

PEMERIKSAAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI


Dengue IgG/IgM Rapid Test

• Solid phase immunochromatographic assay.


• Sifat Test : rapid, kualitatif deteksi antibodi IgG dan IgM virus Dengue di serum atau plasma.
• Presumptive diagnosis antara infeksi primer dan infeksi sekunder.
Tujuan : sebagai test penyaring
Diagnosis spesifik : isolasi virus, RT-PCR, dan test serologi lain seperti EIA

Prinsip test : Mendeteksi antibodi IgG dan IgM virus dengue secara simultan dan mendeteksi semua
serotipe dengue menggunakan campuran recombinant protein envelope dengue.

Test dilengkapi dengan 3 garis (pre-coated lines):

Garis “G” (IgG),

Garis “M” (IgM),

Garis “C” (kontrol) -> Garis “C” harus selalu muncul pd tiap test

• Bila sampel diteteskan di sumur sampel, anti dengue IgG / IgM di serum bereaksi dgn recombinant
Dengue virus envelope protein-colloidal gold conjugates membentuk komplek Ag-Ab.
• Dengan daya kapilaritas, komplek Ag-Ab bermigrasi dan bereaksi dengan anti-human IgG dan/atau
IgM yang difiksasi di garis test dan membentuk garis-garis berwarna pink.
• Sampel : Serum atau plasma
Interpretasi Hasil :

1. Negatif. Hanya tampak garis pink “C”

2. Positif

•IgM (+) (infeksi dengue primer) : tampak 2 garis pink “C” dan “M”.
•IgG (+) (infeksi dengue sekunder atau pernah terinfeksi di masa lalu) : tampak 2 garis pink “C”
dan “G”.
• IgM dan IgG (+) : tampak 3 garis pink “C”, “M”, “G”.
3. Invalid : garis “C” tidak ada. Test perlu diulang

PROSEDUR PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM TIFOID DAN DENGUE

BISA DILIAT DI HANDOUT PK YA


SEMANGAT """
%%%
$$$
###
MIKROBIOLOGI TROPMED 2017

Preparat Nama Bakteri

Mycobacterium Tuberculosis

Be = Batang Halus
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Basil Tahan Asam
M = Pewarnaan Ziehl Nielsen
Media = Lowenstein-Jensen

Ciri ciri
• Bersifat tahan asam dan
memiliki asam mikolat
• Dinding sel tersusun dari
bahan lilin, membran
plasma teridiri dari 3
lapisan -> yang bikin tahan
asam
• Aerob obligat (tumbuh
baik dengan kadar o2 yg
tinggi)
• Masa inkubasi 12-18 jam
• Medium yang sering
digunakan Lowenstein
Jensen karna mengandung
lipid yang tinggi, MTB
bisa mengurai lipid

SKALA IUALTD
Mycobacterium Leprae

Be = Batang Ramping
Su = Bergerombol
Wa = Merah
Si = Basil Tahan Asam
M = Pewarnaan Ziehl Nielsen

Ciri Ciri
• Khas nya Packet of Cigars
(basil yang menggerombol
spt ikatan cerutu)
• Semakin tinggi
keparahannya semakin
banyak Gerombol nya
terakumulasi
• Suka menginfeksi sel
Syaraf -> bisa terhindar
dari s.imun kita
Corynebacterium Diphteriae

Be = Batang
Su = Tunggal
Wa= Ungu
Si = Gram Postif
M = Pewarnaan Gram
Media = Mclead & Telurit

Ciri ciri :
• Tidak membentuk
spora,tidak berkapsul
• Port d entrée masuk
melalui sal.nafas, hidung,
faring
• Akan membentuk titik2
putih disekitar atap2 mulut
• Memproduksi toxin yang
mempengaruhi jantung,
saraf dll (A-B type toxin)

Identifikasi
1. Pemeriksaan mikroskopis
= gram +, tdk bergerak,
tersusun seperti pagar
(Palisade)
2. Kultur = Perbenihan
menggunakan media
Telurit agar (differensial
selective ) & Mc Leod
koloni tampak bewarna
hitam
3. Media Loofter = koloni
tampak bewarna putih
Clostridium tetani

Be = Batang
Su = Berantai
Wa= Ungu
Si = Gram positif
M = Pewarnaan Gram

Ciri ciri :
• Bersifat obligat anaerob
(tidak senang O2)
• Flagel peritrik (di seluruh
tubuh)
• Spora lonjong yang lebih
besar di badan kuman
sehingga menggembung
(drum stick/spora terminal)

Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
= sesuai BESUWASIM
2. Media Agar darah =
spesimen menggunakan
Pus dan ditanam di media
agar darah yang di
inkubasi secara an aerob

Hasilnya akan terdapat


“fine film” swarming
akibat motilitas bakteri dan
Hemolysis alpha yang
diikuti oleh Beta
Hemolysis

3. Reaksi biokimia = tidak


meragi gula apapun,
membentuk INDOL
Salmonella thypii

Be = Batang
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negative
M = Pewarnaan gram

Ciri ciri :
• Mempunyai struktur
antigen yang teridiri dari
Antigen O = Lipopolisakarida
Antgen H = Flagellar
Antigen Vi = Kapsular
Dipakai untuk identifikasi dan
derajat virulensi

Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Sesuai Besuawsim, Flagel
Peritrik
2. Isolasi : Spesimen berupa
darah, sum sum tulang
dilanjutkan dengan
penanaman perbenihan
spesifik : SSA dan MCA

SSA= membentuk koloni


hitam (black jet) karena
bakteri ini menghasilkan
H2 S
MCA = koloni tdk
bewarna, jernih, halus
Bisa juga menggunakan
media WB (Winston Blair)
Untuk membedakan
S.thypii dan S.parathypii
S.tyhpii = hitam,
S. parathypii = hijau
Shigella dysenteriae

Be = Batang
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
M = Pewarnaan gram

Ciri ciri :
• Tidak berspora, tidak
berflagel
• Anaerob fakultatif
• Spesimen : tinja/usap
dubur

Identifikasi
1. Mikroskopis = batang,
gram(-)
2. Isolasi = Menggunakan
media SSA : koloni jernih,
bening agak kekuningan2
3. Reaksi biokimia = meragi
glukosa tanpa membentuk
gas dan Tidak meragi
laktosa
Vibrio Cholerae

Be = Batang bengkok (coma)


Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
M = Pewarnaan gram

Ciri ciri :
• Dapat menyebabkan
gastroentritis akut

Identifikasi
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Bentuk batang bengkok
2. Isolasi
MCA = koloni tidak
bewarna
Agar darah = zona
kehijauan disekitar koloni
yang menjadi jernih akibat
adanya hemodigesti
TCBS = koloni bewarna
kuning meragi glukosa
(V.cholera) kalau koloni
hitam (V.
parahaemolyticus)

3. Reaksi biokimia = Meragi


glukosa,sukrosa,maltosa&
manitol. Indol +
TCBS = Thiosulfat-sitrat-bile salt sukrosa
Bacillus anthracis

Be = Batang dengan endospora


Su = Tunggal
Wa = Ungu
Si = Gram positif
M = Pewarnaan gram

Ciri – ciri :
• Terdapat pada sapi, domba
dan kuman
• Spora dapat bertahan
tahunan dan hinggap di
tanah
• Ditularkan melalui saliva
feses dari hewan ternak yg
terinfeksi
• Menyebabkan infeksi kulit,
paru2, usus dan selaput
otak pd manusia
• Membentuk spora non
motil, spora berbentuk
elips

Identifikasi :
1. Kultur = membentuk
medusa head colonies pada
blood agar, tidak
membentuk hemolysis

Yessina pestis

Be = Batang pendek
Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
M = Pewarnaan gram

Ciri ciri :
• Menyebabkan wabah PES
di benua eropa yg dibawa
oleh tikus akibat sanitasi
yg kurang
• Anaerob fakultatif
Identifkasi :
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Bentuk batang pendek,
mempunyai kapsul
2. Kultur = tumbuh baik pada
suhu 27oC pada media
MCA = tidak bewarna
BA = abu abu

Leptopspira

Be = Spira dan ujung spt kait


Su = Tunggal
Wa = Merah
Si = Gram negatif
Me = Mikroskop lapangan gelap

Ciri ciri :
• Memiliki 2 specis
berdasarkan patogenitas
nya
L. interogans= non
patogen
L. icterohaemorrhagie =
patogen
• Berbentuk spiral
• Parasit pada tikus yg
menyebabkan leptospirosis
• Infeksi melalui kulit dan
konjungtiva
• Aerob obligat
Identifikasi :
1. Pemeriksaan mikroskopis
Bentuk ulir yang rapat dan
ujung nya membentuk kait
2. Kultur = Media semi solid
(Stuart) terbentuk
pertumbuhan difus dekat
bagian atas tabung
3. Px Lab = menggunakan
mikroskop lapangan gelap
atau immunoflouresen
atau ELISA test untuk
mengetahu antibodi
terhadap leptospira

TAMBAHAN
FARMAKOLOGI TROPMED 2017
PERSONAL DRUGS (P-DRUGS)

• Pemilihan antibiotik paling tepat untuk seorang pasien harus mencakup pengetahuan mengenai
kemajuran obat (efficacy), keamanan (safety), kecocokan (suitability), dan biaya pengobatan
(cost)
• P-drug setiap dokter dan setiap negara berbeda sebab ketersediaan dan harga obat di berbagai
negara pun berbeda-beda
• Dengan P-drug, kit atidak perlu berulang-ulang memilih obat yang baik dan tepat dalam praktek
sehari-hari dan dengan makin sering menggunakannya, kita semakin mengenal khasiat, efek
samping serta manfaatnya untuk pasien
• Seringkali cara yang digunakan untuk menentukan P-drug adalah dengan menyalin dari para
dokter senior di klinik atau dari panduan pengobatan maupun formularium tingkat nasional
maupun lokal. Cara tersebut tidak dianjurkan, alasannya:
- Tanggung jawab terakhir untuk menyelamatkan pasien ada di tangan Anda sendiri,
tidak dapat dialihkan kepada siapa pun
- Dengan menyusun daftar P-drug sendiri, Anda terbiasa menangani berbagai konsep
dan data farmakologi
- Dengan menyusun P-drug sendiri, Anda akan tahun obat penggantinya manakala
suatu obat terpilih tidak dapat digunakan
- Anda akan selalu menerima informasi tentang obat baru, efek samping baru,
indikasi baru, dsb
• Pedoman pemilihan P-drug terdiri dari 5 langkah
1. Menetapkan diagnosis
2. Menetapkan tujuan pengobatan
3. Menyusun daftar kelompok obat yang efektif
4. Memilih kelompok obat yang efektif berdasarkan kriteria
5. Memilih P-drug
• Pilihan antibiotik untuk demam tifoid yang dikenal sensitif dan efektif serta merupakan pilihan
dan dipilih dari hasil uji kepekaan
PARASITOLOGI TROPMED 2017

MALARIA
• Etiologi :
Genus Plasmodium; Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, P.ovale. Terbaru
Plasmodium knowlesi
• Distribusi :Ada di seluruh kepulauan Indonesia
• Vektor : Nyamuk Anopheles (betina)
• Daur hidup :
- Fase seksual eksogen/sporogoni di nyamuk
- Fase aseksual/skizogoni di hospes vertebrata
• Gejala klinis :
Lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, mual, muntah Demam khas: dingin-demam-
menggigil batuk kering, nyeri otot. Dapat terjadi anemia, leukopenia, hepatomegali,
splenomegali
• Pada malaria falsiparum berat dapat disertai gejala klinis : malaria otak dengan koma, anemia
berat, gagal ginjal, edema paru, hipoglikemia, syok, DIC / perdarahan spontan,kejang, asidosis,
hemoglobinuria
• Diagnosis: menemukan parasit pada sediaan darah dengan pulasan Giemsa
• Terapi :
- terapi pencegahan /profilaksis - terapi kuratif (skizontosida)
- terapi pencegahan transmisi (gametosida dan sporontosida)
Siklus Hidup Malaria
- Pada nyamuk anopheles betina yang didalamnya sudah mengandung sporozoite, saat
nyamuk betina ini menggigit manusia, selain menghisap darah manusia, nyamuk ini juga
akan mengeluarkan sporozoit dari kelenjar ludahnya.
- Sporozoit ini awalnya akan masuk ke dalam sel hati, dan menginfeksi sel hati à terjadi
pembelahan à skizon hati menjadi banyak à setelah skizon penuh, maka skizon akan
rupture à mengeluarkan merozoid à merozoite akan menginfeksi eritrosit.
- Pada siklus hati, plasmodium falciparum dan plasmodium malariae hanya sekali
bersiklus di hati dan nantinya semuanya akan ke peredaran darah dan menginfeksi
eritrosit. Sedangkan untuk plasmodium vivax dan plasmodium ovale mempunyai
stadium hipnozoit yang akan dorman di sel hati, saat host nya mengalami penurunan
system imun, maka stadium hipnozoit itu bisa aktif kembali.
- Merozoit yang menginfeksi eritrosit akan mengalami perkembangan menjadi bentuk
trophozoite (ring stage) à trophozoite matang (bentuknya tidak beraturan) à terjadi
pembelahan intinya sehingga membentuk skizon (intinya menjadi banyak) à bila sudah
penuh, eritrosit akan rupture à skizon akan menginfeksi sel darah merah yang lain
- Dari stadium trophozoite tadi, bisa juga berkembang menjadi gamet jantan (mikro
gamet) atau gamet betina(makro gamet). Yang paling terlihat berbeda adalah makro
gamet dan mikro gamet dari plasmodium falsiparum, dimana makro gamet akan terlihat
seperti pisang dan mikro gamet akan terlihat seperti sosis
- Ketika di sekitar manusia yang terjangkit malaria tersebut ada nyamuk anopheles, ketika
nyamuk itu menghisap darah pasien tersebut, nyamuk juga akan menghisap gametosit
- Gametosit akan bersatu membentuk ookinete à ookista (yang didalamnya banyak
sporozoit à ke kelenjar ludah à sporozoit siap untuk di lepaskan ke manusia yang
digigit nyamuk tersebut

DIAGNOSIS:

- Pada apusan darah: eritrosit yang terinfeksi plasmodium vivaks dan plasmodium ovale
akan membesar. Sedangkan pada plasmodium falciparum dan plasmodium malariae,
eritrosit yang terinfeksi tidak membesar.
- Untuk makro gamet P. vivaks sitoplasmanya lebih biru dan intinya lebih padat,
sedangkan mikro gamet nya sitoplasmanya lebih kemerahan dan intinya difus (tidak
jelas batas intinya)
- Perbedaan SADTipis dan SADTebal: kalau SADTipis eritrositnya masih ada dan terlihat
parasite di dalam eritrositnya, sedangkan di SADTebal, eritrositnya sudah lisis, jadi
hanya ada parasitnya.

- P. falsiparum: eritrosit tidak membesar, gambaran ringform bisa terdapat double dot /
dua inti
- Makro gamet dan mikro gamet terlihat jelas. Makro Gamet sitoplasmanya lebih
berwarna biru, berbentuk pisang, inti padat. Mikro gamet berbentuk sosis,
sitoplasmanya lebih berwarna ungu / kemerahan, dan intinya lebih difus.
- Bentuk cincin nya lebih halus dari pada stadium cincin pada plasmodium vivaks
- Eritrosit yang terinfeksi tidak membesar
- Khas: terdapat bentuk pita / band
- Khas: mature schizont berbentuk seperti bunga, intinya diluar dan pigmenya di tengah
(bentuk rosette)
- Makro gamet sitoplasmanya berwarna lebih biru dan intinya lebih padat, sedangkan
mikro gaet sitoplasmanya berwarna lebih ungu dan sitoplasmanya difus

- Khas: Eritrosit membesar à lalu eritrosit berubah bentuk menjadi oval

Nyamuk Anopheles
- Anopheline: anopheles sp.
- Culicine : culex sp, dan aedes sp.
- Anopheline kalau di permukaan ai, telurnya di letakkan satu-satu, tidak bergerombol,
dan ada seperti pelampungnya di kanan dan kiri nya
- Culicine: bisa telurnya di letakkan satu-satu (aedes), bisa memnyatu membentuk seperti
rakit (culex). Telur culex berbentuk seperti peluru, dan aedes berbentuk kasar.
- Larva anopheline: sejajar dengan permukaan air
- Larva culicine: membentuk sudut dengan permukaan air
- Bentuk dewasa anopheline: ketika menghisap posisinya membentuk sudut
- Bentuk dewasa culicine: ketika menghisap posisi nya datar
- Pada betina anopheline palpusnya lebih Panjang dari pada culicine
- Membedakan jantan dan betina: dilihat dari rambut di moncongnya lebat atau tidak
(pada jantan rambutnya lebih lebat)

SCHISTOSOMIASIS
- Spesies yang sering: schistosoma japonicum, schistosoma mansoni, dan schistosoma
haematobium
- Cacing jantan di bagian luar (lebih besar, dan cacing betina di bagian dalam.

- Telur schistosoma japonicum berbentuk lebih bulat, terdapat tonjolan / bentuk duri di
salah satu dekat kutubnya,
- Telur schistosoma mansoni berbentuk lebih oval dan lonjong, dan ada tonjolan di salah
satu dekat kutub.
- Schistosoma haematobium bentuknya lonjong dan terdapat duri di satu kutub.
- Biasanya untuk mendeteksi schistosoma japonicum dan mansoni dengan pemeriksaan
feses, sedangkan untuk mendeteksi schistosoma haematobium dengan pemeriksaan
urin à lihat apakah ada gambaran telurnya.
- Hopes perantara: keong air

• Etiologi : Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium


• Hospes definitif : manusia (bisa pada hewan) Hospes perantara : keong air ( di Indonesia
àOncomelania hupensis lindoensis)
Di Indonesia: Sulawesi tengah (Danau lindu,Napu)
• Cara infeksi: serkaria menembus kulit (dlm air)
• Gejala klinis : Dermatitis, alergi kulit, gejala paru (batuk,asma), toksemia, demam,
malaise, BB menurun, diare, hepato splenomegali, sirosis,ascites, ikterus (kronis)
• Schistosoma termasuk trematoda darah (habitatnya ada di pembuluh darah). Untuk
schistosoma japonicum dan mansoni habitatnya di Vena (vena porta atau vena
mesentrica), sedangkan schistosoma haematobium habitatnya di vena kandung kemih.
• Diagnosis : menemukan telur (tinja,urin,biopsi)
• Terapi :Emetin, Prazikuantel
SIKLUS HIDUP

- Berawal dari orang yang terinfeksi buang air besar di dekat danau yang ada hospes
perantaranya yaitu keong air à telur akan keluar Bersama dengan feses / urin à
mirasidium keluar ke air dan penetrasi ke keong air
- Di badan keong air menjadi bentuk sporokista à menjadi bentuk serkaria à serkaria
akan dilepaskan oleh kerang air
- Orang yang sering berenang di danau tersebut à serkaria akan menembus kulit orang
tersebut à serkaria bermigrasi melalui pembuluh darah à sampai di system vena porta
à bentuk dewasa à bertelur à telur di vena porta bisa menyebabkan hipertensi porta
à atau telurnya akan di bawa ke vena mesenterica à duri yang terdapat di telur bisa
menembus dari vena dan masuk ke lumen usus à dikeluarkan bersama dengan feses.
FILARIASIS

- Yang sering di amati adalah perbedaan dari filaria dari 3 spesies nya
• Etiologi: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori
• Distribusi : daerah iklim tropis di dunia dan terdapat di Indonesia
• Vektor : nyamuk Culex quinquefasciatus (kota), Anopheles atau Aedes (desa)
• Daur hidup :
Tubuh nyamuk : larva stad I, II, III

Tubuh manusia : larva stad IV dan dewasa

• Gejala klinis : (hidup di saluran limfe) Limfangitis,limfadenitis


funikulitis,epididimitis,orkitis,hidrokel,elefan tiasis seluruh lengan-tungkai ,buah
zakar,payudara dan vulva (W.bancrofti), tungkai-lengan bawah (B. malayi dan B.timori)
• Diagnosa :
• Berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium (mikrofilaria dalam
darah tepi)
• Terapi :
DEC (Dietilkarbamasin sitrat)àperorangan atau massal . Dapat dikombinasi dengan albendazole
dan parasetamol
Mikro filaria

SIKLUS HIDUP

- Pada
nyamuk yang sudah mengandung larva stadium 3, ketika nyamuk menghisap darah,
larvanya juga akan di masukkan kedalam manusia à masuk kedalam saluran limfe à
menjadi dewasa di saluran limfe à cacing betina akan mengeluarkan mikro filaria
- Mikro fiaria akan berpindah dari system limfatik ke peredaran darah (sehingga bisa di
lakukan pemeriksaan untuk diagnosis filariasis dengan darah tepi)
- Karena mikro filaria terdapat di pembuluh darah, maka bisa terhisap oleh nyamuk --.
Masuk ke dalam lambung nyamuk à migrasi ke otot toraks à menjadi larva stadium 1
à berkembang sampai menjadi larva stadium 3 à bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuh
à siap untuk menginfeksi manusia yang lain.
Vector filariasis
SOAL POSTEST LABACT PARASITOLOGI
PATOLOGI KLINIK FORENSIK 2017
PEMERIKSAAN URIN PADA PENYALAHGUNAAN OBAT NARKOBA

A. Definisi NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya)


- Zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi (perasaan, pikiran, suasana hati
dan perilaku) jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,
diminum, dhirup, injeksi dan lain sebagainya.

B. Tujuan Pemeriksaan Sampel Narkoba


1. Kepentingan projustitia/penyidikan
2. Kepentingan diagnostic/terapi
3. Kepentingan khusus à biasanya pemeriksaan skrining atau permintaan dari
instansi/perorangan yang tidak bisa digunakan untuk penyidikan dan diagnosis

C. Kelompok NAPZA
No. Opiate Tranquilizer Barbiturat Dopaminergic Halusinogen
(sedative, stimulan
hipnotik)
1. Morfin Diazepam Asam Cocaine Pecyclidine
barbiturate
2. Codein Oxazepam Phenobarbital Benzoylecgonne Methaqualme
3. Heroine Amobarbital Amphetamin
4. Naloxone Pentobarbital Metamphetamin
5. Methadone Thiopental
6. Propoxyphen

D. Deskripsi beberapa NAPZA


1. Cocaine
- Diekstraksi dari tanaman/daun coca
- Masa paruh: 1 – 2 jam dan diekskresi beserta metabolitnya dalam waktu 2 hari
2. Amphetamine
- Berada dalam tubuh 2 – 4 jam dengan masa paruh 4 – 24 jam
- 30% disekresi di urin tanpa ada perubahan
3. Barbiturat
- Batas deteksi: untuk short acting (secobarbital 100 mg) selama 4.5 hari,
sedangkan untuk long acting (phenobarbital 400 mg) selama 7 hari
- Hanya Sebagian kecil barbiturate (<5% diekskresi di urin dalam bentuk urin)
4. Benzodiazepine
- Masa deteksi obat di urin: 3 – 7 hari.
- <1% masih ada dalam keadaan utuh dan sebagian besar ada dalam bentuk
konjugasi
- Hasil (+): urin mengandung 300 ng/mL
5. Marijuana
- Masuk melalui isapan (rokok). Efek tertinggi selama 20 – 30 menit dan berada di
dalam tubuh selama 90 – 120 menit pasca merokok.
- Ditemukan di urin dalam 3 – 10 hari

6. Metamphetamin
- Dideteksi di urin dalam 3 – hari dan dipengaruhi pH urin
- 10 – 20% diekskresi di urin dalam bentuk utuh
E. Pemeriksaan NAPZA
1. Bahan pemeriksaan: urin, darah/serum, rambut dan keringat
2. Waktu Ekskresi NAPZA dalam urin
No. Nama Obat Waktu No. Nama Obat Waktu Ekskresi
Ekskresi
1. Kodein 48 jam 9. Barbiturat 3 minggu
(long acting)
2. Heroin 2 – 4 hari 10. Marijuana 3 hari
sekali pakai
3. Hydromorphone 2 – 4 hari 11. Pemakaian 5 – 7 hari
sedang (4x
seminggu)
4. Methadone 3 hari 12. Pemakaian 10 – 15 hari
setiap hari
5. Morfin 48 – 72 jam 13. Pemakaian >30 hari
berat dan lama
6. Benzodiazepin 3 hari
(short acting)
7. Benzodiazepin 30 hari
(long acting)
8. Barbiturat 24 jam
(short acting)

3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan Penyaring
- Immunoassay
è Cloned enzyme donor immunoassay
è Enzyme-multiplied immunoassay EMIT)
è Fluorescence Polarization Immunoassay (FPIA)
è Immunoturbidimetric assay
è Radioimmunoassay (RIA)
è Immuno-chromatography (competitive) – paling banyak digunakan
- Thin Layer Chromatography (TLC)
Pemeriksaan Konfirmasi
- Gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS)
- High-Performance Liquid Chromatography-mass Spectrometry (HPLC-MS)
- Liquid Chromatography-mass spectrometry (LC-MS)

4. Pengambilan Spesimen Urin


- Harus dicegah kemungkinan terjadi negatif palsu
- Gunakan penampung yang mampu mencegah penggantian atau perubahan dengan
sengaja (tamper-proof)
- Bila perlu, penampungan dilakukan di bawah pengawasan
- Untuk keperluan hukum disertai dokumen Chain of Custody spesimen (sampai
selesai seluruh proses)
5. Kriteria Spesimen Urin
- Menurut syarat hukum:
è Volume ≥30 mL
è Suhu: 32 – 38⁰C
è pH: 4.5 – 8.5
è Kadar nitrat: <500 μg/mL
è Berat jenit: 1002 – 1020
è Kadar kreatinine > 20 mg/dL
- Penyimpanan spesimen urine:
7 hari pada 4⁰C dan <6 bulan pada -20⁰C

6. Penyebab Negatif Palsu:


- Urin encer
- Penggunaan NAPZA jarang
- Jarak waktu terlalu lama dari saat pemakaian terakhir
- Baru saja dikonsumsi
- Kuantitas yang dikonsumsi tidak cukup untuk mencapai ambang pemeriksaan
- Pemeriksaan tidak dilakukan dengan benar
- Kadar laktat yang meningkat di dalam urin

7. Pemeriksaan Obat-Obat Narkoba


- Metode immunokimia
- Deteksi suatu bahan kimia melalui interaksi antigen-antibodi

8. Pemeriksaan: EMIT (Enzyme Mediated Immunologic Technique) I


- Obat dilekatkan pada enzim. Kompleks obat-enzim yang terbentuk diinkubasi
dengan antibody monoclonal terhadap obat à active site enzim diblok oleh
antibody menyebabkan berkurang/terhentinya aktivitas enzim à dideteksi dengan
penambahan susbstrat.

- Bila ada obat: aktivitas enzim (-)


9. Pemeriksaan: EMIT (Enzyme Mediated Immunologic Technique) II
- Kompleks obat-enzim dicampurkan dengan obat bebas (di serum/urin) lalu
ditambah antibody terhadap obat à kompleks obat-enzim berkompetisi dengan
obat bebas untuk berikatan dengan antibody.

- Jika obat bebas mengikat antibody, aktivitas enzim tinggi. Semakin banyak obat
bebas aktivitas enzim makin besar yang dideteksi dengan substrat.
- Prinsip pemeriksaan:
è Prinsip dasar: immunoassay dengan prinsip competitive binding. Metodenya
adalah immunokromatografi
- Obat dalam urin (-):
Bila di urin sampel tidak mengandung obat atau kadar obat di bawah nilai cut-off,
binding sites dari antibody spesifik tetap bebas dan akan bereaksi dengan drug-
protein conjugate dan menimbulkan tanda garis pada kartu.
- Obat dalam urin (+):
Bila obat di sampel urin kadarnya di atas nilai cut-off, binding sites dari antibody
spesifik jenuh berikatan dengan obat, sehingga tidak bereaksi dengan drug protein
conjugate, sehingga tidak terbentuk garis pada kartus uji.
- Sampel: urin sewaktu. Jika urin keruh/tidak jernih sebelum pemeriksaan, maka
dilakukan sentrifugasi/saring/didiamkan agar bahan yang menimbulkan
kekeruhan mengedap dan urin menjadi jernih.
- Cara Pemeriksaan:
è Siapkan sampel urin dan kontrol pada suhu kamar (15 – 30⁰C)
è Ambil satu “kantung” One Step Drug Screen Test Card
è Buka pembungkusnya, celupkan test card sampai pada garis-garis
bergelombang dan tidak boleh melewati tanda panah dengan posisi vertical di
urin yang diperiksa selama 10 – 15 detik
è Angkat test card dan taruh pada permukaan datar
è Baca dalam waktu 5 menit. Hasil masih stabil dalam waktu 4 jam pasca-test
- Interpretasi:
è Negatif:
Ø Garis berwarna merah harus ada di bagian kontrol (C) dan garis lainnya
harus muncul di bagian test (T).
Ø Hasil negative: obat sampel ada di bawah nilai cut-off
è Positif:
Ø 1 garis merah tampak di bagian kontrol dan tanpa garis pada bagian test
(T)
Ø Hasil positif: kadar obat di sampel urin lebih besar dari nilai cut-off
Ø Invalid: bila garis pada kontrol tidak muncul
- Tabel nilai cut-off obat pada chromatographic immunoassay
BIOLOGI MOLEKULER FORENSIK 2017
Polymerase Chain Reaction (PCR)

• PCR (reaksi rantai polymerase) adalah suatu teknik amplifikasi potongan DNA pada
daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida dengan bantuan DNA
polymerase secara in vitro.
• Prinsip dasar PCR à proses replikasi DNA dengan bantuan enzim Taq polimerase yang
tahan pemanasan tinggi dan sepasang oligonukleotida primer yang masing-masing
komplementer dengan ujung 3’ dari salah satu untai DNA sasaran.

Komponen PCR
1. DNA template atau DNA hasil ekstraksi
• diisolasi dari individu yang DNA nya akan diamplifikasi
2. Primer
• oligonukleotida pendek yang digunakan mengawali sintesis rantai DNA
• digunakan sepasang primer, yaitu primer reverse dan primer forward
• primer tersusun komplementer dari DNA template (susunan mulai dari 3’)
• Primer harus didesain spesifik dan tidak terdapat di tempat lain pada susunan
DNA untuk mencegah amplifikasi bagian lain DNA
• diperlukan informasi tentang susunan genom DNA untuk menentukan daerah
spesifik, biasanya conserved region

3. Enzim DNA Polimerase


• Taq DNA polymerase:
ü diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus
ü sangat tahan panas sampai 96°C
ü laju polimerisasi tinggi
ü suhu optimum 70-80°C

4. Dinukleotida Trifosfat/Deoksiribonukleotida Trifosfat (dNTP)


• berperan sebagai building blocks (batu bata) penyusun DNA baru
• ada 4 macam : dATP, dGTP, dCTP, dan dTTP (sesuai basa penyusun DNA)

5. Buffer à membuat lingkungan ionic dan pH yang optimum bagi reaksi PCR.
Fungsi:
• mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum
• menstabilkan DNA polymerase
6. Ion Logam
• umumnya Mg2+
• fungsinya sebagai kofaktor bagi enzim DNA polymerase
• enzim DNA polymerase tidak dapat bekerja tanpa ion ini

Tahapan Utama Proses PCR


1. Denaturasi (peleburan/pemisahan rantai)
• tahap awal PCR dan berlangsung pada suhu tinggi, 94–96°C
• DNA menjadi untai tunggal dengan memutus ikatan hydrogen (denaturasi)
• Peleburan yang terjadi menyebabkan DNA tidak stabil dan siap menjadi template
("patokan") bagi primer
• durasi: 1-2 menit

2. Annealing (penempelan primer)


• Primer menempel pada bagian DNA template yang komplementer urutan basanya
• berlangsung pada suhu 45-60°C
• Penempelan ini bersifat spesifik, sehingga pemilihan suhu yang tidak tepat
menyebabkan tidak terjadinya penempelan atau primer justru menempel di
sembarang tempat
• ikatan hydrogen terbentuk kembali
• DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen menjadi sangat kuat
dan tidak akan putus pada saat reaksi polimerisasi
• durasi: 1-2 menit

3. Elongasi (pemanjangan rantai)


• Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis DNA-polimerase yang digunakan dan
umumnya terjadi pada suhu 72°C
• Taq-polimerase à proses biasanya dilakukan pada suhu 76°C dengan durasi 1
menit
• Primer dapat diperpanjang oleh enzim DNA polymerase dengan dNTP yang
komplemen pada sisi 3’ hingga mencapai seluruh panjang dari DNA sasaran
• perbanyakan copy secara eksponensial

• Ketiga tahapan PCR seperti yang terlihat pada gambar 1 akan diulang sebanyak 25
hingga 35 kali dan penggandaan akan dimulai dari 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, 8 menjadi
16 dan seterusnya, sehingga dapat terbentuk 1.048.576 kopi DNA target.
Tahapan Kerja PCR
1. pilih DNA target beserta urutan sequen
2. perancangan primer
3. isolasi DNA sebagai cetakan
4. siapkan PCR dalam cetakan: DNA cetakan, primer, DNA polymerase, dan dNTP
5. setting program PCR
6. reaksi PCR dalam mesin thermal cycler
7. analisis dengan gel elektroforesis

Keistimewaan PCR
1. sangat sensitif à dapat melipatgandakan 1 molekul DNA secara eksponensial
2. menggunakan komponen dalam jumlah sedikit
3. enzim DNA polymerase: enzim termostabil (enzim taq polymerase dan Thermus
aquaticus)
4. tidak perlu menambah enzim di setiap siklusnya
5. enzim tetap bekerja setelah proses denaturasi

Elektroforesis
• metoda pemisahan molekul yang bermuatan berdasarkan berat molekul tersebut
• dengan cara memasukkan molekul yang akan dipisahkan ke dalam medan listrik
• DNA yang akan dielektroforesis bermuatan negative à saat elektroforesis berlangsung,
DNA akan bergerak dari kutub negative ke kutub positif

Prosedur Kerja PCR & Elektroforesis


1. Alat dan Bahan
Alat: • mesin PCR
• tabung mikro (1,5 dan 2 ml) • peralatan elektroforesis
• pipet eppendorf dan tip • microwave
• alat setrifugasi mikro • hot and stirrer
• vortex • timbangan analitik
• rak tabung mikro

Bahan: • primer oligonukleotida (F


• DNA template atau DNA dan R)
hasil ekstraksi • nuclease free water
• Buffer PCR 10x (0,5M KCl, • EZ-Vision (dye intercalating)
100mM Tris HCl pH 8.4, • bubuk agarosa
15mM MgCl2) • loading buffer
• dNTP • Buffer TAE 1x
• Tag polymerase • DNA marker 1bp
2. Amplifikasi

3. Pembuatan Gel Agarose 1%


4. Elektroforesis

Evaluasi Hasil Reaksi

Optimasi PCR
SOAL POST TEST LAB BIOMOL
PATOLOGI ANATOMI BLOK TROPICAL MEDICINE

• Demam
a. Mekanisme demam
infeksi mikroba

makrofag

pyrogen endogen

IL-1 dan PG E2

setpoint di hipotalamus dan


melalui AMP siklik

suhu tubuh meningkat

respon autonom, hormon


endokrin, dan perubahan perilaku

b. Klasifikasi demam
- Demam septik : suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke
tingkat di atas normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat
- Demam kontinyu : variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
- Demam intermitten : suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
- Demam remiten : suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu
yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.
- Demam siklik : kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
-
• Tabel
No Nama Etiologi Gejala Gambar Deskripsi
penyakit
1. DBD - Arbovirus B - Gejala umumnya timbul 4-7 -
- Vektor : Aedes hari sejak gigitan nyamuk,
aegypti dan dapat berlangsung
selama 10 hari.
- Demam , nyeri kepala berat,
nyeri sendi, otot, dan tulang;
nyeri pada bagian belakang
mata, nafsu makan
menurun, mual dan muntah,
pembesaran KBG, ruam
kemerahan sekitar 2-5 hari
setelah demam, kerusakan
pada pembuluh darah,
perdarahan dari hidung,
gusi, atau di bawah kulit.

2. Chikungunya - Virus - timbul 3-7 hari setelah - - Virus chikungunya tidak


Chikungunya gigitan menyebar secara
- Vektor : Aedes - membaik dalam seminggu, langsung dari orang ke
aegypti tetapi nyeri sendi dapat orang
berlangsung hingga
berbulan-bulan, (-)
kematian, kelumpuhan
sementara.

3. Malaria - parasit sporozoa - Muncul 10-15 hari setelah - Plas.falsifarum→Gejala


: plasmodium digigit nyamuk. malaria berat :
- Vektor : nyamuk - melalui tiga tahap selama 6- kesadaran menurun, sgt
anopheles betina 12 jam, yaitu menggigil, lemah, kejang, panas sgt
demam dan sakit kepala, tinggi, ikterik mata dan
banyak keringat dan lemas badan, dehidrasi,
sebelum suhu tubuh kembali perdarahan, napas
normal. cepat, muntah terus
- Pola demam à TRIAS menerus, warna air seni
MALARIA (cold, hot, dan sprt the spi kehitaman,
sweating) dan oligouria-anuria
- Tahapan gejala→siklus→3 - Patofisiolis :
hari sekali (tertiana) atau 4 - Demam
hari sekali (kuartana). - Anemia
- Keluhan - Imunopatologi
prodromal→sebelum
terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala,
sakit tulang belakang, nyeri
pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak,
diare ringan dan kadang-
kadang merasa dingin di
punggung.

4. Hepatitis - Virus hepatitis - GEJALA dan TANDA : -


(Picornavirus)→
Hep.A, Hep.B • Sifat Akut dan kronis
dan Hep.C, • Demam
Hep.D dan • Nyeri sendi
Hep.E. • Nyeri perut
- Penularan : • Mual,muntah
makanan, • Malaise
minuman yang • Anoreksia, BB turun
terkontaminasi, • Ikterik
cairan tubuh • Urin gelap
(hub.seksual, • Fese pucat
darah, jarum • Komplikasi: sirosis atau
suntik), kanker hati
persalinan,
sumber air,
alcohol, obat2an,
peny.autoimun
5. Leptospirosis - Bakteri - Ikterik, demam -
Leptospira
interrogans
- Penularan :
kontak dengan
air, tanah, dan
lumpur yang
tercemar
bakteri. Kontak
dengan organ,
darah, dan urine
hewan terinfeksi.
Mengkonsumsi
makanan yang
terinfeksi.
6. Difteri - Bakteri - Masa inkubasi : 2-4 hari - Pencegahan :
Corynebacterium - nyeri menelan, anoreksia, o Bayi : imunisasi
diphteriae. subfebris, nyeri kepala, nadi DPT
- Kontak dengan lambat, tonsil: selaput putih o Anak usia SD :
pasien, terkena bila diangkat mudah vaksin DT
dropler yang berdarah, KGB leher
berasal dari membesar,
membrane - Eksotoksin→miokarditis,
mukosa hidung parese saraf kranial,
& nasofaring, albuminuria
kulit & lesi dari
orang yang
terinfeksi.
7. Typhus - Bakteri - Setelah bakteriema kedua, - Pencegahan :
abdominalis Salmonella typhi kuman→jaringan kebersihan makanan,
- Penularan : tubuh→kandung minuman, dan sanitasi
melalui air & empedu→usus, kelenjar lingkungan
makanan peyer→reaksi peradangan
akut→terhadap jaringan
limfoid→infiltrasi sel
mononuclear→nekrosis→
ulcerasi →tukak→peritonitis
8. Kolera - Bakteri Vibrio - Diare, perut keram, mual, -
cholerae muntah, dan dehidrasi
- Penularan : - Buang air besar encer
melalui air berwarna putih seperti air
minum yang tajin (cucian beras) dengan
terkontaminasi, bau amis
memakan ikan
yang tidak
dimasak benar
(kerang) -
9. Ulkus bruli - Bakteri : - Tahap infeksi→timbulnya -
Mycobacterium nodul tidak sakit→borok
ulcerans lebih besar di bagian
- Penularan : dalam daripada yang
sumber air tampak di permukaan
kulit→semakin parah,
tulang juga dapat
terinfeksi→sering
menyerang lengan atau
kaki

10. Cold abcess - Bakteri : - Kista tanpa rasa sakit yang M : makrofag
Mycobacterium berada di bawah kulit, mata, L : Langerhans
tuberculosis atau jaringan dalam seperti CN : caseous necrosis
tulang belakang F : fibrosis
11. Lepra - Bakteri : - Gejala tidak langsung - Menyerang saraf tepi,
M.leprae yang muncul →muncul dalam kulit, dan mukosa
tahan asam dan satu tahun / setelah lima saluran pernafasan
tidak toksik tahun atau lebih→tanda
- Penularan : awal : kulit mengalami
droplet/percikan bercak putih, merah, rasa
dari hidung dan kesemutan bagian anggota
mulut pasien tubuh hingga tidak bisa
melakukan fungsinya

12. Tetanus - Exotoksin dari - gangguan neuromuskuler - pencegahan : imunisasi,


Clostridium akut : trias tetanus perawatan luka, dan
tetani, Gram(+), - mengindari rangsangan persalinan yang bersih
anaerob, spora cahaya, raba, dan suara
- di tanah→feses
kuda, kucing,
anjing, manusia
13. Rabies - virus lyssa - Manifestasi klinis→5 fase : -
- penularan : masa inkubasi, fase
gigitan anjing, prodromal, fase neuroligis,
kucing, dan koma dan kematian
monyet - Gejalaprodromal (2-10hari) :
tidak khas,demam,ggn
pencernaan, myalgia, mual,
muntah, malaise, anoreksia,
nyeri kepala
- Gejala neurologis: bentuk
ganas/akut(ensefalitis/ensef
alomielitis = kejang, gelisah,
cemas, halusinasi,
overaktifitas simpatis
=hidrofobia, aerofobia,
hipersalivasi, spasme, nyeri
tenggorokan), bentuk
paralisis (lumpuh,
lemah)→Koma→10 hari
setelah fase sebelumnya→
Kematian→perawatan
suportif yg tdk adekuat→
gagal jantung, kelumpuhan
persarafan

14. Variesela - Herpesvirus -


varicellae
- Penularan :
kontak langsung
cairan vesikel &
droplet
15. Infeksi Cacing - Cacing tambang :
necator
americanus,
ancylostoma
duodenale,
ancylostoma
ceylonicum
- Cacinng gelang :
ascaris
lumbricoides
16. Pneumonia - Bakteri, virus, - Klasifikasi : predileksi
jamur, protozoa lokasi/luasnya infeksi,
penyebab
(tipikal/atipikal),
klini/epidemiologis
(komuniti,
nosocomial,aspirasi, pd
immunocompromised)
- Stadium : kongesti,
hepatisasi merah,
hepatisasi kelabu,
resolusi

Anda mungkin juga menyukai