Anda di halaman 1dari 28

Novita Handayani

Pembimbing: drg. Wiwiek Poedjiastuti, Mkes, SpBm.


• Pencegahan infeksi dalam kedokteran gigi  topik
penting beberapa tahun terakhir  pedoman
pencegahan transmisi silang oleh banyak negara

• HSV, VZV, HIV, Hepatitis B, C dan D, Mycobacterium


Spp, Pseudomonas Spp, Legionella Spp, dan bakteri
multi resisten akan dibahas, berhubungan dengan
praktek kedokteran gigi
• Data untuk transmisi dari infeksi virus / bakteri
 <<

• Dibutuhkan penelitian secara longitudinal 


menentukan resiko nyata infeksi silang dalam
kedokteran gigi  penerapan prosedur
kebersihan yang efektif dalam praktek
kedokteran gigi.
Herpes

Resiko transmisi silang dalam kedokteran gigi 


herpes simpex virus tipe 1 (HSV-1) dan tipe 2
(HSV-2) dan varicella zoster virus (VZV)
Herpes Simplex Virus (HSV)

Sangat menular  paparan mukosa / kulit

HSV-1  infeksi mukosa daerah mulut


HSV-2  infeksi daerah genital

Pada rongga mulut infeksi primer HSV-1


menyebabkan gingivostomatitis 1-10% pasien
dan labial herpes  gejala khas reaktivasi
• Tim kedokteran gigi  kontak langsung
dengan ulkus herpes atau percikan saliva 
infeksi mukosa atau kulit, keratitis atau
herpetic whitlow.

• Di luar tubuh, HSV mati dalam beberapa jam


dan dapat dinonaktifkan oleh disinfektan
(alkohol)
• Herpetic whitlow  >> pada kalangan dokter
gigi  dokter yang terinfeksi  tidak
menggunakan gloves secara rutin  dapat
menginfeksi 20 dari 46 pasien
Varicella zoster virus (VZV) : Cacar air

• Virus yang sangat menular  kontak


langsung, saliva, dan udara

• Transmisi silang dalam kedokteran gigi 


belum dilaporkan
Human Immunodeficiency Virus
(HIV)

• UNAIDS 2010, orang terinfeksi HIV diseluruh


dunia pada 2009  33,3 juta (0,8% dari
populasi global)

• Penularan >> darah.


• Desember 2002, 344 kasus (seluruh dunia) 
petugas layanan kesehatan terinfeksi

• Penularan HIV dari pasien ke pasien 


pengendalian infeksi yang buruk

• Tidak ada laporan transmisi HIV dalam praktek


dokter gigi  data mungkin tidak memberikan
gambaran yang lengkap.
Virus Hepatitis B

Pengenalan vaksin (1983)  dokter gigi dengan


infeksi HBV <<

Penularan  transfusi darah, cairan tubuh


melalui inokulasi ke goresan kulit, hubungan
seksual

HBV  bertahan hidup dan tetap menular


dalam darah kering (suhu kamar)  1 minggu
/>>
• transmisi HBV pasien-ke-pasien dalam praktek
bedah mulut :
wanita menjalani operasi bedah mulut 
terinfeksi virus Hepatitis B akut 2 bulan setelah
nya  2 jam sebelumnya seorang pasien (+HBV)
menjalani operasi diruang yang sama
• Vaksinasi HBV petugas kesehatan  sangat <<
risiko penularan HBV . Namun vaksinasi untuk
HBV tidak menjadi standar untuk petugas
layanan kesehatan di seluruh dunia.

• Risiko penularan HBV melalui praktik gigi tetap


menjadi masalah.
Hepatitis C

Penularan  transfusi darah, penggunaan jarum


suntik bersamaan, hubungan seksual.

Risiko penularan HCV dalam praktek dokter gigi


rendah

Vaksinasi untuk HBV tidak melindungi terhadap


infeksi HCV.
Hepatitis D

Hanya dapat terjadi pada pasien yang terinfeksi


HBV.

Insiden infeksi virus Hepatitis D tidak diketahui


(5% dari pembawa HBV)
Mycobacterium ssp.
Mycobacterium Tuberculosis Menyebabkan
penyakit tuberculosis (TB)  1,7 juta kematian
setiap tahun

Penularan  melalui udara (batuk, bersin dan


berbicara)
• Pada infeksi laten bakteri tetap hidup di
dalam tubuh bertahun-tahun tanpa
menyebabkan infeksi  akan aktif dalam
kondisi yang menguntungkan (saat daya tahan
tubuh lemah)

• Risiko penularan TB dalam praktik dokter gigi


 rendah. Namun, penularan TB tetap
dimungkinkan
Legionella spp.

•Penyakit legionnaire (legionella pneumonia,


Pontiac Fever)  infeksi saluran pernapasan
akut (bakteri legionella pneumophilia) 
batuk, demam sampai pneumonia

•Bakteri  sistem pengaliran air dan bisa


bertahan di dalam sistem penyejuk udara
Transmisi pasien kedokteran gigi:
Di Itali Pasien terinfeksi L. pneumophila
serogrup 1  pasien meninggal  sumber
infeksi Legionella ditemukan dalam praktik
dokter gigi, di mana air keran dan air unit
terkontaminasi
Staphylococcus Aureus Resisten Methicillin
(MRSA)

• S. aureus secara asimtomatik  saluran


pernapasan atas atau kulit  endokarditis,
osteomielitis dan pneumonia

• MRSA resisten terhadap semua antibiotik β-


laktam (methicillin, cloxacillin, dicloxacillin,
cephalosporins dan carbapenems)
• Penularan MRSA pd praktek kedokteran gigi 
Di Inggris, dokter gigi (karier MRSA) 
menularkan MRSA ke dua pasien yang
menjalani operasi bedah mulut.

• 1 tahun pengawasan di klinik rumah sakit gigi,


8 (dari 140) pasien terinfeksi MRSA setelah
perawatan water syringe dan dental unit
terkontaminasi.
• Tujuan  transmisi virus dan bakteri yang
relevan dalam kedokteran gigi.

• Transmisi dan infeksi Virus Hepatitis B 


risiko terbesar bagi pasien dan tim kedokteran
gigi, berdasarkan insiden dan risiko penularan.
Transmisi patogen dapat mengakibatkan infeksi
asimtomatik  beberapa minggu atau bahkan
bulan sampai gejala muncul
Mikroorganisme Masa Inkubasi
Herpes Simplex Virus > 2 minggu
Varicella Zoster Virus 2-3 minggu
Hepatitis B/C/D Virus > 6 bulan
HIV / AIDS Bulan - Tahun
Mycobacterium Tuberkulosis > 6 bulan
Pseudomonas Spp. 3 – 10 hari
Legionella Spp. 2 – 19 hari
s. aureus 4 – 10 hari
• Beberapa pasien yang mengunjungi praktek
dokter gigi  tidak mengetahui status infeksi
mereka dan mungkin membawa infeksi tanpa
gejala.

• Kurangnya studi longitudinal prospektif yang


menyelidiki insiden infeksi terkait perawatan
kesehatan pada pasien setelah perawatan gigi
Sebagai tim kedokteran gigi:

• Sadar risiko penyebaran mikroorganisme dan


memastikan bahwa prosedur pengendalian
infeksi silang yang efisien sudah berjalan baik

• Mengikuti prosedur standar yang diperlukan


untuk mencegah transmisi mikroorganisme.
• Vaksinasi, kebersihan tangan, perlindungan
diri, desinfeksi instrumen dan protokol
sterilisasi, serta prosedur darurat jika terjadi
kecelakaan yang akan meningkatkan risiko
persilangan -transmisi.

• Setiap pasien  berpotensi menular

• Prosedur ini  menurunkan risiko penularan


mikroorganisme.
• Peraturan pengendalian infeksi silang harus
menjalani pemantauan secara teratur dan
perlu direvisi kapanpun diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai