Anda di halaman 1dari 72

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS AGAMA ISLAM


DAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
(UNISA) TENTANG HIV/AIDS

TEMA :
KEDOKTERAN DASAR

NAMA : MUTIA MUTMAINNAH

NO. REGISTER : 15 777 022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2018
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Daftar isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Singkatan viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Pertanyaan Penelitian 3
D. Tujuan Penelitian 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 3
E. Manfaat Penelitian 4
1. Manfaat Aplikatif 4
2. Manfaat Teoritis 4
3. Manfaat Metodelogis 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Judul : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas
Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang
HIV/AIDS
A. Landasan Teori 6
1. Pengetahuan 6
a. Tingkat Pengetahuan 6
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 7
Lanjutan Daftar Isi

Halaman
c. Pengukuran Pengetahuan 9
2. Mahasiswa 10
a. Definisi Mahasiswa 10
b. Hubungan Mahasiswa dengan HIV/AIDS 10
3. HIV/AIDS 13
a. Definisi 13
b. Epidemiologi 13
c. Etiologi 17
d. Transmisi 18
e. Patomekanisme 19
f. Faktor Risiko 20
g. Gambaran Klinik 21
h. Diagnosis HIV/AIDS 23
i. Penatalaksanaan 25
j. Pengendalian HIV/AIDS 27
B. Kerangka Teori 30
C. Kerangka Konsep 31
D. Definisi Operasional 31
DAFTAR PUSTAKA 34
BAB III. METODOLOGI DAN DESIGN PENELITIAN
A. Metode dan Design Penelitian 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian 38
C. Populasi dan Subjek Penelitian 38
1. Populasi Penelitian 38
2. Subjek Penelitian 38
Lanjutan Daftar Isi

Halaman
D. Kriteria Penelitian 38
1. Kriteria Inklusi 38
2. Kriteria Ekslusi 38
E. Besar Sampel 39
F. Cara Pengambilan Sample 39
G. Alur Penelitian 40
H. Prosedur Penelitian 40
I. Rencana Analisis Data 42
J. Aspek Etik Penelitian 43
BAB IV. LAMPIRAN
A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 44
B. Lampiran 2. Naskah Penjelasan untuk Subyek 46
C. Lampiran 3. Formulir Persetujuan Subyek 49
D. Lampiran 4. Daftar Tim dan Biodata Peneliti 51
E. Lampiran 5. Daftar Alat 54
F. Lampiran 6. Kuesioner Penelitian 55
G. Lampiran 7. Rincian Anggaran dan Sumber Dana 61
H. Lampiran 8. Lampiran Lain-lain 62
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Perjalanan Penyakit pada HIV/AIDS 22
2. Ciri Klinis Infeksi HIV/AIDS 23
3. Besar Sampel Isaac dan Michael 39
4. Dummy Tabel Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS 42
Dummy Tabel Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS
5. 42
Berdasarkan Umur
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Jumlah Kasus HIV di Indonesia sampai Tahun 14
2014
2. Jumlah Kasus AIDS di Indonesia sampai Tahun 14
2014 tiwulan III
3. Jumlah Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut 15
Kelompok Umur Tahun 2010 sampai dengan
September 2014
4. Situasi Kasus HIV/AIDS di Kota Palu Tahun 16
2002-2014
5. Distribusi Kasus HIV/AIDS Menurut Golongan 16
Umur di Kota Palu Tahun 2002-2014
6. Kerangka Teori 30
7. Kerangka Konsep 31
8. Desain Penelitian 37
9. Alur Penelitian 40
DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Kepanjangan

1 HIV Human Immunodeficiency Virus

Aqcuired Immuno Deficiency


2 AIDS Syndrome

Joint United Nations Programme


3 UNAIDS on HIV/AIDS

4 UEA United Arab Emirates

5 HEI Higher Education Institutions

The Ghana Demographic Health


6 GDHS Survey

United Nations Childrem’s


7 UNICEF Emergency Fund

8 WHO World Health Organization

9 KEMENKES Kementrian Kesehatan

10 PUSDATIN Pusat Data dan Informasi

11 DEPKES Departemen Kesehatan

Center for Disease Control and


12 CDC Prevention

13 SIV Simian Immunodeficiency Virus

14 DNA Deoxyribose-Nucleic Acid

Double Stranded Deoxyribose


15 dsDNA Nucleid Acid

16 eDNA
Environmental Deoxyribose
Nucleic Acid

17 RNA Ribose Nucleic Acid

18 KGB Kelenjar Getah Bening

Narkotika, psikotropika, dan zat


19 NAPZA adiktif

20 CMV Cytomegalovirus

Enzyme-linked immunosorbent
21 ELISA assay

22 PCR Polymerase Chain Reaction

23 EBV Epstein-Barr Virus

24 WB Western Blot

25 AZT Azidothymidine

26 ASI Air Susu Ibu

27 CXCR4 Chemokine Receptor Type 4

28 CCR5 Chemokine Receptor Type 4

29 P24 Protein-24

30 Sel Tc Sel sitotoksik

31 P26 Protein-26

32 PCP Phencylidine

33 GP120 Glycoprotein-120

34 WPS Wanita Pekerja Sek

35 LSL Lelaki Seks Lelaki

36 IMS Infeksi Menular Seksual


37 ARV Antiretroviral

38 IDU Injecting Drug User

39 KTM Kartu Tanda Mahasiswa

Statistical Package for the Social


40 SPSS Sciences
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

HIV/AIDS merupakan penyebab kedua utama kematian yang terdapat


di dunia (Paul A. Bourne, 2010). Jumlah kumulatif kasus terbanyak pada
Afrika Selatan dan Afrika Timur sekitar 19,4 juta orang, sementara di Asia
dan Pasifik sekitar 5,1 juta orang. Secara global, jumlah orang yang hidup
dengan HIV/AIDS sekitar 36,7 juta orang hingga tahun 2016 dan sekitar
1,8 juta orang yang baru terinfeksi HIV (UNAIDS, 2017).
Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan
hingga September 2014 sebanyak 150.296 kasus yang tersebar di 361
dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan,2015). Sementara di Kota Palu jumlah
kasus HIV/AIDS sejak tahun 2002 hingga 2014 total penderita HIV/AIDS
adalah 346 orang, dengan 170 orang dinyatakan positif AIDS dan 70
orang di antaranya telah meninggal dunia (Dinas Kesehatan Kota Palu,
2016).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu persentase kasus
HIV/AIDS menurut kelompok umur adalah sebagai berikut:
- 25-29 tahun (27%)
- 20-24 tahun (20%)
- 30-34 tahun (20%)
- 35-39 tahun (15%)
- 40-44 tahun (8%)
- 15-19 tahun (3%)
- 45-49 tahun (3%)
- 0-14 tahun (2%)
2

- > 50 tahun (2%) (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2016).


Berdasarkan persentase kasus HIV/AIDS di Kota Palu menurut
kelompok umur menunjukkan sebagian besar kasus HIV/AIDS terdapat
pada rentang umur antara 20-39 tahun. Kelompok umur tersebut termasuk
dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan termasuk
kelompok umur yang menggunakan Napza (Narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif) suntik (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2016).
Mahasiswa termasuk dalam kelompok usia produktif yang berada
dalam fase perkembangan fisik, mental, hormonal, dan psikologis
sehingga paparan inisiasi seks menyebabkan kelompok usia tersebut
rentan terhadap infeksi HIV (Samia Amin,2017). Penelitian pertama di
National University di Al-Ain tahun 2007 yang dilakukan untuk
memperkirakan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS di kalangan usia
muda khususnya mahasiswa semester awal di UEA menyebutkan sekitar
48% mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang cukup dan 27%
mahasiswa memiliki pengetahuan yang rendah tentang HIV/AIDS
(Ganczak M, 2007; Premadasa G, 2015).

B. Rumusan Masalah

HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang menyerang sistem


kekebalan tubuh. HIV/AIDS menjadi penyebab kedua utama kematian di
dunia. Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat tiap tahun nya.
Sementara di Kota Palu dari tahun 2002 hingga 2014 jumlah kasus
semakin meningkat sebanyak 346 kasus dengan jumlah terbanyak pada
kelompok umur 20-39 tahun dimana kelompok umur tersebut merupakan
kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan menggunakan
Napza. Mahasiswa termasuk dalam kelompok umur usia produktif yang
rentan terinfeksi HIV/AIDS, berdasarkan penelitian sebelumnya
didapatkan sekitar 48% mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang
3

cukup dan 27% mahasiswa memiliki pengetahuan yang rendah tentang


HIV/AIDS sehingga mahasiswa semakin rentan terinfeksi HIV.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini,
adalah : Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama
Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang HIV/AIDS?

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam


dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang penyebab HIV/AIDS?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam
dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang cara penularan HIV/AIDS?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam
dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang faktor risiko HIV/AIDS?
4. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam
dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang gejala HIV/AIDS?
5. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam
dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang pengendapian HIV/AIDS?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama
Islam dan fakultas ekonomi UNISA tentang HIV/AIDS.

2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang
penyebab HIV/AIDS
4

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara


penularan HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang faktor
risiko HIV/AIDS
d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang gejala
HIV/AIDS
e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang
pengendalian HIV/AIDS

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi banyak pihak seperti pemberi pelayanan kesehatan,
keluarga, dan masyarakat. Bagi pemberi pelayanan kesehatan penelitian
ini dapat menjadi acuan dalam menyusun strategi promosi kesehatan
mengenai HIV/AIDS khususnya pada mahasiswa. Bagi keluarga dan
mahasiswa penelitian ini di harapkan memberi wacana bagi keluarga dan
masyarakat tentang tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap HIV/AIDS
sehingga keluarga dan masyarakat dapat mengontrol perilaku mahasiswa
serta memperhatikan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadi nya
HIV/AIDS.

2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data atau masukan bagi
institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan pengetahuan mahasiswa
tentang HIV/AIDS sehingga dapat memberikan bimbingan mengenai
HIV/AIDS.
5

3.Manfaat Metodelogis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan data dasar bagi
peneliti selanjutnya tentang tingkat pengetahuan HIV/AIDS pada
mahasiswa di Kota Palu.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terjadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang terpenting untuk
terbentuk nya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2012).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru di dalam
diri seseorang terjadi proses yang berurutan) yaitu awareness (kesadaran)
dimana orang mengetahui atau menyadari terlebih dahulu terhadap objek,
interest merupakan sikap terhadap subjek yang mulai timbul, evaluation
dimana seseorang mengetahui baik atau tidaknya objek bagi dirinya, trial
dimana subyek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh objek, adaption dimana subjek berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap objek.
Pentingnya pengetahuan merupakan dasar dalam merubah perilaku
sehingga perilaku dapat menetap (Notoatmodjo, 2012).
a. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tingkat pengetahuan terdiri dari 6, yaitu:
7

1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan
kembali objek tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut yang masih memiliki kaitan antara satu dengan yang
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuanuntuk menghubungkan kompenen-
komponen di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat
menyusun formulasi yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.

b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut (Mubarak,2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
8

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula


pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Berdasarkan aspek psikologis dan
mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk
melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekasa dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari
kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam
9

lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan
perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik
akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk
akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula.
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang
mau di ukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar
dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 5 dan jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan
hasilnya prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑺𝑷
𝑵= 𝐱𝟏𝟎𝟎%
𝑺𝑴

Keterangan:

N : Nilai pengetahuan

SP : Skor yang didapat

SM : Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya persentase jawaban yang diinterpretasikan dalam kalimat


kualitatif dengan cara sebagai berikut:

Baik : 76-100 %

Cukup : 56-75 %

Kurang : ≤ 55%
10

2. Mahasiswa

a. Definisi Mahasiswa
Menurut KBBI, mahasiswa merupakan seseorang yang belajar di
perguruan tinggi, di dalam struktur pendidikan Indonesia mahasiswa
memegang status pendidikan tertinggi diantara yang lain. Mahasiswa
merupakan seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk
perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, dan
universitas. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan
pada usia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini digolongkan pada masa remaja
akhir sampai masa dewasa muda dan dilihat dari segi perkembangan,
tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan
pendirian hidup (Hartaji, 2012).

b. Hubungan mahasiswa dengan HIV/AIDS


Menurut (Hurlock, 2014) sesuai karakteristik perkembangan seksual,
mahasiswa umumnya sudah mengembangkan perilaku seksual dalam
bentuk hubungan heteroseksual. Terbentuknya hubungan heteroseksual
pada mahasiswa dipengaruhi oleh tugas perkembangannya yaitu
mahasiswa mulai membentuk hubungan baru dengan lawan jenis,
sedangkan relasi heteroseksual sendiri dapat mendorong dewasa muda
untuk melakukan perilaku seksual. Adapun yang dimaksud perilaku
seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
baik dengan lawan jenis (heteroseksual) maupun dengan sesama jenis
(homoseksual), dimana objek seksualnya bisa serupa yang lain, orang
dalam khayalan, atau diri sendiri (Sarwono,2006).
Sesuai karakteristik perkembangan seksualnya mahasiswa
merupakan salah satu kelompok yang berisiko terkena HIV/AIDS,
sehingga mahasiswa harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai
HIV/AIDS. Akan tetapi, pengetahuan yang baik belum tentu menghasilkan
11

perilaku yang baik pula, tanpa adanya kesadaran dari diri sendiri akan
bahaya nya HIV/AIDS (Setiawati Novi, 2014).
Penelitian lembaga pendidikan tinggi (HEI) di Ethiopia menyatakan
bahwa kelompok umur yang rentan antara 19 sampai 24 tahun. Kelompok
umur ini aktif dalam perilaku seksual sehingga rentan terhadap infeksi
HIV. Pada umumnya, mahasiswa di perguruan tinggi memiliki risiko lebih
tinggi terinfeksi HIV. Studi di Ethiopia menunjukkan bahwa rata-rata 30%
mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan, aktif dalam hubungan
seksual tidak aman (Zekariyas, 2015).
Studi kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan di Ghana menunjukkan
bahwa gaya hidup mahasiswa menempatkan mereka pada risiko tertular
HIV serta tekanan teman sebaya untuk mendapatkan barang mewah,
seperti pakaian mahal, perhiasan, gaya rambut modis, asesoris, dan
makeup, memotivasi wanita muda untuk terlibat dalam hubungan seks
transaksional (Samia Amin,2017). Seks transaksional di Afrika merupakan
hal yang umum di kalangan dewasa muda khususnya mahasiswa yang
diidentifikasi sebagai masalah kritis penularan HIV di Afrika (Samia
Amin,2017).
Awal inisiasi seks, paparan pornografi, serta pengetahuan yang
kurang dilaporkan sebagai masalah utama infeksi HIV. Menurut UNICEF
(2014) menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran,
pengetahuan, dan keterampilan, peningkatan perilaku yang berisiko
khususnya di kalangan muda, serta terbatasnya ketersediaan akses, dan
pengendalian terhadap infeksi HIV. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa pengetahuan dan sikap mahasiswa masih kurang mengenai
pengetahuan tentang penularan HIV serta sikap yang tidak toleran
terhadap penderita HIV/AIDS (Dalia, 2016; Samia Amin,2017).
Menurut Survei Kesehatan Demografi Ghana (GDHS, 2008) 98%
wanita dan 99% pria mengetahui HIV/AIDS di Ghana. Namun, belum
termasuk ke dalam pengetahuan komprehensif dan perilaku seksual yang
aman karena hanya 25% wanita dan 33% pria berusia 15-24 tahun
12

memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Hal ini memiliki


implikasi kesehatan untuk penyebaran formulasi pencegahan dan
kebijakan pencegahan HIV/AIDS (Samia Amin,2017).
Penelitian di UEA menunjukkan bahwa 48% mahasiswa memiliki
pengetahuan yang cukup, serta 27% mahasiswa memiliki pengetahuan
yang kurang terhadap HIV/AIDS. Hal ini disebabkan oleh
kesalahpahaman cara penularan HIV/AIDS serta pengetahuan
keseluruhan tentang HIV/AIDS. Kesalahpahaman tentang cara penularan
HIV/AIDS seperti penularan dari toilet umum, gigitan nyamuk, atau
menyentuh penderita dengan HIV/AIDS. Kesalahpahaman ini juga
dikaitkan dengan perbedaan keyakinan, budaya, agama, pendidikan yang
memiliki dampak terhadap pengetahuan dan sikap terhadap penderita HIV
(Ganczak M, 2007; Premadasa G, 2015).
Pengetahuan yang kurang mengenai HIV/AIDS akan memberikan
dampak yang besar terutama kelompok usia reproduktif dan populasi
orang dewasa sehingga merusak sosial dan struktur ekonomi di negara-
negara berkembang (Celentano, 2008 dikutip oleh Zekariyas, 2015).
Dampak HIV / AIDS telah menimbulkan banyak kekhawatiran diantara
para pembuat kebijakan karena hal tersebut dapat mengancam
pengikisan sosio-ekonomi melalui peningkatan kasus HIV/AIDS yang
terjadi pada kelompok usia produktif.
Meskipun kasus HIV/AIDS dapat menyerang kelompok usia berapa
pun, namun populasi dewasa muda lebih rentan terhadap infeksi
HIV/AIDS. Kelompok usia dewasa muda, khususnya mahasiswa berada
dalam fase perkembangan fisik, mental, hormonal, dan psikologis
sehingga paparan inisiasi seks menyebabkan kelompok usia tersebut
rentan terhadap infeksi HIV. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
terinfeksi HIV antara lain kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS,
kurangnya pendidikan yang layak, akses dan fasilitas layanan kesehatan
yang kurang, serta perilaku seskual dini (Samia Amin,2017).
13

3. HIV/AIDS

a. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu virus yang
menyebabkan AIDS dan dapat merusak sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi dalam melawan penyakit. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul apabila sistem
kekebalan tubuh seseorang di rusak oleh virus HIV sehingga
menyebabkan seseorang rentan terhadap suatu penyakit (AIDS, 2014).
Virus HIV ditularkan dari satu orang ke orang lain nya melalui darah,
hubungan seksual dan infeksi dari ibu hamil ke bayi nya selama
kehamilan dan dari ASI pada saat menyusui (Kayombo EJ, 2013).

b. Epidemiologi
HIV/AIDS merupakan penyebab kedua utama kematian yang terdapat
di dunia (Paul A. Bourne, 2010). Jumlah kumulatif kasus terbanyak pada
Afrika Selatan dan Afrika Timur sekitar 19,4 juta orang, sementara di Asia
dan Pasifik sekitar 5,1 juta orang dengan HIV/AIDS. Secara global, jumlah
orang yang hidup dengan HIV/AIDS sekitar 36,7 juta orang hingga tahun
2016 dan sekitar 1,8 juta orang yang baru terinfeksi HIV (UNAIDS, 2017).
HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987.
Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di
seluruh provinsi di Indonesia (Pusdatin Kemenkes, 2015). Data terakhir
sepanjang 1 Januari hingga 30 September 2014 jumlah orang dengan HIV
sebanyak 22.869 orang, 1.876 orang di antaranya AIDS.
14

JUMLAH KASUS HIV DI INDONESIA


SAMPAI 2014 TRIWULAN III

29037

22869
21591 21031 21511

10362 9793
7195 6048

859
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
tw3

Gambar 1. Jumlah kasus HIV di Indenesia sampai tahun 2014

Sumber: Pusdatin Kemenkes, 2015

JUMLAH KASUS AIDS DI INDONESIA SAMPAI


2014 TRIWULAN III

8747
7312
6907
6073 6266
5184 5114
4655
3665

1876

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
tw3

Gambar 2. Jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai tahun 2014 triwulan


III

Sumber: Pusdatin Kemenkes, 2015


15

Jumlah kumulatif dari 1 April 1987 hingga 30 September 2014 adalah


HIV 150.296 orang dan AIDS 55799 orang. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut golongan umur terbanyak di usia 20-39 tahun dengan 34.242
kasus, sementara jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor
resikonya dibagi menjadi heteroseksual (34.305 kasus), homoseksual-
biseksual (1.366 kasus), IDU (Injecting Drug User) (8.462 kasus), transfusi
darah (130 kasus), transfusi perinatal (1.506 kasus), dan tidak diketahui
(9.536 kasus) (Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2015)

Jumlah Infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok


umur tahun 2010 sampai dengan September 2014
25000

20000

15000

10000

5000

0
2010 2011 2012 2013 2014

<4 tahun 5-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-49 tahun >50 tahun

Gambar 3. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur


Tahun 2010 sampai dengan September 2014

Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes, 2014

Jumlah kasus HIV/AIDS di wilayah Kota Palu dari tahun ke tahun


semakin menunjukkan tren peningkatan. Sejak tahun 2002 hingga 2014
total penderita HIV/AIDS di Kota Palu adalah 346 orang, dengan 170
16

orang dinyatakan positif AIDS dan 70 orang di antaranya telah meninggal


dunia dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 20-39 tahun.

Gambar 4. Situasi kasus HIV/AIDS di Kota Palu Tahun 2002-2014

Sumber: Dinkes Kota Palu, 2015

Gambar 5. Distribusi kasus HIV/AIDS menurut golongan umur di Kota


Palu tahun 2002-2014

Sumber: Dinkes Kota Palu, 2015


17

c. Etiologi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu retrovirus yang
menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit T CD4 dan
destruksi progresif dari sel-sel terebut. Suatu partikel infeksius HIV terdiri
dari dua rantai RNA di dalam suatu inti protein yang dikelilingi oleh amplop
lipid yang didapatkan dari sel-sel inang yang terinfeksi namun berisi
protein virus. RNA virus menyandi protein structural, berbagai enzim, dan
protein yang meregulasi transkripsi gen virus dan siklus hidup virus.
HIV menginfeksi sel melalui glikoprotein amplop utamanya yaitu gp120
yang berikatan dengan CD4 dan reseptor kemokin khusus (terutama
CXCR4 dan CCR5) pada sel manusia. Sel yang terinfeksi oleh HIV
adalah limfosit T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Membrane virus
bergabung dengan membrane sel inang setelah berikatan dengan
reseptor seluler dan memasuki sitoplasma pada sel. Virus melepas
selubungnya dengan menggunakan protease virus dan RNA virus
dilepaskan. Salinan DNA dan RNA virus disintesis oleh enzim reverse
transcriptase dan bergabung ke dalam DNA sel inang melalui kerja enzim
integrase membentuk provirus.
Bila sel T, makrofag, atau sel dendritik yang terinfeksi diaktivasi oleh
stimulus ekstrinsik, sel-sel akan memberikan respon dengan melakukan
transkripsi banyak gen-gen mereka sendiri dan seringkali dengan
memproduksi sitokin. Aktivasi ini dapat mengaktivasi provirus sehingga
mengakibatkan produksi RNA dan protein virus. Virus kemudian
membentuk struktur inti yang bermigrasi ke membrane sel dan
melepaskan suatu partikel virus yang terinfeksi dan menginfeksi sel lain
nya (Abbas, 2016).
18

d. Transmisi HIV/AIDS
HIV termasuk dalam jenis blood-borne. Virus ini dapat ditransmisikan
melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi baik melalui anal maupun
vaginal, transfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik
yang terkontaminasi, dan antara ibu ke janinnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun menyusui (WHO,2016; Bennet NJ, 2016). Transmisi
HIV melalui obat injeksi tidak harus secara intravena melainkan juga bisa
melalui intramuscular maupun subkutan. Penyebaran melalui penggunaan
jarum suntik secara bergantian terutama pada pengguna narkoba
berperan besar bagi peningkatan angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia
(Fauci AS, 2015).
Penularan HIV dari ibu ke janin yang dikandungnya dapat terjadi
selama trimester pertama atau pun kedua. Hal ini diketahui melalui
analisis virologi pada janin yang mengalami abortus. Meskipun begitu
kebanyakan penularan terjadi pada masa perinatal. Sekitar 20-30% terjadi
sebelum kelahiran, 50-65% selama persalinan, dan 12-20% selama
menyusui.
Jika tidak dilakukan terapi profilaksis dengan menggunakan
antiretroviral pada ibu selama kehamilan, persalinan dan menyusui, serta
profilaksis pada janin sesaat setelah persalinan, transmisi HIV bervariasi
dari 15-25% pada negara maju serta 25-35% pada negara berkembang.
Semakin tinggi viral load, kemungkinan terjadi transmisi lebih besar.
Virus HIV tidak dapat menginfeksi seseorang melalui kontak biasa
seperti berciuman, memeluk, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi
seperti makanan dan air (WHO,2016). Meskipun HIV dapat diisolasi dari
saliva pada sebagian individu yang terinfeksi, masih belum ada bukti yang
meyakinkan yang menyatakan bahwa saliva dapat mentransmisikan HIV,
baik melalui ciuman maupun eksposur lainnya. Saliva berisi berbagai
antiviral endogen seperti IgA, IgM dan IgG spesifik HIV, yang dapat
terdeteksi pada sekresi saliva individu yang terinfeksi. Sementara itu,
19

masih belum ada bukti bahwa HIV dapat ditransmisikan melalui eksposur
keringat, air mata, atau urin (Fauci AS,2015).

e. Patomekanisme
Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di
mukosa rectum atau mukosa vagina yang kemudian bergerak dan
bereplikasi di KGB setempat. Virus kemudian disebarkan melalui viremia
yang disertai dengan sindrom dini akut berupa panas, mialgia, dan
artralgia. Pejamu memberikan respons seperti terhadap infeksi virus
umumnya. Virus menginfeksi sel CD4+, makrofag dan sel dendritik dalam
darah dan organ limfoid (Karnen G.B, 2014). Limfosit CD4+ merupakan
target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap
molekul permukaan CD4+. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan
fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan
gangguan respons imun yang progresif (Zubairi Djoerban, 2015).
Antigen virus nukleokapsid p24 dapat ditemukan dalam darah plasma
fase ini. Fase ini kemudian dikontrol sel T CD8 + dan antibodi dalam
sirkulasi terhadap p42 dan protein envelop gp120 dan gp41. Efikasi sel Tc
dalam mengontrol virus terlihat dari menurunnya kadar virus. Respons
imun tersebut menghancurkan HIV dalam KGB yang merupakan reservoir
utama HIV selama fase selanjutnya dan fase laten. Virus dibawa oleh
antigen-presenting cells ke KGB regional. Pada model ini, virus dideteksi
pada KGB dalam 5 hari setelah inokulasi. Sel individual di KGB yang
mengekpresikan Simian Immunodeficiency Virus (SIV) dapat dideteksi
dengan hibridisasi in situ dalam 7 sampai 14 hari setelah inokulasi.
Viremia SIV dideteksi 7-21 hari setelah infeksi. Puncak jumlah sel yang
mengekspresikan SIV di KGB berhubungan dengan puncak antigenemia
p26 SIV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan limfoid
kemudian menurun secara cepat dan dihubungkan sementara dengan
pembentukan respons imun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya
20

viremia adalah peningkatan sel limfosit CD8+. Walaupun demikian tidak


dapat dikatakan bahwa respons sel limfosit CD8+ menyebabkan kontrol
optimal terhadap replikasi HIV. Replikasi HIV berada pada keadaan
“steady-state” beberapa bulan setelah infeksi. Kondisi ini bertahan relative
stabil selama beberapa tahun, namun lamanya sangat bervariasi. Faktor
yang mempengaruhi tingkat replikasi HIV tersebut, dengan demikian juga
perjalanan kekebalan tubuh pejamu, adalah heterogenitas kapasitas
replikatif virus dan heterogenitas intrinsik pejamu. (Karnen G.B, 2014;
Zubairi Djoerban, 2015).
Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi,
namun secara umum dapat didteksi pertama kali setelah replikasi virus
telah menurun dampai pertama kali setelah replikasi virus telah menurun
sampai di level “steady-state”. Walaupun antibody ini umumnya memiliki
aktivitas netralisasi yang kuat melawan infeksi virus, namun ternyata tidak
dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari netralisasi oleh
antibodi dengan melakukan adaptasi pada amplopnya, termasuk
kemampuannya mengubah situs glikolisasinya, akibatnya konfigutasi 3
dimensinya berubah sehingga netralisasi yang diperantarai antibody tidak
dapat terjadi (Zubairi Djoerban, 2015)

f. Faktor Risiko
Faktor risiko HIV/AIDS menurut (WHO, 2016) antara lain hubungan
seks pada anal dan vagina tanpa menggunakan kondom; infeksi menular
seksual seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan vaginosis bakteri;
kontaminasi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya serta menerima
suntikan dari penderita HIV/AIDS,transfusi darah, transplantasi jaringan,
dan prosedur medis yang melibatkan pembedahan.
21

g. Gambaran klinik
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Gejala
utama berupa sakit kepala, sakit tenggorok, panas, ruam, dan malaise
yang terjadi sekitar 2-6 minggu setelah infeksi, tetapi dapat terjadi antara 5
hari dan 3 bulan (Karnen G.B, 2014). Beberapa minggu pertama setelah
infeksi awal, individu mungkin akan mengalami gejala atau penyakit
influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam atau sakit tenggorokan
(WHO, 2016).
Gejala klinis lainnya dapat berupa pembesaran pada kelenjar limfa,
neurologis (nyeri kepala, nyeri belakang mata, fotofobia, meningitis,
ensefalitis) dan saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut).
Gambaran klinis dan manifestasi patologik AIDS disebabkan primer oleh
peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan beberapa jenis kanker.
Penderita sering di infeksi mikroba intraseluler seperti virus (CMV),
P.Karini,mikobakteri atipik yang paa keadaan normal dapat ditanggulangi
oleh sistem imun selular (Karnen G.B,2014).
Gambaran klinik berdasarkan fase, antara lain:
- Sindrom HIV akut. Setelah terjadi infeksi HIV, pasien mengalami
demam dan malaise sebagai respon infeksi akut ringan dan
berhubungan dengan viremia awal. Setelah periode ini keluhan
tersebut akan hilang dan memasuki suatu periode klinis laten.
- Laten. Terjadi penurunan sel TCD4 di dalam jaringan limfoid yang
progresif dan kerusakan jarngan limfoid tersebut. Kemudian jumlah
CD4 dalam darah < 200 sel/mm3(kadar normal sekitar 1500 sel/mm3)
sehingga pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan terdiagnosis
mengalami AIDS.
- AIDS klinis. Periode ini terjadi karena kerentanan terhadap infeksi dan
beberapa kanker sebagai akibat dari defisiensi imun. Pasien yang tidak
di berikan obat anti retroviral lebih rentan terkena infeksi oleh mikroba
intraseluler seperti virus, jamur patogen, pneumocystis jiroveci, dan
22

mikrobakteria nontuberkulosa yang secara normal dapat di lawan oleh


imunitas yang di mediasi oleh sel T (Abbas AK, 2016).
Pada orang dengan defisiensi imun akan lebih rentan mengalami
infeksi oportunistik seperti infeksi sitomegalovirus yang banyak didapatkan
pada infeksi opurtunistik. Pasien AIDS mengalami peningkatan risiko
terhadap infeksi oleh bakteri ekstraseluler yang disebabkan oleh respon
antibodi yang tergantung pada sel T helper terhadap antigen bakteri
terganggu. Pasien juga menjadi lebih rentan terhadap kanker yang
disebabkan oleh virus onkogenik. Kanker yang paling banyak mengenai
infeksi opurtunistik yaitu limfoma sel B yang disebabkan oleh virus
Epstein-Barr, dan sarkoma kaposi yang disebabkan oleh herpes virus
pada pembuluh darah kecil. Pada pasien stadium lanjut, pasien seringkali
menderita sindrom wasting yang ditandai dengan penurunan berat badan
yang nyata akibat perubahan metabolisme dan penurunan asupan kalori.
Beberapa pasien AIDS juga dapat mengalami demensia akibat infeksi
makrofag (sel mikroglia) di dalam otak.

Tabel 1. Perjalanan penyakit pada HIV/AIDS

Perjalanan penyakit pada HIV/AIDS


1. Transmisi virus
2. Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut) 2-6 minggu
3. Serokonversi
4. Infeksi kronik asimptomatik (5-10 hari)
5. Infeksi kronik simptomatik
6. AIDS (CD4 < 200/mm3), infeksi oportunistik
7. Infeksi HIV lanjut (CD4 < 50/mm3)

Sumber: Karnen G.B , 2014


23

Tabel 2. Ciri klinis infeksi HIV/AIDS

Fase Penyakit Ciri Klinis


Demam, sakit kepala, sakit tenggorok dengan
Periode HIV akut
faringitis, limfadenopati umum, ruam
Periode klinis
Jumlah sel CD4 menurun
laten AIDS
Infeksi oportunistik
Protozoa (T. Kriptosporidium)
Bakteri (M. Avium, nokardia, salmonela)
Jamur (Kandida, K.neoformans, H. Kapsulatum,
pneumocystis)
Virus (CMV, herpes simpleks, varicella zoster)
Tumor
Limfoma (EBV-limfoma yang berhubungan dengan
sel B)
Sarkoma Kaposi
Ensefalopati
Wasting Syndrome

Sumber: Karnen G.B, 2014

h. Diagnosis HIV/AIDS
Tes untuk HIV/AIDS merupakan tes serologic untuk deteksi antibodi
terhadap HIV maupun keberadaan virus. Deteksi adanya virus HIV
dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen dan deteksi
materi genetic dalam darah pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan di
Indonesia merupakan pemeriksaan antibodi HIV yaitu dengan teknik
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Teknik pemeriksaan
24

antibody lainnya dapat berupa teknik aglutinasi atau dot-blot


immunobinding assay.
Dalam perkembangan HIV, terdapat window period, yang mana
antibodi terhadap HIV belum terdeteksi meski sudah terjadi infeksi HIV.
Antibodi dapat mulai terbentuk dalam 4-8 minggu setelah infeksi. Jika
seseorang memiliki resiko infeksi yang tinggi menunjukan hasil negatif,
terutama dalam jangka waktu tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan
ulangan 3 bulan kemudian.
Berdasarkan tujuan dari pemeriksaan serta keadaan pasien, WHO
merekomendasikan 3 strategi pemeriksaan antibodi terhadap HIV.
Strategi I hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan. Jika hasilnya reaktif,
dianggap sebagai kasus infeksi HIV sedangkan jika negative dianggap
tidak terinfeksi HIV. Reagen yang digunakan untuk pemeriksaan pada
strategi ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi >99%. Strategi ini dapat
diterapkan untuk keamanan transfuse dan transplantasi serta surveillance
pada prevalensi HIV >10%. Sedangkan untuk keperluan diagnosis,
strategi I diterapkan pada pasien yang sudah menunjukan gejala infeksi
HIV.
Strategi II diterapkan pada pasien tanpa gejala dengan prevalensi HIV
10-30% serta untuk kepentingan surveillance dengan prevalensi HIV
≤10%. Strategi ini menggunakan 2 kali pemeriksaan jika serum pada
pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif. Sedangkan jika pada
pemeriksaan pertama hasilnya non reaktif, dilaporkan sebagai hasil tes
HIV negatif.
Pemeriksaan kedua dilakukan dengan reagen yang lebih spesifik serta
berbeda jenis antigen atau tekniknya daripada pemeriksaan pertama. Jika
hasil pemeriksaan kedua reaktif, dapat disimpulkan bahwa itu adalah
kasus infeksi HIV. Namun, jika hasilnya non reaktif, pemeriksaan harus
diulang dengan kedua metode. Hasil dapat dilaporkan sebagai
indeterminate jika kedua hasil pemeriksaannya tetap berbeda.
25

Strategi III menggunakan 3 kali pemeriksaan. Pasien disimpulkan


mengalami infeksi HIV apabila pada ketiga pemeriksaan hasilnya reaktif.
Jika ada hasil yang non reaktif, pasien dengan riwayat pemaparan
terhadap HIV atau beresiko tinggi tertular HIV, disimpulkan sebagai
equivocal atau indeterminate. Sedangkan jika tidak ada riwayat atau
resiko tersebut, dilaporkan sebagai non-reaktif. Pada strategi ini,
pemeriksaan ketiga dipakai reagensia yang berbeda asal antigen atau
teknikna serta spesifisitas yang lebih baik.
Jika pemeriksaan penyaring menyatakan hasil reaktif, dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan konfirmasi dengan western blot (WB) (Zubairi
Djoerban,2015).

i. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita dengan gangguan dari defisiensi imun adalah
dengan menggunakan antibiotic/antiviral yang tepat. Tujuan pengobatan
penderita yang mengalami defisiensi imun yaitu mengurangi kerentanan
terhadap infeksi penyakit opurtunisik dengan menjauhi subyek dari
penyakt menular, memantau penderitaterhadap infeksi, menggunakan
antibiotik/antiviral, imunisasi aktif atau pasif dan memperbaiki defektif dari
kompenen sistem imun dengan transfer pasif atau transplantasi.

1. Medikasi
Siklus hidup HIV menunjukkan beberapa titik rentan yang dapat
dicegah dengan obat antiviral. Terdapat dua jenis obat antivirus yang
dapat mengobati infeksi HIV dan AIDS. Analog nukleotide mencegah
aktivitas reverse transcriptase seperti timidine-AZT, dideoksinosin dan
dideoksistidin yang dapat mengurangi kadar RNA virus HIV dalam
plasma. Obat-obat tersebut biasanya menghentikan progres penyakit
yang disebabkan oleh timbulnya bentuk mutasi reverse transkiptase yang
resisten terhadap obat (Karnen G.B, 2014).
26

Terapi dewasa menggunakan kombinasi tiga obat yang terdiri atas


protease inhibitor dengan 2 inhibitor reverse transkiptase yang terpisah.
Hal tersebut digunakan untuk menurunkan kadar RNA virus dalam plasma
menjadi sangat rendah untuk lebih dari satu tahun. Kombinasi obat-
obatan yang dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase
diberikan sejak awal perjalanan infeksi. Pendekatan terapi ini disebut
antiretroviral treatment atau kombinasi terapi antiretroviral. Terapi ini dapat
mengubah perjalanan penyakit infeksi HIV, seperti infeksi opurtunistik
(contohnya pneumocystis) dan beberapa tumor (sarkoma kaposi, limfoma
yang disebabkan oleh EBV) yang saat ini jarang ditemui. Meskipun
demikian, obat yang diberikan tidak secara tuntas dapat mengeradikasi
infeksi HIV. Virus dapat melakukan mutasi pada gennya sehingga dapat
menyebabkan resistensi terhadap penggunaan obat yang berakibat
reservoir virus laten tidak bisa dieradikasi oleh obat-obatan tersebut.
Misalnya, resitensi terhadap zidovudin (atau azidotimidin) dapat terjadi
setelah pemberiaan beberapa bulan. Resistensi terhaap zidovudin,
diperlukan tiga sampai empat mutasi dalam reverse trancriptase tetapi
hanya satu mutasi yang dapat menimbulkan resistensi terhadap inhibitor
protease. (Karnen G.B; 2014, Abbas AK; 2016)

2. Terapi potensial
AIDS disebabkan oleh berbagai jenis virus retrovirus HIV yang
tergolong virus lenti karena proses perjalanan penyakit yang termasuk
lambat. Virus merupakan virus RNA yang memiliki enzim reverse
transcriptase yang diperlukan untuk sintesis dsDNA spesifik dari genom
viral RNA. DNA baru diintegrasikan dalam genom sel terinfeksi dan
banyak yang tetap laten dalam sel. Bila diaktifkan, DNA digunakan
sebagai templat RNA untuk produksi virus.virus dilepas dipermukaan sel
dan envelop virus dibentuk dari membran sel pejamu, diubah oleh insersi
glikoprotein virus. obat dengan aktivtas anti HIV mencegah virus masuk,
mencegah tahap reverse transcription RNA ke eDNA atau mencegah
27

prekursor protein virus membelah diri dalam protein yang diperlukan untuk
membrntuk virion baru dan melengkapi pematangannya pada virus
infeksius. Reverse trancriptase dapat divgah tidak hanya dengan analog
nukleoside tetapi juga oleh analog nukleotide dan bahan non-nukleoside
(Karnen G.B, 2014).

3). Vaksinasi
Pengembangan vaksin dibutuhkan untuk mengontrol infeksi HIV
diseluruh dunia. Pendekatan terbaru melibatkan kombinasi imunisasi
DNA dan rekombinasi virus pox yang menyandi beberapa protein HIV
yang berbeda.

j. Pengendalian HIV/AIDS
Penanggulangan merupakan suatu upaya yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, diagnosis, kuratif, dan rehabilitatif untuk menurunkan
angka kesakitan, angka kematian, membatasi penularan, serta
penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. Infeksi menular
seksual ditularkan melalui hubungan seksual secara vagina, anal/anus,
dan oral/mulut.
Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS meliputi promosi kesehatan yang
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan benar dan komprehensif
mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta
diskriminasi. Promosi kesehatan diberikan dalam bentuk advokasi, bina
suasana pemberdayaan, kemitraan dan peran serta masyarakat serta
kondisi sosial budaya serta di dukung kebijakan publik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan terlatih. Sasaran
promosi kesehatan meliputi pembuat kebijakan, sektor swasta, organisasi
kemasyarakatan dan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud merupakan
populasi sasaran misalnya yang menjadi sasaran program dan populasi
28

kunci yang meliputi pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS)
secara langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS,
gay, waria, laki pelanggan/pasangan seks dengan sesama lelaki (LSL),
wanita binaan lapas/rutan. Promosi kesehatan yang terintegrasi pada
pelayanan kesehatan meliputi kesahatan peduli remaja, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, pemeriksaan asuhan antenatal,
infeksi menular seksual, rehabilitasi napza, dan tuberkulosis.
Penanggulangan HIV/AIDS yang lain yaitu pencegahan yang dapat
dicapai secara efektif dengan cara menerapkan pola hidup aman dan
tidak berisiko seperti pencegahan penularan HIV melalui hubungan
seksual, pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual, dan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya.
Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan
melalui upaya tidak melakukan hubungan seksual (Abstinensia), setia
dengan pasangan, menggunkana kondom secara konsiten, menghindari
penyalahgunaan obat/zat adiktif, meningkatkan kemampuan pencegahan
melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin, melakukan
pencegahan lain anatara lain melalui sirkumsisi. Pencegahan penularan
HIV melalui hubungan non seksual meliputi uji saring darah pendonor,
pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang
melukai tubuh, dan penggunaan dampak buruk pada pengguna napza
suntik. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya meliputi
pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif,
pencegahan kehamilan yang tidak direnanakan pada perempuan dengan
HIV. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya, dan pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu degan HIV beserta anak dan keluarganya. Ibu hamil dengan
HIV dan AIDS serta keluarganya harus diberikan konseling menganai
pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara persalinan, pilihan pemberian
ASI ekslusif kepada bayi hingga usia enam bulan atau pemberian susu
formula yang dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman,
29

pemberian susu formula dan makanan tambahan kepada bayi setelah


usia enam bulan, pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksasol pada
anak, dan pemberian HIV pada anak.
Pengobatan HIV/AIDS bertujuan untuk mengurangi risiko penularan
HIV, menghambat perburukan infeksi opurtunistik dan meningkatkan
kualitas hidup pengidap HIV/AIDS. Pengobatan HIV/AIDS dilakukan
bersamaan dengan penapisan dan terapi infeksi opurtunistik, pemberian
kondom dan konseling. Pengobatan HIV/AIDS bertujuan untuk
menurunkan sampai tidak terdeteksi jumlah virus (viral load) HIV dalam
darah dengan menggunakan kombinasi obat ARV. Pengobatan HIV/AIDS
dilakukan dengan cara terapeutik, profilaksis dan penunjang. Pengobatan
terapeutik meliputi pengobatan ARV, pengobatan IMS, dan pengobatan
infeksi opurtunistik. Pengobatan profilaksis meliputi pemberian ARV pasca
pajanan dan kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis. Pengobatan
penunjang meliputi suportif, adjuvant, dan perbaikan gizi. Pengobatan
ARV diindikasikan bagi penderita HIV yang telah menunjukkan stadium
klinis 3 maupun 4 atau jumlah sel limfosit T CD4 kurang dari atau sama
dengan 350 sel/mm3, ibu hamil dengan HIV, dan penderita HIV dengan
tuberkulosis.
Perawatan dan dukungan HIV/AIDS dilakukan secara holistik dan
komprehensif dengan pendekatan biopsikososiospiritual yang meliputi
tatalaksana gejala, tatalaksana perawatan akut, tatalaksana penyakit
kronis, pendidikan kesehatan, pencegahan komplikasi dan infeksi
opurtunistik, perawatan paliatif, dukungan psikologis kesehatan mental,
dukungan sosial ekonomi dan pemberdayaan masyarakat untuk membina
kelompok-kelompok dukungan, serta evaluasi dan pelaporan hasil.
Rehabilitasi pada kegiatan penanggulangan HIV/AIDS ditujukan untuk
mengembalikan kualitas hidup untuk mejadi produktif secara ekonmis dan
sosial dimana rehabilitas dilakukan terhadap setiap pla transmisi
penularan HIV pada populasi kunci terutama pekerja seks dan pengguna
napza suntik (Permenkes, 2013)
30

B. Kerangka Teori

Gambar 6. Kerangka Teori


31

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam


penelitian ini maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

Baik

Cukup
Tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang
HIV/AIDS
Kurang

Gambar 7. Kerangka Konsep

D. Definisi Operasional

1. Pengetahuan mahasiswa tentang HIV/AIDS adalah kemampuan


mahasiswa menjawab kuesioner tentang penyebab, cara penularan,
faktor risiko, gejala, dan pengendalian HIV/AIDS, kriteria objektifnya
adalah:
a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor (76-100%)

b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor (56-75%)

c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor (<56%)

2. Prosedur penyusunan kuesioner tingkat pengetahuan HIV/AIDS pada


penelitian ini, telah melalui beberapa tahap untuk memastikan validitas
dan kelayakan kuesioner ini sebagai alat pengambilan data dalam
32

penelitian. Tahap prosedur penyusunan kuesioner ini adalah sebagai


berikut :

a. Melakukan dikusi bersama pembimbing proposal, kemudian


mengumpulkan beberapa kuesioner tingkat pengetahuan HIV/AIDS
yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya dengan
pembahasan yang sama.

b. Melakukan seleksi pada kuesioner yang telah dikumpulkan, dengan


tujuan untuk memilih beberapa kuesioner dengan mempertimbangkan
penggunaan kata maupun kalimat yang mudah dimengerti,
kelengkapan penilaian kuesioner dan penjelasan interpretasi kuesioner.

c. Diskusi bersama beberapa orang yang memiliki keahlian dalam bidang


bahasa Inggris, untuk menerjemahkan kuesioner terpilih kedalam
bahasa Indonesia tanpa merubah maksud dan tujuan dari setiap
pernyataan dalam kuesioner.

d. Diskusi kembali dengan pembimbing proposal mengenai hasil


terjemahan kuesioner kedalam bahasa Indonesia, yang kemudian
dilanjutkan dengan memilih satu kuesioner yang akan diuji cobakan
pada beberapa mahasiswa secara random yang bukan termasuk
mahasiswa yang menjadi populasi maupun subjek penelitian.

e. Melakukan uji coba kuesioner yang disertai dengan lembar komentar


(untuk saran maupun kritik mengenai kuesioner) pada beberapa
mahasiswa yang dipilih secara random. Uji coba ini diawali dengan
penjelasan mengenai kuesioner kepada responden uji coba, kemudian
diakhiri dengan tanda tangan persetujuan kesediaan untuk mengisi dan
memberi komentar pada lembar kuesioner uji oba ini.

f. Diskusi kembali bersama pembimbing proposal mengenai komentar


kuesioner dari responden uji coba. Kemudian dilanjutkan dengan
perbaikan pada beberapa pernyataan dalam kuesioner.
33

g. Uji coba kembali kuesioner tingkat pengetahuan HIV/AIDS yang telah


diperbaiki pada responden uji coba.

h. Diskusi bersama pembimbing dan penyusunan kuesioner tingkat


pengetahuan HIV/AIDS yang akan dijadikan sebagai alat ukur tingkat
pengetahuan HIV/AIDS untuk penelitian ini berdasarkan perbaikan
dalam tahapan uji coba yang dilakukan.

3. Data demografi dalam penelitian ini berisi identitas subjek penelitian


yang telah menyetujui untuk ikut dalam penelitian ini. Identitas yang
diminta terdiri dari jenis kelamin, usia, fakultas, semester dan tempat
tinggal. Data demografi ini akan ditanyakan dan ditulis oleh peneliti
yang kerahasiaannya akan dijaga oleh peneliti. Tujuan data demografi
ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam menyampaikan informasi
kepada subjek penelitian.
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2012. Jakarta:


Rineke Cipta
2. Mubarok. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses belajar
Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu
3. Hartaji D.A. 2012. Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah
dengan jurusan pilhan orang tua. Skripsi strata satu, Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
4. Hurlock E.B. 2014. Psikologi perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan. (diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan
Soedjarwo). Jakarta: Erlangga
5. Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
6. Sahile Z, Mekuria M, Yared A. Comprehensive HIV/AIDS knowledge
and sexual behavior among university students in Ambo, Central
Ethiopia: Implication to improve intervention. Journal of Sexually
Transmitted Disease; 2015. http://dx.doi.org/10.1155/2015/890202
diakses pada tanggal 07 Februari 2017
7. Amin S, Awang Z. HIV/AIDS Knowledge Level Among Undergraduate
Health Science Students in A Private University, Malaysia. Malaysian
Journal of Medical Research; 2017
8. Bourne P.A, South-Bourne.N, Francis C.G. Knowledge, attitude, and
practices of adults of the reproductive years on reproductive health
matters with emphasis on HIV infected people in Caribbean society.
Caribbean; Agustus 2010.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3339063 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
9. The Joint United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Fact
Sheet. London: Juli 2017
35

10. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Situasi dan Analisis
HIV AIDS. Jakarta: 2015
11. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2015.
Palu; 2016
12. Badan Pusat Statistik Kota Palu. Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut
Kecamatan Di Kota Palu. 2015.
https://palukota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/429 diakses pada
tanggal 10 Februari 2017
13. Ganczak M, et al. Break the silence: HIV/AIDS knowledge, attitudes,
and educational needs among Arab university students in United Arab
Emirates. J Adolesc Health; 2007
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17531765 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
14. Premadasa G, et al. Knowledge of and attitudes towards HIV/AIDS: a
survey among dental students in Ajman, UAE. J Investig Clin Dent;
2015. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/24357612 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
15. Haroun D, et al. 2016. Assesing knowledge of, and attitudes to,
HIV/AIDS among university Students in the United Arab States. United
Stated Arab; 2016.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4767799 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
16. Direktorat Jendral Pencegahan & Pengendalian Penyakit Kemenkes RI.
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: 2014.
17. Aids.gov. What’s HIV/AIDS. 2016. https://www.aids.gov/hiv-aids-
basics/hiv-aids-101/what-is-hiv-aids/ diakses pada tanggal 2 Februari
2017.
18. Kayombo E.J. Indigenous knowledge and HIV/AIDS prevention and
management in local communities in Africa South of the Sahara. East
Africa; 2013. http://dx.doi.org/10.4172/2153-2345.1000204 diakses
pada tanggal 10 Februari 2017
36

19. Abbas A.K, Lichtman A.H, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun. Edisi 5. Singapura: P.267-75. 2016
20. World Health Organization. Fact Sheet HIV/AIDS. November 2016.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/ diakses pada
tanggal 10 Februari 2017.
21. Bennet NJ. HIV Disease. 2016.
http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview diakses pada
tanggal 10 Februari 2017.
22. Fauci AS, Lane HC. Harrison’s Princeples of Internal Medicine: Human
Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorder. Edisi 19.
New York: McGraw Hill; 2015 Hal. 1215-1285.
23. Baratawidjaja K.G, Rengganis I. Imunologi dasar. Edisi 11. Jakarta:
P.449-62. 2014.
24. Djoerban Z, Djauzi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: HIV/AIDS di
Indonesia, Jakarta: P.1825-9. 2015.
25. Depkes, Permenkes RI, No. 21 Tahun 2013, tentang penanggulangan
HIV/AIDS. (Jakarta: Depkes RI. 2008).
37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif yang


bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang HIV/AIDS. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek melalui pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach), artinya tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan pada saat penelitian, hal ini
tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.

Mahasiswa

Tingkat Pengetahuan
tentang HIV/AIDS

Baik Cukup Kurang

Gambar 8. Desain Penelitian


38

B. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 2018

b. Tempat
Tempat penelitian di Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA.

C. Populasi dan Subyek Penelitian

a. Populasi
Mahasiswa Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA

b. Subyek
Mahasiswa Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA yang
memenuhi kriteria penelitian.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi
a. Laki-laki dan perempuan
b. Berusia 18-30 tahun
c. Mahasiswa yang masih aktif (semester 1-semester 8)
d. Memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
e. Mahasiswa status reguler

2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak hadir pada saat pengambilan data
39

E. Besar Sampel

Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan pedoman table Isaac dan


Michael. Sesuai dengan table Isaac dan Michael, penelitian dengan taraf
kesalahan 5% dari populasi sebanyak 900, maka dapat diambil sampel sebanyak
251.

Tabel 3. Besar Sampel Isaac dan Micheal

F. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam pada penelitian ini


adalah Proporsional Stratified Random Sampling yaitu mengambil subjek dari
populasi yang mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara
proposional dari setiap elemen populasi yang dijadikan sampel dan pengambilan
sampel dilakukan secara random Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi
UNISA dalam hal ini mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian diikutkan
dalam penelitian sampai jumlah subyek terpenuhi.
40

G. Alur Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Agama


Islam dan Fakultas Ekonomi Univeritas Alkhairaat yang memenuhi Kriteria dari
penelitian.

Populasi terpilih

Informed consent
Tidak bersedia

Bersedia
Tidak memenuhi
kriteria inklusi
Pengambilan data

Pengumpulan dan analisis data

Penulisan akhir

Seminar akhir

Gambar 9. Gambar Alur Penelitian

H. Prosedur Penelitian

1. Populasi yang akan diteliti adalah mahasiswa Fakultas Agama Islam


dan Fakultas Ekonomi UNISA yang memenuhi kriteria penelitian.
2. Pada semua mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian diberikan
penjelasan penelitian dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh subyek:
41

a. Mengenai latar belakang, tujuan, dan manfaat dari penelitian. Serta


diberi penjelasan mengenai perlakuan terhadap subyek selama
penelitian dan jaminan kerahasiaan data.
b. Juga tentang hak-hak dari subyek, yaitu hak menolak dan
mengundurkan diri dari penelitian, hak untuk bertanya dan mendapat
penjelasan bila masih diperlukan. Subyek juga diberitahu bahwa semua
biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan ditanggung oleh
peneliti.
c. Tentang persetujuan subyek tanpa paksaan, bisa menolak tanpa
konsekuensi.
3. Setelah subyek mengerti dengan semua penjelasan, maka peneliti
akan meminta persetujuan dari subyek tersebut untuk ikut serta
menjadi subyek penelitian dengan menandatangani formulir
persetujuan.
4. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki
kriteria eksklusi akan diikutkan dalam penelitian.
5. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data dengan tanya jawab
dan diisi oleh peneliti di kuesioner.
6. Semua data-data yang telah terkumpul akan di input ke dalam
komputer dalam tabel untuk analisa deskriptif.
7. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisis data lebih lanjut
dengan mengunakan program SPSS. Mula-mula secara deskriptif lalu
dengan analisa multivariant untuk mengetahui tingkat pengetahuan
HIV/AIDS.
8. Data yang ada akan sangat dijaga kerahasiaannya dengan memakai
nomor kode mengunci semua data di komputer.
9. Setelah analisis data selesai, peneliti melakukan penulisan hasil untuk
selanjutnya disajikan.
42

I. Rencana Analisis Data

1. Menggunakan deskriptif kuantitatif dengan hasil berupa frekuensi dan


presentase (proporsi) yang dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik.
2. Dummy table
Hasil penelitian dari proposal diharapkan tercermin pada bagian
dummy table

Tabel 4. Dummy Tabel tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS

Tingkat Pengetahuan
No. N %
tentang HIV/AIDS
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
Jumlah

Tabel 5. Dummy Tabel Tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS


berdasarkan umur

Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS


No. Umur Baik Cukup Kurang Total
N% N% N% N%
1 15-19 tahun
2 20-24 tahun
3 25-29 tahun
Jumlah
43

J. Aspek Etika

Penelitian ini tidak memiliki implikasi etika karena :


1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan secara lengkap
tentang tujuan, cara penelitian yang akan dilakukan dan dimintakan
persetujuan dari setiap responden
2) Responden yang akan diteliti setuju dan mempunyai hak untuk
bertanya dan ikut ataupun menolak untuk mengikuti penelitian ini,
tanpa ada paksaan dan rasa takut untuk mengikuti penelitian.
3) Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian dan bahaya karena hanya
menggunakan metode kuisioer dan wawancara biasa yang
menggunakan alat yang sangat aman sesuai dengan yang telah
dijelaskan.
4) Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data (kuesioner) yang akan diisi oleh peneliti dan semua
data disimpan dengan aman dan disajikan secara lisan maupun tulisan
secara anonym.
5) Semua proses yang dilakukan sehubungan dengan penelitian tidak
memungut biaya apapun.
44

BAB IV

LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian

2016 2017 2018 2019


NO. KEGIATAN
↔ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
I PERSIAPAN
1 Pembuatan Proposal
2 Pengurusan Izin
Pengurusan Rekomendasi
3
Etik
4 Persiapan Alat
5 Pelatihan
6 Seminar Proposal
II PELAKSANAAN
1 Pengambilan Data
2 Pemasukan Data
3 Analisa Data

4 Penulisan Laporan/Skripsi
45

III PELAPORAN
1 Progres Report
2 Seminar Hasil
3 Perbaikan Laporan
Seminar Akhir (Ujian
4
Skripsi)
5 Perbaikan Skripsi
46

B. Lampiran 2. Informed Consent

A. Naskah Penjelasan Untuk Responden (Subyek)


Nomor Kode Responden:

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh/selamat pagi Saudara/(i),


saya Mutia Mutmainnah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Alkhairaat Palu, akan melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan
Mahasiswa Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi Universitas
Alkhairat tentang HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan suatu virus yang menyebabkan AIDS dan dapat merusak sistem
kekebalan tubuh yang berfungsi dalam melawan penyakit, sementara AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul apabila sistem kekebalan tubuh seseorang di rusak oleh virus
HIV sehingga menyebabkan seseorang rentan terhadap suatu penyakit.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengetahuan saudara/(i) tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan keberhasilan penanganan HIV/AIDS karena dengan
mengetahui tingkat pengetahuan saudara/(i) tentang HIV/AIDS dapat menjadi
acuan buat kami termasuk juga Dinkes Kota Palu dalam pelaksanaan
edukasi dan layanan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
HIV/AIDS.
Semua mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan, termasuk
saudara/(i), saya harapkan ikut pada penelitian saya ini.
Jika saudara/(i) setuju untuk berpartisipasi, bisa langsung mengisi
kuesioner yang saya siapkan. Dalam kuesioner ini terdapat beberapa
pertanyaan yang membuat saudara/(i) merasa kurang nyaman dan tidak
bermaksud untuk menyinggung hal pribadi saudara/(i), tetapi kuesioner ini
47

semata-mata untuk kebutuhan penelitian ilmiah guna pengembangan


keilmuan khususnya dibidang pendidikan dokter di Kota Palu. Kuesioner ini
tidak akan menampilkan identitas pribadi saudara/(i). Jadi tidak perlu khawatir
tentang kerahasiaannya sehingga saudara/(i) bisa menjawab dengan sejujur-
jujurnya.
Keuntungan mengikuti penelitian ini, yaitu saudara/(i) dapat ikut serta
meningkatkan edukasi Dinkes Kota Palu tentang HIV/AIDS kedepannya.
Sehingga jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Kota Palu dapat ditekan.
Disamping itu memberikan manfaat yang besar untuk ilmu pengetahuan,
dengan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS karena itu saya akan sangat
menghargai keikutsertaan dan kepedulian saudara/(i) terhadap
pengembangan ilmu kedokteran.
Saudara/(i) tidak dikenakan biaya apapun dalam mengikuti penelitian ini.
Semua biaya yang ada hubungannya dengan penelitian ini akan saya
tanggung.
Sekali lagi perlu saudara/(i) ketahui, bahwa keikutsertaan saudara/(i)
dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saudara/(i)
mempunyai hak untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Demikian juga bila
terjadi hal-hal yang tidak memungkinkan saudara/(i) untuk terus ikut dalam
penelitian ini, atau saudara/(i) merasa tidak bersedia lagi ikut, maka
saudara/(i) berhak untuk mengundurkan diri. Penolakan atau pengunduran
diri saudara/(i) tersebut tidak mempengaruhi nilai saudara/(i) di kampus.
Bila saudara/(i) merasa masih ada hal yang belum jelas atau belum
dimengerti dengan baik, maka saudara/(i) dapat menanyakan atau minta
penjelasan pada saya: Mutia Mutmainnah (telepon 082296372402).
Hasil penelitian ini akan dikumpulkan dan disimpan dalam tempat
penyimpanan aman tanpa menyebutkan nama saudara/(i) dan tidak akan
diambil oleh orang yang tidak berkepentingan selain saya sebagai peneliti.
48

Saya meminta izin pula menggunakan data saudara/(i) tanpa nama untuk
kami sajikan dalam bentuk buku.
Jika saudara/(i) setuju untuk ikut serta, saya harapkan untuk
menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian. Atas kesediaan dan
kerjasamanya diucapkan terimakasih.

Identitas Peneliti Disetujui oleh


B.
Nama : Mutia Mutmainnah
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Alamat : Jln. Tanjubulu No.28
Fakultas Kedokteran UNISA
Kel. Lere, Kec. Palu Barat, Kota
Palu, Sulawesi Tengah Tanggal ….................................
Telepon : 082296372402
49

C. Lampiran 3. Formulir Pesertujuan

Formulir Persetujuan Subyek setelah penjelasan

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH MENDAPAT


PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, subyek dengan nomor kode:

Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan


mengenai tujuan, manfaat, dan apa yang akan dilakukan pada penelitian ini,
dengan ini menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Saya dengan
ini juga menyetujui semua data yang saya hasilkan pada penelitian ini
disajikan dalam bentuk buku.
Saya mengerti bahwa dari semua hal yg dilakukan oleh saudari Mutia
Mutmainnah tidak akan menyebabkan masalah pada saya. Dan saya pun
yakin semua data saya akan disimpan dengan aman tanpa identitas saya.
Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan,
sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini
tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Juga
saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada peneliti bila masih ada
hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang
penelitian ini.
Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan penelitian ini, akan ditanggung oleh peneliti.
50

Tanda Tangan Tanggal/Bulan/Tahun

Subyek
……………………. …………………….

Saksi 1
……………………. …………………….

Saksi 2
……………………. …………………….

Identitas Peneliti Disetujui oleh


Nama : Mutia Mutmainnah
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Alamat : Jln. Tanjubulu No. 28
Fakultas Kedokteran UNISA
Kel. Lere, Kec. Palu Barat, Kota
Palu, Sulawesi Tengah Tanggal ……………………
Telepon : 082296372402
51

D. Lampiran 4. Daftar Tim Peneliti dan Biodata lengkap Peneliti

Kedudukan
No. Nama Keahlian
dalam Penelitian
1. Mutia Mutmainnah Peneliti Utama Belum Ada
dr. Nur Meity, Rekan Peneliti Dokter Magister Medical
2.
M.Med.Ed (Pembimbing 1) Education
dr. Mardhiyah Rekan Peneliti
3. Dokter Umum
Yamani (Pembimbing 2)
4. - - -
52

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

1. Data Pribadi

Nama : Mutia Mutmainnah


Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 30 November 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Tanjubulu No. 28

2. Riwayat Keluarga

Nama Ayah : Aniz Sunaryo S.


Nama Ibu : Sitti Ramlah
Anak ke enam dari enam bersaudara

3. Formulir

NO NAMA SEKOLAH TEMPAT TAHUN


1. TK Nur Karya Makassar Makassar 2002 - 2003
2. SDN Gunung Sari 2 Makassar Makassar 2003 - 2009
3. SMPN 15 PALU Palu 2009 – 2012
4. SMAN 11 Makassar Makassar 2012 – 2015
Fakultas Kedokteran Universitas 2015 –
5. Palu
Alkhairaat Palu sekarang
53

4. Pengalaman Organisasi

Badan Eksekutif Mahasiswa FK Univesitas Alkhairaat Palu periode 2016-


2017.
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia periode 2016-2017
Badan Eksekutif Mahasiswa FK Univesitas Alkhairaat Palu periode 2017-
2018.
Alkhairaat Medical Research Club FK Universitas Alkhairaat Palu periode
2017-2018

5. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun


Terakhir

Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat

Sumber Jumlah (Rp)

1. 2016 Bakti Sosial Indonesian Gives Back POMD dan Rp.7.500.000


ISMKI Pencarian
dana panitia
2. 2016 Bakti Sosial Nasional BEM KBM FK POMD dan Rp. 15.000.000
Unisa dan M2F FK Unhas Pencarian
dana panitia
3. - - - -

4. - - - -

5. - - - -

6. Pengalaman Meneliti

Belum Pernah
54

E. Lampiran 5.Daftar Alat Yang Digunakan

DAFTAR ALAT YANG DIGUNAKAN

No. Nama Alat Jumlah Satuan


1. Lembar kuesioner 251 Eksamplar
55

F. Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

Tanggal :

Nomor Kode Responden :

A. Data Demografi Responden

Beri tanda (√) pada kolom dibawah ini :

1. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

2. Fakultas : Agama Islam

Ekonomi

3. Usia : 15-19 tahun

20-24 tahun

25-29 tahun

4. Semester : 1/2

3/4

5/6

7/8

Dst.
56

5. Tempat tinggal : Dengan orang tua

Tinggal dengan keluarga

Tinggal sendiri (rumah pribadi)

Kost

Asrama
57

B. Kuesioner Penelitian

Keterangan:
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) : Virus yang dapat merusak sistem
kekebalan tubuh
2. AIDS (Acquired ImmunoDeficiency Syndrome) : Kumpulan gejala apabila
sistem kekebalan tubuh seseorang di rusak oleh HIV
3. Sodium hypochlorite : Cairan pemutih
4. Pap smear : Pemeriksaan kanker mulut rahim
5. Hot tub : Bak mandi air panas
6. Kondom lateks : Kondom berbahan dasar karet
7. Penis : Alat kelamin pria
8. Vagina : Alat kelamin perempuan
9. Ejakulasi : Keluarnya air mani dari alat kelamin pria
10. Anal sex : Hubungan seksual melalui dubur
11. Oral sex : Hubungan seksual dengan menggunakan mulut
12. Kondom : Alat kontrasepsi yang mencegah kehamilan serta
penyakit menular seksual
13. Antibiotik : Obat anti bakteri
14. Steroid : Obat yang digunakan atlet untuk meningkatkan
stamina
58

Beri tanda (√) pada kolom dibawah ini berdasarkan apa yang anda
ketahui tentang HIV/AIDS :

No. Pernyataan Benar Salah Tidak Tahu


1 HIV dan AIDS merupakan penyakit yang sama
2 AIDS dapat diobati
3 HIV dapat ditularkan melalui tempat duduk toilet
4 HIV tidak ditularkan melalui batuk dan bersin
5 HIV dapat ditularkan melalui nyamuk
6 HIV disebabkan oleh AIDS
HIV dapat ditularkan melalui air dari gelas yang
7
dipakai bersama dengan penderita HIV
HIV dapat dimusnahkan menggunakan cairan
8
pemutih (sodium hypochlorite)
Pembuatan tato menggunakan jarum yang dipakai
9 secara bersamaan dengan penderita HIV dapat
menularkan HIV
Seorang wanita hamil yang menderita HIV dapat
10 menularkan virus HIV kepada janin (calon bayi)
dalam kandungannya
Menarik keluar penis (alat kelamin pria) sebelum
ejakulasi (keluarnya air mani dari penis) dapat
11
mencegah perempuan terinfeksi HIV melalui
hubungan seksual
Perempuan dapat terinfeksi HIV jika melakukan
12 anal seks (hubungan seksual melalui lubang
dubur) dengan laki-laki
Mencuci daerah genital (kemaluan) setelah
13 berhubungan badan mencegah seseorang
terinfeksi HIV
Memakan makanan yang sehat dan bergizi dapat
14
mencegah seseorang terinfeksi HIV
Semua wanita hamil yang terinfeksi HIV akan
15
melahirkan bayi dengan AIDS
Penggunaan kondom (alat kontrasepsi yang
16 mencegah kehamilan serta penyakit menular
seksual) dapat menurunkan risiko terinfeksi HIV
Seseorang yang terinfeksi HIV bisa tampak sehat
17
dan merasa sehat
Seseorang yang terinfeksi HIV akan
18
memperlihatkan gejala yang serius dengan cepat
59

Seseorang dapat terinfeksi HIV selama 5 tahun


19
atau lebih tanpa menimbulkan gejala AIDS
Terdapat vaksin yang dapat mencegah seseorang
20
terinfeksi HIV
Terdapat bereberapa obat yang dibuat untuk
21
pengobatan AIDS
Wanita selalu melakukan tes HIV selama
22 pemeriksaan pap smear (pemeriksaan kanker
mulut rahim)
Seseorang tidak dapat tertular HIV melalui oral
23 sex atau hubungan seksual menggunakan mulut
pada penis laki-laki yang terinfeksi HIV
Seseorang dapat tertular HIV apabila berganti-
24
ganti pasangan seksual
Menggunakan kondom (alat kontrasepsi yang
mencegah kehamilan serta penyakit menular
25
seksual) kulit atau karet merupakan perlindungan
terbaik untuk menghindari HIV
Seseorang dapat terinfeksi HIV jika melakukan
26 ciuman serta memasukkan lidah ke mulut
pasangannya yang telah terinfeksi HIV
27 Seseorang dapat terinfeksi HIV melalui darah
Seorang perempuan tidak dapat terinfeksi HIV jika
28
melakukan hubungan badan selama menstruasi
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat dinilai hanya
29
dengan melihat mereka
Ada kondom (alat kontrasepsi yang mencegah
kehamilan serta penyakit menular seksual)
30
perempuan yang dapat menurunkan kemungkinan
perempuan terinfeksi HIV
Kondom (alat kontrasepsi yang mencegah
kehamilan serta penyakit menular seksual)
31 dengan kulit alami bekerja lebih baik dalam
mencegah penularan HIV dibandingkan dengan
kondom lateks (kondom karet)
Seseorang tidak akan terinfeksi HIV jika ia
32
meminum antibiotik (obat anti bakteri)
Melakukan hubungan badan dengan lebih dari
33 satu orang akan memperbesar kemungkinan
terinfeksi HIV
Melakukan tes HIV seminggu setelah
34
berhubungan badan dapat mendeteksi seseorang
60

terinfeksi HIV atau tidak


Seseorang dapat terinfeksi HIV dengan duduk di
hot tub (bak mandi air panas) atau berenang di
35
kolam renang bersama orang yang telah terinfeksi
HIV
Seseorang dapat terinfeksi HIV melalui air liur, air
36
mata, keringat, dan air kencing
Seseorang dapat terinfeksi HIV melalui cairan
37
vagina (alat kelamin perempuan)
Seseorang dapat tertular HIV melalui oral sex atau
38 hubungan seksual menggunakan mulut pada
vagina perempuan yang terinfeksi HIV
Jika tes HIV seseorang positif, maka petugas
39 pemeriksa harus memberitahukan juga hal
tersebut kepada pasangan penderita HIV
Menggunakan Vaseline atau baby oil (pelembab
40 bayi) dapat menurunkan kemungkinan terinfeksi
HIV
Mencuci peralatan medis dengan menggunakan
41
air dingin dapat membunuh virus HIV
Seorang perempuan dapat tertular HIV apabila
melakukan berhubungan seksual melalui vagina
42
(alat kelamin perempuan) dengan laki-laki yang
terinfeksi HIV
Atlet yang menggunakan jarum secara bersamaan
saat menyuntikkan steroid (obat yang digunakan
43
atlet untuk meningkatkan stamina) dapat terinfeksi
HIV
Mencuci daerah kemaluan setelah berhubungan
44
seksual dapat mencegah perempuan tertular HIV
Mengonsumsi vitamin dapat mencegah seseorang
45
terinfeksi HIV
61

G. Lampiran 7. Rincian Anggaran dan Sumber Dana

RINCIAN ANGGARAN DAN SUMBER DANA

No. Anggaran Jumlah Sumber Dana


Biaya Administrasi
1. Rp. 250.000,-
Rekomendasi Etik
2. Biaya ATK Rp. 221.000,-
Biaya Penggandaan
3. Rp. 600.000,- Mandiri
kuesioner dan proposal
4. Biaya Kompensasi Rp. 1.000.000,-
5. Honor pembantu peneliti Rp. 200.000,-
6. Biaya lain-lain Rp. 200.000,-
Total Rp. 2.471.000,-
62

H. Lampiran 8. Lain-lain

Tabel Isaac and Michael

Anda mungkin juga menyukai