TEMA :
KEDOKTERAN DASAR
Halaman
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Daftar isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Singkatan viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Pertanyaan Penelitian 3
D. Tujuan Penelitian 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 3
E. Manfaat Penelitian 4
1. Manfaat Aplikatif 4
2. Manfaat Teoritis 4
3. Manfaat Metodelogis 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Judul : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas
Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA tentang
HIV/AIDS
A. Landasan Teori 6
1. Pengetahuan 6
a. Tingkat Pengetahuan 6
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 7
Lanjutan Daftar Isi
Halaman
c. Pengukuran Pengetahuan 9
2. Mahasiswa 10
a. Definisi Mahasiswa 10
b. Hubungan Mahasiswa dengan HIV/AIDS 10
3. HIV/AIDS 13
a. Definisi 13
b. Epidemiologi 13
c. Etiologi 17
d. Transmisi 18
e. Patomekanisme 19
f. Faktor Risiko 20
g. Gambaran Klinik 21
h. Diagnosis HIV/AIDS 23
i. Penatalaksanaan 25
j. Pengendalian HIV/AIDS 27
B. Kerangka Teori 30
C. Kerangka Konsep 31
D. Definisi Operasional 31
DAFTAR PUSTAKA 34
BAB III. METODOLOGI DAN DESIGN PENELITIAN
A. Metode dan Design Penelitian 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian 38
C. Populasi dan Subjek Penelitian 38
1. Populasi Penelitian 38
2. Subjek Penelitian 38
Lanjutan Daftar Isi
Halaman
D. Kriteria Penelitian 38
1. Kriteria Inklusi 38
2. Kriteria Ekslusi 38
E. Besar Sampel 39
F. Cara Pengambilan Sample 39
G. Alur Penelitian 40
H. Prosedur Penelitian 40
I. Rencana Analisis Data 42
J. Aspek Etik Penelitian 43
BAB IV. LAMPIRAN
A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 44
B. Lampiran 2. Naskah Penjelasan untuk Subyek 46
C. Lampiran 3. Formulir Persetujuan Subyek 49
D. Lampiran 4. Daftar Tim dan Biodata Peneliti 51
E. Lampiran 5. Daftar Alat 54
F. Lampiran 6. Kuesioner Penelitian 55
G. Lampiran 7. Rincian Anggaran dan Sumber Dana 61
H. Lampiran 8. Lampiran Lain-lain 62
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perjalanan Penyakit pada HIV/AIDS 22
2. Ciri Klinis Infeksi HIV/AIDS 23
3. Besar Sampel Isaac dan Michael 39
4. Dummy Tabel Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS 42
Dummy Tabel Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS
5. 42
Berdasarkan Umur
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jumlah Kasus HIV di Indonesia sampai Tahun 14
2014
2. Jumlah Kasus AIDS di Indonesia sampai Tahun 14
2014 tiwulan III
3. Jumlah Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut 15
Kelompok Umur Tahun 2010 sampai dengan
September 2014
4. Situasi Kasus HIV/AIDS di Kota Palu Tahun 16
2002-2014
5. Distribusi Kasus HIV/AIDS Menurut Golongan 16
Umur di Kota Palu Tahun 2002-2014
6. Kerangka Teori 30
7. Kerangka Konsep 31
8. Desain Penelitian 37
9. Alur Penelitian 40
DAFTAR SINGKATAN
16 eDNA
Environmental Deoxyribose
Nucleic Acid
20 CMV Cytomegalovirus
Enzyme-linked immunosorbent
21 ELISA assay
24 WB Western Blot
25 AZT Azidothymidine
29 P24 Protein-24
31 P26 Protein-26
32 PCP Phencylidine
33 GP120 Glycoprotein-120
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama
Islam dan fakultas ekonomi UNISA tentang HIV/AIDS.
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang
penyebab HIV/AIDS
4
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi banyak pihak seperti pemberi pelayanan kesehatan,
keluarga, dan masyarakat. Bagi pemberi pelayanan kesehatan penelitian
ini dapat menjadi acuan dalam menyusun strategi promosi kesehatan
mengenai HIV/AIDS khususnya pada mahasiswa. Bagi keluarga dan
mahasiswa penelitian ini di harapkan memberi wacana bagi keluarga dan
masyarakat tentang tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap HIV/AIDS
sehingga keluarga dan masyarakat dapat mengontrol perilaku mahasiswa
serta memperhatikan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadi nya
HIV/AIDS.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data atau masukan bagi
institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan pengetahuan mahasiswa
tentang HIV/AIDS sehingga dapat memberikan bimbingan mengenai
HIV/AIDS.
5
3.Manfaat Metodelogis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan data dasar bagi
peneliti selanjutnya tentang tingkat pengetahuan HIV/AIDS pada
mahasiswa di Kota Palu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terjadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang terpenting untuk
terbentuk nya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2012).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru di dalam
diri seseorang terjadi proses yang berurutan) yaitu awareness (kesadaran)
dimana orang mengetahui atau menyadari terlebih dahulu terhadap objek,
interest merupakan sikap terhadap subjek yang mulai timbul, evaluation
dimana seseorang mengetahui baik atau tidaknya objek bagi dirinya, trial
dimana subyek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh objek, adaption dimana subjek berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap objek.
Pentingnya pengetahuan merupakan dasar dalam merubah perilaku
sehingga perilaku dapat menetap (Notoatmodjo, 2012).
a. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tingkat pengetahuan terdiri dari 6, yaitu:
7
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan
kembali objek tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut yang masih memiliki kaitan antara satu dengan yang
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuanuntuk menghubungkan kompenen-
komponen di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat
menyusun formulasi yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.
lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan
perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik
akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk
akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula.
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang
mau di ukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar
dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 5 dan jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan
hasilnya prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑺𝑷
𝑵= 𝐱𝟏𝟎𝟎%
𝑺𝑴
Keterangan:
N : Nilai pengetahuan
Baik : 76-100 %
Cukup : 56-75 %
Kurang : ≤ 55%
10
2. Mahasiswa
a. Definisi Mahasiswa
Menurut KBBI, mahasiswa merupakan seseorang yang belajar di
perguruan tinggi, di dalam struktur pendidikan Indonesia mahasiswa
memegang status pendidikan tertinggi diantara yang lain. Mahasiswa
merupakan seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk
perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, dan
universitas. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan
pada usia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini digolongkan pada masa remaja
akhir sampai masa dewasa muda dan dilihat dari segi perkembangan,
tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan
pendirian hidup (Hartaji, 2012).
perilaku yang baik pula, tanpa adanya kesadaran dari diri sendiri akan
bahaya nya HIV/AIDS (Setiawati Novi, 2014).
Penelitian lembaga pendidikan tinggi (HEI) di Ethiopia menyatakan
bahwa kelompok umur yang rentan antara 19 sampai 24 tahun. Kelompok
umur ini aktif dalam perilaku seksual sehingga rentan terhadap infeksi
HIV. Pada umumnya, mahasiswa di perguruan tinggi memiliki risiko lebih
tinggi terinfeksi HIV. Studi di Ethiopia menunjukkan bahwa rata-rata 30%
mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan, aktif dalam hubungan
seksual tidak aman (Zekariyas, 2015).
Studi kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan di Ghana menunjukkan
bahwa gaya hidup mahasiswa menempatkan mereka pada risiko tertular
HIV serta tekanan teman sebaya untuk mendapatkan barang mewah,
seperti pakaian mahal, perhiasan, gaya rambut modis, asesoris, dan
makeup, memotivasi wanita muda untuk terlibat dalam hubungan seks
transaksional (Samia Amin,2017). Seks transaksional di Afrika merupakan
hal yang umum di kalangan dewasa muda khususnya mahasiswa yang
diidentifikasi sebagai masalah kritis penularan HIV di Afrika (Samia
Amin,2017).
Awal inisiasi seks, paparan pornografi, serta pengetahuan yang
kurang dilaporkan sebagai masalah utama infeksi HIV. Menurut UNICEF
(2014) menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran,
pengetahuan, dan keterampilan, peningkatan perilaku yang berisiko
khususnya di kalangan muda, serta terbatasnya ketersediaan akses, dan
pengendalian terhadap infeksi HIV. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa pengetahuan dan sikap mahasiswa masih kurang mengenai
pengetahuan tentang penularan HIV serta sikap yang tidak toleran
terhadap penderita HIV/AIDS (Dalia, 2016; Samia Amin,2017).
Menurut Survei Kesehatan Demografi Ghana (GDHS, 2008) 98%
wanita dan 99% pria mengetahui HIV/AIDS di Ghana. Namun, belum
termasuk ke dalam pengetahuan komprehensif dan perilaku seksual yang
aman karena hanya 25% wanita dan 33% pria berusia 15-24 tahun
12
3. HIV/AIDS
a. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu virus yang
menyebabkan AIDS dan dapat merusak sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi dalam melawan penyakit. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul apabila sistem
kekebalan tubuh seseorang di rusak oleh virus HIV sehingga
menyebabkan seseorang rentan terhadap suatu penyakit (AIDS, 2014).
Virus HIV ditularkan dari satu orang ke orang lain nya melalui darah,
hubungan seksual dan infeksi dari ibu hamil ke bayi nya selama
kehamilan dan dari ASI pada saat menyusui (Kayombo EJ, 2013).
b. Epidemiologi
HIV/AIDS merupakan penyebab kedua utama kematian yang terdapat
di dunia (Paul A. Bourne, 2010). Jumlah kumulatif kasus terbanyak pada
Afrika Selatan dan Afrika Timur sekitar 19,4 juta orang, sementara di Asia
dan Pasifik sekitar 5,1 juta orang dengan HIV/AIDS. Secara global, jumlah
orang yang hidup dengan HIV/AIDS sekitar 36,7 juta orang hingga tahun
2016 dan sekitar 1,8 juta orang yang baru terinfeksi HIV (UNAIDS, 2017).
HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987.
Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di
seluruh provinsi di Indonesia (Pusdatin Kemenkes, 2015). Data terakhir
sepanjang 1 Januari hingga 30 September 2014 jumlah orang dengan HIV
sebanyak 22.869 orang, 1.876 orang di antaranya AIDS.
14
29037
22869
21591 21031 21511
10362 9793
7195 6048
859
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
tw3
8747
7312
6907
6073 6266
5184 5114
4655
3665
1876
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
tw3
20000
15000
10000
5000
0
2010 2011 2012 2013 2014
<4 tahun 5-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-49 tahun >50 tahun
c. Etiologi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu retrovirus yang
menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit T CD4 dan
destruksi progresif dari sel-sel terebut. Suatu partikel infeksius HIV terdiri
dari dua rantai RNA di dalam suatu inti protein yang dikelilingi oleh amplop
lipid yang didapatkan dari sel-sel inang yang terinfeksi namun berisi
protein virus. RNA virus menyandi protein structural, berbagai enzim, dan
protein yang meregulasi transkripsi gen virus dan siklus hidup virus.
HIV menginfeksi sel melalui glikoprotein amplop utamanya yaitu gp120
yang berikatan dengan CD4 dan reseptor kemokin khusus (terutama
CXCR4 dan CCR5) pada sel manusia. Sel yang terinfeksi oleh HIV
adalah limfosit T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Membrane virus
bergabung dengan membrane sel inang setelah berikatan dengan
reseptor seluler dan memasuki sitoplasma pada sel. Virus melepas
selubungnya dengan menggunakan protease virus dan RNA virus
dilepaskan. Salinan DNA dan RNA virus disintesis oleh enzim reverse
transcriptase dan bergabung ke dalam DNA sel inang melalui kerja enzim
integrase membentuk provirus.
Bila sel T, makrofag, atau sel dendritik yang terinfeksi diaktivasi oleh
stimulus ekstrinsik, sel-sel akan memberikan respon dengan melakukan
transkripsi banyak gen-gen mereka sendiri dan seringkali dengan
memproduksi sitokin. Aktivasi ini dapat mengaktivasi provirus sehingga
mengakibatkan produksi RNA dan protein virus. Virus kemudian
membentuk struktur inti yang bermigrasi ke membrane sel dan
melepaskan suatu partikel virus yang terinfeksi dan menginfeksi sel lain
nya (Abbas, 2016).
18
d. Transmisi HIV/AIDS
HIV termasuk dalam jenis blood-borne. Virus ini dapat ditransmisikan
melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi baik melalui anal maupun
vaginal, transfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik
yang terkontaminasi, dan antara ibu ke janinnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun menyusui (WHO,2016; Bennet NJ, 2016). Transmisi
HIV melalui obat injeksi tidak harus secara intravena melainkan juga bisa
melalui intramuscular maupun subkutan. Penyebaran melalui penggunaan
jarum suntik secara bergantian terutama pada pengguna narkoba
berperan besar bagi peningkatan angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia
(Fauci AS, 2015).
Penularan HIV dari ibu ke janin yang dikandungnya dapat terjadi
selama trimester pertama atau pun kedua. Hal ini diketahui melalui
analisis virologi pada janin yang mengalami abortus. Meskipun begitu
kebanyakan penularan terjadi pada masa perinatal. Sekitar 20-30% terjadi
sebelum kelahiran, 50-65% selama persalinan, dan 12-20% selama
menyusui.
Jika tidak dilakukan terapi profilaksis dengan menggunakan
antiretroviral pada ibu selama kehamilan, persalinan dan menyusui, serta
profilaksis pada janin sesaat setelah persalinan, transmisi HIV bervariasi
dari 15-25% pada negara maju serta 25-35% pada negara berkembang.
Semakin tinggi viral load, kemungkinan terjadi transmisi lebih besar.
Virus HIV tidak dapat menginfeksi seseorang melalui kontak biasa
seperti berciuman, memeluk, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi
seperti makanan dan air (WHO,2016). Meskipun HIV dapat diisolasi dari
saliva pada sebagian individu yang terinfeksi, masih belum ada bukti yang
meyakinkan yang menyatakan bahwa saliva dapat mentransmisikan HIV,
baik melalui ciuman maupun eksposur lainnya. Saliva berisi berbagai
antiviral endogen seperti IgA, IgM dan IgG spesifik HIV, yang dapat
terdeteksi pada sekresi saliva individu yang terinfeksi. Sementara itu,
19
masih belum ada bukti bahwa HIV dapat ditransmisikan melalui eksposur
keringat, air mata, atau urin (Fauci AS,2015).
e. Patomekanisme
Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di
mukosa rectum atau mukosa vagina yang kemudian bergerak dan
bereplikasi di KGB setempat. Virus kemudian disebarkan melalui viremia
yang disertai dengan sindrom dini akut berupa panas, mialgia, dan
artralgia. Pejamu memberikan respons seperti terhadap infeksi virus
umumnya. Virus menginfeksi sel CD4+, makrofag dan sel dendritik dalam
darah dan organ limfoid (Karnen G.B, 2014). Limfosit CD4+ merupakan
target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap
molekul permukaan CD4+. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan
fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan
gangguan respons imun yang progresif (Zubairi Djoerban, 2015).
Antigen virus nukleokapsid p24 dapat ditemukan dalam darah plasma
fase ini. Fase ini kemudian dikontrol sel T CD8 + dan antibodi dalam
sirkulasi terhadap p42 dan protein envelop gp120 dan gp41. Efikasi sel Tc
dalam mengontrol virus terlihat dari menurunnya kadar virus. Respons
imun tersebut menghancurkan HIV dalam KGB yang merupakan reservoir
utama HIV selama fase selanjutnya dan fase laten. Virus dibawa oleh
antigen-presenting cells ke KGB regional. Pada model ini, virus dideteksi
pada KGB dalam 5 hari setelah inokulasi. Sel individual di KGB yang
mengekpresikan Simian Immunodeficiency Virus (SIV) dapat dideteksi
dengan hibridisasi in situ dalam 7 sampai 14 hari setelah inokulasi.
Viremia SIV dideteksi 7-21 hari setelah infeksi. Puncak jumlah sel yang
mengekspresikan SIV di KGB berhubungan dengan puncak antigenemia
p26 SIV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan limfoid
kemudian menurun secara cepat dan dihubungkan sementara dengan
pembentukan respons imun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya
20
f. Faktor Risiko
Faktor risiko HIV/AIDS menurut (WHO, 2016) antara lain hubungan
seks pada anal dan vagina tanpa menggunakan kondom; infeksi menular
seksual seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan vaginosis bakteri;
kontaminasi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya serta menerima
suntikan dari penderita HIV/AIDS,transfusi darah, transplantasi jaringan,
dan prosedur medis yang melibatkan pembedahan.
21
g. Gambaran klinik
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Gejala
utama berupa sakit kepala, sakit tenggorok, panas, ruam, dan malaise
yang terjadi sekitar 2-6 minggu setelah infeksi, tetapi dapat terjadi antara 5
hari dan 3 bulan (Karnen G.B, 2014). Beberapa minggu pertama setelah
infeksi awal, individu mungkin akan mengalami gejala atau penyakit
influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam atau sakit tenggorokan
(WHO, 2016).
Gejala klinis lainnya dapat berupa pembesaran pada kelenjar limfa,
neurologis (nyeri kepala, nyeri belakang mata, fotofobia, meningitis,
ensefalitis) dan saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut).
Gambaran klinis dan manifestasi patologik AIDS disebabkan primer oleh
peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan beberapa jenis kanker.
Penderita sering di infeksi mikroba intraseluler seperti virus (CMV),
P.Karini,mikobakteri atipik yang paa keadaan normal dapat ditanggulangi
oleh sistem imun selular (Karnen G.B,2014).
Gambaran klinik berdasarkan fase, antara lain:
- Sindrom HIV akut. Setelah terjadi infeksi HIV, pasien mengalami
demam dan malaise sebagai respon infeksi akut ringan dan
berhubungan dengan viremia awal. Setelah periode ini keluhan
tersebut akan hilang dan memasuki suatu periode klinis laten.
- Laten. Terjadi penurunan sel TCD4 di dalam jaringan limfoid yang
progresif dan kerusakan jarngan limfoid tersebut. Kemudian jumlah
CD4 dalam darah < 200 sel/mm3(kadar normal sekitar 1500 sel/mm3)
sehingga pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan terdiagnosis
mengalami AIDS.
- AIDS klinis. Periode ini terjadi karena kerentanan terhadap infeksi dan
beberapa kanker sebagai akibat dari defisiensi imun. Pasien yang tidak
di berikan obat anti retroviral lebih rentan terkena infeksi oleh mikroba
intraseluler seperti virus, jamur patogen, pneumocystis jiroveci, dan
22
h. Diagnosis HIV/AIDS
Tes untuk HIV/AIDS merupakan tes serologic untuk deteksi antibodi
terhadap HIV maupun keberadaan virus. Deteksi adanya virus HIV
dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen dan deteksi
materi genetic dalam darah pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan di
Indonesia merupakan pemeriksaan antibodi HIV yaitu dengan teknik
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Teknik pemeriksaan
24
i. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita dengan gangguan dari defisiensi imun adalah
dengan menggunakan antibiotic/antiviral yang tepat. Tujuan pengobatan
penderita yang mengalami defisiensi imun yaitu mengurangi kerentanan
terhadap infeksi penyakit opurtunisik dengan menjauhi subyek dari
penyakt menular, memantau penderitaterhadap infeksi, menggunakan
antibiotik/antiviral, imunisasi aktif atau pasif dan memperbaiki defektif dari
kompenen sistem imun dengan transfer pasif atau transplantasi.
1. Medikasi
Siklus hidup HIV menunjukkan beberapa titik rentan yang dapat
dicegah dengan obat antiviral. Terdapat dua jenis obat antivirus yang
dapat mengobati infeksi HIV dan AIDS. Analog nukleotide mencegah
aktivitas reverse transcriptase seperti timidine-AZT, dideoksinosin dan
dideoksistidin yang dapat mengurangi kadar RNA virus HIV dalam
plasma. Obat-obat tersebut biasanya menghentikan progres penyakit
yang disebabkan oleh timbulnya bentuk mutasi reverse transkiptase yang
resisten terhadap obat (Karnen G.B, 2014).
26
2. Terapi potensial
AIDS disebabkan oleh berbagai jenis virus retrovirus HIV yang
tergolong virus lenti karena proses perjalanan penyakit yang termasuk
lambat. Virus merupakan virus RNA yang memiliki enzim reverse
transcriptase yang diperlukan untuk sintesis dsDNA spesifik dari genom
viral RNA. DNA baru diintegrasikan dalam genom sel terinfeksi dan
banyak yang tetap laten dalam sel. Bila diaktifkan, DNA digunakan
sebagai templat RNA untuk produksi virus.virus dilepas dipermukaan sel
dan envelop virus dibentuk dari membran sel pejamu, diubah oleh insersi
glikoprotein virus. obat dengan aktivtas anti HIV mencegah virus masuk,
mencegah tahap reverse transcription RNA ke eDNA atau mencegah
27
prekursor protein virus membelah diri dalam protein yang diperlukan untuk
membrntuk virion baru dan melengkapi pematangannya pada virus
infeksius. Reverse trancriptase dapat divgah tidak hanya dengan analog
nukleoside tetapi juga oleh analog nukleotide dan bahan non-nukleoside
(Karnen G.B, 2014).
3). Vaksinasi
Pengembangan vaksin dibutuhkan untuk mengontrol infeksi HIV
diseluruh dunia. Pendekatan terbaru melibatkan kombinasi imunisasi
DNA dan rekombinasi virus pox yang menyandi beberapa protein HIV
yang berbeda.
j. Pengendalian HIV/AIDS
Penanggulangan merupakan suatu upaya yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, diagnosis, kuratif, dan rehabilitatif untuk menurunkan
angka kesakitan, angka kematian, membatasi penularan, serta
penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. Infeksi menular
seksual ditularkan melalui hubungan seksual secara vagina, anal/anus,
dan oral/mulut.
Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS meliputi promosi kesehatan yang
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan benar dan komprehensif
mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta
diskriminasi. Promosi kesehatan diberikan dalam bentuk advokasi, bina
suasana pemberdayaan, kemitraan dan peran serta masyarakat serta
kondisi sosial budaya serta di dukung kebijakan publik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan terlatih. Sasaran
promosi kesehatan meliputi pembuat kebijakan, sektor swasta, organisasi
kemasyarakatan dan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud merupakan
populasi sasaran misalnya yang menjadi sasaran program dan populasi
28
kunci yang meliputi pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS)
secara langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS,
gay, waria, laki pelanggan/pasangan seks dengan sesama lelaki (LSL),
wanita binaan lapas/rutan. Promosi kesehatan yang terintegrasi pada
pelayanan kesehatan meliputi kesahatan peduli remaja, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, pemeriksaan asuhan antenatal,
infeksi menular seksual, rehabilitasi napza, dan tuberkulosis.
Penanggulangan HIV/AIDS yang lain yaitu pencegahan yang dapat
dicapai secara efektif dengan cara menerapkan pola hidup aman dan
tidak berisiko seperti pencegahan penularan HIV melalui hubungan
seksual, pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual, dan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya.
Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan
melalui upaya tidak melakukan hubungan seksual (Abstinensia), setia
dengan pasangan, menggunkana kondom secara konsiten, menghindari
penyalahgunaan obat/zat adiktif, meningkatkan kemampuan pencegahan
melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin, melakukan
pencegahan lain anatara lain melalui sirkumsisi. Pencegahan penularan
HIV melalui hubungan non seksual meliputi uji saring darah pendonor,
pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang
melukai tubuh, dan penggunaan dampak buruk pada pengguna napza
suntik. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya meliputi
pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif,
pencegahan kehamilan yang tidak direnanakan pada perempuan dengan
HIV. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya, dan pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu degan HIV beserta anak dan keluarganya. Ibu hamil dengan
HIV dan AIDS serta keluarganya harus diberikan konseling menganai
pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara persalinan, pilihan pemberian
ASI ekslusif kepada bayi hingga usia enam bulan atau pemberian susu
formula yang dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman,
29
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Baik
Cukup
Tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang
HIV/AIDS
Kurang
D. Definisi Operasional
DAFTAR PUSTAKA
10. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Situasi dan Analisis
HIV AIDS. Jakarta: 2015
11. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2015.
Palu; 2016
12. Badan Pusat Statistik Kota Palu. Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut
Kecamatan Di Kota Palu. 2015.
https://palukota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/429 diakses pada
tanggal 10 Februari 2017
13. Ganczak M, et al. Break the silence: HIV/AIDS knowledge, attitudes,
and educational needs among Arab university students in United Arab
Emirates. J Adolesc Health; 2007
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17531765 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
14. Premadasa G, et al. Knowledge of and attitudes towards HIV/AIDS: a
survey among dental students in Ajman, UAE. J Investig Clin Dent;
2015. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/24357612 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
15. Haroun D, et al. 2016. Assesing knowledge of, and attitudes to,
HIV/AIDS among university Students in the United Arab States. United
Stated Arab; 2016.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4767799 diakses pada
tanggal 07 Februari 2017
16. Direktorat Jendral Pencegahan & Pengendalian Penyakit Kemenkes RI.
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: 2014.
17. Aids.gov. What’s HIV/AIDS. 2016. https://www.aids.gov/hiv-aids-
basics/hiv-aids-101/what-is-hiv-aids/ diakses pada tanggal 2 Februari
2017.
18. Kayombo E.J. Indigenous knowledge and HIV/AIDS prevention and
management in local communities in Africa South of the Sahara. East
Africa; 2013. http://dx.doi.org/10.4172/2153-2345.1000204 diakses
pada tanggal 10 Februari 2017
36
19. Abbas A.K, Lichtman A.H, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun. Edisi 5. Singapura: P.267-75. 2016
20. World Health Organization. Fact Sheet HIV/AIDS. November 2016.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/ diakses pada
tanggal 10 Februari 2017.
21. Bennet NJ. HIV Disease. 2016.
http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview diakses pada
tanggal 10 Februari 2017.
22. Fauci AS, Lane HC. Harrison’s Princeples of Internal Medicine: Human
Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorder. Edisi 19.
New York: McGraw Hill; 2015 Hal. 1215-1285.
23. Baratawidjaja K.G, Rengganis I. Imunologi dasar. Edisi 11. Jakarta:
P.449-62. 2014.
24. Djoerban Z, Djauzi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: HIV/AIDS di
Indonesia, Jakarta: P.1825-9. 2015.
25. Depkes, Permenkes RI, No. 21 Tahun 2013, tentang penanggulangan
HIV/AIDS. (Jakarta: Depkes RI. 2008).
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Design Penelitian
Mahasiswa
Tingkat Pengetahuan
tentang HIV/AIDS
a. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 2018
b. Tempat
Tempat penelitian di Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA.
a. Populasi
Mahasiswa Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA
b. Subyek
Mahasiswa Fakultas Agama Islam dan Fakultas Ekonomi UNISA yang
memenuhi kriteria penelitian.
1. Kriteria inklusi
a. Laki-laki dan perempuan
b. Berusia 18-30 tahun
c. Mahasiswa yang masih aktif (semester 1-semester 8)
d. Memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
e. Mahasiswa status reguler
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak hadir pada saat pengambilan data
39
E. Besar Sampel
G. Alur Penelitian
Populasi terpilih
Informed consent
Tidak bersedia
Bersedia
Tidak memenuhi
kriteria inklusi
Pengambilan data
Penulisan akhir
Seminar akhir
H. Prosedur Penelitian
Tingkat Pengetahuan
No. N %
tentang HIV/AIDS
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
Jumlah
J. Aspek Etika
BAB IV
LAMPIRAN
4 Penulisan Laporan/Skripsi
45
III PELAPORAN
1 Progres Report
2 Seminar Hasil
3 Perbaikan Laporan
Seminar Akhir (Ujian
4
Skripsi)
5 Perbaikan Skripsi
46
Saya meminta izin pula menggunakan data saudara/(i) tanpa nama untuk
kami sajikan dalam bentuk buku.
Jika saudara/(i) setuju untuk ikut serta, saya harapkan untuk
menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian. Atas kesediaan dan
kerjasamanya diucapkan terimakasih.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, subyek dengan nomor kode:
Subyek
……………………. …………………….
Saksi 1
……………………. …………………….
Saksi 2
……………………. …………………….
Kedudukan
No. Nama Keahlian
dalam Penelitian
1. Mutia Mutmainnah Peneliti Utama Belum Ada
dr. Nur Meity, Rekan Peneliti Dokter Magister Medical
2.
M.Med.Ed (Pembimbing 1) Education
dr. Mardhiyah Rekan Peneliti
3. Dokter Umum
Yamani (Pembimbing 2)
4. - - -
52
1. Data Pribadi
2. Riwayat Keluarga
3. Formulir
4. Pengalaman Organisasi
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
4. - - - -
5. - - - -
6. Pengalaman Meneliti
Belum Pernah
54
Kuesioner Penelitian
Tanggal :
Perempuan
Ekonomi
20-24 tahun
25-29 tahun
4. Semester : 1/2
3/4
5/6
7/8
Dst.
56
Kost
Asrama
57
B. Kuesioner Penelitian
Keterangan:
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) : Virus yang dapat merusak sistem
kekebalan tubuh
2. AIDS (Acquired ImmunoDeficiency Syndrome) : Kumpulan gejala apabila
sistem kekebalan tubuh seseorang di rusak oleh HIV
3. Sodium hypochlorite : Cairan pemutih
4. Pap smear : Pemeriksaan kanker mulut rahim
5. Hot tub : Bak mandi air panas
6. Kondom lateks : Kondom berbahan dasar karet
7. Penis : Alat kelamin pria
8. Vagina : Alat kelamin perempuan
9. Ejakulasi : Keluarnya air mani dari alat kelamin pria
10. Anal sex : Hubungan seksual melalui dubur
11. Oral sex : Hubungan seksual dengan menggunakan mulut
12. Kondom : Alat kontrasepsi yang mencegah kehamilan serta
penyakit menular seksual
13. Antibiotik : Obat anti bakteri
14. Steroid : Obat yang digunakan atlet untuk meningkatkan
stamina
58
Beri tanda (√) pada kolom dibawah ini berdasarkan apa yang anda
ketahui tentang HIV/AIDS :
H. Lampiran 8. Lain-lain