Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

ERITRODERMA

Oleh:

Rafiqa Zulfi Ummiah, S.Ked

18710127

Pembimbing:

dr. Rosmarini ESH., M. Sc., Sp. KK

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2020
BAB 1. PENDAHULUAN

Eritroderma atau disebut dermatitis eksfoliativa adalah dermatitis yang


ditandai dengan kemerahan dan pengelupasan kulit 90% atau lebih permukaan
kulit. Pada umumnya eritroderma disebabkan oleh psoriasis, dermatitis atopik,
Cutaneus T-Cell Lymhoma (CTLL) atau reaksi obat. Bila tidak ditemukan
penyakit primernya maka disebut idiopatic eksfoliative dermatitis. Pada
eritroderma kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.

Gejala klinik yang muncul ialah rasa gatal dan kemerahan kulit disertai
adanya pengelupasan kulit. Bila penderita sudah melakukan konsultasi atau
pengobatan, gejala yang tampak mungkin tidak khas lagi. Pada eritroderma,
pengelupasan kulit (skuama) tidak selalu didaptakan, misalnya alergi atau
sistemik. Pada awalnya tidak disertai skuama, skuama baru muncul pada masa
penyembuhan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
eritema universalis (90-100%), biasanya disebut skuama. Apabila
etitemanya 50-90% disebut pre-eritroderma. Pada definisi yang mutlak ada
ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu ditemukan, seperti alergi pada
obat sistemik. Skuama timbul pada fase penyembuhan. Pada eritroderma
kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.

2.2 Epidemiologi
Insidensi eritroderma sangat bervariasi. Menurut penelitian, ada 0,9-
30 dari 100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria atau wanita.
Namun paling sering ditemukan pada pria dengan rasio 2:1 sampai 4:1.
Eritroderma dapat terjadi pada semua usia, tetapi rata-rata usia yang terkena
ialah > 40 tahun.

2.3 Etiologi
Eritroderma ialah keradangan kulit yang dapat berasal dari berbagai
macam penyakit. Penyebab tersering pada orang dewasa adalah sebagai
berikut.
- Dermatitis/ ekzema 40%
- Psoriasis vulgaris 25%
- Drug eruption 15%
- Limfoma dan leukimia 10%
- Lain-lain (penyakit herediter, skabies, pemigus dll) 10%
Secara umum penyebab eritroderma/ dermatitis eksfoliativa dapat dibagi
menjadi 3 bagian yaitu penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan.
2.1 Penyakit kulit (dermatofitosis)
Berbagai penyakit yang bervariasi dengan eritroderma adalah
dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatofitosis, Leiner disease,
liken planus, mikosis fungoida, pemfigus, fitriasis rubra, psoriasis,
reiter’s syndrome, dermatitis seboroik dan lain-lain.
2.2 Penyakit sistemik
Limfoma, leukima akut, leukimia kronis, mieloma multiple,
karsinoma paru, karsinoma rektum, karsinoma tuba falopi dan
dermatitis papuloskuamosa pada AIDS.
2.3 Obat-obatan
Sulfonamid, antimalaria, penisilin, sefalosporin, arsen merkuri,
barbiturat, aspirin, kodein, deinhidramin, yodium, isoniazid, kamidin
dan captopril dapat menimbbulkan reaksi eritroderma pada beberapa
individu.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui
ialah akibat suatu agen dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema).
Pelebaran pembuluh darah menyebabkan aliran darah kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Hal ini megakibatkan pasien
menggigil dan kedinginan. Selain itu, pelebaran pembuluh darah kulit
generalisata akan menurunkan periferal vascular resistance secara tiba-tiba
dan mengakibatkan penurunan tekana darah. Sebagai, kompensasinya,
jantung akan memompa lebih cepat sehingga didapatkan takikardia.
Hipotermia jug dapat terjadi pada eritroderma dikarenakan meningkatnya
perusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyeabkan
dehidrasi. Bila berlangsung kronik dapat menyebabkan gagal jantung.
Pada eritroderma terjadi peningkatan epidermal turn over sehingga
terbentuk skuama yang berlebihan. Skuama yang berlebihan ini akan
terlepas dari kulit. Kehilangan skuama dapat mencapai 9 g/hari/m 2
permukaan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan tubuh kehilangan protein
dalam jumlah yang cukup besar. Kondisi ini menimbulkan hipoalbuminemia
dan mendrorong ekstravasasi cairan yang mengakibatkan edema. Selain itu,
eritroderma juga dapat menyebabkan gangguan mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut dan lepasnya kuku.

2.5 Gejala Klinis


Gejala dan tanda eritroderma beraneka ragam tergantung pada
masing-masing individu dan penyakit yang menyebabkannya. Eritema >
90% luas permukaan tubuh merupakan tanda yang muncul.
Skuama muncul setelah eritema, biasanya 2-6 hari setelah eritema
muncul. Deskuamasi biasanya muncul di area lipatan kulit. Seluruh kulit
pasien eritroderma akan tampak memerah, mengkilap dan mengelupas
(deskuamasi). Saat dipalpasi, kulit pasien akan teraba peradangan dan
pelebaran pembuluh darah.
Pasien juga mengeluhkan kulitnya terasa kering, gatal dan panas
seperti terbakar. Eritroderma yang berlangsung kronis dapat menyerang
rambut dan menyebabkan alopesia dan kerontokan rambut serta kuku.
2.5.1 Eritroderma akibat alergi obat sistemik
Tandanya penyakit dapat terjad segera atau 2 minggu pasca masuknya
obat ke dalam tubuh. Gambaran klinis berupa eritem universalis dan
skuama yang timbul pada stadium penyembuhan.
2.5.2 Eritroderma akibat perluasan penyakit
- Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma yang disebabkan oleh
penyakitnya sendiri atau berupa pengobatan yang terlalu kuat,
misalnya pengobatan topikal dengan konsentrasi yang terlalu tinggi.
Umumnya didapatkan eritema yang tidak merata. Pada tempat
predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa
dan agak meninggi dari sekitarnya serta skuama ditempat itu tebal.
Biasanya ditemukan pitting nail berupa lekukan miliar.
- Penyakit Leiner
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi umunya
disebabkan oleh dermatitis seboroik yang meluas. Keadaan
umunya baik, biasanya tanpa keluhan kelainan kulit berupa
eritema universal disertai skuama kasar.
2.5.3 Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk golongan I dan II harus
dicari penyeababnya mealui berbagai pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Penyebab paling sering ialah Cutaneus T-Cell Carcinoma Lymphoma
(CTCL). Penyakit ini disebut juga sindrom Sezary. Penyakit ini biasa
emnyerang dewasa, sering pada laki-laki rata-rata berumur 64 tahun,
sedangkan pada perempuan 53 tahun. Gejala yang muncul berupa
eritema berwarna merah membara yang universal disertai skuama dan
rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat pada kulit dan edema.
Pada 1/3 sampai 1/2 didapati splenomegali, limfadenopati superfisial,
alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris serta
kuku yang distrofik.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan rutin DL dan UL
- Berat jenis plasma bila dicurigai dehidrasi
- Elektrolit bila ada kelainan pernafasan
- EKG pada dewasa (decom cordis)
- Hapusan darah tepi (leukimia)
- Histopatologi untuk mencari penyebab eritroderma
- Pemeriksaan KOH

2.7 Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis eritroderma ditegakan secara klinis yaitu bila didapatkan
keradangan kulit eritematosa dan deskuamasi yang melibatkan > 90% luas
permukaan tubuh. Diagnosis eritroderma harus disertai dengan diagnosis
penyakit kulit atau sistemik yang menyebabkannya, misal eritroderma
karena alergi suatu obat.
Diagnosis banding meliputi dermatitis, psoriasis, derug eruption,
limfoma, leukima, fititriasis rubra pilaris, liken planus, dermatoitosis,
skabies.

2.8 Tatalakasana
2.8.1 Umum
- Pasien dirawat inapkan
- Perbaiki hemodinamik dengan rehidrasi cairan
- Eliminasi faktror pencetus: tergantung penyebabnya, jika oleh
erupsi obat maka segera hentikan pemeberian obat pencetus.
Faktor pencetus lain dapat berupa alergen (dermatitis atopik),
iritan (dermatitis kontak)
- Pemberian kortikosteroid sistemik
- Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder
- Antihistamin
2.8.2 Khusus
- Pasien dengan hipotermia tidak diperbolehkan mandi dahulu, bila
mandi gunakan sabun dengan pH netral
- Setiap pagi, olesi seluruh tubuh dengan ocum cocor
- Apabila kulit kering depat digunakan krim hidrokortison 1%
- Kasus akibat alergi obat sistemik:
Non medikamentosa: Hentikan obat pencetusnya
Medikamentosa: prednison 4x10 mg
- Kasus akibat psoriasis: prednison 4x10-15 mg/hari, dosis dapat
dinaikan jika tidak ada perbaikan
- Kasus akibat penyakit sistemik: prednison 3x1-2 mg/ hari
- Eritroderma kronis: ditambah diet tinggi protein
2.9 Prognosis
Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat, prognosisnya baik
dengan penyembuhan tercepat dibanding dengan golongan lain. Pada
eritroderma, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejala
dan pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.
BAB 3. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


- Nama : Ny. W
- Usia : 46 tahun
- Jenis Kelamin: Perempuan
- Alamat : karang anyar, Ambulu Jember
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Status : Menikah

3.2 Anamnesis
- Keluhan utama
- Bercak merah bersisik di seluruh tubuh sejak 10 hari yang lalu
- Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 hari yang lalu pasien mengeluh bercak merah bersisik di
hampir seluruh tubuh. Awalnya pasien mengeluh terdapat bengkak
kemerahan pada wajah selang dua atau tiga hari muncul bercak
merah yang terasa gatal pada seluruh tubuh. Kemudian bercak
merah tersebut menimbulkan kulit yang bersisik. Keluhan
dirasakan setalah pasien berobat untuk mengobati luka yang
disertai kencing manis. Pasien mendapatkan obat Cefadroxil,
Domperidon, dan Omeprazol. Pasien memiliki riwayat keluhan
yang sama satu tahun yang lalu setelah melakukan pengobatan
herbal. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengidap
kencing manis sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan bercak merah
bersisik disertai gatal disekitar alis dan telinga disangkal.
- Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya 1 tahun yang lalu
di karenakan minum obat herbal.
 Riwayat asma dan rhinitis alergi tidak ada.
 Riwayat alergi obat tidak ada.
 Riwayat penyakit diabetes sejak 2 tahun
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan gejala serupa

3.3 Pemeriksaan Fisik


 Status Generalisata
 Keadaan Umum : Lemah
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 88 x/ menit
 Laju nafas : 18 x/ menit
 Suhu : 36,4o C
 Status gizi : Cukup

 Status Interne
 Kepala dan leher: normocephali, anemia (-), ikterus (-), sianosis (-),
dispnea (-), pemebesaran KGB (-)
 Thoraks
Cor : S1 S2 tunggal, e/g/m -/-/-
Pulmo : simetris, sonor (+/+), vesikuler (+/+), rhonkhi (-/- ),
wheezing (-/-)
 Abdomen : datar, BU (+) normal, soepel, timpani
 Ektremitas : akaral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak ada
edema di keempat ekstremitas
o Status Dermatologis
Lokasi : Regio facei, regio capitis, regio ekstremitas superior et
inferior dexta et sinistra, regio thorakalis anterior et posterior, regio
abdomen

 UKK : Eritema difus ditutupi skuama sedang sampai kasar, selapis,


berwarna putih, dan tidak berminyak
3.4 Usulan Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan DL dan UL
- Pemeriksaan histopatologi

3.5 Diagnosis Banding


 Eritroderma e.c alergi obat
 Eritroderma e.c psoriasis vulgaris
 Eritroderma idiopatik
3.6 Diagnosis
Eritroderma e.c alergi obat
3.7 Tatalaksana
Umum:
Konfirmasi :Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan
alergi obat.
Informasi :Prinsip pengobatan penyakit ini bertujuan untuk
mengurangi gejala dan memperbaiki keadaan umum.
Edukasi :Menghindari faktor pencetus (alergi obat)
Menjaga kelembababan kulit.
Mandi dengan sabun pH netral.
Diet tinggi protein. 
Khusus:
Sistemik :
cetirizine 1x10mg/hari
prednisone 4x 10mg/hari
Topikal :
Pelembab : lanolin 10%
3.8 Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad sanactionam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
BAB 4. KESIMPULAN

Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema


(> 90%) luas permukaan tubuh. Selainitu, ditemukan skuama, rasa gatal dan
panas. Diagnosis ditegakan dengan gambaran klinis dan cari penyebabnya. Lalu
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium DL/ UL, elektrolit dll. Terapi sesuai
dengan penyebab, secara umum diberikan kortikosteroid. Prognosis baik jika
pengobatan dilakukan secara teratur. Edukasi yang diberikan oleh dokter harus
dipatuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Golosmith, Lowell, S., Katz, B., Gilchrest, A., Paller, D., Leffell, K., Wolff. 2019.
Fitzpatrics Dermatology in General Medicine. 9 th Edition. New York:
MGHG

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Welff, K., Johnson, R.A., Seavedra, A., Roh, G. 2019. Fitzpatrick Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. 8 th Edition. New York: MGHG

William, J., Berger, T., Elaten, D., Neuhans, I. 2016. Andrews Diseases of The
Skin., Clinical Dermatology. 12 th Edition. Philadelphia: El-sevier.

Anda mungkin juga menyukai