Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS/ CASE REPORT SESSION

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A217054/ Januari 2018


** Pembimbing/ dr. Fitriyanti, Sp.KK

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

Oleh :
Esty Gusmelisa, S.Ked
Pembimbing :
dr. Fitriyanti, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
• Liken Simpleks Kronik » Neurodermatitis
sirkumskripta (N.S)
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
 ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang.
• Keluhan utama  gatal dan seringkali bersifat
paroksismal
• Patogenesis  masih belum dapat dijelaskan secara
pasti.

• Pada stadium awal  eritema dan edema dan


timbul sekelompok papul, selanjutnya karena
garukan berulang, bagian tengah lesi akan menebal,
kering, berskuama, ekskoriasi dan hiperpigmentasi.

• Liken Simpleks Kronik  usia dewasa >> puncak


insiden  antara 30 hingga 50 tahun.

• Wanita lebih sering menderita daripada pria.


• Prinsip penalataksaan;
– Terapi nonmedikamentosa
– Terapi medikamentosa
• Prognosis bergantung pada penyebab pruritus
(penyakit yang mendasari) dan status
psikologik pasien.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
• Nama : Tn. S
• Umur : 51 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Simpang Limo, RT03, Jambi
Luar Kota
• Pekerjaan : Petani
• Status Pernikahan : Menikah
• Suku Bangsa : Melayu
• Hobi : Bercocok tanam
• Tanggal MRS : 15 Januari 2018
Keluhan Riwayat Perjalanan Penyakit:
Utama:
Penebalan ± 7 bulan yang lalu, os mengaku sering merasa gatal di daerah
permukaan punggung kaki kiri. Awalnya timbul bercak kemerahan yang
kulit pada terasa gatal. Gatal dirasakan bertambah hebat saat
berekeringat setelah beraktivitas di kebun, dan saat os tidak
bagian bawah
melakukan kegiatan apapun. Os tidak mengetahui pasti
tulang kering penyebab gatal pada punggung kakinya tersebut, riwayat
kaki kanan digigit serangga disangkal, riwayat terkena bahan tertentu
dan kiri, serta yang terus menerus sehingga kulit semakin gatal disangkal.
punggung Gatal yang dirasakan hilang timbul, apabila terasa gatal, os
kaki kanan tidak bisa menahan untuk menggaruk bercak tersebut karena
dan kiri yang os merasa lebih enak setelah bercak digaruk. Karena garukan
disertai gatal tersebut, kulit diatasnya tampak memerah dan terkelupas,
sejak ±3 serta sedikit bersisik. Os juga merasakan sedikit nyeri pada
bekas garukan tersebut. Namun gatal pada os tidak disertai
bulan yang
dengan rasa panas. Lama-kelamaan bercak dirasakan semakin
lalu meluas, melebar, menebal dan menyebar ke pergelangan kaki
kiri. Kemudian os berobat ke Puskesmas, dan diberikan obat
Keluhan dalam bentuk salep (os lupa nama obatnya). Menurut os
Tambahan: (-) keluhan gatal agak berkurang setelah dioles salep, namun
masih tetap muncul.
±5 bulan yang lalu, bercak kemerahan tersebut sedikit demi sedikit
menjadi lebih tebal, agak kehitaman, dan kering serta terdapat sedikit
luka yang terasa nyeri akibat garukan berulang. Os mengaku bahwa
tidak terdapat kulit retak seperti luka iris. Os masih menggunakan salep
dan kadang-kadang os merendam kakinya dengan air hangat. Namun
keluhan gatal masih tetap muncul.

±3 bulan yang lalu os mulai mengeluh muncul bercak kemerahan baru


pada pergelangan kaki kanan dan punggung kaki kanan, bercak juga
terasa gatal. Lama kelamaan bercak melebar, menebal dan meninggi
menyerupai bercak sebelumnya. Os memberikan salep yang sama
dengan kaki kirinya untuk bercak yang baru muncul ini, namun gatal
tetap dirasakan. Os mengatakan rasa gatal bertambah hebat dirasakan
terutama saat malam hari sehingga mengganggu tidur, saat berkeringat
setelah beraktivitas di kebun, dan saat os tidak melakukan kegiatan
apapun.
±2 bulan yang lalu, os kembali berobat ke Puskesmas dan
diberikan obat yang sama. Sama seperti pengobatan
sebelumnya, os merasakan gatal menghilang setelah
diberi obat, namun akan muncul kembali. Dikarenakan os
merasakan tidak ada perubahan pada keluhannya, maka
os memutuskan untuk berobat ke RSUD Abdul Manap
Kota Jambi.

Os mengaku bahwa ia telah menjalani pengobatan di


RSUD Abdul Manap Kota Jambi selama ±2 bulan ini, dan
os selalu diminta untuk kontrol ulang setiap satu minggu
sekali.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien tidak pernah mengalami Riwayat Sosial
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien merupakan seorang petani,
• Riwayat alergi (-) aktivitas sehari-hari banyak diluar
rumah, dan pasien memiliki
• Riwayat penyakit lainnya (asma rutinitas berkebun setiap harinya,
bronkial, hipertensi, diabetes dimana saat berkebun pasien
melitus, gangguan ginjal) selalu menggunakan sepatu boot
disangkal. ±4jam dalam sehari, yang
menyebabkan banyaknya keringat
pada kaki pasien setelah
beraktivitas. Dalam
Riwayat Penyakit Keluarga kesehariannya, os menggunakan
• Tidak ada keluarga yang
air sumur untuk mandi dan
mengalami keluhan yang sama membersihkan diri, dimana air
seperti pasien. tidak berwarna dan tidak berbau,
• Riwayat alergi dan penyakin kulit dan sumur tersebut tertutup
dalam keluarga disangkal. rapat. Penggunaan pestisida (-).
Pemeriksaan Fisik Kepala :
• Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-), kelainan
(Tanggal 15 Januari kulit (-)
2018) • Hidung : Sekret (-), deviasi (-)
Status Generalis • Telinga : Nyeri tekan tragus
(-), kelainan kulit (-)
• Keadaan umum: Baik • Mulut : Sianosis (-), pucat (-), kelainan
kulit (-)
• Kesadaran : • Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-)
Compos mentis • Leher : Pembesaran KGB (-
• Tanda vital : ), kelainan kulit (-)

Tekanan Darah: 120/80 Thoraks:


Nadi : 80x/menit • Paru : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Pernapasan: 20 x/menit • Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-),
Suhu : 36,5oC gallop (-)

• Abdomen: Datar, hepar dan lien tidak teraba


• Ekstremitas superior : Akral hangat, edema (-)
• Ekstremitas inferior : Akral hangat, edema (-),
lesi kulit (+)
Status Dermatologis
Regio Cruris Sinistra
Efloresensi:
Plak hiperpigmentasi, ukuran 3x4cm ,
lonjong, sirkumskrip, permukaan
terdapat skuama putih kasar dan
tampak adanya krusta serta
permukaan tampak likenifikasi.

Regio Dorsum Pedis Sinistra

Efloresensi:
Plak hiperpigmentasi, ukuran 4x4cm,
bulat, sirkumskrip, permukaan ditutupi
skuama putih kasar dan tampak adanya
krusta serta permukaan tampak
likenifikasi.
Regio Cruris Dextra

Efloresensi:
Plak eritematosa, ukuran 2x3cm, lonjong,
sirkumskrip, permukaan ditutupi skuama
putih kasar, dan tampak adanya krusta,
permukaan tampak likenifikasi.

Regio Dorsum Pedis Dextra

Efloresensi:
Patch, ukuran 1x1cm, anular, sirkumskrip,
permukaan ditutupi skuama putih kasar.
Pemeriksaan Penunjang
• Fenomena tetesan lilin (-)
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang
berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores disebabkan oleh
berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat
menggunakan pingir object glass.
• Tes Auspitz
Merupakan perdarahan pint-point dan lambat yang
terjadi setelah sisik psoriasis diangkat.

Auspitz sign terjadi karena di bawah lesi psoriasis, kapiler-


kapiler di bawah epidermis adalah sangat banyak dan
berlingkar-lingkar, dan berada sengat dekat dengan
permukaan kulit  pengangkatan skuama pada dasarnya
menarik bagian atas kapiler-kapiler tersebut 
perdarahan.

Auspitz sign juga dapat ditemukan pada kelianan skuama


lain seperti pada darier’s disease dan keratosis aktinik.
Cara melakukan tes:
mengerok skuama dengan perlahan
menggunakan object glass hingga skuama
habis.
Interpretasi

Hasilnya positif apabila terdapat bintik-bintik perdarahan


sebagai akibat dari papilomatosis.
• Fenomena Koebner
Fenomena koebner adalah munculnya lesi baru yang
serupa dengan lesi yang telah ada pada kulit yang terkena
trauma atau garukan.

Reaksi koebner biasanya terjadi 7-14 hari setelah trauma.


Patogenesis fenemona koebner masih belum jelas, tapi
mungkin melibatkan sitokin, protein stress, molekul
adhesi, dan autoantigen.

Fenomena koebner, juga disebut respon isomorfik,


mengacu pada munculnya lesi disepanjang lokasi cedera.
Hal ini dapat terlihat pada penyakit diantaranya psoriasis,
liken planus, vitiligo, veruka vulgaris.
• Interpretasi

Munculnya lesi baru yang serupa dengan lesi yang


telah ada pada kulit yang terkena trauma atau
garukan.
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Anamnesis Pemeriksaan Fisik Gambar
Liken simpleks Pada tahap awal, plak berwarna
kronis Keluhan dan gejala dapat mucul kemerahan. Plak mengalami
dalam waktu hitungan minggu edema bila terjadi proses
sampai bertahun-tahun. penggarukan yang kemudian
Keluhan utama berupa gatal menjadi skuama dan menebal.
yang bisa bersifat paroksismal, Ukuran lesi lentikular sampai
terus-menerus, atau sporadik. plakat, bentuk umum lonjong atau
Keparahan gatal dapat tidak beraturan. Pada liken simplek
diperburuk dengan berkeringat, kronis, garukan berulang
suhu atau iritasi dari pakaian menyebabkan terjadinya
Lesi kulit sangat nyaman bila penebalan plak dengan ekskoriasi.
digaruk . Hiperpigmentasi dan
hipopigmentasi dapat dijumpai
pada kasus kronis.

Psoriasis vulgaris Keluhan gatal ringan yang dapat


disertai rasa panas, hampir di Plak eritema dengan skuama
seluruh tubuh, pada lesi yang berlapis-lapis, kasar dan berwarna
kronik dapat menetap tidak putih seperti mika serta
berubah selama berbulan-bulan transparan. Ukuran lentikular,
bahkan bertahun-tahun. nummular, plakat, dan
berkonfluensi.
Dermatitis Penderita dermatitis Dimulai dengan eritema
numularis numularis umumnya berbentuk lingkaran,
mengeluh sngat gatal selanjutnya melebar
yang bervariasi dari sebesar uang logam yang
ringan sampai berat yang dikelilingi oleh papul-papul
dapat disertai nyeri. dan vesikel. Lambat laun
Dermatitis ini cenderung vesikel pecah, terjadi
kambuh, bahkan ada eksudasi, dan krusta
yang terus menerus kekuningan, kemudian
timbul, kecuali dalam dapat melebar. Lesi lama
periode pengobatan. Lesi berupa likenifikasi dan
kambuh akan muncul skuama. Distribusi yang
pada tempat yang sama. klasik adalah pada aspek
ekstensor ekstremitas.
Dermatitis Keluhan berupa rasa gatal Manifestasi klinis bersifat
atopik yang terasa lebih hebat kronis, berupa plak
saat beristirahat, udara hiperpigmentasi,
panas dan berkeringat. hiperkeratosis, likenifikasi,
Fase ini berlangsung ekskoriasi, dan skuamasi.
kronik-residif sampai usia
30 tahun, bahkan lebih.
Penatalaksanaan
Diagnosa Kerja Non Farmakologis
• Liken Simpleks Kronis • Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan
edukasi kepada pasien, seperti:
• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya
• Menghindari garukan apabila gatal, karena garukan
dapat menyebabkan luka yang dapat menimbulkan
Pemeriksaan Anjuran infeksi dan memperberat penyakit.
• Pemeriksaan histopatologi • Menganjurkan untuk menjaga kebersihan.
• Uji tempel
Farmakologis
• Topikal:
• Salep Betametason dipropionat 0,1% 2 x sehari
Prognosis selama 2 minggu, dioleskan tipis-tipis pada lesi
• Quo ad vitam: Bonam • Sistemik:
• Quo ad functiona : Bonam • Cetirizine 10 mg, 1 x 1, selama 14 hari
• Quo ad sanationam : Dubia ad
Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Merupakan penyakit peradangan kronis pada kulit,


gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai dengan
likenifikasi.

• Likenifikasi timbul sebagai respon dari kulit akibat


gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam
waktu yang cukup lama, atau kebiasaan
menggaruk pada satu area tertentu pada kulit 
tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu
EPIDEMIOLOGI

• Jarang terjadi pada anak, insiden puncak adalah antara usia 30


dan 50 tahun
• Tempat predileksi: kulit kepala, tengkuk leher, sisi-sisi leher,
paha, vulva, pubis atau skrotum, kaki bagian bawah dan
pergelangan kaki.
• Prevelensi tertinggi pada daerah Asia dan Amerika
• Wanita > Laki-laki
ETIOLOGI

Faktor Eksterna Faktor Interna


• Lingkungan panas  • Dermatitis atopik
berkeringat  gatal Dilaporkan sekitar 26% sampai
75% pasien dengan dermatitis
atopik terkena liken simpleks
kronis
• Gigitan serangga  reaksi
radang dalam tubuh  rasa • Psikologis
gatal. Neurotransmitter yang
mempengaruhi perasaan, seperti
: dopamine, serotonin, atau
peptide opioid  memodulasikan
persepsi gatal melalui penurunan
jalur spinal
ETIOPATOGENESIS

• Stimulus untuk perkembangan liken simpleks


kronis  pruritus.

• Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena


penyakit yang mendasari : gagal ginjal kronis,
obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin,
hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergk, gigitan serangga,
dan aspek psikologis dengan tekanan emosi.
Cont...
• Adanya garukan yang terus-menerus diduga
karena adanya pelepasan mediator dan
aktivitas enzim proteolitik

• Proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik,


seperti garukan dan goresan  SP dan CGRP
melepaskan histamin dari sel mast 
menambah rasa gatal.
GEJALA KLINIS

• Gatal bisa paroksismal, terus-menerus, atau sporadik

• Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat,


suhu atau iritasi dari pakaian, dan stress psikologi

• Garukan berulang  penebalan plak dengan ekskoriasi

• Pada tahap awal, plak berwarna kemerahan. Plak


mengalami edema bila terjadi proses penggarukan yang
kemudian menjadi skuama dan menebal

• Kronis : Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi


DIAGNOSIS BANDING

Psoriasis Vulgaris Dermatitis Atopik Dermatitis Numularis

• Plak eritematous, • Individu dengan riwayat atopi • Penderita dermatitis numularis


berbatas tegas, berwarna • Tempat predileksi : fosa cubiti umumnya mengeluh sangat
putih keperakan, skuama dan poplitea, fleksor gatal yang bervariasi dari ringan
yang kasar, berlapis-lapis, pergelangan tangan, kelopak sampai berat
transparan, disertai mata dan leher, dan tersebar • Lesi akut berupa plak
fenomena tetesan lilin, simetris, dan dapat meluas eritematosa berbentuk koin
auspitz dan kobner mengenai kedua telapak tangan, dengan batas tegas yang
• Lokasi terbanyak : jari-jari, pergelangan tangan, terbentuk dari papul dan
didaerah ekstensor bibir, leher bagian anterior, papulovesikel yang
• Dipicu oleh beberapa scalp, dan puting susu berkonfluens. Lambat laun
faktor seperti trauma, • Manifestasi pada dewasa : plak vesikel pecah dan terjadi
infeksi dan pemakaian hiperpigmentasi, hiperkeratosis, eksudasi berbentuk pinpoint
obat-obatan likenifikasi, ekskoriasi dan • Dalam 1-2 minggu lesi
skuamasi memasuki fase kronik berupa
• Rasa gatal lebih hebat saat plak dengan skuama dan
beristirahat, udara panas dan likenifikasi.
berkeringat
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Anamnesis
 Gatal yang berat, dapat bersifat paroksismal, kontinus atau
sporadik

 Gatal diperberat oleh keringat, panas atau iritasi dari


pakaian, dan stress

 Dapat dijumpai bercak kemerahan yang akan menebal dan


bersisik putih akibat garukan berulang

 Tempat predileksi : daerah kepala, leher, pergelangan kaki,


ekstremitas ekstensor, genital (labia mayor dan skrotum)
• Pemeriksaan Fisik
 Lesi tunggal namun dapat juga lebih

 Lesi awal : papul-papul eritem konfluen yang


selanjutnya karena garukan berulang membentuk
plak hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan sering
terdapat ekskoriasi dengan skuama yang minimal

 Bentuk lesi biasanya bulat, lonjong atau linier sesuai


pola garukan
• Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak ada yang spesifik
Histopatologi
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis,
akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang
irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi
vesikulasi tidak ditemukan, serbukan sel radang
limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah
dermis bagian atas, fibroblas bertambah,
kolagen menebal
PENATALAKSANAAN

• Primer : menghindarkan pasien dari kebiasaan


menggaruk dan menggosok secara terus-menerus

• Steroid topical: Pengobatan pilihan karena dapat


mengurangi peradangan dan gatal serta perlahan-lahan
menghaluskan hiperkeratosis.
 Clobetasol
 Betamethasone dipropionate cream 0,05%.
 Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment
 Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%
• Agen anti pruritus : mengurangi gatal dengan
memblokir efek pelepasan histamine secara endogen
 Dipenhidramin
 Cholorpheniramine
 Hidroxyzine
 Klonazepam

• Agen imunosupresor dan imunomodulator: indikasi


apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil
PROGNOSIS

• Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi


dan rekurensi lesi
• Eksaserbasi dapat terjadi sebagai respon stres
emosional
• Prognosis bergantung pada penyebab pruritus
(penyakit yang mendasari) dan status
psikologik penderita
BAB IV
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
• Terjadi penebalan kulit pada bagian • Lesi awal berupa berupa eritema dan
bawah tulang kering kaki kanan dan kiri, edema dan timbul papul-papul eritem
serta punggung kaki kanan dan kiri yang konfluen yang selanjutnya karena
disertai gatal sejak ±7 bulan yang lalu dan garukan berulang membentuk plak
memberat 3 bulan terakhir hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan
• Pada awalnya timbul bercak kemerahan sering terdapat ekskoriasi dengan skuama
yang terasa gatal, dan semakin lama yang minimal
semakin bertambah gatal • Gejala gatal pada pasien dapat
• Gatal dirasakan bertambah hebat saat diakibatkan oleh proses imunologik. Pada
berekeringat setelah beraktivitas di proses imonologik sel mast berperan
kebun, dan saat os tidak melakukan penting dalam timbulnya rasa gatal dan
kegiatan apapun tersebar diseluruh bagian tubuh.
• Keparahan gatal dapat diperburuk
dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari
pakaian, dan stress psikologi
• Pada setiap pasien memiliki penyebaran
sel mast yang bervariasi didalam tubuh
dan biasanya terdapat jumlah sel mast
terbanyak pada bagian ektremitas.
KASUS TEORI

• Pasien merupakan seorang laki- • Insiden liken simpleks kronis


laki dengan usia 51 tahun dan berlangsung secara kronis
bekerja sebagai petani perkebunan • lebih banyak menyerang kelompok
sawit dewasa yang berusia antara 30-50
• Keluhan sudah dialami pasien lebih tahun
kurang 7 bulan yang lalu • terjadi lebih sering pada wanita
• Pasien merupakan suku Melayu dibanding laki-laki dengan
• Pasien memiliki rutinitas berkebun insidensi lebih banyak pada
setiap harinya, dimana saat berkebun kelompok ras Asia dan kelompok
pasien selalu menggunakan sepatu ras Amerika
boot ±4jam dalam sehari. Os sering • Suhu yang tinggi memudahkan
bekerja dalam keadaan cuaca panas, seseorang berkeringat sehingga dapat
dimana saat cuaca sedang terik os mencetuskan gatal
mengaku merasa keluhan gatal
semakin mengganggu
KASUS TEORI
• Pemeriksaan dermatologis  lesi • Tempat predileksi  scalp, tengkuk,
terdapat didaerah dorsum pedis dextra samping leher, lengan bagian ekstensor,
dan sinistra, serta tarsal dextra dan pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
sinistra bagian medial, lutut, tungkai bawah
• Lesi berupa Plak eritematosa hingga plak lateral, pergelangan kaki bagian depan,
hiperpigmentasi, multiple, ukuran dan punggung kaki
numular hingga plakat , sirkumskrip, • Kelainan kulit yang terjadi dapat berupa
permukaan terdapat skuama putih kasar eritema, edema dan timbul sekelompok
dan tampak adanya ekskoriasi, bentuk papul, selanjutnya karena garukan
bulat hingga lonjong teratur, likenifikasi berulang, bagian tengah lesi akan
menebal, kering, berskuama, ekskoriasi
dan hiperpigmentasi
• Ukuran lesi lentikular sampai plakat,
bentuk umum lonjong atau tidak
beraturan
• ekskoriasi pada kulit akibat pruritus pada
kulit akibat garukan secara terus menerus
sehingga terbentuknya likenifikasi
KASUS TEORI
• Pada pasien dapat dilakukan • Pada pemeriksaan histopatologi dapat
pemeriksaan penunjang berupa menunjukkan bermacam-macam
pemeriksaan fenomena tetesan lilin tingkatan dari hiperkeratosis,
dengan hasil negatif, tes auspitz, dan hipergranulosis dan hiperplasia
fenomena Koebner epidermal psoriasiform. Lapisan papilari
kulit menunjukkan penipisan kolagen
dengan berkas kolagen kasar dan lapisan
vertikal. Disekeliling pembuluh darah
terdapat sel-sel imflamasi seperti
limfosit, histosit dan eosinofil
• Untuk menyingkirkan diagnosis psoriasis
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa fenomena tetesan lilin dan tanda
Auspitz, dan fenomena koebner
DIAGNOSIS BANDING
PENYAKIT YANG SESUAI YANG TIDAK SESUAI
Psoriasis Vulgaris Terdapat plak eritematosa • Gambaran lesi yang tidak
berbatas tegas ditutupi khas predileksinya.
skuama Biasanya pada tempat
predileksi lain yaitu pada
daerah ekstensor yaitu
lutut, siku dan punggung.
• Lesi biasanya lebih merah.
• Skuamanya lebih tebal,
berlapis-lapis dan
berwarna putih mengkilat.
• Psoriasis meskipun dapat
menimbulkan gatal ringan,
psoriasis tidak
memunculkan keluhan
gatal yang hebat.
• Terdapat 3 fenomena,
yaitu: tetesan lilis, auspitz,
koebner
PENYAKIT YANG SESUAI YAN TIDAK SESUAI

Dermatitis Atopik • Gatal dirasakan bertambah hebat saat • Umumnya terjadi pada individu
berekeringat setelah beraktivitas di kebun. dengan riwayat atopi pada dirinya
• Bercak kemerahan pada kaki os semakin lama sendiri ataupun keluarganya.
membuat kulit pada area bercak tersebut • Tidak terdapat beberapa keluhan
menjadi kering. seperti infeksi kulit, iktiosis,
• Perjalanan penyakit pasien berlangsung sejak pitriasis alba, dermatitis di papila
±7 bulan yang lalu, dimana terdapat reaksi mamae, keilitis, konjungtivitis
peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berulang, keratokonus, katarak
teras sedikit nyeri akibat garukan berulang. subscapular anterior, orbita
• Bercak kemerahan pada kaki pasien yang terasa menjadi gelap, alergi makanan,
gatal tanpa tahu penyebab pasti dari gatal muka pucat atau eritem, intoleran
tersebut. terhadap pelarut lemat atau wol,
maupun hipersensitifitas terhadap
makanan.

Dermatitis Numularis • Mengeluh sangat gatal yang bervariasi dari • Efloresensi berupa papulovesikel
ringan sampai berat yang biasanya mudah pecah
• Lesi akut berupa plak eritematosa sehingga membasah
• Pada tepi plak dapat muncul lesi
papulovesikel kecil yang kemudian
berkonfluens dengan plak tersebut
sehingga lesi meluas
PENATALAKSANAAN
KASUS TEORI
• Penatalaksanaan secara umum kasus ini  • Berdasarkan teori, untuk mengurangi rasa
edukasi pada pasien mengurangi dan gatal pemberian antihistamin sangat
menghindari kebiasaan menggaruk dan diperlukan.
menggosok secara terus-menerus • Pemberian antihistamin golongan
• Gunakan kaus kaki apabila menggunakan antagonis H1  untuk mengobati reaksi
sepatu boot, dan segera mencuci sepatu hipersensitifitas / keadaan yang disertai
boot setelah digunakan pelepasan histamin endogen berlebihan.
• Pentalaksanaan khusu: • Antihistamin generasi kedua  Cetirizin
 Antihistamin Cetirizine 1x10 mg/hari HCL dan loratadin  lebih sedikit efek
 Betamethasone valerate 0,1% ointment 2 sedasi dibandingkan generasi pertama.
kali sehari dioleskan tipis pada daerah • Antihistamin generasi kedua ini  tidak
yang sakit menimbulkan rasa berdebar-debar dan
penggunaannya cukup sekali sehari.
• Salep kortikosteroid  potensi kuat 
bekerja mengurangi peradangan dengan
menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki
permeabilitas kapiler
KESIMPULAN

• Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis,


disertai rasa gatal, yang khas ditandai dengan kulit yang
tebal dan likenifikasi
• Tempat predileksi  scalp, tengkuk, samping leher, lengan
bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan
kaki bagian depan, dan punggung kaki.
• Liken simpleks kronis biasa terjadi pada usia dewasa antara
30 hingga 50
• Insiden wanita > pria
• bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi
• Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit
yang mendasari) dan status psikologik penderita
DAFTAR PUSTAKA

• Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
2007.
• Hogan DJ. Lichen Simplex Chronicus. diunduh dari emedicine.medscape.com/article/1123423-
overview#a0199
• Harahap, M. Liken Simplek Kronik in Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. 2000. Jakarta. (16-17)
• Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen Simplex Chronic/Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick
TB, Eizen AZ, Woff K, Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in general medicine, 7th ed,
New York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162
• Damayanti I. Neurodermatitis Sirkumskripta pada Wanita dengan Hipertensi Grade 1 Terkontrol.
Fakultas Kedokteran Lampung, Medula Unila. Vol. 2. 2014. Lampung.
• Siregar RS. Neurodermatitis Sirkumskripta in Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. 2005.
Jakarta. (129-131)
• Crissey JT, parish LC, holubar KH. Historical atlas dermatology and dermatologist. New york: the
parthenon publishing group, 2002.
• Georgieva F. Current Epidemiology of Lichen Simplex Chronicus. Journal of IMAB. 22;3.2016.
• Lotti T, Buggiani G, Prignano F. Prurigo nodularis and Linchen Simplex Chronicus. Dermathology
Theraphy. January;21(1).2008. P. 42-46
• Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffel DJ, editors. New York: The McGraw Hill Companies; 2012.
• Natalia, Sri Linuwih Menaldi, Agustin T. Perkembangan Terkini pada Terapi Dermatitis Atopik. J Indon
Med Assoc. 2011;61(7):299-304
• James WD, Berger T, Elston D. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical Dermatology: Elsevier Health
Sciences; 2011.

Anda mungkin juga menyukai