Anda di halaman 1dari 12

Definisi Detergen

Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+)
yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi seperti fraksi parafin dan olefin
(Bagus, 2013). Dalam pembuatan deterjen pada umumnya masih menggunakan surfaktan
berbasis turunan minyak bumi atau petrokimia berupa alcohol sulfate (AS) dan linear
alkylbenzene sulfonate (LAS). Menurut Fessenden dan Fessenden (1995) bahwa R- (non
polar dan hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel yang
lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah dipisahka.
Sedangkan –C-O- (polar hidrofil) akan larut dalam air membentuk buih dan mengikat
partikel sehingga terbentuk emulsi (Sampepana, 2013)
Link By
Sampepana, Eldha 2013 “Pemanfaatan Methyl Ester Sulfonat Pada Pembuatan
Deterjen Cair” Samarinda, Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.7 No. 14 Desember
2013.

Bagus, Satria, 2013, “Pemanfaatan Kolam Limbah Deterjen sebagai Energi Listrik
Tenaga Galvani”, Semarang, IAIN Walisongo Semarang
Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan menyingkirkan
benda yang tidak diinginkan dari permukaannya. "pembersihan ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode seperti pemisahan mekanik sederhana misalnya mengucek dan
mencelupkan ke dalam air), pemisahan dengan pelarut misalnya penambahan pelarut
organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan kimia seperti surfaktan.
Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen
bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif
adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan
yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa baik cair-gas
maupun cair -cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. adapun konstituen
tambahan dapat berupa pembangun, &at pengisi, &at pendorong, diantaranya adalah '
(garam dodesilben & ena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben. (Akbarve, 2019)
Link By
Akbarve, 2019, “Industri Pembuatan Deterjen” (https://www.coursehero.com
/file/51454526/262705763-Industri-Pembuatan-Deterjendoc/) Diakses pada Tanggal 17
April 2020, pada pukul 21.04 WIB.

Jenis Detergen

Ada dua jenis detergen sebagai berikut:

 Detergen keras yaitu sukar diuraikan oleh bakteri sehingga menimbulkan pencemaran
lingkungan.
 Detergen lunak yaitu dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak terlalu menimbulkan
pencemaran.

Komposisi Bahan Pembuat Detergen

Adapun bahan pembuat detergen ialah sebagai berikut:

A. Bahan Penurun Tegangan Permukaan

Bahan penurun tegangan permukaan digunakan untuk memudahkan mengikat


kotoran dan menimbulkan busa, antara lain sebagai berikut.

 Alkil Benzen Sulfonat (ABS) + NaOH menghasilkan Natrium Alkil Benzen Sufonat
(detergen keras).
 Lauril Asam Sulfat (LAS) + NaOH menghasilkan Natrium Lauril Sulfat (detergen lunak).

B. Bahan Penunjang

Bahan penunjang pada detergen digunakan STPP (Sodium Tri Poli


Phosphat/Natrium Tri Poli Phosphat) berfungsi menunjang kerja bahan penurun tegangan
permukaan.

C. Bahan Pengisi

Bahan pengisi detergen digunakan untuk memperbesar volume materi.


D. Bahan Pengikat

Sebagai bahan pengikat digunakan air, yaitu untuk mencampurkan semua bahan (media).

E. Bahan Tambahan

Sebagai bahan tambahan digunakan CMC (Carboxy Metyl Cellulose) agar


kotoran yang terikat detergen tidak melekat kembali ke bahan yang dicuci.

F. Bahan Pewangi Dan Pewarna

Bahan pewangi dan pewarna digunakan agar detergen mempunyai warna dan
aroma yang spesifik untuk membedakan dengan merk lain dan sesuai dengan warna dan
aroma yang diminati konsumen. Semua bahan dicampur dan dapat dibentuk pasta (krim)
atau disemprotkan lewat menara sehingga menghasilkan butiran-butiran. (Setiawan,
2020).

Link By
Setiawan, Samhis 2020, ““Detergen” Pengertian & ( Jenis – Komposisi Bahan Pembuat )”
(https://www.gurupendidikan.co.id/detergen-pengertian-jenis-komposisi-bahan-pembuat/)
Diakses pada tanggal 17 April 2020, pada pukul 23.11 WIB.

Sifat Kimia dan Fisika Deterjen


Sifat kimia deterjen yang terpenting adalah sebagai zat pengemulsi (emulgator).
Emulsi adalah dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-
molekul kedua cairan tersebut tidak saling bercamptir tetapi saling antagonis. Secara
fisika deterjen merupakan zat yang berfungsi menuiunkan tegangan per-mukaan zat cair
(surface tension). Menurut tegangan per-mukaan adalah suatu tegangan yang diper-lukan
agar selaput permukaan tidak pecah. Deterjen ataupun sabun merupakan zat aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya
pembersih air dengan jalan mengemul-sikan lemak atau kotoran-kotoran yang ada.
(Edward, 1987).

LINK
Edward, 1987, “Sifat-Sifat Deterjen Dan Dampaknya Terhadap Perairan” Oseana,
Volume XII, Nomor 1 : 25-34, 1987 ISSN 0216-1877.
Kegunaan Deterjen
Deterjen merupakan suatu surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan mudah dari proses
petrokimia. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan pada permukaan air, pada dasarnya agar
membuat lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak juga lemak. Deterjen
pada jaman sekarang banyak mengandung zat lebih dari sekedar surfaktan. Detergen atau Produk
pembersih juga kebanyakan mengandung enzim untuk mendegradasi protein berbasis noda, whitening
untuk penghilang warna noda dan menambah daya agen pembersih, dan pewarna biru untuk melawan
penguningan. (Rizkitama, 2016)
Rizkitama, Santian 2016 “Fungsi Deterjen” (https://www.mitralaundry.com/tag/fungsi-
deterjen) Diakses pada tanggal 17 April 2020 pada pukul 23.58 WIB.

Syarat Mutu Deterjen


Berdasarkan SNI 06-4075-1996 tentang Deterjen Cuci Cair, syarat mutu kadar
surfaktan anionik minimal sebesar 15% - 35%. Analisa kadar surfaktan anionik pada
percobaan ini menggunakan metode Titrimetri. Prinsip dari metode titrimetri yakni, surfaktan
anionik dalam contoh uji dihidrolisis dengan asam sulfat membentuk campuran kationik dan
anionik. Surfaktan anionik yang berasal dari hasil reaksi antara etanol dengan asam sulfat
yang menghasilkan sulfat etanol. Titrasi dengan asam sulfat sampai warna larutan berubah
dari warna merah jambu sampai menjadi abu-abu kebiruan. Kadar surfaktan anionik yang
diperoleh dari masing-masing contoh uji dari A-D secara berturut-turut adalah
17,43%;7,64%; 8,89%; 8,64%. Kadar surfaktan anionik tersebut memenuhi syarat mutu batas
minimal yakni 15%-35% (Wibisono, 2018)
LINK
Wibisono, Ika Candrika, 2018, “Penetapan Kadar Surfaktan Anionik Pada
Deterjen Cuci Cair Secara Metode Titrimetri” Palembang, ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia
dan Terapan Vol. 2 No. 2 2018.

Tabel 1. Syarat Mutu Deterjen


(Winarta, 2018)
Winarta, JP, 2018 “BAB I Pendahuluan” (http://repository.wima.ac.id/13191/2/1.
%20BAB%20I.pdf) Diakses pada tanggal 17 April 2020 pada pukul 22.39 WIB.

Proses pembuatan deterjen


1. Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk sintetik
dimana dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses
pengeringan. Tahap-tahap dalam proses spray-drying dapat diperlihatkan pada
gambar berikut

Gambar 2.6 Diagram alir proses pembuatan slurry

Gambaran proses pembuatan slurry adalah sebagai berikut :


Alat pengangkut ( conveyor ) mengumpulkan terus – menerus padatan yang telah
ditimbang sebelum membawa padatan tersebut ke crutcher slurry. Crutcher slurry juga
menerima komponen – komponen liquid yang mengalir secara tetap dari damper yang
mengumpulkan berbagai umpan. Ketika formula padat, meliputi senyawa sulfon anionic dan
sabun, asam lemak dan asam sulphonic dinetralisasikan dengan alkali dalam mixer sebelum
umpan dikirim/dimasukkan ke dalam crutcher slurry. Dalam beberapa kasus, ketika tidak ada
reaksi yang diharapkan dari komponen lain, asam menjadi umpan dan dinetralisaikan secara
langsung didalam crutcher slurry yang dalam kasus ini bagian dalam dari crutcher slurry
harus terbuat dari bahan – bahan stainless steel 304 agar bagian dalamnya tidak rusak akibat
asam. Crutcher slurry merupakan mixer dengan kecepatan putaran yang tinggi yang didesain
untu penguraian fine dan membuat campuran menjadi homogen. Pengoperasian crutcher juga
mencegah penumpukkan dan pembentukan gumpalan – gumpalan padat yang dapat
menyumbat pipa aliran umpan. Dari crutcher, slurry kemudian di transfer menuju vessel
aging, dimana campuran tersebut dihomogenasasi lebih lanjut dan diatur berdasarkan derajat
hidrosin yang dari garam anorgonik yang diperlukan seperti soda ash, natrium sulfat, dan
sodium tripolyphosphate yang ada dalam formula. Selanjutnya setelah slurry terbentuk
barulah masuk ke spray drying tower
Produk yang dikeringkan dalam bentuk hollow bead dikumpulkan pada bagian atas
menara spray drying dan didinginkan serta dikristalisasikan melalui sistim pembawa airlift
dengan aliran udara dingin. Setelah pengankutan udara bubuk dasar disaring dan diberikan
pengharum dan akhirnya dicampur dengan komponen-komponen yang sensitive terhadap
suhu atau zat adiktif yang kemudian di simpan dalam silos dan akhirnya di bawa ke mesin
pengepak produk.

2 Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis yang
memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material kering dengan
bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian
bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain yang membentuk
partikel-partikel berukuran besar.
Proses aglomerasi dapat di gambar kan seperti proses penimbunan atau penumpukan
dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau granula. Tahap-tahap
pemprosesan non tower balestra untuk untuk produksi deterjen bubuk berdasarkan pada
proses aglomerasi.Diantara berbagai tahap proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan
operasi yang sangat penting dan kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke struktur fisik
dan pada saat yang sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari produk.
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau
blending. Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam crutcher slurry.
Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue. Komponen-komponen atau
bahan yang digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air yang digunakan
sebagai cairan dalam aglomerasi.

3 Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen bubuk
ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2
menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.
Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-
2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk yang terbentuk dapat dikemas
dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.

Pembuatan alkohol lemak


Hidrolisis dari lilin ester
Alkohol lemak pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal dari
binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Karena kutukan di seluruh dunia atas
ikan paus yang diburu, sehingga sumber ini tidak lagi tersedia.
Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan NaOH pekat diatas
3000C, lalu alkohol didistilasi dari sabun sodium. Hasil Sulingan (distilat) mengandung
alkohol tak jenuh C16-C20. Untuk mencegah terjadinya auto-oksidasi, distilat ini dikeraskan
dengan hidrogenasi katalitik.. Alkohol yang diperoleh jika minyak sperma hanya
mengandung 70 % wax ester, mencapai yield 35 %, kemudian hasilnya dipisahkan dalam
distilasi vakum dari sabun dan air yang terbentuk. Produk utama terdiri dari : cetyl, oceyl,
dan alkohol arachidyl

Proses reduksi sodium


Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan ester kering dan
alkohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit, oksidanya dipecah dengan pengadukan
dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi.
Penambahan Alkohol R’ (sebaiknya alkohol sekunder), bertindak sebagai donor
hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium bias jadi di atas 20 % dari
kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan hidrokarbon dari
isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap.

Proses Zieglar Menggunakan Etilen


Alkohol lemak dari proses ii mempunyai struktur yang sama dengan alkohol lemak
alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses alfol dan proses Epal.
1. Proses Alfol.
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut. Proses ini melalui lima tahap yaitu :
1). Hidrogenasi
2 Al(CH2CH3)3 + Al + 1,5 H2 → 3
Hal(CH2CH3)3 2). Etilasi
3 HAl(CH2CH3)3 + 3 CH2=CH2 →3 Al(CH2CH3)3
2/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya lansung
masuk ke reaksi perkembangan
3). Reaksi perkembangan (growth Reaction)
4). Oksidasi
5). Hidrolisa
2. Proses Epal
Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan proses alfol.
Fleksibilitas Proses ini
lebih besar dibandingkan dengan prose alfol.
Alkohol dan α- olefin yang terbentuk bias dipasarkan. Namun modal dan biaya yang
dibutuhkan jjuga lebih besar , karena membutuhkan proses control yang lebih kompleks dan
penambahan olefin dan alkohol rantai bercabang.
Proses Oxo menggunakan Olefin
Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan campuran gas H 2-
CO dan katalis yang cocok..
CH3
2R – CH=CH2 + 2CO + 2H2 → R-CH2CH2-CHO + R-CH-CHO
Yield α- olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan
bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
o Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)4
o Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil – phosphine
O Proses menggunakan Katalis Rhodium
Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo, pemisahan katalis dan
regenerasi, hidrogenasi
aldehid dan distilasi alkohol.

Hidrogenasi Katalistik dari asam lemak dan metil Ester


Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi alkohol lemat tak jenuh pada skala
besar. Katalis yang digunakan dalam kompleks dari Cu 2+ dan Cu 3+
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
RCOOCH3 +2 H2 → RCH2OH + CH3OH dengan katalis CuCr
RCOOH + 2H2 → RCH2OH + H2O dengan katalis CuCr

Hidrogenasi Langsung dari minyak dan Lemak Suatu proses yang terakhir, yang
dikembangkan dan dipatenkan oleh Henkel KGaA, yaitu direct
hydrogenation dari minyak alami atau trigliserida. Proses ini melalui dua
tahap reaksi, yaitu :
1). Esterifikasi asam lemak dan alkohol lemak menghasilkan Ester dan Air
2). Hidrogenasi ester menghasilkan dua mol Alkohol lemak
Kedua reaksi ini berlansung simultan pada reaktor yang sama. Reaktor yang
digunakan adalah reaktor bertekanan tinggi yang berguna sebagai pemanas awal bagi
material – umpan asam lemak ;
Resirkulasi alkohol lemak dan katalis Slurry , dan gas hydrogen yang diumpankan
secara terus menerus . proses ini berlansung pada kondisi P = 30.000 KPa dan T = 280 0C
1. Reaksi Hidrogenasi
Hidrogenasi metil ester dan asam lemak menjadi alkohol lemak dapat terjadi melalui
reaksi berikut:

Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri besar karena
kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield yang lebih rendah dan
karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu
menjadi ester sebelum dihidrogenasi.
Lurgi telah menemukan cara untuk mengatasi masalah ini dengan esterifikasi bersama
asam lemak dengan alkohol dan hidrogenasi ester dalam reaktor yang sama :
Asam lemak dimasukkan ke dalam alkohol lemak bervolume besar yang sedang
berputar. Volume alkohol lemak adalah lebih dari 250 kali volume asam lemak, sehingga
esterifikasi berpengaruh cepat tanpa adanya efek merusak oleh katalis.
2. Proses Hidrogenasi Tekanan Tinggi
Metil ester yang telah difraksionasi dapat diubah menjadi alkohol lemak dengan
proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi dengan menggunakan katalis CuCr.
CuCr juga membentuk carbon berikatan ganda yang tidak jenuh sehingga hanya
alkohol lemak jenuh yang terbentuk. Jika diinginkan hasil berupa alkohol lemak tak jenuh,
diperlukan katalis zinc.
Proses hidrogenasi terjadi pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan temperature antara
250 C-3000C di dalam sebuah kolom tubular. Berdasarkan perlakuan terhadap katalis, proses
0

hidrogenasi dibedakan atas suspension process dan fixed bed process.


3. Suspension Process
Katalis dan sejumlah kecil metil ester diumpankan ke dalam reaktor bersamaan
dengan sisa ester. Metil
ester dan gas hydrogen dipanaskan secara terpisah. Katalis CuCr yang direaksikan dengan
sejumlah kecil metil ester dimasukkan bersamaan dengan metil ester dan gas hydrogen yang
telah dipanaskan, ke dalam reaktor tubular, konsentrasi katalis dalam system setidaknya 2 %
umpan yang digunakan kira-kira 20 mol gas hydrogen per mol ester. Gas hydrogen
mengakibatkan gelembung yang membantu proses agitasi reaktan.
Reaksi dijaga pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan suhu 250 0- 3000C. selama proses
eksotermik berlabgsung, suhu reaksi harus dijaga untuk mengurangi reaksi samping berupa
pembentukan hidrokarbon yang tidak diinginkan. Dari kolom, campuran reaksi didinginkan,
memisahkan gas hydrogen dari campuran alkohol-metanol. Gas hydrogen di recycle, dan
campuran alkoho-metanol dialirkanke unit methanol stripping, pada tekanan yang lebih
rendah, methanol dipisahkan, di recycle untuk proses esterifikasi. Alkohol lemak mentah
disaring untuk memisahkan katalisnya sebagian besar katalis di recycle, sehingga terpakai
rata-rata 0,5-0,7% alkohol yang dihasilkan.
Alkohol yang disaring kemudian ditreatment dengan soda pekat untuk membentuk
sabun dengan ester yang tidak bereaksi. Alkohol didistilasi untuk menghilangkan hidro
karbon yang terbentuk. Sabun tertinggal di dasar kolom.
4 Fixed Bed Process
Reaki terjadi dalam fasa uap dimana umpan organic diuapkan dalam gas hydrogen
berlebih (20-25
mol) melalui pemanas sebelum melewati fixed catalyst bed. Hidrogenasi berlangsung pada
takanan 20.000-30.000 kPa dan suhu 2000-250 0C. campuran reaksi yang meninggalkan
reaktor didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan cair. Fase gas, kebanyakan berupa
kelebihan hydrogen, direcycle, fasa cair diexpansi ke tangki untuk menghilangkan methanol
dari alkohol lemak.
Pengoperasian kondisi termasuk mudah, oleh karena itulah produksi alkohol lemak
tidak memerlukan proses selanjutnya. Hasil keseluruhannya adalah 99% dengan hidrokarbon
dan ester yang tidak melebihi 1,0%. Penggunaan katalis diusahakan dibawah 0,3%.

(Iskandar, 2019)

Link By
Iskandar, Anwar, 2019 “Proses Pembuatan Deterjen” (https://id.scribd.com/doc/89806360/
Proses-pembuatan-deterjen) Diakses pada tanggal 17 April 2020, pada pukul 21.14 WIB
Gambar Diagram Alir Keseluruhan Proses Pembuatan Deterjen

Dari diagram alir di atas, maka dapat diuraikan proses pembuatan sabun, yaitu sebagai
berikut :
Bahan baku berupa trigliserin masuk ke dalam kolom hidrolizer dengan penambahan
katalis ZPO, akan terjadi proses hidrolisis dengan ditambahkannya uap air panas yang masuk
pada suhu 230-250°C dan tekanan 40-45 atm, sehingga trigliserin terpisah menjadi asam
lemak dan triglserin. Reaksi yang terjadi yaitu :
(RCOO)3C3H5 + 3H2O  3RCOO.H + C3H5(OH)3
Asam lemak yang terbentuk lalu dimasukkan ke dalam flash tank agar suhunya turun dan
asam lemak yang dihasilkan menjadi lebih pekat, kemudian dimasukkan ke kolom high
vacuum still hingga proses destilasi, pada proses ini asam lemak akan menguap sedangkan zat
yang tidak diharapkan akan keluar melalui bawah kolom.
Uap asam lemak yang terbentuk kemudian dilewatkan ke dalam cooler sehingga
dihasilkan asam lemak yang berbentuk pasta murni lalu produk ini disimpan dalam holding
tank.
Pada proses pembuatan sabun, bahan baku merupakan lemak yang dipompakan ke dalam
mixer, lalu ditambahakn NaOH dan diaduk dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi proses
saponifikasi atau penyabunan. Reaksi yang terjadi adalah :

R.COO.H +NaOH  RCOO.Na + H2O


Lalu dimasukkan ke dalam blender dengan kecepatan rendah agar campuran homogeny,
Pada blender terjadi pencampuran dengan bahan-bahan lain yang dibutuhkan, seperti parfum,
TCC, dan sebagainya. Kemudian produk sabun telah jadi, dan untuk finishing diteruskan
dengan dipompa melalui jalur dipanaskan ke bar sabun untuk sabun batangan dengan
menggunakan tekanan, untuk menghasilkan detergen menggunakan  pengering semprot
sehingga diperoleh sabun berupa serbuk atau bubuk , dan untuk sabun cair yang dikeluarkan
dari bagian bawah alat secara langsung kemudian diikuti dengan operasi pengemasan.

Link By

Ayasa, 2011, “sabun dan detergent”(http://selaluadakk.blogspot.com/2011/12/sabun-


dan-detergent.html) Diakses pada tanggal 17 April 2020, pada pukul 21.50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai