Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+)
yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi seperti fraksi parafin dan olefin
(Bagus, 2013). Dalam pembuatan deterjen pada umumnya masih menggunakan surfaktan
berbasis turunan minyak bumi atau petrokimia berupa alcohol sulfate (AS) dan linear
alkylbenzene sulfonate (LAS). Menurut Fessenden dan Fessenden (1995) bahwa R- (non
polar dan hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel yang
lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah dipisahka.
Sedangkan –C-O- (polar hidrofil) akan larut dalam air membentuk buih dan mengikat
partikel sehingga terbentuk emulsi (Sampepana, 2013)
Link By
Sampepana, Eldha 2013 “Pemanfaatan Methyl Ester Sulfonat Pada Pembuatan
Deterjen Cair” Samarinda, Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.7 No. 14 Desember
2013.
Bagus, Satria, 2013, “Pemanfaatan Kolam Limbah Deterjen sebagai Energi Listrik
Tenaga Galvani”, Semarang, IAIN Walisongo Semarang
Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan menyingkirkan
benda yang tidak diinginkan dari permukaannya. "pembersihan ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode seperti pemisahan mekanik sederhana misalnya mengucek dan
mencelupkan ke dalam air), pemisahan dengan pelarut misalnya penambahan pelarut
organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan kimia seperti surfaktan.
Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen
bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif
adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan
yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa baik cair-gas
maupun cair -cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. adapun konstituen
tambahan dapat berupa pembangun, &at pengisi, &at pendorong, diantaranya adalah '
(garam dodesilben & ena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben. (Akbarve, 2019)
Link By
Akbarve, 2019, “Industri Pembuatan Deterjen” (https://www.coursehero.com
/file/51454526/262705763-Industri-Pembuatan-Deterjendoc/) Diakses pada Tanggal 17
April 2020, pada pukul 21.04 WIB.
Jenis Detergen
Detergen keras yaitu sukar diuraikan oleh bakteri sehingga menimbulkan pencemaran
lingkungan.
Detergen lunak yaitu dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak terlalu menimbulkan
pencemaran.
Alkil Benzen Sulfonat (ABS) + NaOH menghasilkan Natrium Alkil Benzen Sufonat
(detergen keras).
Lauril Asam Sulfat (LAS) + NaOH menghasilkan Natrium Lauril Sulfat (detergen lunak).
B. Bahan Penunjang
C. Bahan Pengisi
Sebagai bahan pengikat digunakan air, yaitu untuk mencampurkan semua bahan (media).
E. Bahan Tambahan
Bahan pewangi dan pewarna digunakan agar detergen mempunyai warna dan
aroma yang spesifik untuk membedakan dengan merk lain dan sesuai dengan warna dan
aroma yang diminati konsumen. Semua bahan dicampur dan dapat dibentuk pasta (krim)
atau disemprotkan lewat menara sehingga menghasilkan butiran-butiran. (Setiawan,
2020).
Link By
Setiawan, Samhis 2020, ““Detergen” Pengertian & ( Jenis – Komposisi Bahan Pembuat )”
(https://www.gurupendidikan.co.id/detergen-pengertian-jenis-komposisi-bahan-pembuat/)
Diakses pada tanggal 17 April 2020, pada pukul 23.11 WIB.
LINK
Edward, 1987, “Sifat-Sifat Deterjen Dan Dampaknya Terhadap Perairan” Oseana,
Volume XII, Nomor 1 : 25-34, 1987 ISSN 0216-1877.
Kegunaan Deterjen
Deterjen merupakan suatu surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan mudah dari proses
petrokimia. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan pada permukaan air, pada dasarnya agar
membuat lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak juga lemak. Deterjen
pada jaman sekarang banyak mengandung zat lebih dari sekedar surfaktan. Detergen atau Produk
pembersih juga kebanyakan mengandung enzim untuk mendegradasi protein berbasis noda, whitening
untuk penghilang warna noda dan menambah daya agen pembersih, dan pewarna biru untuk melawan
penguningan. (Rizkitama, 2016)
Rizkitama, Santian 2016 “Fungsi Deterjen” (https://www.mitralaundry.com/tag/fungsi-
deterjen) Diakses pada tanggal 17 April 2020 pada pukul 23.58 WIB.
2 Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis yang
memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material kering dengan
bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian
bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain yang membentuk
partikel-partikel berukuran besar.
Proses aglomerasi dapat di gambar kan seperti proses penimbunan atau penumpukan
dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau granula. Tahap-tahap
pemprosesan non tower balestra untuk untuk produksi deterjen bubuk berdasarkan pada
proses aglomerasi.Diantara berbagai tahap proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan
operasi yang sangat penting dan kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke struktur fisik
dan pada saat yang sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari produk.
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau
blending. Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam crutcher slurry.
Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue. Komponen-komponen atau
bahan yang digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air yang digunakan
sebagai cairan dalam aglomerasi.
3 Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen bubuk
ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2
menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.
Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-
2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk yang terbentuk dapat dikemas
dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.
Hidrogenasi Langsung dari minyak dan Lemak Suatu proses yang terakhir, yang
dikembangkan dan dipatenkan oleh Henkel KGaA, yaitu direct
hydrogenation dari minyak alami atau trigliserida. Proses ini melalui dua
tahap reaksi, yaitu :
1). Esterifikasi asam lemak dan alkohol lemak menghasilkan Ester dan Air
2). Hidrogenasi ester menghasilkan dua mol Alkohol lemak
Kedua reaksi ini berlansung simultan pada reaktor yang sama. Reaktor yang
digunakan adalah reaktor bertekanan tinggi yang berguna sebagai pemanas awal bagi
material – umpan asam lemak ;
Resirkulasi alkohol lemak dan katalis Slurry , dan gas hydrogen yang diumpankan
secara terus menerus . proses ini berlansung pada kondisi P = 30.000 KPa dan T = 280 0C
1. Reaksi Hidrogenasi
Hidrogenasi metil ester dan asam lemak menjadi alkohol lemak dapat terjadi melalui
reaksi berikut:
Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri besar karena
kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield yang lebih rendah dan
karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu
menjadi ester sebelum dihidrogenasi.
Lurgi telah menemukan cara untuk mengatasi masalah ini dengan esterifikasi bersama
asam lemak dengan alkohol dan hidrogenasi ester dalam reaktor yang sama :
Asam lemak dimasukkan ke dalam alkohol lemak bervolume besar yang sedang
berputar. Volume alkohol lemak adalah lebih dari 250 kali volume asam lemak, sehingga
esterifikasi berpengaruh cepat tanpa adanya efek merusak oleh katalis.
2. Proses Hidrogenasi Tekanan Tinggi
Metil ester yang telah difraksionasi dapat diubah menjadi alkohol lemak dengan
proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi dengan menggunakan katalis CuCr.
CuCr juga membentuk carbon berikatan ganda yang tidak jenuh sehingga hanya
alkohol lemak jenuh yang terbentuk. Jika diinginkan hasil berupa alkohol lemak tak jenuh,
diperlukan katalis zinc.
Proses hidrogenasi terjadi pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan temperature antara
250 C-3000C di dalam sebuah kolom tubular. Berdasarkan perlakuan terhadap katalis, proses
0
(Iskandar, 2019)
Link By
Iskandar, Anwar, 2019 “Proses Pembuatan Deterjen” (https://id.scribd.com/doc/89806360/
Proses-pembuatan-deterjen) Diakses pada tanggal 17 April 2020, pada pukul 21.14 WIB
Gambar Diagram Alir Keseluruhan Proses Pembuatan Deterjen
Dari diagram alir di atas, maka dapat diuraikan proses pembuatan sabun, yaitu sebagai
berikut :
Bahan baku berupa trigliserin masuk ke dalam kolom hidrolizer dengan penambahan
katalis ZPO, akan terjadi proses hidrolisis dengan ditambahkannya uap air panas yang masuk
pada suhu 230-250°C dan tekanan 40-45 atm, sehingga trigliserin terpisah menjadi asam
lemak dan triglserin. Reaksi yang terjadi yaitu :
(RCOO)3C3H5 + 3H2O 3RCOO.H + C3H5(OH)3
Asam lemak yang terbentuk lalu dimasukkan ke dalam flash tank agar suhunya turun dan
asam lemak yang dihasilkan menjadi lebih pekat, kemudian dimasukkan ke kolom high
vacuum still hingga proses destilasi, pada proses ini asam lemak akan menguap sedangkan zat
yang tidak diharapkan akan keluar melalui bawah kolom.
Uap asam lemak yang terbentuk kemudian dilewatkan ke dalam cooler sehingga
dihasilkan asam lemak yang berbentuk pasta murni lalu produk ini disimpan dalam holding
tank.
Pada proses pembuatan sabun, bahan baku merupakan lemak yang dipompakan ke dalam
mixer, lalu ditambahakn NaOH dan diaduk dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi proses
saponifikasi atau penyabunan. Reaksi yang terjadi adalah :
Link By