Anda di halaman 1dari 2

Deterjen, Surfaktan, dan LAS

Deterjen
Deterjen adalah campuran senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan pembersih. Limbah cair deterjen banyak berasal dari air buangan domestik, misalnya air bekas mandi, bekas cuci pakaian, perabotan rumah tangga serta jasa pencucian komersial, buangan industri tekstil, pewarnaan industri komestik, dll. Kandungan dari deterjen adalah materi organik yang dapat menurunkan tegangan permukaan dan membentuk jembatan antara kotoran dengan senyawa pelarut (Weaver, 1960). Deterjen terdiri dari surfaktan, builder yang berfungsi meningkatkan daya cuci dan bahan aditif lainnya. Deterjen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi lemak. Istilah deterjen biasanya digunakan untuk berbagai macam bahan pembersih atau bahan yang memiliki kemampuan membersihkan. (Sawyer, 1994). Adapun kandungan Alkilbenzea Sulfonat (ABS) netral tipe deterjen bubuk sebagai berikut: Tabel 1. Formula ABS Netral

Sumber: Jetro, 1982 Komponen deterjen dan peranannya:

Surfaktan: dalam suatu formulasi deterjen, surfaktan berfungsi untuk mengadsorpsi, mengurangi daya tegang antar permukaan, membasahi, mengemulsikan, dan mendispersi. Builder: berfungsi untuk meningkatkan daya cuci, misalnya sodium karbonat, sodium sulfat, sodium nitrat, sodium trifosfat, sodium silikat, dll. Tripoli Sodium Fosfat (TSP) merupakan salah satu contoh polifosfat yang sering digunakan sebagai zat pembangun dalam pembuatan deterjen. Polifosfat bersifat basa, berfungsi

melunakkan air sadah, sebagai buffer, mencegah redeposisi, dan menyebarkan deterjen dalam larutan. Bahan-bahan lain, misalnya: (i) antioksidan untuk mencegah deterioration sabun terhadap oksidasi (sodium thiosulfat dan sodium hyposulfat); (ii) zat bleaching dan oxiding agent untuk dicampur dengan powdered soap (sodium perborat); (iii) Ianolin untuk meningkatkan kadar minyak; (iv) pelembut kulit; (v) lain-lain seperti parfum, pewarna, senyawa kimia pharmaceutical (deodorant), enzim (protease) yang sering ditambahkan dalam deterjen untuk meningkatkan daya pengikat terhadap kotoran berupa protein.

Surfaktan (S)
S dapat didefinisikan sebagai zat yang memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi ke permukaan antara dalam suatu sistem dan menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Interfase merupakan batas permukaan 2 fase yang berbeda yang tidak dapat menyatu. Pembentukan permukaan antara 2 fase berbeda memerlukan energi tertentu. S dapat menurunkan energi antar permukaan tersebut. S merupakan produk yang banyak digunakan dalam industri kimia, misalnya oli, deterjen (cleaning and laundry), penambangan (untuk mengikat lumpur dari proteleum), flotation agent dalam pemurnian batu bara. S memiliki molekul polar dengan 2 ujung, dimana masing-masing ujung itu terikat pada 2 fase yang berbeda. Karakteristik molekulnya adalah amfipatik, karena memiliki 2 struktur sekaligus, yaitu:

Lyofobik, adalah struktur yang memiliki ikatan yang sangat kecil dengan pelarutnya. Dalam pelarut polar seperti air. Molekul lyofobik dapat berupa hidrokarbon, fluorokarbon atau rantai siloxane yang berantai panjang. Lyofilik, adalah struktur yang memiliki ikatan yang kuat dengan pelarutnya. Pada pelarut polar molekul lyofilik biasanya berupa senyawa ionik.

Karena sifat lyofobik-nya, maka ketika S larut dalam pelarut terjadi distorsi pada struktur cairan pelarut sehingga S akan lebih mudah dibawa permukaan antar fase sehingga S akan menurunkan tegangan pada area permukaan. Sifat lyofilik mengakibatkan S sebagian tertahan dalam larutan sehingga tetap hadir dalam fase yang sama. Struktur seperti itu menyebabkan tidak hanya konsentrasi S yang terkonsentrasi di permukaan, tapi juga menyebabkan terpisahnya molekul hidrofilik dan hidrofobiknya (Rasen, 1978). Klarifikasi S umumnya tergantung pada penguraian elektrolit. Berupa senyawa polar hidrofilik, misalnya anionik (bermuatan -), kationik (bermuatan +), non ionik (tidak bermuatan), dan anfoterik (bermuatan + & -). S anionik lebih sering digunakan karena lebih mudah terurai. S anionik adalah S yang bermuatan (-) dalam larutan. S jenis ini umumnya merupakan turunan dari sulfat, karboksilat, atau senyawa sulfanat. Biasanya tipe senyawa ini sebagai asam karboksilat dan turunannya (sebagian besar berasal dari minyak alam), turunan asam sulfonat (alkil benzena sulfonat LAS atau ABS dan sulfonal lainnya), asam sulfur ester dan garam (sebagian besar sulfat alkohol dan eter). Alkil sulfat dengan mudah terbiodegradasi dalam 24 jam di sungai atau sistem IPAL. Kendala lain alkil sulfat tidak stabil dalam kondisi asam, sehingga diganti dengan ABS dan LAS yang paling banyak digunakan sebagai deterjen sintetis, sebab memiliki keunggulan dalam membersihkan, lebih stabil dalam ikatan kimia dan harga yang lebih murah (Yapijakis, 1992).

http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/

Anda mungkin juga menyukai