Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KELOMPOK ARGENTOMETRI

OLEH KELOMPOK III Jeni Rustan (N111 12 009) Ayu Isitiqomah Fauziah (N111 12 296)

Ika Reskia Nurul Hamka (N111 12 105) Nurul Fajaryanti (N111 12 341) Edwin rinaldi (N111 12 266 ) Krismawati Simon (N111 12 268) Armala Sahid (N111 12 902) Suharpiami (N111 10 )

GOLONGAN RABU PAGI ASISTEN : RIMA PUSPITASARI

MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.2

Latar belakang Percobaan ini dilakuan agar dapat mengetahui dan mengerti

bagaimana mekanisme pengendapan suatu sampel. Sebenarnya metode argentometri jarang digunakan karena beberapa alasan seperti kurang dapat dipastikan komposisi dari endapan itu sendiri, kekurangan lainnya yaitu metode ini sedikit sekali indikator yang sesuai. Cara ini dipakai karena realif mudah dan reaksi yant terjadi relatif cepat dan titk akhir ekivalen dan titik akhir titrasinya mudah dan gampang untuk dikenali serta hasilnya kuantitatif. I.2 I.2.1 Maksud dan tujuan percobaan Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu zat dengan analisa secara argentometri. I.2.2 Tujuan percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi dari NaCl, KBr dan NH4Cl dengan menggunakan metode argentometri.

I.3

Prinsip Pecobaan

1. Penetapan kadar natrium klorida berdasarkan metode Mohr yang dititrasi dengan larutan baku perak nitrat 0,1 N dan menggunakan indikator kalium kromat. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi coklat kemerahan 2. Penetapan kadar amonium klorida dan kalium bromida berdasarkan metode Volhard yang ditambahkan dengan larutan baku perak nitrat 0,1 N berlebih. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Titik akhir titrasi ditandai dengan warna larutan menjadi coklat kemerahan. 3. Penetapan kadar amonium klorida dan natrium klorida berdasarkan metode Fajans yang dititrasi dengan larutan baku perak nitrat 0,1 N dan menggunakan indikator fluoresin. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna permukaan endapan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Teori umum Titrasi pengendapan atau lebih dikenal dengan argentometri adalah

golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mengalami kesetimbangan setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk mrlihat titik akhir titrasi. Kekurangan dari metode argentometri ini jarang digunakan karena analis tidak menghasilkan data yang akurat yaitu komposisi endapan tidak selalu diketahui dan susah mencari indikator yang sesuai (1 : 161). Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan jika bereaksi dengan AgNO3 (2:146). Argentometri sangat berhubungan dengan kelarutan. Dengan mengerti kelarutan suatu zat, prinsip dari metode ini dengan mudah dipahami. Metode-metode yang digunakan dalam titrasi argentometri yaitu:

1. Metode mohr Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam susana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat

dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Metode ini dilakukan dalam suasana netral, maka cara untuk menetralkan larutan yang asam adalah menambahkan CaCO3 atau natrioum bikarbonat secara berlebihan. Untuk larutan asam, diasamkan lebih dahulu dengan asam asetat kemudian ditambah kalsium karbonat sedikit berlebihan (2:147). 2. Metode Volhard Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe (III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat warna dalam

larutan. Selama titrasi, Ag(SCN) terbentuk sedangkan titik akhir dicapai bila NH4SCN berlebih bereaksi dengan membentuk larutan berwarna merah gelap yaitu [Fe(SCN)]2+. Jumlah tiosianat yang menghasilkan warna harus sedikit. Pada metode volhard, dalam menentukan kadar klorida, harus dalam susana asam karena pada suasana basa Fe 3+ akan terhidrolisis. Pada metode ini digunakan titrasi balik karena AgNO3 berlebih yang

ditambahkan ke larutan klorida tetntunya tidak bereaksi. Larutan tersebut dititrasi balik dengan besi (III) amonium sulfat sebagai indikator. Cara ini kurang akurat karena endapan yang dihasilkan yaitu AGSCN kurang larut dibanding AgCl. (1:174) 3. Metode Fajans Pada metode ini digunakan indikator absorpsi yang mana pada titik ekuivalen, indikator terabsorpsi oleh endapan, bukan bereaksi dengan titran. Indikatornya tidak memberikan perubahan warna pada larutannnya, melainkan endapannnya. Jadi titik akhir dari metode ini dilihat dari perubahan warna endapan yang terbentuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah endapan harus dijaga tetap dalam bentuk koloid. Larutan tidak bolhe terlalu encer karena sehingga akan memebentuk endapan yang sedikit yang mengakibatkan perubahan warna yang tidak jelas. Ion indikator harus tidak terabsorpsi sangat kuat, seperti misalnya pada titrasi korida dengan indikator eonsin, yang mana indikatornya terabsorpsi terlebih dahulu sebeleum titik ekuivalen tercapai (2:148-149). 4. Metode Liebig Metode Liebig; Pada metode ini tiitk akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena

terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kesukaran dalam memperoleh titik akhir yang jelas disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati ititk akhir (2:149). II.2 Uraian bahan

1) Perak nitrat (3 : 197) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Argerti Nitrate : Perak nitrat : AgNO3 / 169,57 : Hablur transparan/ serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, muda larut dalam etanol (95%) P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

2) Natrium Klorida (1: 403) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Natrii Chloridum : Natrium klorida : NaCl / 58,44 : Hablur heksa netral, & berwarna/ serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P. Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai sampel

Natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99,5 % NaCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 3) Kalium Bromida (1:328) Nama resmi Nama lain RM/ BM : Kalii Brimidum : Kalium Bromida : KBr /119,01

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, transparan/ buram/ serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan agak pahit.

Kelarutan

: Larut dalam 1,6 bagian air dan dalam lebih kurang 200 bagian etanol (95%) P.

Penyimpanan Kegunaan

: Dalam wadah tertutup baik : Sebagai sampel

Kalium Bromida mengandung tidak kurang dari 98,5 % dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 4) Amonium Klorida (1:87) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Amonii Chloridum : Amonium Klorida : NH4Cl/ 153,49 : Serbuk butir/ hablur, putih, tidak berbau, rasa asin Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P. Lebih mudah larut dalam air mendidih

Penyimpanan Kegunaan

: Dalam wadah tetutup baik : Sebagai sampel

Amonium klorida mengandung tidak kurang dari 99,5 % NH4Cl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 5) Air suling (1:96) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Aqua Destilata : Air suling/ aquades : H2O/ 18,02 : Putih, hablur transparan, tidak berwarna, tidak berbau, jernih, dan tidak berasa Kelarutan Penyimpanan Kegunaan :: Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pelarut

6) Kalium kromat (1: 690) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Kalii Chromat : Kalium Kromat : K2CrO4 : Hablur kuning

Kelarutan Penyimpanan Kegunaan

: Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai indikator

7) Besi (III) Amonium sulfat (1:689) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Ferrii Aminii sulfas : Besi (III) amonium sulfat : [Fe (NH4) (SO4)2] / 126,01 : Hablur berwarna lembayung pucat atau hablur praktis tidak berwarna Kelarutan Penyimpanan Kegunaan 8) Eosin (1:671) Nama resmi Nama lain RM Pemerian : Dinatrium Tetrabromoflouresin : Kuning eosin : C20H6BrNa2O5 : Serbuk, merah, mudah larut dalam air, : Larut dalam air : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai indikator

berwarna kuning sampai merah keunguan; dengan flouresin kuning kehijauan. Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Larut dalam air dan etanol (95%) P. : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai indikator

9) Natrium Karbonat (1: 400) Nama resmi Nama lain RM/ BM Pemerian : Natrii Carbonas : Natrium karbonat : Na2CO3/ 124,00 : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam air mendidih Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Zat tambahan

10) Amonium Tiosianat (1: 645) Nama resmi Nama lain : Amonii tiosianas : Amoinium tiosianat

RM Pemerian Kelarutan

: NH4SCN : Hablur, tidak berwarna : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan Kegunaan II.3. Prosedur kerja

: Dalam wadah tertutup baik : Sebagai larutan baku

a. NaCl 1. Timbang seksama 250 mg, larutkan dalam 50 ml air, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N menggunakan indikator larutan kalium kromat P. 1 ml perak nitrat setara dengan 5, 842 mg NaCl. (3 : 404) 2. Timbang seksama 250 mg zat uji, kemudian larutkan dalam 10 ml air suling, tambahakan indikator K2CrO4 5% 2 tetes dan titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N. 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 5, 844 mg NaCl. (4 : 585) 3. Timbang seksama 250 mg, masukan wadah porselen, tambahakan 140 ml air dan 1 ml dikloroflorosenia, campur, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N. 1 ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl. (2.2:20) (5)

b. Kalium bromida 1. Ditimbang seksama 105 mg KBr, dilarutkan dalam 10 ml air, tambahkan HNO2 2 ml dimana larutan berwarna kuning, lalu ditambahakan AgNO3 15 ml , terbentuk endapan kuning. Teteskan indikator besi (III) amonium sulfat 3 tetes, terbentuk endapan hijau pucat. Titrasi dengan KSCN sebanyak 7,7 ml dan terbentuk larutan merah tua. (4 : 1165) 2. Siapakan alat dan bahan, dipipet 10,0 ml larutan yang telah disiapkan. Masukan ke dalam Erlenmeyer, tambahakan 1 ml larutan K2CrO4 5%, titrasi dengan sampai terbentuk endapan merah. (5) 3. Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam dalam campuran 40 ml air dan 5 ml HNO3 P. Tambahkan 50 ml AgNO3. Titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N dengan menggunakan indikator Besi (III) amonium sulfat P. Lakukan koraksi dan hasil penetapan kadar klorida di atas. 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 11,90 KBr. (3:329) c. Amonium Klorida 1. Timbang seksama 200 mg, larutkan dalam 35 ml air, tambahakan berturut-turut 15 ml asam nitrat encer P. 5 ml nitrobenzen P pada 50 ml AgNO3 0,1 N. Kocok kuat-kuat selama 1 menit. Titrasi dengan amonium tiosisanat 0,1 N menggunakan indikator 5 ml besi (III) amonium sulfat P. Sehingga warna coklat kemerahan yang larutan baku AgNO3 0.1 N

terjadi steleah dikocok tidak hilang dalam waktu 5 menit. 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 5, 349 NH4Cl. (3:88) 2. Timbang seksama 100 mg, larutkan dalam 100 ml air dalam cawan porselen. Tambahakan 1 ml diklorofloresin P. Campurkan. Titrasi dengan AgNO3 0,1 N sehingga terbentuk flokulasi dan larutan berubah menjadi merah muda lemah. 1 ml AgNO 3 0,1 N setara dengan 5,349 mg NH4Cl. (4:95) 3. Timbang seksama 200 mg zat, larutkan dalam 30n ml air. Tambahakan berturut-turut 15 ml asam nitrat encer dan 50 ml lariutan AgNO3 0,1 N. Kocok kuat-kuat hingga 1 menit. Titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N dengan menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat sebanyak 1 ml sehingga berubah warna menjadi merah kecoklatan. (1 :151)

BAB III METODE KERJA

III. 1.

Alat dan Bahan

III. 1. 1. Alat Alat-alat yang diguanakan adalah buret, erelenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes. III. 1. 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu NaCl, KBr, NH4Cl, luminal, larutan baku AgNO3, amonium tiosianat, kalium kromat, larutan Besi (III) amonium sulfat. IIII. 2. Cara kerja 1. NaCl a. Mohr 1. Alat dan bahan dipersiapkan 2. Sampel dimasukan ke dalam Erlenmeyer 3. Sampel dilarutkan dalam 20 ml air irigasi. 4. Indikator kalium kromat ditambahakan sebanyak 3-5 tetes 5. Lalu titrasi dengan AgNO3 0,087 N

b. Fajans 1. Alat dan bahan disiapkan 2. Sampel dimasukan ke dalam Erlenmeyer 3. Sampel dilarutkan dalam 50 ml air 4. Indikator flouresin ditamabahkan 0,5 ml 5. Larutan di titrasi dengan AgNO3 0,087 N 2. KBr Volhard 1. Alat dan bahan disipakan 2. Sampel dimasukan dalam Erlenmeyer 3. Sampel dialrutkan dengan 10 ml air irigasi 4. Kemudian ditambahakan asam nitrat 0,087 N sebanyak 2 ml 5. Perak nitrat ditambahakan sebanyak 13 ml dengan menggunakan buret 6. Indikator besi (III) amonium sulfat ditambahakan sebanyak 3-5 tetes 7. Larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan amonium tiosianat 0,087 N 3. NH4Cl a. Fajans 1. Alat dan bahan disipakan 2. Sampel dimasukan dalam Erlenmeyer

3. Air irigasi ditambahkan hingga 100 ml 4. Indokator flurosein ditambhakn sebanyak 1 ml 5. Larutan sampel dititrasi denhan AgNO3 0,0876 N b. Volhard 1. Alat dan bahan disipakan 2. Sampel dimasukan dalam Erlenmeyer 3. Air irigasi ditambahkan hingga 15 ml 4. HNO3 encer ditambahkan sebanyak 7 ml 5. AgNO3 0,1 N ditambahkan sebanyak 25 ml 6. Larutan sampel dikocok kuat-kuat 7. Indikator besi (III) amonium sulfat ditambahkan sebanyak 1 ml 8. Larutan sampel dititrasi dengan NH4SCN 0,087 N

BAB IV HASIL PENGAMATAN

VI. 1. Tabel hasil pengamatan Kel. 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 SAMPEL NaCl NH4Cl NaCl NH4Cl KBr NaCl KBr NaCl NH4Cl NaCl NH4Cl NH4Cl Metode Mohr Fajans Mohr Fajans Volhard Fajanrs Volhad Fajans Mohr Mohr Volhard Fajans Bsampel 108 101 97 103 100 126 99,3 111 108 108 108 126 V1 (ml) 12,5 19,1 17,6 24,7 13 22,25 2,8 22,4 25 21 25 22,5 V2 (ml) 0,4 13 4,5 N1 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 0,087 N2 0,087 0,087 0,087 -

Keterangan: V1 = Volume AgNO3 V2 = Volume NH4SCN N1 = N AgNO3 N2 = N NH4SCN

IV. 2. Reaksi a. NaCl (Mohr) 1. Reaksi sampel dengan titran NaCl + AgNO3 2. Reaksi antara indikator dan titran K2CrO4 + AgNO3 b. NaCl (Fajans) 1. Reaksi antara sampel dan titran NaCl + AgNO3 2. Reaksi antara indikator dengan titran AgNO3 + Fc. KBr (Volhard) 1. Reaksi sampel dengan titran KBr + AgNO3 AgNO3 + NH4SCN 2. Reaksi antara indikator dan titran NH4SCN + [FeNH4(SO4)2] 2(NH4)2SO4 d. NH4Cl (Fajans) 1. Reaksi sampel dengan titran NH4Cl + AgNO3 AgCl + NO3NH4 Fe (SCN)3 (merah) + KNO3 + AgBr AgSCN + NO3NH4 AgF (merah) + NO3NaNO3 + AgCl (Putih) KNO3 + Ag2CrO4 (Merah) NaNO3 + AgCl (putih)

2. Reaksi antara titran dengan indikator AgNO3 + Fe. NH4Cl (Volhard) 1. Reaksi sampel dengan titran NH4Cl + AgNO3 AgNO3 + NH4SCN 2. Reaksi antara titran dan indikator NH4SCN + [FeNH4(SO4)2] 2(NH4)2SO4 IV. 3. Perhitungan KBr (Volhard) % kadar =
( )

AgF (merah) + NO3-

AgCl + NO3NH4 AgSCN + NO3NH4

Fe (SCN)3 (merah) +

= = 130,4% % kadar =
( )

= 130,4% % Kadar =

= 130,47% Mg = (V1N1-V2N2)BE =( =130,47 NaCl (Mohr) % kadar = )

= = 89,79% % kadar =

= = 80,72% % Kadar =

= = 89,72% Mg = V x N x BE = 22,25 x 0,087 x 58,4 = 113,04

NH4Cl (volhard) % kadar =


( )

= 54,298% % kadar =
( )

= 54,298% % kadar =

= = 54,298
Mg =( V1N1-V2N2)BE = 1,09632 X 53,49 NH4Cl (Fajans) % kadar =

= = 95,87% % kadar =

= = 95,89% % Kadar =

= = 95,87% Mg = V x N x BE = 22,25 x 0,087 x 53,49 = 103,54

BAB V PEMBAHASAN

Argentometri adalah metode untuk menentukan kadar semua senyawa halogen dan senyawa-senyawa lain dengan menitrasi

menggunakan larutan baku perak nitrat pada keadaan tertentu. Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar NaCl dengan metode fajans dan KBr dengan metode Volhard. Penetapan kadar NaCl dan NH4Cl dengan metode fajans dimulai dengan melarutkan NaCl dan NH4Cl menggunakan air irigasi, kemudian ditambahkan indikator flurosein. Penambahan flurosein menyebabkan perubahan warna pada endapan dan tidak menyebabkan perubahan warna apada larutan. Hal ini disebabkan karena flouresin diadsorpsi pada permukaan AgCl. Kemudian titrasi larutan sampel dengan AgNO 3 0,087 N sampai mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna permukaan endapan. Pada percobaan ini didapatkan kadar NaCl 89,79%, yang tidak memenuhi syarat dalam farmakope dan 102,61% yang memnuhi syarat dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,5% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kadar NH4Cl dan 95,87% yang tidak memenuhi syarat dalam farmakope dan 107,32% yang memenuhi syarat dalam famakope yaitu tidak kurang dari 99,5% dihitung terhadap zat telah

dikeringkan. Kekurangan dari metode ini adalah sulitnya pemilihan dan ketersediaan indikator adsorpsi. Penetapan kadar KBr dan NH4Cl dilakukan dengan metode Volhard dimulai dengan melarutkan sampel menggunakan air irigasi. Digunakan air irigasi karena air irigasi tidak mengandung mineral-mineral yang dapat ikut berekasi saat melakukan titrasi. Kemudian tambahkan HNO3 dengan tujuan membuat suasana larutan sampel menjadi asam. Setelah itu ditambahakan larutan baku AgNO3 0,087 N. Digunakan indikator besi (III) amonium sulfat, kareana dalam suasana asam, kelebihan tiosianat dapat berekasi dengan besi (III) amonium sulfat membentuk kompleks besi (III) tiosianat. Pada percobaan ini didapatkan kadar KBr 15,52% yang tidak memenuhi syarat dalam farmakope dan 130,4% yang memenuhi syarat dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,5%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kadar NH4Cl adalah 88,33% yang tidak memenuhi syarat dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 99,5% dihitung terhadap zat telah dikeringkan. Kelebihan menggunakan metode Volhard adalah dapat digunakan pada sampel yang lebih luas, seperti pada iodida, yang sedangkan lebih rumit

kekurangannya

sendiri

adalah

pengerjaannya

dibandingkan dengan metode Mohr. Penetapan kadar NaCl dan NH4Cl dengan metode Mohr dimulai dengan melarutkan sampel dalam air irigasi. Digunakan air irigasi agar

tidak ada mineral-mineral yang ikut berreaksi dan mengganggu titik akhir reaksi. Digunakan indikator kalium kromat, dan dititrasi denagan AgNO3 0,087 N dalam suasana netral. Pada percobaan ini, kadar NaCl adalah 58,84%, 82,85%, yang tidak emmenuhi syarat dalam farmakope dan 98,861% yang memenuhi syarat dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,5% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kelebihan menggunakan metode ini adalah mudah dilakukan, sedangkan kekurangannya adalah hanya baik dilakukan pada sampel kloridan dan bromida, tapi tidak begitu tepat untuk penetapan kadar

iodida dan sianida. Faktor-faktor kesalahan yang menyebabkan diantaranya yaitu: 1. Kemungkinan terjadi kesalahan pada individu baik saat melakukan titrasi (titran berlebih atau kekurangan) 2. Kemungkinan terjadinya kesalaha juga diakibatkan oleh alat yang tidak steril atau belum murni, misalnya sudah digunakan pada zat lain lalu diapakai lagi untuk zat yang lainnya. Metode Mohr dilakukan dalam suasana netral karena suasana asam akan menyebabkan sampel mengalami reaksi redoks, sedangkan jika suasana basa, larutan akan membentuk Fe(OH)3

Metode Volhard dilakukan dalam susana asam karena jika dalam suasana basa dapat menyebabkan ion Besi (III) diendapakan menjadi Fe(OH)3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode fajans: 1. Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentu koloid 2. Garam netral dalam jumlah besar dan ion yang mengkoagulasi 3. Larutan tidak boleh terlalu encer, karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. 4. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. 5. Ion indikator harus tidak teradsorpsi sebelum terccapai titik eqivalen, tetapi harus segera teradsorpsi kuat setelah tercapai titik eqivalen. 6. Ion indikator tidak boleh teradsorpsi terlalu kuat.

BAB VI PENUTUP

V. 1. Kesimpulan Dari percobaan argentometri, dapat disimpilkan bahwa: 1) Sampel NaCl memilki kadar 89,78%, 102,61%, 58,89%, 82,85%, 98,861%. Yang memenuhi 102,61% dan 98,861%. 2) Sampel KBr memilki kadar 130,4% dan 15,52%. Yang memenuhi syarat dalam farmakope adalah 130,4%. 3) Sampel NH4Cl memiliki kadar 95,87%, 107,32% dan 88,33%. Yang memenuhi syarat dalam farmakope adalah 107,32%. V. 2. Saran 1) Sebaiknya disediakan lebih banyak buret agar praktikum berjalan lebih lancar. 2) Sebaiknya asisten menjelaskan sampai konsep dasar yang lebih detail mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. syarat dalam farmakope adalah

DAFTAR PUSTAKA

1. Marzuki, Asnah. 2013. Kimia Analisi Farmasi. Makassar: Dua Satu Press. 2. Gholib, ibnu. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta : Erlangga. 3. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI 4. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI 5. The Department of Health. British Pharmacopoeia 2009. British Pharmacopoeia Commission Office : London. 6. Sadi, S. Dkk. 1994. Analisis klimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Lembaga Penerbit Unhas 7. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Anda mungkin juga menyukai