Anda di halaman 1dari 4

htt

p://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16529/F03abu.pdf?sequence=2

Berkaitan Dengan Polaritas Dari Pelarut


Ratings: (0)|Views: 166|Likes: 0
Published by Immanuel Sitompul
See more

Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar
dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar,
tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh
pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh
pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawasenyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak
berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter.
Terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu : a. momen
dipol (hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan yang berikatan) b. konstanta
dielektrik c. kelarutannya dengan air Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan
konsanta dielektrik yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki
momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar.
Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air termasuk polar, sedangkan pelarut
yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar..
Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum

Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Makin
panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut
Hilderbrane: kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih penting dari pada
kemolaran suatu zat. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan
zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini
menurut Moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Adakalanya suatu zat lebih mudah
larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya.
http://www.scribd.com/doc/226722268/Berkaitan-Dengan-Polaritas-Dari-Pelarut#scribd

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus
amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan
gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino
mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino
juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Poedjiadi, 1994).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya. Monomermonomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu
monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut
translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA (Anonim, 2011).
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar yang saling
berkaitan satu sama lain. Ternyata ada 24 jenis rantai cabang R yang berbeda ukuran, bentuk,
muatan, dan reaktivitasnya. Rantai cabang R dapat berupa atom H pada glisin, metil pada alanin,
atau berupa gugus lainnya, baik gugus alifatik, hidroksil, maupun aromatik (Anonim, 2011).
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun oleh matarantai asamasam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil (COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat
sebelah gugus karboksil (atau atom C alfa). Asam-asam amino yang berbeda-beda (ada 20 jenis
asam amino dalam protein alamiah) bersambung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus
karboksil suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang di sampingnya
(Sudarmadji, dkk., 1996).
https://pustakabiolog.files.wordpress.com/2011/12/reaksi-e28093-reaksi-spesifik-asamamino.docx.

Anda mungkin juga menyukai