Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I I. NOMOR PERCOBAAAN : V II. NAMA PERCOBAAN : KELARUTAN III. TUJUAN PERCOBAAN : 1.

Membedakan palarut organic yang bersifat polar dan pelarut organic yang bersifat nonpolar. 2. Menentukan kelarutan suatu zat atau senyawa dalam berbagai pelarut organic. IV. DASAR TEORI : Adanya perbedaan elektronegatifitas di dalam ikatan kovalen akan menimbulkan perbedaan muatan parsial atom-atom penyusun molekul. Perbedaan ini menyebabkan senyawa mempunyai momen dipol-dipole dan senyawa bersifat polar. Senyawa yang bersifat polar akan lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa yang bersifat nonpolar lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lai ntetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen, panjang rantai atom karbon, memiripan struktur dan lainnya. ( Tim Kimia Organik.2011.Penuntun Prkatikum Kimia Organik I. Laboratorium Kimia Organik.Indralaya:UNSRI) Kelarutanatau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatupelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh namun ada juga larutan tak jenuh serta larutan tepat jenuh.. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatucairan yang dapat berupa zat murni ataupuncampuran. Zatyang terlarut, dapat berupagas, cairan lain, ataupadat. Kelarutan bervariasi dari selalu larutseperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut"(insoluble) sering diterapkan padas enyaw a yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya adasangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air). ( http://larutan.sifat .dasar.wikipedia._terjemahan.larutan.pdf.org.html.com )

Kita sangat sering melihat campuran di kehidupan sehari-hari, baik itu campuran homogen ataupun campuran heterogen. Campuran homogen merupakan campuran dimana semua bagian campuran memiliki susunan yang sama dan seragam. Campuran homogen disebut juga larutan Contoh campuran homogen adalah teh dan susu larutan teh dan susu merupakan contoh campuran homogen karena kita tidak bisa lagi membedakan komponen-komponen penyusun larutan tersebut, seperti bubuk susu, air,dan gula. Karena komponen-komponen dalam larutan ini sudah tercampur menjadi satu dan memiliki susunan komponen yang sama di semua bagian larutan. Campuran heterogen merupakan campuran yang penyusunnya tidak seragam atau tidak sama.contoh campuran heterogen adalah campuran antara tanah dengan batu krikil: campuran antara tanah dan batu krikil merupakan contoh campuran heterogen karena kita masih dapat membedakan komponen-komponen penyusunnya. Seperti terlihat pada gambar kita masih dapat membedakan komponen penyusun campuran antara tanah dan batu krikil karena di semua bagian campuran tersebut tidak seragam sehingga kita bisa membedakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible). Pengaruh Temperatur(Suhu) pada Kelarutan Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi. Pengaruh tekanan pada kelarutan Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air. Pengaruh Jumlah zat terlarut dan pelarut pada kelarutan Jika jumlah pelarut lebih banyak maka kelarutannya akan makin besar, sedangkan bila jumlah pelarut lebih sedikit maka kelarutan akan semakin kecil. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling

bercampur. Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut: 1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut. 2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut. 3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat Larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu. 4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperature tertentu. Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai : 1. Air, untuk macam-macam garam. 2. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol. 3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol. 4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat. 5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol. 6. Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan klorbutanol. 7. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak. (http://kelarutandila.blogspot.com/) Efek suatu ion sekutu terhadap kelarutan. Dalam contoh di depan mengenai perhitungan hasil kali kelarutan, telah kita tinjau kasus garam-garam yang dilarutkan dalam air murni. Namun seringkali suatu lrutan mengandung sumber tambahan dari salah satu ion garam yang sukar larut itu. Pengaruh perubahan konsentrasi satu ion terhadap konsentrasi ion yang lai merupakan suatu contoh ion sekutu. (Charles,donal,dkk.1979.Kimia Universitas.halm :7) Analisa kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat di gunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis yang dinamakan kualitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada dalam campuran. Anlisis tak sellu perlu menyatakan sumber senyawa yang menghasilkan ion atau banyknya (kualitas) ion. Analisis kualitatif berlaku untuk anion dan kation. Seperangkat prosedur digunakan untuk melakukan analisis dinamakan bagan analisis kualitatif. (Ralph petrucci dan suminar.1992.Kimia Dasar II. Halm : 352)

ALAT DAN BAHAN 1. Alat Rak dan tabung reaksi Spatula Gelas Beker Pipet Tetes Penangas Air Gelas Ukur Botol Semprot Timbangan Teknis 2. Bahan Benzene

N-heksan Methanol Kloroform Etil Asetat Aquades Sukrosa ( sampel A ) Naftalena ( sampel B ) Asam Benzoate ( sampel C )

PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini mengenai kelarutan kita dapat membedakan pelarut organik yang bersifat polar dan pelarut organik yang bersifat nonpolar. Selain itu, kita juga dapat melihat jenis jenis larutan menurut kejenuhannya yaitu larutan jenuh, larutan tidak jenuh, serta larutan lewat jenuh. Dikatakan larutan tepat jenuh jika konsentrasi larutan sama dengan Ksp, dikatakan larutan belum jenuh jika konsentrasi larutan kurang dari Ksp, dan dikatakan larutan lewat jenuh jika konsentrasi larutran lebih besar dari Ksp. Larutan jenuh merupakan larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut yang larut dan melakukan kesetimbangan dengan zat terlarut padatnya. Larutanm tidak jenuh merupakan larutan larutan yang mengandung solute ( zat terlarut ) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Larutan lewat jenuh merupakan larutan yang mengandung lebih banyak solute ( zat terlarut 0 daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Dalam kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tetapan dielektrik suatu zat, ada atau tidaknya ikatan hidrogen dalam molekulnya, perbedaan dari keelegtronegatifan, panjang rantai karbon serta kemiripan dari struktur, suhu ata temperatur yang digunakan, maka akan semakin besar pula kelarutannya, begitu juga sebaliknya. Adapun didalam besar pula kelarutannya, digunakan sampel sukrosa, naftalena dan benzena. Salah satu ciri penting dari pelarut di antaranya tetapan dieletrik. Tetapan dielektrik pelarut merupakan nisbah gaya yang bekerja antara dua muatan didalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada dua muatan itu didalam pelarut. Tetapan ini menentukkan sampai sejauh mana tingkat kemampuan melarutkan pelarut itu. Pelarut pelarut yang emiliki tetapan dieletrik rendah merupakan pelarut yang baik untuk zat zat yang tak berkutub ( non polar ). Umumnya pelarut pelarut zat berkutub ( polar ) dapat melarutkanb zat zat berkutub dan pelarut pelarut yang tak berkutub ( non polar ) dapat melarutkan zat zat yang berkutub ( non polar 0. Selain itu tetapan dielektrik, faktor ada tidaknya ikatan hidrogen juga sangat menentukkan. Kecenderungan pelarut membentuk ikatan hidrogen dengan membentuk sejumlah besar ikatan jidrogen yang menyebabkan tetapan dielektriknya yang sangat tinggi. Kecenderungan ini dapat kita lihat melalui hubungan antara tetapan dielektrik dan momen dwi kutub untuk sejunlah pelarut yang lebih lazim di gunakan. Simpangan terbesar di berikan oleh air karena besarnya kecenderungan air yang membentuk ikatan hidrogen. Dari praktikum yang telah dilakukan pada umumnya senyawa yang termasuk pada golongan aromatis seperti benzene mempunyai sifat non polar. Sukrosa merupakan senyawa polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar, misalnya iar. Pada percobaan ini fungsi pemanasan sebagai cara yang digunakan untuk melarutkan kristalnya. Air bersifat polar karena memiliki iukatan hidrogen yang baik antara molekul air maupun dengan molekul yang lain . Apabila antara pelarut polar dilarutkan dalam non polar, maka hasil yang di dapat dari pencampuran tersebut akan terbentuk dua lapisan yang terbagi atas lapisan atas ddan lapisan bawah.

Kelarutan juga bergantung pada jenis zat terlarut karena dilihat dari percobaan ada yang mudah larut, anmun banyak pula yang sedikit larut. Artinya kelarutan bergantung pada sifat solvent ( pelarut ). Kelarutan yang besar terjaid bila molekul molekul dari zat terlarut ( solute ) memiliki kesamaan struktur dan sifat sifat kelistrikan dari molekul molekul pelarut ( solvent ). Jika keasaman itu ada, seperti momen dipol yang tinggi maka antara pelarut pelarut, gaya tarik yang terjadi antara solute dan solvent kuat. Apabila tidak ada maka keasaman antara gaya tarik solute dan solvent lemah. Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan kelarutan yang pertama Sifat dari solute dan solventSolute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform. Yang kedua Cosolvensi, Cosolvensi merupakan peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit. Yang ke tiga Kelarutan,Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya Dapat larut dalam air, semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base,semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. Tidak larut dalam air. Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3, semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.Yang ke empat Temperatur,Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.Yang kelima Salting Out,Salting Out merupakan Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Yang keenam Salting In,Salting in merupakan adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.Yang ketujuh Pembentukan Kompleks,Pembentukan kompleks merupakan peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. Dalam percobaan ini analisa yang digunakan merupakan analisa kualitatif , dimana analisa ini berdasarkan pada pengamatan yang menggunakan panca indera yyang di tandai dengan perubahan warna, berbau. Pelarut organik merupakan senyawa yang mengandung gugu C, H, N, dan O. Larutan merupakan campuran homogen antara solute ( terlarut ) dan solvent ( pelarut ). Disini larut terbagi dua antara ;lain larutan homogen dan larutan heterogen. Dimana larutan homogen merupakan larutan yang tidak dapat dipisahkan lagi antara zat pelarut ( solvent ) dan zat terlarut ( solute ). Sedangkan larutan heterogen merupakan larutan yang masih dapat dipisahkan lagi antara zat terlarut ( solute ) dan solvent ( zat pelarut ).

PEMBAHASAN II Dalam percobaan ini mengenai rekristalisasi, dimana rekristalisasi merupakan pemurnian zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok, atau singkatnya rekristalisasi dapat disebut sebagai pemurnian kristal kembali. Pada percobaan kali ini sampel yang akan kita murnikan kembali berupa asam benzoat. Untuk percobaan ini, pada saat pembuatan kristal atau melarutkan asam benzoat dengan air harus dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan ini bertujuan agar antara sampel dan aquades tersebut proses kelarutannya dapat dipercepat. Pemanasan ini dilakukan karena asam benzoat dan air bila dilarutkan sukar larut akibat sifat asam benzoat yang semi polar sehingga perlu dipanaskan agar kelarutan antara sampel dengan air dapat cepat larut. Kelarutan dapat kita artikan sebagai jumlah maksimum suatu zat terlarut yang dapat larut dalam suatu pelarut tertentu. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain suhu, konsentrasi, luas permukaan zat terlarut dan juga tekanan. Apabila suatu larutan dipanaskan, maka dapat mempecepat proses kelarutannya. Hal ini disebabkan pada suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik partikel partikelnya. Sehingga tumbukan antar partikel sering terjadi, akibat reaksi semakin cepat. Begitu pula untuk faktor konsentrasi, semakin besar konsentrasinya maka proses kelarutannya pun akan semakin cepat. Untuk luas permukaan semakin luas permukaan bidang sentuh maka proses kelarutannya akan semakin cepat karena pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran yang selanjutnya kita sebut, makin cepat kelarutannya. Sebagaimana yang telah diketahui, makin halus kepingan zat padat makin luas permukaannya, begitu pula sebaliknya. Dalam percobaan ini, praktikan menggunakan beberapa bahan diantaranya asam benzoat, norit, aquades dan es batu. Asam benzoat yang berbentuk padatan dan memiliki titik didih tinggi serta bersifat mengawetkan, pada percobaan ini bertindak sebagai sampel atau solutenya (zat terlarut). Aquades bertindak sebagai pelarut (solven) yang berfungsi untuk melarutkan asam benzoat. Asam benzoat bersifat semi polar yang bila dicampur dengan air yang bersifat polar diperlukan pemanasan terlebih dahulu. Norit merupakan arang aktif yang bertindak sebagai pengikat atau penyerap zat zat pengotor yang ikut terlarut dalam kristal. Digunakan juga es batu pada percobaan ini, hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pembentukan kristal lagi. Kristal yang terbentuk dari proses rekristalisai lebih halus (lebih murni) dari bentuk kristal semula, namun kristal yang terbentuk jumlahnya jauh lebih sedikit. Ini dapat disebabkan oleh penyaringan yang kurang sempurna. Kristalisasi merupakan proses pembentukan kristal. Faktor faktor yang mempengaruhi diantaranya laju pembentukan ini (nukleasi) dan laju pembentukan kristal. Jika laju pertumbuhan ini bergantung pada derajat lewat jenuh suatu larutan semakin tinggi derajat lewat jenuh suatu larutan semakin besar pula kemungkinan untuk membentuk inti baru. Prinsip like disolve like pada larutan menyatakan bahwa suatu zat atau larutan polar akan cenderung larut pada pelarut polar juga, dan begitu pula sebaliknya, zat atau larutan non polar akan cenderung larut pada pelarut non polar juga. Analisa yang digunakan dalam percobaan ini merupakan analisa kuantitatif atau berdasarkan perhitungan. KESIMPULAN 1. Rekristalisasi merupakan pemurnian kembali kristal. 2. Norit merupakan arang aktif yang berfungsi untuk mengikat zat zat pengotor yang ikut tercampur dalam kristal. 3. Proses pemanasan campuran bertujuan untuk mempercepat kelarutan.

4. Proses pembentukan kristal dipengaruhi oleh laju pembentukan ini (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. 5. Analisa yang digunakan merupakan analisa kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA II Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar II. Jakarta : Erlangga Harifsyah.(2009).Rekristalisasi.[Online].Tersedia:http://harifsyah21.multiply.com/journal/ite m/2/Rekristalisasi_ diakses pada tanggal 1 Mei 2011. Pukul : 20.40 Hiyu.(2010).Kristalisasi,Rekristalisasi.[Online].Tersedia:http://catetankuliah.blogspot.com/20 10/11/kristalisasi-rekristalisasi.html diakses pada tanggal 1 Mei 2011.Pukul : 20.55 Rakhmat,Ugi.(2010).Rekristalisasi.[Online].Tersedia:http://kimiamagic.blogspot.com/2010/0 2/rekristalisasi.html diakses pada tanggal 1 Mei 2011. Pukul : 20.15 Shofyan.(2010).Rekristalisasi.[Online].Tersedia:http://forum.um.ac.id/index.php?topic=2524 5.0 diakses pada tanggal 1 Mei 2011. Pukul : 20.25

DAFTAR PUSTAKA I Keenan charles, Kleinfelter donal, dkk.1999.Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga Petrucci ralph dan Suminar.1992.Kimia Dasar II. Jakarta : Erlangga Anonim.2011.Kelarutan.(http://kelarutandila.blogspot.com/) Diakses pada tanggal 10 Mei 2011 pukul 20.00 WIB Anonim.2011.Pengertian Kelarutan. http://larutan.sifat.dasar. wikipedia._terjemahan. larutan.pdf.org.html.com Diakses pada tanggal 10 Mei 2011 pukul 21.00 WIB
http://eiffelgultom.blogspot.com/2011/05/kelarutan.html

Anda mungkin juga menyukai