Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

DASAR REKAYASA PROSES

“Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair”

Oleh:
Kelas 2A D4 TKI
Kelompok 2
Danang Rizky Mahendra (1741420102)
Elinda Kartika Sari (1741420025)
Ellana Nabilah N.A.A (1741420073)
Hana Kurnia Oktaviani (1741420008)
Moch Farhein Ferdinal (1741420008)
Sri Indah Nur Aini (1741420091)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TEKNIK KIMIA
2018
A. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan texapon, soda ash, dan NaCl yang
digunakan untuk membuat sabun cuci piring.
2. Untuk mengetahui proses tentang pembuatan sabun cuci piring.

B. Tinjauan Pustaka
Sabun cuci piring adalah cairan kental bening berwarna yang
berfungsi untuk membersihkan peralatan makan dan peralatan dapur pada
umumnya. Pada dasarnya cukup banyak bahan baku yang dapat dipakai dalam
pembuatan sabun cuci piring. Penggunaan sabun cuci piring tidak perlu terlalu
banyak hanya saja perlu diperhatikan agar menggunakan sabun cuci piring
harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air.
Sabun cuci piring terbuat dari Texaphone atau cottoclarine BT yang
dicampur dengan sodium chloride. Sodium chloride yang digunakan adalah
yang tidak mengandung yodium dan bahan mineral lain, agar sabun yang
dihasilkan lebih maksimal dan lebih tahan lama. Derajat keasaman (pH) sabun
yang baik adalah 7-8. Menurut Wasitaatmaja (1997), pH yang sangat tinggi
atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi
iritasi. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah:
 Texaphone
Texaphone atau nama lainnya Cottochlorine BT adalah sebagai bahan
utama, merupakan surfaktan yang menghasilkan busa yang banyak dengan
gelembung yang besar, dan memiliki daya bersih yang bagus. Zat pemberi
busa, untuk meningkatkan pencucian yang bersih, sebab tanpa busa
kemungkinan besar sabun telah mengendap sebagai sabun kalsium atau
sabun tidak larut lainnya. Sifatnya sulit larut dalam air dan juga sebagai
bahan pengental utama dalam pembuatan sabun cuci piring. Texaphone
mempunyai ciri-ciri bentuk pasta putih kekuningan untuk yang konsentrasi
70%.

2
 Sodium Chloride
Sodium Chloride atau Natrium Chloride (NaCl) adalah garam dapur
yang terbuat dari air laut yang diuapkan dan membentuk Kristal serbuk.
Garam yang digunakan dalam pembuatan sabun cuci piring ini adalah
garam yang tidak beryodium. Fungsi garam ini sendiri dalam pembuatan
sabun untuk membantu Texaphone agar mudah larut dalam air, sebab
Texaphone sulit larut dalam air bila tanpa sodium chloride, dan membantu
pengentalan pada sabun cair. Semakin banyak jumlah garam yang
digunakan dalam sabun maka sabun yang dihasilkan akan semakin kental,
pengatur pH larutan sabun dan penambah daya deterjensi.
 Pewarna
Pewarna adalah sesuatu zat tambahan yang akan ditambahkan dalam
bahn untuk memberi kesan warna. Pewarna yang digunakan untuk
dicampurkan pada sabun cuci piring adalah pewarna makanan.
Menggunakan pewarna makanan dianjurkan karena agar tidak menempel
lama pada barang – barang yang telah dicuci.

C. Metodologi Percobaan

1. Alat dan Bahan


Tabel C.1 Data pengamatan percobaan pembuatan sabun cuci piring
cair.
Alat Bahan
Batang pengaduk Air bersih
Beaker glass NaCl
Motor pengaduk Pewarna
Neraca analitik Soda ash
Texapon
Tepol

2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pembuatan sabun cuci piring cair adalah:

Memasukkan texapon dan air ke


dalam beaker glass dan diaduk.

Mencampur soda ash kedalam


campuran (1) kemudian diaduk. 3
Memasukkan NaCl kedalam campuran
(2), diaduk hingga rata dan terasa
berat lalu ditambahkan pewarna.

Gambar C.2 Diagram alir pembuatan sabun cuci piring cair.

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel D.1 Data pengamatan percobaan pembuatan sabun cuci piring
cair.
JUMLAH
NO. BAHAN SATUAN
I II III IV
1. Texapon cc - - 70 50
Tepol cc 70 35 - -
2. Soda Ash gram 25 12,5 25 10
3. NaCl gram 15 7,5 15 7,5
4. Air ml 250 125 250 250
5. Pewarna tetes  1  1 1 1
6. pH   8 8 8,5 8

No Komposisi Larutan Hasil penglihatan


1. Texapon + Air Larutan 1 Larutan keruh menghasilkan busa
dan sedikit kental.
Tepol + Air Larutan 1 Larutan larut menghasilkan busa
dan tidak kental.
2. Larutan 1 + Soda ash Larutran masih terdapat busa
Larutan 2 berwarna putih dan kental.
3. Larutan 2 + NaCl Larutan 3 Larutan semakin banyak busa dan
semakin kental.
4. Larutan 3 + Pewarna Larutan berubah warna hijau.
Larutan 4
Tabel D.2 Komposisi larutan dan hasil pengamatan

Percobaan dilakukan empat kali dengan variabel jumlah bahan


yang berbeda. Texapon dicampurkan dengan air sebanyak ml sedikit demi

4
sedikit. Penambahan texapon berfungsi untuk membentuk busa dan
mengangkat kotoran pada sabun. Air ditambahkan sedikit demi sedikit
karena texapon merupakan surfaktan yang mempunyai ujung berbeda, yaitu
hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (suka lemak), jika air ditambahkan
sekaligus, akan terjadi kesulitan dalam mencampurkan bahan karena ujung
texapon yang bersifat hidrofob akan sulit untuk berikatan dengan air.
Penambahan air berfungsi sebagai pelarut. Texapon dengan air harus benar-
benar larut, jika sudah homogen kemudian ditambahkan soda ash sedikit
demi sedikit sambil diaduk agar cepat larut dan tidak menggumpal.
Penambahan soda ash berfungsi untuk mengontrol pH pada pembuatan
sabun cuci piring cair serta meningkatkan daya bersih. NaCl ditambahkan
setelah semua soda ash larut sempurna. NaCl berfungsi sebagai pengental
cairan sabun cuci piring.
Percobaan pertama dan kedua (minggu pertama ) menggunakan
tepol sebanyak 70 cc dan 35 cc yang dicampur dengan air sebanyak 250 ml
dan 125 ml. Larutan campuran ini mulai menghasilkan busa dengan warna
larutan yang bening dan encer. Penambahan soda ash pada percobaan
pertama sebanyak 25 gram dan percobaan kedua sebayak 12,5 gram, ketika
soda ash ditambahkan sedikit demi sedikit, perlahan larutan campuran
tersebut tetap encer dengan warna putih seperti susu. NaCl pada percobaan
pertama ditambahkan sebanyak 15 gram dan percobaan kedua sebanyak 7,5
gram dan tekstur dari campuran bahan tetap encer. pH sabun setelah dicek
pada percobaan pertama sebesar 8 dan percobaan kedua sebesar 8. Pada
percobaan pertama tekstur pada sabun cuci piring encer dan warna pada
sabun rata dan bereaksi secara sempurna, sedangkan pada percobaan kedua
tekstur sabun cuci piring encer dan hasil warnanya rata tetapi tidak berekasi
secara sempurna (ada endapan) dan pH yang dihasilkan sebesar 8. Menurut
SNI derajat keasaman (pH) sabun yang baik adalah 7-8. Hasil encer dan
warna yang dihasilkan tidak rata disebabkan pencampuran pada garam yang
tidak merata dan penambahan garam yang dilakukan kurang sedikit demi
sedikit.

5
Dari pembuatan sabun pertama dan kedua tersebut, dilakukan
sebuah analisis tambahan dimana sebagian sabun pertama dan kedua
ditambahkan texapon secukupnya, ternyata berdampak terhadap viskositas
dari sabun itu sendiri, karena sifat texapon yang sangat kental dan seperti
gel sehingga saat dilarutkan bersama sabun yang sudah terdapat NaCl dan
sifatnya lebih kental. Namun setelah diuji pH didapatkan pH 10 dikarenakan
texapon dan teepol sifatnya basa, ditambah soda ash yang cukup banyak
sehingga pH nya naik lebih tinggi.

Gambar D.3 Sabun Cuci Piring Percoban 1

Pada Percobaan ketiga di minggu kedua menggunakan texapon


sebanyak 70 cc dan NaCl yang ditambahkan sebanyak 15 gram, Soda Ash
25 gram, serta Aquades 250 ml. Dari pencampuran-pencampuran yang
dilakukan Tekstur sabun menjadi sangat kental kadar texapon yang sangat
banyak, didukung oleh pengental NaCl yang menyebabkan Texapon lebih
larut, serta gelembung yang dihasilkan sangat banyak sehingga pada
awalnya tidak terlihat seperti sabun cuci piring di pasaran. Kemudian dicek
pH nya didapat 8.5. pH yang cukup tinggi ini dihasilkan dari texapon dan
soda ash yang cukup banyak sehingga pH yang dihasilkan cukup tinggi
Pada Percobaan keempat di minggu kedua menggunakan texapon
sebanyak 50 cc dan NaCl yang ditambahkan sebanyak 7.5 gram, Soda Ash
10 gram, serta Aquades 250 ml.. Dari pencampuran yang dibuat Tekstur
pada percobaan keempat lebih encer jika dibanding percobaan ketiga meski
pada dasarnya masih cukup kental sesuai standar pasaran . Kemudian
pencampurannya lebih mudah dan cepat serta pH yang dihasilkan adalah 8.
pH ini didapatkan dari kadar texapon dan soda ash yang lebih kecil sehingga
kenaikan pH lebih kecil.

6
Keempat hasil percobaan diuji hasilnya dan hasilnya semua sabun
cuci piring hasil percobaan ketika digunakan untuk mencuci piring
menghasilkan busa akan tetapi tekstur dan hasil warna pada setiap
percobaan berbeda.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan sabun cuci piring cair, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penambahan soda ash berpengaruh terhadap pH sabun cuci piring.
2. Semakin banyak NaCl yang digunakan maka semakin kental sabun yang
dihasilkan.
3. Semakin banyak texapon yang digunakan maka semakin banyak busa
yang dihasilkan.
4. Sabun hasil teepol bersifat cair, dan sabun hasil texapon kental,
perbedaannya adalah teepol sudah berbentuk sabun sehingga kandungan
SLS/NAS yang merupakan bahan inti sabun, sedangkan texapon adalah
bentuk murni nya.

F. Daftar Pustaka
Anonymus (2013): Cara Membuat Sabun Cuci Piring Cair.
http://www.caramembuatmu.com/2013/12/cara-membuat-sabun-cuci-
piring-cair.html.

Dayah (2013): Pembuatan Sabun Cuci Piring.


http://webblogkkn.unsyiah.ac.id/dayahblangcut10/2013/02/17/pembua
tan-sabuncuci-piring-oleh-asrul-rahman/

Ralph. J. Fessenden dan Joan S. Fessenden (1997): Kimia Organik.


Erlangga, Jakarta. Tambun.

Sumanto (2016): Pembuatan Sabun Cair di Tlogomas Malang. Jurusan


Teknik Industri ITN. Malang.

Anda mungkin juga menyukai