Anda di halaman 1dari 13

Tugas Critical Book Report

MIKROTEKNIK

DOSEN PENGAMPU: EKO PRASETYA, M.Sc

Oleh :

Kelompok I

Devrianto H tumanggor (4193220007)

Dewi lestari (4193520018)

M.D permatasari (4193220008)

Rangga adinata (4193220013)

Widya kartika sari (4191220013)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberitkan
rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review ini
tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu tugas yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Mikroteknik.

Dalam pembuatan tugas ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam
isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan tugas ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis menyampaikan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini dan penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, September 2020

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ 3

BAB I PENGANTAR ................................................................................................................................................ 4

a. Rasionalisasi pentingnya CBR ........................................................................................................................ 4

b. Tujuan ..................................................................................................................................................................... 4

c. Manfaat .................................................................................................................................................................. 4

BAB II ISI ................................................................................................................................................................... 5

a. Buku I ........................................................................................................................................................................ 5

b. Buku II .................................................................................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................................... 12

a. Kesimpulan ........................................................................................................................................................ 12

b. Saran ..................................................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................. 13

3
BAB I

PENGANTAR

1. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan
menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang
lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR Mikroteknik ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku
referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang mikroteknik.
2. Tujuan Penulisan CBR
Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang mikriteknik serta
membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang
dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar
babnya.
3. Manfaat Penulisan CBR
Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
 Menambah wawasan pengetahuan tentang keamanan bahan kimia didalam
laboratorium, manajemen dan penggunaan laboratorium patologi.
 Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan
kelebihan buku tersebut.
 Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-
buku yang dianalisis tersebut.

4
BAB II

ISI

A. BUKU I (Chapter 1: Chemical safety in the laboratory)


Pendahuluan
Penanganan bahan kimia berbahaya yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan atau fisik yang signifikan. Selama bertahun-tahun negara mengeluarkan
standar peraturan nasional mereka sendiri untuk memastikan bahwa karyawan telah
diedukasi tentang bahaya di tempat kerja. Peraturan dan deskripsi tentang bahaya
berbeda-beda di setiap negara. Pada tahun 2003, Perserikatan Bangsa-Bangsa
menetapkan Sistem Harmonisasi Global (GHS) untuk penggolongan dan pelabelan bahan
kimia.
TABEL 2.1 GHS penggolongan bahaya

Bahaya Kesehatan Bahaya fisik Bahaya Lingkungan

Toksisitas akut Ledakan Toksisitas akuatik akut

Korosi/iritasi kulit Gas mudah terbakar Toksisitas akuatik


kronis

Kerusakan serius pada mata / Aerosol yang mudah terbakar


iritasi mata

Sensitisasi Gas pengoksidasi

Mutagenitas pada sel Nutfah Gas dibawah tekanan

Karsinogenisitas Cairan yang mudah terbakar

Toksisitas reproduktif Zat padat yang mudah


terbakar

Toksisitas sistem organ target Zat yang dapat bereaksi


khusus - paparan tunggal sendiri

Toksisitas sistem organ target Cairan piroforik


khusus - paparan berulang

Toksisitas aspirasi Zat piroforik

Zat yang dapat memanaskan


sendiri

Zat yang bersentuhan dengan


air mengeluarkan gas yang
mudah terbakar

Tabel 2.2. Klasifikasi bahaya dan tanda piktogram

5
Tabel 2.3 GHS Klasifikasi dan informasi untuk xylene

Penggolongan bahaya Cairan mudah terbakar, Kategori 3 Toksisitas


kulit akut, Kategori 4 Toksisitas akut-
penghirupan (uap), Kategori 4 Iritasi kulit,
Kategori 2 Kerusakan / iritasi mata yang
serius, Kategori 2 Karsinogenisitas, Kategori 2
Toksisitas sistemik organ target khusus-
paparan tunggal, Kategori

Sinyal Kata Berbahaya

Pictogram

Pernyataan bahaya Cairan dan uap yang mudah terbakar


Berbahaya jika kena kulit

Menyebabkan iritasi kulit Menyebabkan


iritasi serius pada mata

Dapat menyebabkan iritasi saluran


pernapasan

Dapat menyebabkan kantuk atau pusing


Dicurigai menyebabkan kanker

Pernyataan Kehati-hatian Pencegahan, respon, penyimpanan dan


pernyataan pembuangan

Pelabelan bahan kimia berbahaya


Di AS, Komunikasi Bahaya Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA)
mengharuskan elemen-elemen berikut ini ditempatkan pada label bahan kimia
berbahaya:
• Nama produk

6
• Pernyataan Bahaya GHS (klasifikasi)
• Piktogram GHS
Nama, alamat, dan nomor telepon produsen bahan kimia tersebut
Produsen bahan kimia menggunakan pengujian GHS standar untuk mengklasifikasikan
bahan kimia dan memberi label yang sesuai. Jika laboratorium mencampur reagennya
sendiri, mereka harus komengikuti kriteria GHS yang sama untuk menentukan klasifikasi
bahaya reagen untuk memberi label dengan benar. Merkuri adalah contoh bahan
berbahaya yang telah dilarang di banyak rumah sakit AS.
Lembar data keselamatan (SDS)
SDS sebelumnya dikenal sebagai Material Safety Data Sheets (MSDS), SDS adalah sumber
utama untuk mengidentifikasi bahaya dan persyaratan penanganan yang tepat dari suatu
bahan kimia. Sebelum GHS ada beberapa format MSDS yang digunakan. Tanpa format
yang terstandarisasi sulit untuk mencari informasi, terutama pada saat keadaan darurat.
Bagian 1: Identifikasi bahan atau campuran dan pemasok
Bagian ini mencantumkan nama produk dan harus sesuai dengan nama yang tertera pada
label. Bagian ini mungkin mencantumkan nama bahan kimia umum lainnya. Misalnya, gas
formaldehida juga dikenal sebagai metanal, metilen oksida, dan metil aldehida. Chemical
Abstract Service # (CAS #) adalah kode numerik unik yang dikeluarkan oleh American
Chemical Society untuk mengidentifikasi bahan kimia.
Bagian 2: Identifikasi bahaya
Bagian ini akan menjelaskan klasifikasi bahan kimia tersebut. Selain itu, semua elemen
label akan ditemukan di bagian SDS ini (kata sinyal, piktogram, pernyataan bahaya,
pernyataan kehati-hatian).
Bagian 3: Komposisi dan informasi kandungan bahan
Nama kimia serta nama umum akan dicantumkan untuk semua komponen yang
berkontribusi terhadap bahaya kimia. Kotoran atau stabilisator berbahaya apa pun juga
akan disertakan. Contoh stabilisator berbahaya ditemukan di 37% formalde- hyde.
Bagian 4: Tindakan pertolongan pertama
Bagian ini berisi langkah-langkah pengobatan universal / standar untuk saat eksposur
telah terjadi (Tabel 2.5). Arahan ini ditujukan untuk perawatan medis segera oleh
responden yang tidak terlatih atau mereka yang telah mengikuti kursus pertolongan
pertama dasar. Paparan asam klorida dapat memiliki gejala yang bervariasi dari iritasi
sederhana hingga luka bakar parah.
Bagian 5: Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Jenis media pemadam khusus yang akan digunakan jika terjadi kebakaran akan ditemukan
di bagian ini. Area kerja umumnya memiliki alat pemadam api multiguna berbahan kimia
kering untuk menangani segala jenis kebakaran. Laboratorium harus secara rutin
memeriksa area mereka untuk risiko kebakaran dan menyediakan alat pemadam yang
sesuai. OSHA mengharuskan jarak tempuh ke alat pemadam kebakaran tidak lebih dari
100 kaki.
Bagian 6: Tindakan pelepasan yang tidak disengaja
Seseorang harus mengetahui bahaya suatu bahan kimia / campuran untuk mengetahui
cara membersihkan tumpahan dengan benar. Bagian ini memberikan informasi secara
spesifik tentang prosedur pembersihan tumpahan. Instruksi wajib dilakukan agar
laboratorium siap dengan semua perlengkapan pembersih tumpahan khusus (alat
pelindung diri [APD], penyerap, penetral).

7
Prosedur umum untuk pembersihan tumpahan mencakup :

1. Evaluasi risiko untuk menentukan apakah karyawan terlatih dapat menetralkan


tumpahan atau jika bantuan dari luar diperlukan.
2. Evakuasi orang dari area peristiwa jika diperlukan.
3. Semua orang yang melakukan pembersihan harus mengenakan APD yang sesuai:
kacamata, sarung tangan, penutup sepatu, celemek, dan respirator.
Bagian 7 : Penanganan dan penyimpanan
Kondisi lingkungan untuk penyimpanan bahan kimia yang aman sekaligus menjaga
integritas bahan kimia tersebut. Selain itu, ketidak cocokan fisik (misalnya panas, cahaya,
air) untuk penyimpanan yang tidak tepat juga tersedia. Penyimpanan suhu kamar
direkomendasikan untuk sebagin besar bahan kimia laboratorium. Umumnya, bahan
kimia tidak boleh terkena panas atau sinar matahari langsung. Misanya, noda
hematoxylinakan lebih cepat rusak jika di simpan di bawah sinar matahari langsung.
Bahan yang mudah terbakar akan korosif masing-masing harus di simpan di lemari
penyimpanan yang di setujui.
Bagian 8 : Kontrol pemaparan atau perlindungan pribadi
Batas paparan jangka pendek (STEL) memang mempertimbangkan lingkungan
laboratorium. Oleh karena itu, banyak bahan kimia memiliki batas paparan yang di
keuarkan oleh data penelitian dan pengembangan produsen. SDS akan mengidentifikasi
sumber batas eksposur dengan nama badan pengatur, organisasi atau pabrikan, Bahan
kimia atau peralatan tidak boleh di simpan di dalam sungkup karena dapat mengganggu
airan udara.
• Perindungan mata
Kacamata pengaman bukanlah pelindung yang memadai saat menggunakan bahan kimia.
Mereka di rancang untuk meindungi mata dari dari benda terbang. Cipratan dan debu
masih bisa mencapai matasaat menggunakan kacamata pengaman, bahkan dengan
kacamata dengan model sampul. Kacamata pelindung memberikan pelindungan yang
aman di wajah dan dibutuhkan terutama saat menangani cairn. Kacamatan non-vented
adalah yang terbaik untuk di gunakan karena mencegah uap dan debu mencapai mata.
Bagian 10 : Stabilitas dan reaktivitas
Bahan kimia dan campura tidak hanya memiiki bahaya kesehatan tetapi juga, jika di
simpan atau di campurkan dengan tidak benar, dapat menghasilkan bahaya fisik seperti
peepasan uap beracun atau ledakan.
Bagian 11 : Informasi Taksologi
LD50 adalah dosis mematikan dimana 50% dari populasi yang diuji meningkat, LC50
adaah kosentrasi mematikan (digunakan untuk uap) di mana 50% dari populasi yang di
uji meninggal. Gejala khusus yang di amati untuk menghirup, konsumsi, dan kontak mata
dan kulit di srdiakan. Informasi taksologi disediakan untuk eksposur jangka panjang dan
dan jangka pendek untuk serta efek tertunda dan langsung darai kemerahan (paparan
singkat) hingga luka bakar bakar parah (paparan jangka panjang). Sulit untuk menetapkan
dosis dan efek inthalasi daam studi pekerjaan manusia karena kebanyakan pekerja.
Bagian 12 : Informasi Ekologi
Meskipun diskusi tidak di jamin untuk keselamatan ini, bagian SDS ini memiliki informasi
penting untuk membantu menentukan opsi pembuangan.
Bagian 13 : Pertimbangan Pembuangan
Pedoman diberikan untuk pembuangan bahan kimia. Namun hanya lembaga pemerintah

8
yang berwenang yang memiliki kewenangan untuk menyediakan metode pembuangan.
Setiap negara telah mengembangkan hukum dan peraturan lingkungannya sendiri. Oleh
karena itu, setiap pengguna harus membuang bahan kimia apa pun sesuai dengan arahan
pemerintah setempat.
Bagian 14: Informasi pengangkutan
Prosedur klasifikasi untuk menentukan klasifikasi bahaya bahan kimia untuk
pengangkutan . Peraturan transportasi hanya mengidentifikasi bahan kimia sebagai
korosif jika bereaksi dengan kulit atau logam; bahan kimia yang digunakan di tempat kerja
yang korosif pada mata akan memiliki piktogram korosif GHS pada label botol, tetapi kotak
pengiriman yang berisi botol mungkin tidak memiliki piktogram yang sama.

Bagian 15: Informasi lain


Mengidentifikasi risiko bahaya yang dialami selama keadaan darurat kebakaran atau
tumpahan dan tidak boleh digunakan untuk paparan pekerjaan. Terlepas dari tujuan
penggunaan dan bagaimana risiko bahayanya telah ditetapkan, banyak rumah sakit
mematuhi berlian NFPA ke botol kimia mereka.

B. BUKU II (Chapter 2: Pathology laboratory management)


1. Pengantar
Manajemen laboratorium merupakan usaha untuk mengelola laboratorium. Suatu
laboratorium dapat dikelola dengan baik ditentukan oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan. Laboratorium patologi adalah cabang spesialis kedokteran yang memberi
perhatian lebih khusus pada diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium atas cairan
tubuh seperti darah, urin, dan jaringan melalui pemeriksaan kimia klinik, mikrobiologi
klinik, hematologi, imunologiklinik, parasitology, dan yang lainnya. Setiap jenis pelayanan
dan pemeriksaan laboratorium di laksanakan berdasarkan prosedur tetap atau standar
operating procedur, pengoprasian laboratorium yaitu:
a. Regulasi dan Akreditasi
b. Manajemen kualitas dalam pengaturan laboratorium
c. Masalah keamanan khusus untuk patologi
2. Regulasi dan Akreditasi
Standart dan pemerintah nasional telah menetapkan dan memastikan bahwa
laboratorium memenuhi standart minimal yaitu dapat melindungi public. Di AS perbaikan
Laboratorium Klinis Amandemen (CLIA) adalah standar peraturan yang berlaku untuk
semua pengujian Laboratorium Klinis yang di lakukan manusia. Pusat Medicare dan
Medicaid Services (CMS) bertanggung jawab atas pengoprasian program CLIA dengan
tujuan untuk memastikan pengujian laboratorium yang berkualitas. Kegagalan untuk lulus
CLIA dapat mengakibatkan revocalisensi laboratorium untuk praktik. Ketika kekurangan
ditemukan laboratorium diberi kesempatan untuk memperbaiki masalah sebelum
tindakan disipliner diambil.
3. Akreditasi
Akreditasi di laboratorium patologi Amerika memenuhi standart khusus yang
memastikan bahwa departemen untuk pengujian, kepegawaian, dan layanan berkualitas.
CAP adalah organisasi terkemuka yang melayani pasien, ahli patologi yang memiliki

9
keunggulan dalam praktek patologi dan laboratorium kedokteran di seluruh dunia.
Organisasi Internasional untuk standardition (ISO)adalah standart yang mempengaruhi
laboratorium medis untuk menjadi terakreditasi.
4. Manajemen mutu
Dalam system manajemen kualitas adalah yang sangat penting yaitu memberi layanan
terbaik untuk pasien dan dokter, dimana kualitas yang dimaksud merupakan ukuran
bagaimana baik produk atau layanan melakukan pekerjaan yang sudah dirancang, yaitu
kesesuaian dengan spesifikasi. Control kualitas internal proses kerja merupakan bagian
penting dari manajemen mutu yang telah dilakukan selama bertahun tahun lalu.
Manajemen kualitas laboratorium harus memastikan bahwa ada system yang diterapkan
untuk memantau bidang-bidang dalam system manajemen.
a. Konterol kualitas (QC)
System ini memastikan bahwa proses kerja berfungsi dengan benar, mencakup proses
yang dilakukan dalam laboratorium untuk mengenali dan menghilangkan kesalahan
pekerja agar kualitas pekerja dapat sesuai dengan persyaratan yang telah di tentukan.
b. Jaminan kualitas eksternal (EQA)
Selain pengumpulan dan pemantauan data local untuk pengendalian kualitas internal,
mekanisme eksternal juga memberi informasi tentang kualitas laboratorium yang di
atur secara nasional.
5. Peningkatan proses
Merupakan system yang digunakan secara proaktif untuk mendekati dan mengidentifikasi
peluang untuk meningkatkan kualitas yang beroprasi melalui evaluasi dan audit system
dan proses di laboratorium, yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan dan
keamanan untuk pasien dan staff melalui pengenalan masalah dan kesalahan sebelum
terjadi. Untuk membantu menyorot masalah system kinerja harus di petakan untuk
mengevaluasi efektifitas dan kualitas layanan.
6. Manajemen resiko
Manajemen resiko laboratorium harus memiliki prosedur untuk :
a. Mengidentifikasi resiko yang ada dalam lingkungan.
b. Mengidentifikasi resiko untuk kemungkinan yang lebih parah.
c. Menghilangkan resiko yang bisa dihilangkan.
d. Mengurangi efek resiko yang tidak dapat dihilangkan.

Manajemen laboratorium akan bertanggung jawab atar resiko manajemen oprasional dari
system. Agar berfungsi secara efektif dan aman prosedur dan kegiatan laboratorium harus
mengikuti proses manajemen resiko.

7. Identifikasi resiko
Anggota yang bekerja di laboratorium harus dapat mengidentifikasi resiko di
laboratorium, misalnya seorang pekerja membongkar sample yang dikirim ke
laboratorium dimana sample tersebut telah bocor yang memungkinkan resiko infeksi bagi
petugas kesehatan yang lainnya dan pasien. Dalam mengangkat masalah seperti ini dapat
di lakukan dengan menyelidiki akar penyebabnya, dan pekerja yang telah mencoba
menangani masalah tersebut agar tidak terjasi kerudakan sample.
8. Analisis dan evaluasi penanganan resiko
Analisis dan evaluasi potensi risiko adalah sebuah bagian penting dari proses dan yang
biasa digunakan mengidentifikasi kemungkinan dan tingkat keparahannya resiko, berikut
identifikasi tingkat keparahan resiko :

10
a. Rendah
• Cedera atau bahaya ringan.
• Kehilangan kecil layanan non-kritis.
• Ketidakpatuhan minor terhadap standar.
• Penyelesaian kecil di luar pengadilan.
• Publisitas sebagian besar terkandung dalam organisasi.
b. Sedikit
• Cedera atau cedera yang membutuhkan ketidakhadiran kurang dari 3 haridari
pekerjaan, atau rawat inap kurang dari 2 hari.
• Kehilangan layanan kurang dari 2 jam dalam beberapa jam area non kritis, atau kurang
dari 6 jam di satu area.
• Kegagalan tunggal untuk memenuhi standar internal.
• Tindakan sipil dengan atau tanpa pertahanan, meningkatkan pemberitahuan.
c. Sedang
• Perawatan medis diperlukan dan lebih dari 3 hari tidak masuk kerja, atau lebih dari 2
hari diperpanjang tinggal di rumah sakit.
• Kehilangan layanan di area kritis mana pun.
• Kegagalan berulang untuk memenuhi standar internal atau ikuti protokol.
d. Parah
• Kematian, cacat permanen atau cedera ganda.
• Kehilangan layanan esensial yang berkepanjangan.
• Pejabat eksekutif didenda atau dipenjara, criminal tuntutan dan tidak ada pembelaan.
• Perhatian politik, pertanyaan di parlemen, nasional liputan media lebih dari 3 hari.
9. Pendanaan resiko
Manajemen risiko juga harus mempertimbangkan asuransi, individu atau laboratorium,
sebagai pilihan penting. Semua staf medis membawa asuransi pertanggungjawaban medis
yang melindungi mereka jika terjadi klaim kelalaian. Demikian pula, asuransi ganti rugi
profesional adalah hanya tersedia hari ini untuk staf laboratorium non-medis yang jauh
lebih berisiko dalam tuntutan hukum.
a. Keamanan
Manajer laboratorium Patologi bertanggung jawab keselamatan dan kesejahteraan
semua staf dan pengunjung Departemen. Masalah keamanan termasuk yang umum,
misalnya terpeleset dan jatuh, dan yang lebih spesifik untuk masalah patologi. Praktek
patologi umumnya meliputi banyak bahaya fisik, biologis dan kimiawi yang harus
dievaluasi dan dihilangkan atau dikurangi.
b. Prosedur laboratorium
Di kebanyakan laboratorium, SOP harus dibuat dengan hati-hati. ingin mematuhi
standar peraturan. Sebuah laboratorium prosedur pengujian ratory yang mungkin
berlipat ganda dan kompleks dan sangat penting bahwa metodologi untuk semua
prosedur dan tes didokumentasikan di SOP memperbolehkan semua staf untuk
beroperasi secara terstandarisasi dan cara yang tepat. SOP harus mencakup semua
aspek dari proses pengujian dari pengiriman dan penyimpanan sampel atau reagen,
dengan penerbitan laporan rasional.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen laboratorium histopatologi di lingkungan saat ini membutuhkan
tindakan yang menyeimbangkan antara pengetahuan teknis, keterampilan bisnis,
tanggung jawab fiskal, pemahaman tenaga kerja dan fokus kualitas.
Manajer laboratorium bertanggung jawab atas layanan yang diberikan oleh
laboratorium dan untuk keselamatan serta kesejahteraan staf mereka. Manajer harus
selalu mengikuti perkembangan regulasi dan teknis serta persyaratan keamanan dan
kualitas.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Penulis
berharap pembaca dapat menambah wawasan dengan memperbanyak banyak membaca
dan mereviw buku dan karya tulis lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bancroft, J.D., Suvarna S. Kim., Layton Cristopher. THEORY and PRACTICE of HISTOLOGICAL
TECHNIQUES EIGHT EDITION.

Diakses:https://books.google.co.id/books?id=CERPDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=bancr
of%27s+theory+and+practice+of+histologycal+techniques+eight+edition&hl=ban&sa=X&ved=2
ahUKEwjT45rK-
uDrAhXEX3wKHRsMCU8Q6wEwAHoECAQQAQ#v=onepage&q=bancrof's%20theory%20and%2
0practice%20of%20histologycal%20techniques%20eight%20edition&f=false [11 september
2020]

13

Anda mungkin juga menyukai