KELOMPOK B
ANGGOTA :
ADE YESI YULIANA PURBA (4193220006)
MELIA IVANA BR. MUNTHE (4193520016)
REHLITNA FRANSISKA SITEPU (4191220011)
SILVIA NAZELINA HASIBUAN (4193220031)
WIDYA KARTIKA SARI (4191220013)
Abstrak
• Respirometer
Bahan :
• Kepiting (Elamenopsis kempi)
• Air
• Larutan KOH (5%)
• tumbuhan air Ceratophyllum demersum
• potongan-potongan kecil siput Melanoides tuberculata
METODE
• Kepiting (Elamenopsis kempi) yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari sungai
Garmat-Ali di Basrah
• Kepiting akan dibawa ke laboratorium di mana mereka ditempatkan di tangki kaca berisi air
dari habitat yang sama dengan kepiting, bersama dengan tumbuhan air Ceratophyllum
demersum dan potongan-potongan kecil siput Melanoides tuberculata.
• Respirometer diferensial Gilson digunakan untuk mengukur volume oksigen yang
dikonsumsi. Pengukuran dilakukan tidak lebih dari dua hari sejak pengumpulan.
• Suhu air yang telah diukur dengan respirometer ditetapkan lebih dekat dengan suhu
percobaan.
• Kepiting dibagi menurut ukurannya, menjadi jantan (dewasa dan belum dewasa), betina
non-ovigerous (dewasa dan belum dewasa) dan betina ovigerous (betina bertelur).
• Spesimen yang rusak dan individu yang baru berganti bulu dengan
diskradasi.
• Biasanya satu kepiting ditempatkan di setiap wadah respirasi 7,5 ml,
namun untuk kepiting kecil, dua individu ditempatkan per wadah.
• Air yang digunakan didatangkan dari habitat yang sama dengan kepiting.
Untuk menghindari pengaruh mikroorganisme, air disaring dan
dihangatkan hingga derajat mendekati titik didih dan kemudian dibiarkan
dingin hingga mencapai suhu laboratorium, di mana diberikan aerasi
lembut. 3 ml air stok ini ditempatkan di setiap bejana. Larutan KOH (5%)
digunakan sebagai absorbansi CO.
• Hewan yang digunakan diseimbangkan selama satu jam sebelum sistem
ditutup ke atmosfir dan pengukuran konsumsi oksigen dimulai.
• Pengukuran dilakukan setiap 1/2 jam dalam kurun waktu selama 4
jam.
• Setelah mengkalibrasi pengukuran dengan kontrol, tingkat rata-
rata konsumsi oksigen per hewan per jam diperoleh.
• Setelah selesai menjalankan setiap pengukuran, hewan dibunuh
dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu 60 ° C, dan massa
kering diukur.
• Lima suhu pengujian digunakan, yaitu 15, 20, 25, 30, 35 ° C.
• Kisaran suhu ini termasuk yang ditemukan sesuai yang ada di
lapangan.
Hasil Penelitian
• Hubungan tingkat konsumsi oksigen (µI O2 h-1 ) dan massa kering (mg) untuk
jantan, betina dan betina bertelur dari spesies Elamenopsis kempi berada
pada 15, 20, 25, 30, dan 35 ° C.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan itu bersifat heterogen
(p<0,001).
• Perbandingannya tingkat konsumsi oksigen pada jantan, betina dan betina
yang bertelur diantara temperatur yang berbeda.
• Tingkat konsumsi oksigen dari kepiting Elamenopsis kempi meningkat
dengan meningkatnya massa tubuh pada semua suhu untuk jantan, betina
dan betina bertelur.
Tingkat rata-rata konsumsi oksigen pada kisaran suhu yang dipelajari untuk
jantan bervariasi dari 1,20- 22,38 µl O2 h-1 , untuk betina dari 2,05-20,73 dan
untuk betina yang bertelur dari 5.07-27.31 µl O 2 h-1. Tingkat metabolisme jantan
berkisar dari 0,130-63, betina berkisar 35-1,034 dan betina yang bertelur
berkisar dari 0,309 -1,096 μ1 O2 mg-1 h-1. Suatu keseluruhan nilai koefisien suhu
(Q) adalah 1,92. Jantan sensitif terhadap panas pada 15-25° C dan
mengkompensasi pada 20-30 ° C, sedangkan betina, baik yang tidak bertelur
dan yang bertelur mengkompensasi pada semua suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M, H. Dkk. (1998). Oxygen consumption of the freshwater crab Elamenopsis kempi
(Chopra and Das, 1930) from the Garmat-Ali river, Iraq. S cientia M Arina. 64(3)
311-317