Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA KONSENTRASI REAKTAN

Oleh :
Ni Made Tiara Chandra Acintya
1908511046
Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Ketergantungan Laju Reaksi pada Konsentrasi Reaktan

I. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi pada percobaan.
2. Mengetahui jenis reaksi yang berlangsung pada percobaan.
3. Mengetahui laju dekomposisi pada suatu senyawa dalam percobaan.
4. Menentukan laju reaksi terhadap perubahan konsentrasi reaktan.
5. Menentukan orde reaksi terhadap tiosulfat.

II. Dasar Teori


Di dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energy yang
berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut.
Mekaniseme reaksi merupakan serangkaian tahap reaksi yang terjadi secara berurutan selama
proses pengubahan reaktan menjadi produk. Setiap reaksi kimia ada yang berjalan cepat dan
ada yang lambat tergantung dari komdisinya masing – masing. Laju reaksi (Reaction rate)
atau kecepatan reaksi merupakan perubahan yang terjadi pada konsentrasi pereaksi ataupun
produk dengan dinyatakan dalam satuan waktu. Laju dalam suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi
suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan di dalam satuan mol per liter, namun untuk
reaksi fase gas suatu tekanan atmosfer millimeter merkurium, dapat digunakan sebagai
pengganti konsentrasi (Atkin, 1990).
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, karena semakin
besar konsentrasi dari pereaksi, maka tumbukan yang terjadi akan semakin banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi berjalan semakin cepat. Begitu pula, apabila semakin kecil
konsentrasi yang dimiliki dari pereaksi, maka akan semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel suatu senyawa, sehingga menyebabkan laju reaksi berjalan semakin lambat (Ulfin,
2010). Hubungan kuantitatif antara konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi dinyatakan dalam
suatu persamaan, yaitu persamaan laju reaksi. Untuk reaksi :
mA + nB → pC + qD

Persamaan laju reaksi dari persamaan diatas adalah :


V = k[A]m [B] ......................................................(1)

∆[A]
Rate = ∆t = k ∆[A]m[B]n.....................................(2)
Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul
produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring
dengan perubahan konsentrasi (Purba, 2007). Dimana k adalah tetapan laju reaksi. Kita secara
bebas mengungkapkan laju penguraian A(-∆A/∆t). Namun kita dapat menyamai persamaan
tersebut sebagai laju penguraian dari berbagai reaktan atau sebagai laju terbentuknya produk.
Pangkat m dan n pada hokum laju reaksi menandakan pengaruh laju terhadap perubahan [A]
dan [B], serta tidak berhubungan dengan koefisien a dan b pada persamaan setimbang. Untuk
reaksi yang sederhana, pangkat berupa bilangan bulat kecil positif. Untuk reaksi yang lebih
kompleks, pangkat dapat bernilai negatif, nol, atau pecahan (Hettema, 2017)
Untuk reaksi : A + 2B → 3C + 4D, laju reaksi dapat diartikan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi A dan B atau laju bertambahnya konsentrasi C dan D dalam satuan
waktu. Untuk reaksi : A + 2B → 3C + 4D, laju berkurangnya konsentrasi A tidak sama dengan
laju berkurangnya konsentrasi B, demikian juga laju bertambahnya konsentrasi C tidak sama
dengan laju bertambahnya konsentrasi D. dari koefisien reaksi nampak bahwa setiap
kebutuhan 1 mol A, maka B yang dibutuhkan harus 2 mol untuk menghasilkan 3 mol C dan 4
mol D. Jadi B berkurang dengan laju 2 kali berkurangnya A atau laju berkurangnya B sama
seperti 2 kali dari laju berkurangnya A, jadi untuk reaksi A + 2B → 3C + 4D, sehingga dapat
dinyatakan laju reaksi merupakan laju berkurangnya konsentrasi A, laju berkurangnya
konsentrasi B, laju bertambahnya konsentrasi C, dan laju bertambahnya konsentrasi D (Bird,
1993).
Karena persaman laju reaksi didefinisikan ke dalam bentuk konsentrasi maka dalam
bentuk konsentrasi reaktan, maka dengan naiknya konsentrasi maka kecepatan reaksi yang
terjadi akan semakin cepat reaksi yang terjadi. Semakin tinggi konsentrasi , maka akan
semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan molekul untuk
bertumbukan akan semakin banyak dan kecepatan reaksi akan meningkat (Keenan, 1990).
Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang berbeda – beda, ada yang cepat dan ada
yang lambat, hal ini bergantung pada jenis pereaksi, situasi, dan kondisi reaksi kimia tersebut.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain yaitu, Sifat zat pereaksi
pada kondisi yang sama, konsentrasi zat, tempratur, luas permukaan, dan katalis yang
ditambahkan saat reaksi berlangsung (Sukardjo, 1989).

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat
1. Gelas ukur 50 mL
2. Stopwatch
3. Gelas Piala
4. Termometer
5. Kertas HVS
3.2. Bahan
1. Na2S2O3 0,25 M
2. HCl 1 M
3. Aquades

IV. Prosedur Percobaan


50 mL Na2S2O3 0,25 M ditempatkan ke dalam gelas ukur yang mempunyai alas rata.
Gelas ukur ditempatkan diatas sehelai kertas HVS tepat diatas tanda silang hitam yang dibuat
pada kertas putih tersebut, sehingga terlihat melalui larutan tiosulfat bahwa tanda silang
terlihat dengan jelas. Kemudian 2 mL HCl 1 M ditambahkan ke dalam gelas ukur. Saat
penambahan HCl 1 M dilakukan, stopwatch dinyalakan. Larutan diaduk agar terbentuk
campuran yang homogen, pengukuran waktu dengan stopwatch tetap dilakukan selama
larutan di homogenkan. Dicatat waktu yang diperlukan sampai tanda silang hitam pada kertas
HVS tidak dapat diamati kembali secara jelas dari atas. Suhu dari larutan tersebut diukur dan
dicatat juga. Ulangi langkah – langkah percobaan dengan komposisi larutan seperti pada tabel
yang terdapat pada penuntun praktikum (mulai dari sistem 1 sampai sistem 6).

V. Data Pengamatan
𝟏
Sistem [S2O32-] (M) Waktu (s) (S-1)
𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖

1 0,25 14,76 0,0678


2 0,20 17,60 0,0568
3 0,15 23,48 0,0426
4 0,10 37,66 0,0266
5 0,05 73,33 0,0136
6 0,025 160,03 0,0063
Keterangan = T = 29ºC ( konstan )

VI. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan kali ini tergolong ke dalam reaksi semi kuantitatif
karena hanya digunakan untuk menentukan perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju
reaksi. Disamping itu, dilakukan juga pengukuran laju reaksi, penentuan konsentrasi Natrium
tiosulfat, serta penentuan orde reaksi terhadap tiosulfat. Adapun pada percobaan ini yang
diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk jika tiosulfat bereaksi
dengan asam sehingga dilakukan pengukuran waktu agar koloid belerang dapat mencapai
suatu intensitas tertentu. Reaksi antara tiosulfat dengan asam (HCl) adalah sebagai berikut :
S2O3-(aq) + 2H+(aq) → H2O(l) + SO2(aq) + S (s)
Berdasarkan reaksi diatas dapat terlihat bahwa reaksi antara tiosulfat dengan asam
akan menyebabkan tiosulfat semakin berkurang jumlahnya seiring dengan berjalannya reaksi,
sedangkan SO2 dan endapan belerang akan semakin banyak terbentuk dengan ditandai
munculnya endapan berwarna putih. Hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan tanda
silang pada selembar kertas putih tepat dibawah gelas beaker yang terisi larutan campuran.
Apabila tanda silang hitam tidak dapat terlihat lagi, maka pembentukan belerang sudah
sempurna pada percobaan yang berlangsung. Pengukuran waktu dilakukan sampai tanda
silang hitam tersebut menghilang. Waktu yang diperoleh inilah yang nantinya akan digunakan
untuk menentukan laju reaksi. Pengaruh konsentrasi dari reaktan terhadap jalannya laju reaksi
juga dapat ditentukan dengan memvariasikan konsentrasi masing – masing reaktan, sehingga
dapat diketahui pengaruh nilai konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi tersebut. Percobaan ini
dilakukan sebanyak 6 kali.
Berdasarkan perhitungan konsentrasi dari [S2O32-] pada sistem 1 -6 diperoleh nilai
konsentrasi [S2O32-] secara berturut – turut 0,25 M ; 0,2 M ; 0,15 M ; 0,1 M ; 0,05 M ; dan
0,025 M. Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui bahwa penambahan aquades yang
dilakukan mempengaruhi konsentrasi Na 2S2O3, dimana semakin banyak volume aquades
maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi akan semakin lama dan laju reaksi akan berjalan
dengan lambat, atau dapat dikatakan bahwa semakin pekat konsentrasi dari larutan S2O32-
maka waktu yang diperlukan untuk reaksi antara tiosulfat dengan larutan asam akan semakin
cepat, sebaliknya jika konsentrasi larutan S2O32- semakin encer maka waktu yang diperlukan
akan semakin lama.
Berdasarkan data hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh plot antara
laju reaksi perubahan Na2S2O3 terhadap perubahan konsentrasi reaktan Na 2S2O3 yang
menunjukkan orde reaksi dua. Penentuan orde reaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu
penentuan orde reaksi satu dan orde reaksi dua. Penentuan orde reaksi satu dilakukan dengan
mencari nilai ln [Na2S2O3] sehingga diperoleh nilai ln [Na2S2O3] dari sistem 1 – 6 secara
berturut – turut yaitu -1,3863 ; -1,6094 ; -1,8971 ; -2,3026 ; -2,9957 ; dan -3,6889, kemudian
dari nilai ini diperoleh nilai r pada orde satu sebesar -0,9477 dan nilai r2 sebesar 0,8981.
1
Penentuan orde reaksi kedua dilakukan dengan mencari nilai sehingga diperoleh
[𝑁𝑎2𝑆2𝑂3]

secara berturut turut pada sistem 1-6 yaitu, 4,00 ; 5,00 ; 6,67 ; 10,00 ; 20,00 ; dan 40,00. Dari
nilai ini diperoleh nilai r pada orde dua sebesar 0,9992. Nilai r pada orde dua ini mendekati 1
sehingga percobaan ini secara keseluruhan orde reaksinya termasuk ke dalam orde reaksi dua.

Grafik Konsentrasi Reaktan Dengan


Laju Reaksi
0,08
0,07 0,0678
0,06 0,0568
Laju Reaksi

0,05
0,04 0,0426
Ketergantungan
0,03 Konsentrasi Reaktan
0,0266
0,02 dengan Laju Reaksi
0,01 0,0136
0,0063
0
0,025 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Konsentrasi

VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Hubungan laju reaksi dengan konsentrasi S2O3- dapat dinyatakan bahwa berbanding lurus
dimana apabila semakin besar konsentrasi dari S2O3- maka laju reaksi yang terjadi akan
semakin meningkat, begitu pula sebaliknya apabila konsentrasi dari S 2O3- semakin kecil
maka laju reaksi akan berjalan semakin lambat.
2. Pada percobaan yang dilakukan, percobaan tergolong ke dalam reaksi semi kuantitatif
karena hanya digunakan untuk menentukan pengaruh perubahan konsentrasi reaktan
terhadap laju reaksi, penentuan konsentrasi tiosulfat, serta penentuan orde reaksi terhadap
tiosulfat.
3. Laju dekomposisi pada suatu senyawa, sangat tergantung pada konsentrasinya karena
semakin rendah konsentrasinya maka laju akan berjalan semakin lambat.
4. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh maka hasil dari hubungan konsentrasi dengan laju
reaksi pada sistem 1- 6 secara berturut – turut yaitu, 0,2225 ; 0,1424 ; 0,0801 ; 0,0356 ;
0,0089 ; dan 0,0022.
5. Dari hasil perhitungan orde reaksi diperoleh nilai r pada orde dua ini mendekati 1 sehingga
percobaan ini secara keseluruhan orde reaksinya termasuk ke dalam orde reaksi kedua.
DAFTAR PUSTAKA

Atkin, P, W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.

Hettema, H. 2017. The Unity of Chemistry and Physis : Absolute Reaction Rate Theory.
International Joournal for Philosophy of Chemistry. Vol.18, No.2. (145-173)

Keenan, K dan Wood. 1990. Kimia untuk Universitas Jilid I Edisi VI. Jakarta : Erlangga.

Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA kelas XI Semester 1. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : Bina Aksara.

Ulfin, Ita. 2010. Kimia Dasar. Surabaya : ITS Press.


LAMPIRAN
A. Data Pengamatan
B. Perhitungan
Data Pengamatan Ketergantungan Laju Reaksi pada Konsentrasi Reaktan
Sistem [S2O32-] (M) Waktu (s) 1/waktu (s-1)
1 0,25 14,76 0,0678
2 0,2 17,60 0,0568
3 0,15 23,48 0,0426
4 0,1 37,66 0,0266
5 0,05 73,33 0,0136
6 0,025 160,03 0,0063

1. Penentuan Laju Reaksi


Diketahui : t sistem 1 = 14,76 s
Ditanya : 1/t = …?
Jawab:
1 1
𝑣 = 𝑡 = 14,76 𝑠 = 0,0678 𝑠 −1

Dengan cara yang sama maka diperoleh:

Sistem t (s) 1/t (s-1)


1 14,76 0,0678
2 17,60 0,0568
3 23,48 0,0426
4 37,66 0,0266
5 73,33 0,0136
6 160,03 0,0063

2. Penentuan Konsentrasi Natrium Tiosulfat


Diketahui : M1 Na2S2O3 = 0,25 M
V1 Na2S2O3 = 50 mL
V2 Na2S2O3 = 50 mL
Ditanya : M2 = …?
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
50 mL x 0,25 M = 50 mL x M2
M2 = 0,25 M
Dengan cara yang sama maka diperoleh:

Volume Volume
Sistem [S2O32-] (M) t (s) 1/t (s-1)
S2O32- (mL) H2O (mL)
1 50 0 0,25 14,76 0,0678
2 40 10 0,2 17,60 0,0568
3 30 20 0,15 23,48 0,0426
4 20 30 0,1 37,66 0,0266
5 10 40 0,05 73,33 0,0136
6 5 45 0,025 160,03 0,0063

3. Penentuan Konstanta Laju Reaksi


X = 1/t
Y = [Na2S2O3]
No x y x2 y2 x.y
1 0,0678 0,25 4,5968 x 10-3 0,0625 0,01695
2 0,0568 0,2 3,2262 x 10-3 0,04 0,01136
3 0,0426 0,15 1,8148 x 10-3 0,0225 0,00639
4 0,0266 0,1 0,7076 x 10-3 0,01 0,00266
5 0,0136 0,05 0,1850 x 10-3 0,0025 0,00064
6 0,0063 0,025 0,0397 x 10-3 0,000625 0,0001575
∑ 0,2137 0,775 10,5737x10-3 0,138125 0,038
Nilai b
𝑛 Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑏= 𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
6 (0,038) − 0,2137(0,775)
𝑏 = 6 (10,5737𝑥10−3 ) − (0,2137)2
0,228− 0,166
𝑏 = 0,063 − 0,0456
0,062
𝑏 = 0,0174
𝑏 = 3,56

Nilai a
Σ𝑦 − 𝑏 Σ𝑥
𝑎=
𝑛
0,775 − (3,56) (0,2137)
𝑎= 6
0,776−0,76
𝑎= 6

𝑎 = 2,66 𝑥 10−3

Nilai r
𝑛Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑟=
√(𝑛Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 )(𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 )

6 (0,038) − 0,2137 (0,775)


𝑟=
√(6 (10,5737 x 10−3 ) − (0,2137)2 )(6(0,138125) − (0.7752 )
0,228− 0,1656
𝑟=
√(0,0634 − 0,0456)(0,82875 − 0,600)
0,0624
𝑟=
√(0,0178)(0,22875)
0,0624
𝑟= 0,635

𝑟 = 0,9826
Persamaan regresi liniernya yaitu y = -0,0149x - 1,5016

4. Penentuan Orde Reaksi


 Orde Satu
Diketahui : x = t
y = ln [Na2S2O3]
Ditanya : Orde reaksi = …?
Jawab :
No x y x2 y2 x.y
1 14,76 -1,3863 217,8576 1,9218 -20,4618
2 17,60 -1,6094 309,76 2,5902 -28,3254
3 23,48 -1,8971 551,3104 3,599 -44,5439
4 37,66 -2,3026 1418,2756 5,302 -86,7159
5 73,33 -2,9957 5377,2889 8,9742 -219,6747
6 160,03 -3,6889 25609,6009 13,608 -590,3347
∑ 326,86 -13,88 33484,0934 35,9952 -990,0564
Nilai b
𝑛 Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑏= 𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
6 (−990,0564) − 326,86 (−13,88)
𝑏= 6 (33484,0934) − (326,86)2
−5940,3384 + 4536,8168
𝑏 = 200904,5604 − 106837,4596
−1403,5216
𝑏=
94067,1008

𝑏 = −0,0149

Nilai a
Σ𝑦 − 𝑏 Σ𝑥
𝑎= 𝑛
−13,88 − (−0,0149) (326,86)
𝑎= 6
−13,88 + 4,8702
𝑎= 6
−9,0098
𝑎= 6

𝑎 = −1,5016

Nilai r
𝑛Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑟=
√(𝑛Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 )(𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 )

6 (−990,0564) − 326,86 (−13,88)


𝑟=
√(6 (33484,0934) − (326,86)2 )(6(35,9952) − (−13,88)2 )
−5940,3384 + 4536,8168
𝑟=
√(200904,5604 − 106837,4596)(215,9712 − 192,6544)
−1403,5216
𝑟=
√(94067,1008)(23,3168)
−1403,5216
𝑟= 1480,9942

𝑟 = −0,9477
r2 = 0,8981
Persamaan regresi liniernya yaitu y = -0,0149x - 1,5016

 Orde Dua
Diketahui : x = t
y = 1/ [Na2S2O3]
Ditanya : Orde reaksi = …?
Jawab :

No x y x2 y2 x.y
1 14,76 4,00 217,8576 16 59,04
2 17,60 5,00 309,76 25 88
3 23,48 6,67 551,3104 44,4889 156,6116
4 37,66 10,00 1418,2756 100 376,6
5 73,33 20,00 5377,2889 400 1466,6
6 160,03 40,00 25609,6009 1600 6401,2
∑ 326,86 85,67 33484,0934 2185,4889 8548,0516
Nilai b
𝑛 Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑏= 𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
6 (8548,0516) − 326,86 (85,67)
𝑏= 6 (33484,0934) − (326,86)2
51288,3096 − 28002,0962
𝑏=
200904,5604 − 106837,4596
23286,2134
𝑏 = 94067,1008

𝑏 = 0,2475

Nilai a
Σ𝑦 − 𝑏 Σ𝑥
𝑎= 𝑛
85,67 − (0,2475) (326,86)
𝑎= 6
85,67− 80,8978
𝑎= 6
4,7722
𝑎= 6

𝑎 = 0,7953
Nilai r
𝑛Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑟=
√(𝑛Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 )(𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 )

6 (8548,0516) −(326,86 (85,67))


𝑟=
√(6 (33484,0934) − (326,86)2 )(6(2185,4889) − (85,67)2 )
51288,3096− 28002,0962
𝑟=
√(200904,5604 − 106837,4596)(13112,9334 − 7339,3489)
23286,2134
𝑟=
√(94067,1008)(5773,5845)
23286,2134
𝑟 = 23304,59944

𝑟 = 0,9992
Persamaan regresi liniernya yaitu y = 0,2475x + 0,7953

5. Hubungan Konsentrasi dengan Laju Reaksi


Diketahui : K = 3,56 M-1
[Na2S2O3] = 0,25 M
[HCl] =1M
X =2
y =0
Ditanya : v =......?
Jawab :
v = K [Na2S2O3]x [HCl]y
= (3,56) (0,25)2 (1)0

= 0,2225 𝑀⁄𝑆

Dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil:

Sistem [Na2S2O3](M) [HCl](M) 𝒗 (𝑴⁄𝑺)


1 0,25 1 0,2225
2 0,20 1 0,1424
3 0,15 1 0,0801
4 0,10 1 0,0356
5 0,05 1 0,0089
6 0,025 1 0,0022

C. Pertanyaan
Bagaimana menentukan orde reaksi keseluruhan?
Jawab :
Dengan cara mencari nilai r2 yang paling mendekati nilai = 1, baik untuk reaksi pada orde 1
ataupun reaksi orde 2 pada penentuan orde reaksi. Persamaan regresi linear yang memiliki
nilai r2 mendekati nilai 1 ditetapkan sebagai orde reaksi total. Dengan cara menghitung regresi
1
linear x dan y pada persamaan y = bx +a, dimana pada orde reaksi dua x = t dan y = [𝑁𝑎2𝑆2𝑂3]

Misal, dengan data yang diperoleh dari percobaan :


Orde Satu : x = t dan y = ln [Na2S2O3]
𝑛Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑟=
√(𝑛Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 )(𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 )

6 (−990,0564) − 326,86 (−13,88)


𝑟=
√(6 (33484,0934) − (326,86)2 )(6(35,9952) − (−13,88)2 )
−5940,3384 + 4536,8168
𝑟=
√(200904,5604 − 106837,4596)(215,9712 − 192,6544)
−1403,5216
𝑟=
√(94067,1008)(23,3168)
−1403,5216
𝑟=
1480,9942

𝑟 = −0,9477
r2 = 0,8981

1
Orde Dua : x = t dan y = [𝑁𝑎2𝑆2𝑂3]
𝑛Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑟=
√(𝑛Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 )(𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 )

6 (8548,0516) −(326,86 (85,67))


𝑟=
√(6 (33484,0934) − (326,86)2 )(6(2185,4889) − (85,67)2 )

51288,3096− 28002,0962
𝑟=
√(200904,5604 − 106837,4596)(13112,9334 − 7339,3489)
23286,2134
𝑟=
√(94067,1008)(5773,5845)
23286,2134
𝑟 = 23304,59944
𝑟 = 0,9992
Karena, pada orde dua nilai yang mendekati nilai =1, maka orde reaksi keseluruhan adalah
orde dua.

Anda mungkin juga menyukai