Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA TEMPERATUR

Oleh :
Ni Made Tiara Chandra Acintya
1908511046
Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Ketergantungan Laju Reaksi pada Tempratur

I. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh perubahan tempratur pada laju reaksi.
2. Menentukan jumlah peruraian H2O2.
1
3. Menentukan tetapan laju k dan waktu paruh, t2, pada temperatur yang digunakan dalam

percobaan.
4. Menentukan tenaga aktivasi (Ea) dan faktor pra-eksponensial (A) untuk peruraian katalitik
H2O2.
5. Menentukan persamaan regresi linier pada reaksi penguraian katalitik dalam percobaan.

II. Dasar Teori


Di dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energy yang
berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut.
Mekaniseme reaksi merupakan serangkaian tahap reaksi yang terjadi secara berurutan selama
proses pengubahan reaktan menjadi produk. Setiap reaksi kimia ada yang berjalan cepat dan
ada yang lambat tergantung dari komdisinya masing – masing. Laju reaksi (Reaction rate)
atau kecepatan reaksi merupakan perubahan yang terjadi pada konsentrasi pereaksi ataupun
produk dengan dinyatakan dalam satuan waktu. Laju dalam suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi
suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan di dalam satuan mol per liter, namun untuk
reaksi fase gas suatu tekanan atmosfer millimeter merkurium, dapat digunakan sebagai
pengganti konsentrasi (Atkin, 1990).
Untuk reaksi : A + 2B → 3C + 4D, laju reaksi dapat diartikan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi A dan B atau laju bertambahnya konsentrasi C dan D dalam satuan
waktu. Untuk reaksi : A + 2B → 3C + 4D, laju berkurangnya konsentrasi A tidak sama dengan
laju berkurangnya konsentrasi B, demikian juga laju bertambahnya konsentrasi C tidak sama
dengan laju bertambahnya konsentrasi D. dari koefisien reaksi nampak bahwa setiap
kebutuhan 1 mol A, maka B yang dibutuhkan harus 2 mol untuk menghasilkan 3 mol C dan 4
mol D. Jadi B berkurang dengan laju 2 kali berkurangnya A atau laju berkurangnya B sama
seperti 2 kali dari laju berkurangnya A, jadi untuk reaksi A + 2B → 3C + 4D, sehingga dapat
dinyatakan laju reaksi merupakan laju berkurangnya konsentrasi A, laju berkurangnya
konsentrasi B, laju bertambahnya konsentrasi C, dan laju bertambahnya konsentrasi D (Bird,
1993).
Karena persaman laju reaksi didefinisikan ke dalam bentuk konsentrasi maka dalam
bentuk konsentrasi reaktan, maka dengan naiknya konsentrasi maka kecepetan reaksi yang
terjadi akan semakin cepat reaksi yang terjadi. Semakin tinggi konsentrasi , maka akan
semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan molekul untuk
bertumbukan akan semakin banyak dan kecepatan reaksi akan meningkat (Keenan, 1990).
Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang berbeda – beda, ada yang cepat dan ada
yang lambat, hal ini bergantung pada jenis pereaksi, situasi, dan kondisi reaksi kimia tersebut.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain yaitu, Sifat zat pereaksi
pada kondisi yang sama, konsentrasi zat, tempratur, luas permukaan, dan katalis yang
ditambahkan saat reaksi berlangsung (Sukardjo, 1989).
Temperatur memiliki pengaruh yang besar pada jalannya laju reaksi. Pada umumnya
setiap kenaikan tempratur 100ºC akan menyebabkan laju reaksi bertambah besar sebanyak 2
kali atau 3 kali. Kenaikan tempratur 1000ºC akan menyebabkan laju reaksi bertambah
sebanyak 210 kali. Namun pada keadaan ini, bukan merupakan sebuah aturan baku, karena
pengaruh kuantitatif dari perubahan suhu terhadap laju reaksi hanya dapat diketahui melalui
sebuah eksperimen (Sukardjo, 1989). Semakin tinggi tempratur maka akan semakin tinggi
gerakan molekul. Semakin banyak molekul yang bergerak dengan kecepatan rata – rata tinggi
akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu tumbukan yang mencapai
energy pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat (Widjajanti, 2011).

Gambar 2.1. Hubungan antara energi kinetik pada tempratur yang berbeda.
Gambar 2.1. menggambarkan hubungan antara distribusi energi kinetik pada 2
tempratur yang berbeda, dalam hal ini nampak bahwa jumlah molekul yang mencapai energy
pengaktifan (Ea) pada kondisi T2 lebih besar dibandingkan dengan pada tempratur T1
(Widjajanti, 2011). Dengan menaikan suhu pada system berarti akan terjadi peristiwa
menaikan energi aktivasi dan zat menjadi lebih mudah bergerak sehingga lebih mudah terjadi
t u m b u k a n d a n l a j u r e a k s i a k a n m e n j a d i l e b i h t i n g g i . B i l a r a n g e suhu tidak
terlalu besar, ketergantungan tetapan kecepatan reaksi pada suhu biasanya dapat
dinyatakan dengan persamaan empiris yang diusulkan oleh arthenius:
k = A.e-Ea/RT
Dimana :
A = faktor pra-eksponensial
Ea= energi aktivasi
R = konstanta gas
k = konstanta laju reaksi
T = suhu mutlak
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam logaritma sebagai berikut :
Log k = log A – Ea /2,303 RT
Berdasarkan pesamaan ini, diperoleh garis lurus untuk grafik log k vs 1/T (suhu mutlak),
dimana harga -Ea/2,303 R merupakan slope dan log A sebagai intersept. (Gilles, 1984).

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat
1. Pengaduk magnit
2. Bad thermostat
3. Labu reaksi 250 mL
4. Buret gas
5. Pipet volume 2 mL
6. Stir Bar
3.2. Bahan
1. Hidrogen peroksida 35%
2. FeCl3 0,5 M
3. HCl 0,5 M
IV. Prosedur Kerja

Peralatan untuk mengukur laju hidrogen peroksida disusun seperti yang ditunjukkan
pada diagram. Kemudian disediakan tiga bad dengan temperatur yang tetap dan ditambahkan
25 mL larutan persediaan Fe3+ ke dalam labu reaksi, kemudian dibiarkan beberapa menit
sehingga sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan bad-nya. Kran pada bagian atas
labu reaksi dibiarkan terbuka, lalu reservoir diatur hingga buret gas menunjukkan angka nol.
Dengan cepat dipipet sebanyak 2 mL H2O2 20% volume lalu ditambahkan H2O2 ke dalam
labu reaksi, sumbat ditutup kembali, kran ditutup dan stopwatch dihidupkan. Volume gas yang
timbul setelah 1; 2; 5; 10; 20 menit dan seterusnya dicatat.
Saat melakukan pengukuran volume, permukaan air dalam buret gas disamakan
sehingga diperoleh bacaan pada tekanan tetap. Dianjurkan agar menggerakan reservoir ke
bawah, seirama dengan permukaan air dalam buret, guna menjaga tekanan dalam peralatan
sehingga kira-kira sama dengan tekanan udara luar akan meminimumkan ralat oleh bocoran.
Volume dibaca selama kira-kira 60 menit, dan diplotkan grafik reaksi yang berlangsung.
Tetapan laju reaksi pada temperatur tertentu dihitung sesuai dengan percobaan, dan ditabelkan
tetapan-tetapan laju yang diperoleh pada berbagai temperatur.

V. Data Pengamatan
Tabel 5.1. Data Percobaan pada Suhu 30ºC
Menit ke- Volume O2 (mL) Suhu (ºC)
1 9,8 30º
2 11,5 30º
5 14,3 30º
10 16,5 30º
20 16,8 30º
30 17,6 30º

Tabel 5.2. Data Percobaan pada Suhu 40ºC


Menit ke- Volume O2 (mL) Suhu (ºC)
1 25,5 40º
2 30,5 40º

Tabel 5.3. Data Percobaan pada Suhu 60ºC


Detik ke- Volume O2 (mL) Suhu (ºC)
10 2 60º
20 19 60º
30 22 60º
40 27 60º
50 30,4 60º
Keterangan : H2O2 = 35%

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu ketergantungan laju reaksi pada tempratur. Percobaan
kali ini dilakukan pengukuran volume gas oksigen yang terurai (dikeluarkan) pada tekanan
atmosfer dan tempratur kamar karena konsentrasi H2O2 tidak dapat langsung diukur. Dari
reaksi penguraian katalitik H2O2 akan diketahui orde reaksi, konstanta laju (k) dan waktu
paruh pada temperature tertentu.
Dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali percobaan. Dari percobaan pertama
sampai percobaan ketiga suhu diatur dan dibiarkan konstan dari awal hingga akhir. Pada
percobaan pertama suhu yang digunakan adalah 30ºC, pada percobaan kedua suhu yang
digunakan adalah 40ºC, dan untuk percobaan ketiga suhu yang digunakan adalah 60ºC. Dalam
pengukuran laju reaksi penguraian hidrogen peroksida (H2O2) ini digunakan larutan ferri
klorida (FeCl3) 0,5 M dan ditambahkan dengan larutan HCl 0,5 M. Selanjutnya dilakukan
pemanasan larutan dan larutan diaduk dengan menggunakan pengaduk magnetik yang
berfungsi untuk mempercepat berlangsungnya reaksi dan mempercepat homogenisasi larutan.
Selain itu pemanasan yang dilakukan saat percobaan juga mempercepat reaksi penguraian
katalitik hidrogen peroksida. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

H2O2(aq) Fe3+ / H+ H2O (l) + O2 (g)

Pada percobaan yang telah dilakukan, gelembung gas akan timbul seiring perubahan
menit waktu dalam percobaan hal ini dapat dilihat dari berkurangnya volume air. Dari
percobaan pertama sampai percobaan ketiga dengan menggunakan suhu 30ºC, 40ºC, dan 60ºC
diperoleh hasil kenaikan volume yang konstan. Nilai kenaikan dari volume gas oksigen yang
konstan tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa penguraian hidrogen peroksida telah
selesai sehingga tidak dapat dihasilkan gelembung gas lagi. Pengamatan terhadap volume
gelembung gas yang timbu terhadap waktu diketahui bahwa jika semakin lama waktu yang
diperlukan dalam reaksi penguraian hydrogen peroksida maka volume dari gas oksigen yang
terurai juga akan semakin bertambah. Adapun dari data yang diperoleh tersebut digunakan
untuk menentukan nilai konstanta laju (k) dan waktu paruh reaksi penguraian katalitik
hydrogen peroksida. Nilai k yang diperoleh dalam percobaan pada variasi suhu 30ºC secara
berturut – turut adalah 0,0136 ; 0,0088 ; 0,0056 ; 0,0046 ; 0,0026 ; dan ∞, sehingga diperoleh
nilai k rata – rata sebesar 0,0059. Nilai k yang diperoleh dalam percobaan pada variasi suhu
40ºC adalah 0,0301 dan ∞, sehingga diperoleh nilai k rata – rata sebesar 0,0150. Nilai yang
diperoleh dalam percobaan pada variasi suhu 60ºC secara berturut – turut adalah 0,0068 ;
0,0490 ; 0,0429 ; 0,0548 ; dan ∞, sehingga diperoleh nilai k rata – rata sebesar 0,0307.

Pada percobaan ketergantungan tempratur terhadap laju reaksi ini juga ditentukan
persamaan regresi liner, nilai energy aktivasi (Ea), dan faktor pra-eksponensial (A).
Berdasarkan data yang telah diperoleh maka persamaan regresi liner dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan regresi y = mx + c, dimana m dalam persamaan ini merupakan
gradient dan c adalah konstanta, sehingga diperoleh persamaan regresi linier untuk reaksi
katalitik yaitu y = -5223,9x + 12,27. Harga energy aktivasi (Ea) yang diperoleh dari hasil
perhitungan adalah Ea = 43431,5 J/mol. K atau 43,4315 kJ/mol. K dan harga A untuk
praeksponensial A = 213202,99. Berdasarkan literatur dapat diketahui bahwa dengan
kenaikan temperatur maka pembentukan volume oksigen juga semakin meningkat. Selain itu
penggunaan katalis juga dapat mempercepat laju reaksi dimana dalam percobaan ini
dipergunakan katalis Fe3+ yang berasal dari arutan FeCl3. Pada percobaan kali ini juga
ditentukan waktu paruh reaksi penguraian katalitik H2O2. Waktu paruh rata – rata yang
diperoleh pada suhu 30ºC adalah 111,7744 s, pada suhu 40ºC waktu paruh rata – rata yang
diperoleh sebesar 11,5116 s, dan saat suhu 60ºC waktu paruh rata – rata yang diperoleh sebesar
28,9709 s.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
dari percobaan, antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh perubahan tempratur pada laju reaksi adalah semakin tinggi tempratur maka akan
semakin tinggi laju reaksi jalannya laju reaksi, sehingga dapat dikatakan laju reaksi
berbanding lurus dengan tempratur.
2. Jumlah volume hydrogen peroksida (H2O2) yang terurai sebanding dengan jumlah
perubahan volume oksigen.
3. Dari percobaan yang telah dilakukan nilai k rata – rata yang diperoleh dalam percobaan
pada variasi suhu 30ºC sebesar 0,0059. Nilai k rata – rata yang diperoleh dalam percobaan
pada variasi suhu 40ºC sebesar 0,0150. Nilai k rata – rata yang diperoleh dalam percobaan
pada variasi suhu 60ºC sebesar 0,0307. Waktu paruh rata – rata yang diperoleh pada suhu
30ºC adalah 111,7744 s, pada suhu 40ºC waktu paruh rata – rata yang diperoleh sebesar
11,5116 s, dan saat suhu 60ºC waktu paruh rata – rata yang diperoleh sebesar 28,9709 s.
4. Harga energy aktivasi (Ea) yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah Ea = 43431,5
J/mol. K atau 43,4315 kJ/mol. K dan harga A = 213202,99.
5. Dari percobaan yag dilakukan diperoleh persamaan regresi linier untuk reaksi penguraian
katalitik yaitu y = -5223,9x + 12,27.
DAFTAR PUSTAKA

Atkin, P, W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.

Gilles, R.V. 1984. Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi II Penerjemah Herwan Widodo. Jakarta :
Erlangga.

Keenan, K dan Wood. 1990. Kimia untuk Universitas Jilid I Edisi VI. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : Bina Aksara.

Widjajanti, Endang. 2011. Kinetika Kimia. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNY.
LAMPIRAN

1. Data Pengamatan
2. Perhitungan
A. Penentuan Nilai Tetapan Laju (k) dan Waktu Paruh (t1/2) untuk Setiap Temperatur
 Penentuan nilai k dan t1/2 pada T = 30°C
Untuk t1 = 60 s
Dik. V∞ = 17,6 mL Dit. a). k =….?
Vt = 9,8 mL b). t1/2 =….?
Jawab :
𝑉𝑡 𝑙𝑛 2
a). 𝑙𝑛 (1 − 𝑉∝) = −𝑘. 𝑡1 b). 𝑡1/2 = 𝑘

9,8 𝑚𝐿 0,693
𝑙𝑛 (1 − 17,6 𝑚𝐿) = −𝑘. 60 = 0,0136

𝑙𝑛 0,4432 = −𝑘. 60 = 50,956 s


𝑘 = 0,0136
Dengan cara yang sama, diperolah data sebagai berikut :
t (s) Vt (mL) V∞ (mL) k t1/2 (s)
60 9,8 17,6 0,0136 50,9559
120 11,5 17,6 0,0088 78,75
300 14,3 17,6 0,0056 123,75
600 16,5 17,6 0,0046 150,6522
1200 16,8 17,6 0,0026 266,5385
1800 17,6 17,6 ∞ ∞
∑ = 0,0352 ∑ = 670,6466

∑𝑘 0,0352 ∑𝑡1/2 670,6466


k1 rata-rata = 𝑛
= 6
= 0,0059 t1/2 rata-rata = = 𝑛
= 6
= 111,7744 𝑠

 Penentuan nilai k dan t1/2 pada T = 40°C


Untuk t1 = 60 s
Dik. V∞ = 30,5 mL Dit. a). k =….?
Vt = 25,5 mL b). t1/2 =….?
Jawab :
𝑉𝑡 𝑙𝑛 2
a). 𝑙𝑛 (1 − ) = −𝑘. 𝑡1 b). 𝑡1/2 =
𝑉∝ 𝑘

25,5 𝑚𝐿 0,693
𝑙𝑛 (1 − 30,5 𝑚𝐿) = −𝑘. 60 = 0,0301
𝑙𝑛 0,164 = −𝑘. 60 = 23,0233 s
𝑘 = 0,0301
Dengan cara yang sama, diperolah data sebagai berikut :
t (s) Vt (mL) V∞ (mL) k t1/2 (s)
60 25,5 30,5 0,0301 23,0233
120 30,5 30,5 ∞ ∞
∑ = 0,0301 ∑ = 23,0233

∑𝑘 0,0301 ∑𝑡1/2 23,0233


k1 rata-rata = = = 0,0150 t1/2 rata-rata = = = = 11,5116 𝑠
𝑛 2 𝑛 2

 Penentuan nilai k dan t1/2 pada T = 60°C


Untuk t1 = 10 s
Dik. V∞ = 30,4 mL Dit. a). k =….?
Vt = 2 mL b). t1/2 =….?
Jawab :
𝑉𝑡 𝑙𝑛 2
a). 𝑙𝑛 (1 − 𝑉∝) = −𝑘. 𝑡1 b). 𝑡1/2 = 𝑘

2 𝑚𝐿 0,693
𝑙𝑛 (1 − 30,4 𝑚𝐿) = −𝑘. 10 = 0,0068

𝑙𝑛 0,9342 = −𝑘. 10 = 101,9118 s


𝑘 = 0,0068
Dengan cara yang sama, diperolah data sebagai berikut :
t (s) Vt (mL) V∞ (mL) k t1/2 (s)
10 2 30,4 0,0068 101,9118
20 19 30,4 0,0490 14,1428
30 22 30,4 0,0429 16,1538
40 27 30,4 0,0548 12,6460
50 30,4 30,4 ∞ ∞
∑ = 0,1535 ∑ = 144,8544

∑𝑘 0,1535 ∑𝑡1/2 114,8544


k1 rata-rata = = = 0,0307 t1/2 rata-rata = = = = 28,9709 𝑠
𝑛 5 𝑛 5
B. Penentuan Regresi Linier
Dik. k1 = 0,0059 T1 = 30°C = 303 K
k2 = 0,0150 T2 = 40°C = 313 K
k3 = 0,0307 T3 = 60°C = 333 K
Dit. persamaan regresi linier =….?
y = mx + c
Jawab :
𝐸𝑎 1
𝑙𝑛 𝑘 = − ∙ + 𝐼𝑛 𝐴 → 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑅 𝑇
𝐸𝑎
maka : 𝐼𝑛 𝑘 = 𝑦 ; − = 𝑚 ; 1/𝑇 = 𝑥 ; 𝑑𝑎𝑛 𝐼𝑛 𝐴 = 𝑐
𝑅

sehingga :
Koordinat k T (K) In k (y) 1/T (x)
1 0,0059 303 -5,1328 0,0033
2 0,0150 313 -4,1997 0,0032
3 0,0307 333 -3,4835 0,0030
Dengan menggunakan persamaan regresi linier, maka didapatkan nilai c, m dan r dapat
dihitung dengan memasukkannya sebagai titik koordinat (x,y).
Diperoleh perhitungan sebagai berikut :
nilai r2 = 0,9309
nilai b = m = -5223,9
nilai a = c = 12,27
Sehingga persamaan regresi liniernya :
y = mx + c
y = -5223,9x + 12,27

C. Menentukan Nilai Energi Aktiviasi (Ea)


Dari persamaan regresi linier : y = -5223,9x + 12,27
m = -5223,9
R = 8,314 J/mol.K
𝐸𝑎
− = 𝑚
𝑅
𝐸𝑎 = −𝑚 . 𝑅
𝐸𝑎 = −(−5223,9) . (8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
Ea = 43431,5 J/mol. K atau 43,4315 kJ/mol. K

D. Menentukan Nilai Pro-eksponensial (A)


Persamaan regresi linier :
y = -5223,9x + 12,27 ↔ y = mx + c
𝐼𝑛 𝐴 = 𝑐
𝐴 = 𝑒𝑐
𝐴 = 𝑒 12,27
𝐴 = 213202,99

3. Pertanyaan
1. Pada tempratur berapa tetapan laju reaksi itu akan menjadi dua kali nilai yang telah anda
tentukan.
Jawab :
Nilai tetapan laju reaksi itu akan menjadi 2 kali dari nilai yang ditentukan pada tempratur
60ºC.
2. Cara – cara apa, selain menaikkan temperatur, yang dapat digunakan untuk menaikkan
laju peruraian H2O2 dalam percobaan anda?
Jawab :
Cara – cara yang digunakan untuk menaikkan laju peruraian H2O2 selain dengan
menaikkan tempratur adalah :
 Dengan menambahkan konsentrasi H2O2 sehingga laju penguraian reaksi akan
berjalan semakin cepat dan volume oksigen yang terbentuk akan semakin banyak.
 Dengan menambahkan katalis saat reaksi berlangsung.
3. Berapa banyakkah mol H2O2 yang telah terutai jika volume oksigen yang timbul adalah
30 mL pada tempratur kamar 25ºC? (untuk suatu gas PV = nRT)
Jawab :
Diketahui : Volume O2 = 30 mL = 0,03 L
T = 25ºC = 298ºK
R = 0,082 L atm/mol k
Ditanya : mol H2O2 = …..?
Jawab :
PV = nRT
𝑃𝑉
n= 𝑅𝑇
(1 𝑎𝑡𝑚 )×(0,03 𝐿)
n = (0,082 𝐿 𝑎𝑡𝑚 /𝑚𝑜𝑙 𝐾) ×(298 𝐾)
0,03 𝑎𝑡𝑚 𝐿
n = 24,436 𝑎𝑡𝑚 𝐿 /𝑚𝑜𝑙

n = 1,23 × 10-3 mol


Jadi mol H2O2 yang terurai adalah sebanyak 1,23 × 10-3 mol

Anda mungkin juga menyukai