PENDAHULUAN
Unit proses merupakan segala operasi atau suatu semi-operasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan fisik atau kimiawi pada suatu bahan atau campuran bahan. Unit proses akan
mengolah segalam macam masukan (input) agar dapat menjadi keluaran (output) yang
diinginkan. Unit proses berbentuk suatu satuan yang membentuk keberlangsungan suatu
proses. Masing-masing dari unit proses yang berbeda memiliki keterkaitan atau hubungan
dalam satu set aliran proses input-output. Unit proses memiliki keterkaitan dengan unit
operasi. Seperti contoh, pada proses koagulasi, unit proses dilibatkan dalam proses
destabilisasi partikel dengan ditambahkannya koagulan, sementara unit operasi akan terlibat
dalam pengadukan proses koagulasi dengan menggunakan impeller pada kecepatan tertentu.
Implementasi unit proses akan mampu menghasilkan suatu sistem pengolahan apabila
dilakukan secara tepat serta mampu disandingkan dengan tepat bersama unit operasi. Salah
satu contoh implementasi unit proses sebagai seorang Teknik Lingkungan adalah mendesain
suatu unit proses (reaktor, tangki/bak dan unit pengolahan). Dalam mendesain suatu unit
proses, diperlukan beberapa data terkait untuk melakukan kalkulasi desain secara tepat. Data-
data tersebut contohnya adalah nilai debit aliran, nilai parameter kualitas air (fisika, kimia
biologi) dan nilai standar baku mutu parameter kualitas air.
Pelaporan Tugas Besar Unit Proses ini akan membahas unit proses yang dibutuhkan pada
suatu sistem pengolahan air minum yang mengambil sumber air sungai Tukad Petanu,
Gianyar (data terlampir). Data yang didapatkan merupakan hasil pemeriksaan kualitas air
Tukad Petanu pada intake Instalasi Pengolahan Air (IPA) Petanu, Kabupaten Gianyar. Hasil
pemeriksaan, kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu berdasarkan Permenkes No.
492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Perancangan unit proses pada pengolahan air minum Tukad Petanu akan meliputi
perancangan unit netralisasi, unit koagulasi-flokulasi, unit water softening dengan metode
pertukaran ion, unit desinfeksi serta unit adsorben. Dalam perancangan desain ini, diperlukan
pengetahuan dan pemahaman terkait aspek teknis unit proses, seperti jumlah, komposisi dan
kondisi material pada input dan output, serta pemahaman karakteristik fisik dan kimia fluida
yang akan diolah (massa, volume, laju aliran, neraca massa).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Unit Netralisasi
2.1.1. Uraian
Netralisasi adalah proses yang dilakukan dalam pengolahan limbah cair untuk menyesuaikan
pH sesuai dengan standar baku mutu yaitu kisaran 6-8. Proses ini reaksi antara asam dan basa
yang menghasilkan air dan garam yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu
kation selain H+ dan suatu anion selain OH- atau O2-.
Reaksi netralisasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
asam + basa → garam
contoh reaksi pentralan asam-basa :
HF(aq) + KOH(aq) →KF (aq) + H2O (l)
Berdasarkan pada aliran air limbah, netralisasi dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu :
1. Batch
Netralisasi sistem batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan
cukup tinggi hingga 380 m3/hari seperti limbah industri makanan atau pangan.
2. Continue
Netralisasi sistem continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi
dengan alat kontrol otomatis yang dijalankan dengan pH kontrol dimana dibutuhkan
udara untuk pengadukan dengan minimum aliran 1 – 3 ft 3/mm, ft2 atau 0,3 – 0,9 m3/mm,
m2 pada kedalaman 9 ft sekitar 2,7 m biasanya kebanyakan digunakan pada industri
pengolahan kopi.
c.) Larutan basa akan dibuat satu hari 1x, maka volume bak pembubuh basa
ml
Qb = 17,9
menit
V = Qb x 1 hari
ml
V = 17,9 x 1440 menit
menit
V = 25776 ml = 25,7 L
1 1 1
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Proses pertukaran ion melibatkan reaksi kimia antara ion dalam fase cair dan ion dalam fase
padat. Dalam aplikasi pengolahan air limbah, ion dalam fase cair merupakan ion yang
terkandung dalam air limbah dan ion dalam fase padat merupakan ion yang terdapat dalam
resin, baik resin alami maupun resin sintetis. Prinsip pertukaran ion adalah selektifitas,
artinya ion yang mempunyai koefisien selektifitas besar mampu menggantikan ion lain di
resin yang koefisien selektifitasnya lebih kecil.
Demineralisasi adalah salah satu teknologi proses pengolahan air untuk menghilangkan
mineral dari air. Istilah Demineralisasi biasanya digunakan secara khusus untuk proses
pertukaran ion untuk penghilangan total kontaminan mineral ion sampai mendekati angka
nol. Seringkali, istilah Demineralisasi dan Deionisasi digunakan secara bergantian.
Demineralisasi menggunakan resin penukar kation dan anion, di dalam dua tabung atau di
dalam satu tabung secara bersama. Setelah Demineralisasi, air yang diolah akan memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi sebanding dengan air suling. Proses regenerasi pada
demineralisasi ion exchanger ini dapat dilakukan secara berurutan dari resin cation lalu resin
anion atau dapat pula dilakukan bersamaan. Bila proses regenerasi cation dan anion
dilakukan bersamaan, maka dibutuhkan minimal air hasil proses water softener untuk
meregenerasi resin anion karena bila tidak menggunakan air softener maka pengendapan
CaCO3 akan terjadi dan resin akan rusak. Hal ini menyebabkan sedikit orang melakukan
regenerasi kation dan anion secara bersamaan karena dibutuhkan unit water softener
tambahan.
Resin penukar ion adalah suatu matriks yang tidak dapat larut, berupa butiran yang memiliki
diameter ± 1-2 mm. Resin tersebut pada umumnya terbuat dar i suatu substrat polimer
organik. Kebanyakan resin penukar ion terbuat dari polisytrene yang memi liki ikatan
crosslinker pada umumnya dicapai dengan menam-bahkan suatu proporsi kecil divinyl
benzene kedalam styrene. Noncrosslinker polimer juga digunakan hanya saja jarang dipakai
karena kecenderungan polimer tersebut untuk mengubah demensi pada ikatan ion. Banyak
sedikitnya ikatan crosslinked tergantung pana kapasitas resin dan memperpanjang waktunya
dapat dicapai kesetimbangan ion dalam larutan dan resin,sehingga secara umum resin
penukar ion didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang
tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. (Dyiah dkk, 2012). Terdapat 4 jenis resin
yang sering digunakan dalam pengolahan air, yaitu resin kation asam kuat, resin kation asam
lemah, resin anion basa kuat, dan resin anion basa lemah.
2.4.Unit Desinfeksi
2.4.1. Uraian
Pengertian Desinfeksi
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni, akan selalu
mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung
mikroorganisme atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme
yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan
terganggu. Banyak bibit penyakit yang berkembang biak di perairan sehingga dapat
menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu bibit penyakit tersebut
harus dimusnahkan dengan menggunakan desinfektan.
Mekanisme Desinfektan
Mekanisme kerja desinfektan secara umum dapat dikemukakan oleh empat hal, yaitu
perusakan dinding sel,pengubahan permeabelitas sel, pengubahan sifat dasar protoplasma,
menghambat aktivitas enzim.
1. Perusakan Dinding Sel
Merusak atau menghancurkan dinding sel akan mengakibatkan terurainya sel (lisis)
mikroorganisme dan akhirnya mati.
2. Pengubahan Permeabelitas Sel
Pereaksi seperti fenol dan deterjen akan merubah permeabelitas dari membran
sitoplasma. Substansi ini menghancurkan secara selektif permeabelitas dari membran
yang menyediakan atau memenuhi nutrisi yang penting dari mikroorganisme.
3. Pengubahan Sifat Dasar Protoplasma
Panas dapat mengubah sifat dasar protoplasma. Panas akanmenggumpalkan sel protein,
atau dengan kata lain terjadinya proses denaturasi protein yang mengakibatkan efek yang
mematikan bagi mikroorganisme.
4. Menghambat aktivitas enzim
Pereaksi pengoksidasi mampu untuk merubah susunan enzim dan menghambat aktivitas
enzim.
Macam-macam Desinfektan
Klor adalah zat kimia yang lazim dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya
desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhanya karena masih ada residu klor. Selain
dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam,
memecah molekul organik dan juga bereaksi dengan amoniak. Penggunaan kaporit sebagai
desinfeksi dibutuhkan dosis pemakaiannya dengan cara penentuan titik retak klorinasi.
Senyawa klor yang biasa digunakan pada perusahaan pengolahan air adalah gas klor (Cl 2),
Ca(OCl)2, NaOCl dan ClO2. NaOCl dan Ca(OCl)2.
Breakpoint Chlorination
Metode DPD (N,N-dietil-p-fenilendiamin) digunakan untuk menentukan klor bebas dan
kloramin dalam air, prinsip analisanya, bila N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai
indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi terjadi
seketika dan warna larutan menjadi merah. Dosis klor pada titik retak klorinasi (break point
chlorination) merupakan titik balik minimum residu klor bebas dimana semua zat yang dapat
dioksidasi akan teroksidasi, amonia hilang sebagai N2 dan adanya residu klor aktif untuk
pembasmian kuman-kuman.
6
5
4
3
2
1
0
14 16 18 20 22 24 26 28 30
Konsentrasi Kaporit Akhir (mg/L)
1. Dosis Klor
Berdasarkan hasil pengujian BPC, diperoleh :
Residual Klor = 3,6 mg/L
Daya Pengikat Klor = 14,4 mg/L
Total Klor = Residual Klor + Daya Pengikat Klor
= 3,6 + 14,4
= 18 mg/L
2. Dosing Rate
Dosing Rate
Q = Debit dalam L/detik
1000
= 25920 ×
86400
= 300 L/detik
C kebutuhan = Dosis klor dalam mg/L Total Klor = 18 mg/L
C larutan = Konsentrasi larutan dalam mg/L Konsentrasi larutan
C larutan = 50 g/L = 50 mg/m3 = 5.000 mg/L
300× 18
Dosing Rate = =1,08 L/detik
5000
5. Perhitungan pH
Dosis Klor yang digunakan 18 mg/L dengan kadar klor dalam kaporit 60%
Kaporit yang ditambahkan = 60% × Dosis Klor
= 60% × 18
= 10,8 mg/L
Mr Ca(OCl)2 = 143
Reaksi yang terjadi:
Ca(OCl)2 + H2O ↔ Ca(OH)2 + HOCl
HOCl ↔ 2H+ + OCl-
2H+ + 2HCO3 ↔ 2H2CO3 ↔ 2CO2 + H2O
zi = 1,44
µ=M
µ = 2,3328
[ CO2 ]
pH = pK1 + log
[HCO 3 ]
7,5× 10−2
7,7 = pK1 + log
7,5× 10−2
pK1 = 7,7
µ0,5
pK1’ = pK1 ˗ log 0,5
1+ 1,4 × µ
0,5
2,3328
pK1’ = 7,7˗ log
1+ 1,4 ×2,33280,5
pK1’ = 8,01
pK1’ = ˗ log K’
8,01 = ˗ log K’
K’ = 9,77 × 10-9
[
pHbaru = ˗ log K' ×
[ CO2 ] sisa
[ HCO3 ] baru ] [
= 9,77 × 10 -9 ×
7,5 ×10−2
7,5 ×10−2]=8,01
2.5.Adsorben
2.5.1. Uraian
Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses penarikan materi dari suatu fase dan terpusat pada
permukaan fase kedua (akumulasi antar permukaan = interface accumulation). Proses
akumulasi solute (gas/cair) pada permukaan zat padat (adsorben) membentuk satu lapisan
tipis (film) molekul atau atom. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Proses absorpsi
merupakan proses difusi materi/zat ke dalam zat cair atau padat yang menghasilkan larutan.
Pada proses ini, molekul zat tidak hanya ditahan di permukaan tetapi menembus masuk dan
terdistribusi ke seluruh bagian materi.
Adsorpsi memiliki 2 komponen, yakni adsorbat dan adsorben. Adsorbat merupakan materi
yang teradsorpsi, sementara Adsorben merupakan materi yang mengadsorpsi. Proses adsorpsi
dapat dijumpai dalam berbagai sistem dan banyak digunakan dalam aplikasi industry seperti
resin sintetik dan penjernihan air. Proses ini dapat digunakan untuk menghilangkan materi
terlarut dari fase larutan (nonvolatile atau nonbio-degradable).
Tipe Adsorpsi
Adsorpsi merupakan gaya tarik fisik atau ikatan ion-ion dan molekul di atas permukaan
molekul yang lain. Sifat ikatan tergantung pada jenis substansi yang terlibat. Adsorpsi dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Adsorpsi Fisik (Physisorption)
Adsorpsi fisik merupakan proses adsorpsi yang menunjukkan adanya pelekatan adsorbat pada
permukaan melalui interaksi Van der Waals (interaksi intermolekuler yang lemah). Adsorpsi
ini umumnya terjadi pada kondisi suhu lingkungan yang rendah (di bawah suhu kritik
adsorbat), memiliki energi keaktifan dan nilai entalpi rendah (ΔH < 20 kJ/mol), lokasi gaya
tarik molekul tidak berada pada tempat spesifik, adsorbat relatif bergerak bebas pada
permukaan serta memiliki keseimbangan adsorpsi yang reversibel. Contoh: adsorpsi N 2 pada
besi dalam kondisi suhu 80 K.
2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Adsorpsi kimia merupakan proses adsorpsi yang menunjukkan ikatan kimia yang kuat pada
proses pelekatan molekul dan permukaan. Ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen antara
adsorbat dan adsorben. Adsorpsi ini umumnya terjadi pada kondisi lingkungan dengan suhu
tinggi, memiliki nilai entalpi yang tinggi (50 kJ < ΔH < 800 kJ/mol), merupakan adsorpsi
monolayer, molekul adsorbat tidak bergerak bebas pada permukaan dan memiliki
keseimbangan adsorpsi yang jarang reversibel (pada suhu tinggi).
Penggabungan kedua adsorben ini sebagai pengolahan air minum berdasarkan pada penelitian
oleh Yuliati, dkk (2016). [1] Pengolahan air minum ini menggunakan sistem filtrasi ganda,
filtrasi pertama menggunakan adsorpsi menggunakan tabung Zeolit/Silica dan filtrasi kedua
menggunakan tabung Karbon Aktif/Karbon Blok. Hasil pengolahan air menunjukkan
beberapa perubahan kualitas air, seperti bau amis/anyir yang menghilang, kekeruhan
menurun dari 26 mg/L menjadi 12 mg/L, nilai TDS menurun dari 212 mg/L menjadi 207
mg/L, nilai pH menunjukkan angka 7,5 dan kadar Fe pada air menurun dari 0,704 mg/L
menjadi 0,0503 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa zeolite dan karbon aktif merupakan
adsorben yang cocok digunakan untuk pengolahan air.
[1] Yuliati, Suyanta, Aminatun, T. 2016. Pengolahan Air Minum Sistem Adsorpsi Menggunakan Zeolit dan
Karbon Aktif di Donotirto Kretek Kabupaten Bantul. INOTEK. 20(2): 200-209
BAB III
KESIMPULAN
1. Unit proses merupakan segala operasi atau suatu semi-operasi yang menyebabkan
terjadinya perubahan fisik atau kimiawi pada suatu bahan atau campuran bahan. Unit
proses dapat mengolah segalam macam input agar dapat menjadi output yang diinginkan.
Unit proses berbentuk suatu satuan yang membentuk keberlangsungan suatu proses.
Masing-masing dari unit proses yang berbeda memiliki keterkaitan atau hubungan dalam
satu set aliran proses input-output.
2. Unit netralisasi merupakan proses yang dilakukan dalam pengolahan limbah cair untuk
menyesuaikan pH sesuai dengan standar baku mutu yaitu kisaran 6-8. Pada pengolahan air
minum Tukad Petanu, memerlukan pembubuhan basa dengan debit 17,9 ml/menit dengan
volume bak pembubuh basa 25,7 L.
3. Koagulasi-flokulasi merupakan proses berkelanjutan, dimana koagulasi adalah proses awal
dengan pengadukan cepat untuk menyatukan koloid-koloid menjadi flok-flok kecil.
Flokulasi merupakan pengadukan lambat untuk membentuk flok menjadi lebih besar
sehingga lebih mudah untuk dipisahkan dengan air. Dosis koagulan yang diperlukan oleh
pengolahan air minum Tukad Petanu adalah 19,4 mg/L dengan waktu pengendapan 16,4
detik.
4. Penukar ion merupakan metode yang umum digunakan dalam pelunakan air,
demineralisasi atau pengambilan kembali ion-ion logam yang terdapat di dalam air. Total
volume resin yang dibutuhkan oleh pengolahan air minum Tukad Petanu adalah 43,96 m3,
dengan regenerasi 7 unit reaktor selama 4,6 jam.
5. Desinfeksi ialah pemusnahan mikroorganisme penyebab penyakit. Dengan kata lain
desinfeksi mengacu pada pengahancuran penyakit secara selektif yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Kaporit yang ditambahkan untuk desinfeksi pada pengolahan sebanyak
10,8 mg/L dan terjadi perubahan pH menjadi 8,01.
6. Adsorpsi merupakan suatu proses penarikan materi dari suatu fase dan terpusat pada
permukaan fase kedua (akumulasi antar permukaan = interface accumulation). Proses
akumulasi solute (gas/cair) pada permukaan zat padat (adsorben) membentuk satu lapisan
tipis (film) molekul atau atom. Zeolite dan karbon aktif merupakan adsorben yang cocok
digunakan untuk pengolahan air karena dapat menurunkan beberapa parameter berbahaya
dalam air.